Naomi menjawab sambil tersenyum, “Entah apa yang mau dilakukan kedua bocah itu di rumah. Mereka nggak mau keluar.“Kalau begitu, kita buat janji di lain waktu saja. Coba kulihat dulu. Ini Jayden. Kalau ini ... Hayden!”Mata Hayden langsung berbinar. Dia bertanya dengan penasaran, “Kok Bibi tahu itu aku?”Fiona menjawab sambil tertawa, “Braden dan Rayden selalu pakai jas. Cuma kamu yang suka pakai setelan olahraga.”Hayden menjawab, “Aku yang paling keren di rumah kami!”Fiona tertawa makin lebar, lalu mencubit pipi Hayden. “Hayden bukan cuma keren, juga ganteng. Kamu anak paling cakep!”Setelah itu, Fiona juga tidak lupa untuk memuji Jayden, “Aku tahu Jayden itu fashionista cilik yang sangat hebat!”Jayden segera mengeluarkan sebotol parfum kecil dari ranselnya dan berkata, “Ini untuk Bibi.”“Wah, makasih, Jayden.”Fiona buru-buru menyimpan parfum itu, lalu melirik ke arah Baby dengan penuh kasih sayang. Dia memuji sambil tersenyum, “Ini Baby, ‘kan? Dia benar-benar imut dan menggemaska
Para istri orang kaya itu pun mengerutkan kening dan menoleh ke arah datangnya suara. Seorang gadis yang mengenakan kacamata hitam dan berpenampilan rapi sedang menatap mereka dengan dingin.“Kecemburuan bisa lahirkan niat buruk. Daripada merendahkan orang lain untuk merasa superior, sebaiknya kalian pikirkan cara untuk tingkatkan diri agar hidup kalian lebih bahagia.”Seusai berbicara, gadis itu membenarkan letak kacamatanya dan langsung pergi. Para istri orang kaya hanya memelototinya dengan kesal, tetapi tidak berani bersuara.Saat ini, Naomi dan Fiona sedang berdiri di belakang pilar. Mereka juga mendengar ejekan sekelompok wanita itu dan kritikan pedas gadis tadi.Berhubung Calvin tidak berada di ruangan kecil, Naomi dan Fiona pun keluar untuk mencarinya. Mereka kebetulan mendengar ejekan sekelompok wanita itu, lalu Fiona hendak memaki mereka. Namun, Naomi segera menghentikannya.Ini adalah hari pertama taman bermain ini mencoba untuk beroperasi. Naomi merasa Fiona tidak seharusny
Caden tersenyum penuh kasih sayang dan bertanya, “Kamu pernah kepikiran untuk cari orang tuamu?”Naomi menghela napas panjang. “Waktu kecil, aku pernah berpikir begitu. Tiap kali merasa tertindas di Keluarga Tandi, aku akan merindukan mereka, bahkan pernah berpikir untuk melarikan diri dari rumah dan pergi cari mereka.”“Tapi, aku nggak tahu aku memang dicampakkan mereka atau memang hilang. Jadi, aku nggak berani cari mereka. Gimana kalau mereka memang mencampakkanku? Meski menemukan mereka, mereka juga nggak akan menyayangiku.”“Setelah dewasa, aku nggak pernah kepikiran untuk cari mereka lagi. Terutama setelah punya anak. Hidupku sangat bahagia dan seluruh perhatianku tertuju pada mereka. Aku lebih nggak kepikiran hal ini lagi.”Setelah mendengar jawaban Naomi, Caden bertanya, “Kalau .... Ini kalau, ya. Kalau ke depannya kamu dapat kabar tentang mereka, kamu mau pergi cari mereka?”Naomi terdiam sesaat sebelum menjawab, “Tergantung situasinya. Kalau dulu mereka memang mencampakkan ak
