Baby sama sekali tidak melihat Caden. Dia merangkul leher Samuel dengan erat, lalu berucap dengan manja, "Papa, Baby mimpi buruk. Baby takut ...."Samuel memeluk Baby dengan erat sembari menghibur, "Baby, jangan takut. Papa sudah pulang. Papa akan melindungi Baby."Suara Samuel bergetar saking sedihnya. Hubungan Samuel dan Baby sangat dekat. Sementara itu, Caden terpaku di tempat. Dia merasa sakit hati ketika melihat kedekatan Samuel dan Baby.Braden dan ketiga adiknya sudah memperkirakan