Di tengah malam, Naomi dan anak-anak sudah tidur nyenyak. Caden turun dari tempat tidur dengan hati-hati dan pergi ke ruang baca. Dia membaca informasi dari komputernya dengan ekspresi serius.Sekelompok wanita bodoh itu berani menertawakan latar belakang Naomi? Apa hak mereka mengejek Naomi? Dengan latar belakang mereka, mereka sama sekali bukan apa-apa dibandingkan dengan Naomi. Naomi adalah putri tunggal Joseph Howie, orang terkaya di Kota Haidi dan juga kepala Keluarga Howie.Keluarga Howie adalah keluarga yang benar-benar terpandang. Pengaruh mereka di Kota Haidi bahkan lebih besar dari pengaruh Keluarga Pangestu di Kota Jawhar. Di internet, beredar kata seperti Kota Haidi itu milik Keluarga Howie. Jadi, dapat dilihat betapa tinggi kedudukan Keluarga Howie di Kota Haidi.Bisnis Keluarga Howie tersebar di seluruh negeri. Di antaranya, yang paling terkenal adalah perusahaan pelayaran mereka. Perusahaan Pelayaran Howie terkenal di seluruh dunia, juga merupakan perusahaan terunggul da
Caden menghabiskan waktu semalaman di ruang baca. Dari hasil penyelidikan Braden dan Rayden, juga hasil penyelidikannya sendiri terhadap anggota Keluarga Howie, hasil yang didapatkannya tidaklah memuaskan.Intrik dalam keluarga, keegoisan anggota keluarga demi kepentingan masing-masing merupakan hal yang sangat umum terjadi dalam keluarga terpandang.Joseph memang adalah orang yang baik, tetapi sifat anggota Keluarga Howie yang lainnya sangat sulit dijelaskan dengan kata-kata. Saat ini, Keluarga Howie memang terlihat berjaya. Namun, selain perusahaan pelayaran yang dikendalikan Joseph sendiri, aspek lainnya sudah benar-benar hancur.Semua anggota Keluarga Howie tidak berhenti mengincar Joseph dan ingin merebut perusahaan pelayaran itu dari tangannya. Sebagai putri tunggal Joseph, Naomi pasti akan menjadi ancaman bagi sekelompok orang itu jika dia kembali ke Keluarga Howie.Selain itu, Joseph tidak pernah mengumumkan kepada dunia luar bahwa dia memiliki putri. Profilnya mengatakan bahwa
“Memangnya Joseph nggak suruh orang lindungi istrinya?”Orang tua itu menjawab, “Tentu saja ada. Tapi, mana ada hal yang sempurna di dunia ini. Apalagi, istrinya sendiri memang gila. Orang lainnya tentu saja bisa ambil kesempatan dalam kesempitan.”Caden bertanya dengan bingung, “Kenapa dia nggak langsung dikirim ke tempat pemulihan?“Nggak bisa. Istrinya akan melukai diri di sana. Dia juga pernah hampir kehilangan nyawanya di sana.”Kerutan di kening Caden makin mendalam. Setelah terdiam sejenak, dia bertanya lagi, “Memangnya hubungan Joseph dan istrinya nggak baik?”“Baik kok. Mereka saling mencintai dan hubungan mereka sangat baik. Sekarang, Pak Joseph sudah punya kedudukan dan kekuasaan yang tinggi. Istrinya jelas sudah nggak layak mendampinginya. Tapi, perasaannya terhadap istrinya masih belum berubah.”“Istrinya memang sudah gila selama bertahun-tahun, sedangkan dia juga sering bepergian ke luar. Tapi, nggak ada skandal apa pun tentangnya. Seluruh perhatiannya hanya tertuju pada
Saat ini, satu-satunya orang yang bisa membantu Joseph hanyalah orang yang memegang 15% saham itu. Jika orang itu tidak muncul dan mendukung Joseph, Joseph sama sekali tidak memiliki peluang untuk menang dari orang-orang lainnya.Begitu Joseph kalah, dia pasti akan langsung dibunuh. Begitu dia tewas, istrinya juga tidak mungkin bisa lanjut hidup. Pada akhirnya, keluarga mereka memang akan hancur.Caden bertanya dengan ekspresi dingin, “Kapan Keluarga Howie akan adakan rapat dewan direksi?”“Untuk sementara, rapat itu ditetapkan di awal bulan. Tanggal pastinya masih belum ditetapkan.”“Aku mengerti. Terima kasih.”Setelah memutuskan sambungan telepon, Caden menyalakan sebatang rokok. Situasi Keluarga Howie sangat mirip dengan situasi Keluarga Pangestu. Dia benar-benar tidak ingin Naomi kembali ke sana. Jika Naomi kembali ke sana, masalahnya hanya akan bertambah runyam.Namun ....Saat Caden tenggelam dalam pemikirannya, pintu ruang bacanya tiba-tiba diketuk.“Caden, kamu ada di dalam?”
Naomi langsung merasa panik. “Woi, aku cuma bercanda! Sudah, jangan buat onar lagi! Kita masih harus keluar tangani urusan penting!”Setiap kali berhubungan intim dengan Caden, Naomi selalu tidak bisa turun dari tempat tidur sehari semalam.“Bercanda juga nggak boleh!” Kemudian, Caden langsung menghukum Naomi dengan menciumnya secara mendalam. Tidak peduli bagaimana pun Naomi memberontak, dia tetap tidak bisa terlepas dari cengkeraman Caden.Setelah mencium Naomi sampai puas, Caden bertanya, “Masih mau cari suami baru?”Saat ini, Naomi sudah sepenuhnya terbuai ciuman Caden. Dia hanya bisa menjawab dengan patuh, “Nggak.”“Masih berani ancam aku pakai hal ini?”“Nggak berani.”“Tarik kembali kata-katamu tadi!”“Emm, aku tarik kembali kata-kataku tadi.”Melihat Naomi yang begitu patuh, suasana hati Caden menjadi sangat bagus. Dia menatap Naomi dari jarak dekat dan menyunggingkan seulas senyum tampan. Semua kabut yang menyelimuti hatinya selama beberapa hari terakhir sudah sepenuhnya sirn
“Camila, kamu benar-benar pacaran sama Dylan?”“Emm! Kami juga berencana untuk menikah dan punya anak. Tapi, aku masih belum tenang karena Leon belum tertangkap. Jadi, aku undur dulu masalah pernikahan.”Mata Lyana dan Kevin langsung berbinar. Mereka bertanya dengan tidak percaya, “Se ... serius?”“Serius!”Lyana dan Kevin buru-buru bertanya lagi, “Kamu nggak keberatan nikah sama dia?”Camila pun tertawa. “Dia bahkan nggak keberatan aku ini seorang janda. Kenapa aku harus keberatan nikah sama dia? Dia memang pernah punya banyak pacar, tapi dia juga bukan cowok berengsek. Dia punya pandangan hidup dan kepribadian yang baik, juga bisa menyenangkan orang. Setelah kami bersama, dia cuma setia padaku dan memperlakukanku dengan baik.”Hati Lyana dan Kevin yang sudah mati pun hidup kembali! Meskipun Camila tidak mengandung, Camila dan Dylan benar-benar sedang berpacaran. Selain itu, mereka juga memiliki rencana untuk menikah dan melahirkan anak. Bagi Lyana dan Kevin, ini adalah hal yang sang
Camila menenangkan diri, lalu berjalan ke arah kamar rawat sebelah. Memberi pelajaran pada Catherine bukanlah yang terpenting. Dia harus terlebih dahulu menghibur Lyana. Amarah yang terlalu besar akan sangat melukai tubuh. Camila tidak boleh membiarkan Lyana terus-menerus merasa marah.Sebelum Camila tiba di depan pintu kamar rawat, terlihat Caden berjalan keluar dari dari kamar rawat Lyana. Camila pun menyapanya, “Pak Caden.”Melihat Camila, Caden merasa agak terkejut. “Kapan kamu pulang?”Camila menjawab, “Aku baru beli tiket pesawatnya semalam dan tiba pagi ini.”Caden menghela napas panjang. “Bagus juga kamu pulang. Kak Fiona nggak tahu masalah Bibi Lyana, sedangkan aku juga nggak begitu bisa berkomunikasi dengan Bibi Lyana. Berhubung kamu sudah pulang, temani dan hiburlah dia.”Camila menjawab, “Kak Fiona lagi hamil. Sebaiknya jangan buat dia khawatir. Aku akan jaga Bibi Lyana.”“Emm. Naomi tahu kamu pulang?”Camila menggeleng. “Pesawatku terbang di tengah malam. Dia seharusnya s
“Anak yang dikandung Catherine itu anakmu atau bukan?”Dylan mengernyit. “Aku nggak tahu.”Camila bertanya lagi, “Jadi, kamu sudah pikirkan cara penyelesaiannya?”Dylan menggeleng lagi dan menjawab dengan kesal, “Belum.”Camila menghela napas panjang. “Ajak dia keluar. Bilang saja kalian akan pergi daftarkan pernikahan kalian hari ini.”Dylan langsung membelalak. “Aku nggak akan nikahi dia! Pernikahan itu bukan permainan anak. Aku nggak akan menikah dengannya!”Camila menjulingkan matanya. “Memangnya kamu nggak bisa bohong?”Dylan pun terlihat bingung. “Hmm?”Camila tidak menjelaskan, hanya berkata, “Kalau kamu mau tangani masalah Catherine dengan baik, turuti kata-kataku! Ajak dia keluar hari ini!”Dylan buru-buru bertanya, “Kamu punya cara penyelesaiannya?”Camila menjawab, “Kamu ajak dulu dia keluar. Paling bagus kalau bisa ajak dia ketemu di rumah sakit. Aku akan bicara dengannya.”Dylan segera menunjukkan tampang layaknya seekor pug dan menyanjung, “Kalau kamu bisa bantu aku tanga
Keesokan paginya.Dylan terbaring di ranjang pasien dan tidak berhenti muntah kering. Dia memanggil Caden dengan lemas, “Caden, tolong ambilkan segelas air untukku. Aku mau kumur-kumur. Cepat dikit. Mulutku bau banget.”Pintu kamar pasien dibuka seseorang, lalu tercium aroma familier seseorang ....Dylan menyadari sesuatu dan jantungnya tiba-tiba berdebar kencang. Dia pun buru-buru mendongak.Camila mengenakan mantel panjang dan menggeraikan rambut ikal panjangnya yang berwarna cokelat sedang berdiri di depan pintu. Dia juga memakai masker, kacamata hitam, dan sepatu hak tinggi setinggi 7 cm. Sebelah tangannya bertumpu pada koper, sedangkan yang satu lagi dimasukkan ke saku mantel. Dia benar-benar terlihat layaknya seorang wanita yang mendominasi.Meskipun Camila membalut dirinya dengan rapat, Dylan tetap langsung mengenalinya. Seluruh tubuh Dylan pun menegang. Entah kenapa, dia mulai merasa panik dan jantungnya juga berdebar makin kencang. Dia hanya menatap Camila dengan mata membelal
“Halo, Naomi. Kangen sama aku?”Naomi menghela napas dan berkata, “Hari ini, Bibi Lyana pingsan.”Camila seketika terkejut. “Bibi Lyana kenapa?”Naomi menceritakan masalah Catherine kepada Camila. Setelah tertegun beberapa saat, Camila baru menyahut, “Benar-benar ada orang yang mengandung anak Dylan? Ternyata mual kehamilan bisa berpindah ke seorang ayah!”Di pagi hari, mereka baru membicarakan hal ini. Camila dan Naomi merasa Dylan hanya sakit, tetapi tidak percaya mual kehamilan bisa berpindah ke seorang ayah. Tak disangka, berita heboh mengenai kehamilan Catherine langsung keluar malamnya.Naomi berujar, “Masih belum tentu itu anak Dylan atau bukan. Apalagi, itu cuma kata-kata sepihak Catherine. Dia bahkan menolak untuk melakukan tes DNA. Aku rasa pasti ada yang disembunyikannya.”Camila terdiam sejenak sebelum menjawab, “Memang ada yang aneh. Kalau itu memang anak Dylan, dia pasti akan biarkan Dylan tes DNA dengan tenang! Tapi, Catherine bernyali juga. Beraninya dia mengancam Dylan
“Apa uang bisa menyingkirkannya?” tanya Caden.Dylan menggeleng. “Dia cuma mau status sebagai istriku.”Caden mengernyit. “Aku dan dia nggak punya hubungan apa pun. Kalau kamu nggak bisa bertindak, apa perlu aku yang cari dia untuk membicarakannya?”Dylan mengerutkan keningnya dan menggeleng. “Aku nggak bisa melukainya.”Caden berujar, “Tapi, kamu mau punya persiapan mental. Kalau kamu nggak bisa tangani hal ini dengan baik, Bibi dan Paman mungkin akan tertimpa masalah besar.”Hanya setelah mengetahui faktanya saja, Lyana sudah langsung pingsan. Jika dia melihat jasad janin itu, mungkin saja dia akan langsung meninggal.Dylan menjentikkan abu rokok dengan kuat. “Haih ....”Kali ini, Dylan benar-benar bertemu kesulitan. Hal ini jauh lebih serius daripada isu kehamilan beberapa hari lalu. Dia benar-benar tidak menemukan cara penyelesaiannya.Entah karena terlalu cemas atau apa, sebelum menghabiskan sebatang rokok ini, Dylan mulai muntah-muntah lagi. Berhubung lambungnya kosong, dia hanya
“Dia nggak bersedia keluar. Dia cuma kasih waktu seminggu kepada kami untuk mempertimbangkannya. Seminggu lagi, kalau aku nggak bawa dia daftarkan pernikahan kami, dia akan kirim jasad janin itu ke rumah!”Caden juga merasa sangat kesal setelah mendengar ancaman itu. Dia bertanya dengan ekspresi muram, “Kalau dia merasa itu anakmu, kenapa dia nggak bersedia lakukan tes DNA?”Dylan menjawab dengan kesal, “Aku sudah tanya, tapi dia nggak mau kasih penjelasan. Dia cuma bilang, kami boleh nggak percaya dan langsung menolak, lalu tinggal tunggu terima jasad janin itu.”Catherine tahu jelas kelemahan Kevin dan Lyana. Berhubung mereka sangat menginginkan cucu, mereka pasti tidak berani mengambil risiko. Sementara itu, Dylan adalah anak yang berbakti dan juga tidak akan berani mengambil risiko. Bagaimanapun juga, apabila Kevin dan Lyana melihat jasad janin itu, mereka pasti tidak akan bisa menerimanya. Mungkin saja, hal ini juga akan menimbulkan korban jiwa.Caden bertanya dengan nada dingin,
Ketika Caden tiba di rumah sakit, Lyana baru keluar dari UGD. Dia berbaring di atas ranjang pasien dengan tenang dan masih belum sadarkan diri.Kevin duduk di samping ranjang pasien dengan ekspresi yang sangat suram, entah karena terlalu khawatir atau terlalu marah. Di sisi lain, Dylan menyeret tubuhnya yang masih lemah dan berlutut di samping dengan tampang bersalah.Melihat situasi ini, Caden sangat terkejut. Ketika di telepon tadi, Dylan hanya mengatakan sudah terjadi masalah, tetapi tidak mengatakan apa yang terjadi.Caden berjalan masuk ke kamar rawat dan bertanya dengan pelan, “Paman, gimana keadaan Bibi?”Kevin mendongak dan menjawab dengan sepasang mata yang merah, “Dia terlalu marah sampai terkena serangan jantung dan pingsan.”Caden pun terkejut. “Waktu aku pergi, dia masih baik-baik saja. Kenapa dia bisa tiba-tiba begitu marah?”Kevin memelototi Dylan dengan dingin, lalu berseru marah, “Tanyakan saja sama anak durhaka ini! Semua ini gara-gara dia! Perbuatannya benar-benar te
Naomi tiba-tiba berlinang air mata. Sebenarnya, dia tahu apa alasan anak-anak memamerkan sertifikat penghargaan mereka, dan Rayden memberitahunya bahwa dia berinisiatif mencari teman baru. Itu karena mereka ingin menghiburnya. Sebagai seorang ibu, dia malah dihibur oleh anak-anaknya.Naomi merasa terharu, tetapi juga bersalah. “Senang. Mama senang banget. Malam ini, Mama akan masak sendiri dan buatkan makanan enak buat kalian. Akhir-akhir ini, keadaan Mama kurang baik karena khawatir sama Braden dan Hayden. Maaf sudah buat kalian khawatir.”Jayden bertanya, “Sekarang, Mama sudah baikan?”Naomi tersenyum. “Sudah.”Baby bertanya, “Mama, kapan Kak Braden dan Kak Hayden pulang? Aku sudah kangen sama mereka.”Naomi menjawab, “Mereka akan segera pulang. Mereka juga kangen banget sama Baby.”Naomi mengobrol sejenak dengan anak-anak, lalu berkata pada Steven, “Terima kasih kamu sudah pergi jemput anak-anak. Malam ini, kamu makan saja di sini. Aku akan masak lebih banyak.”Steven buru-buru menj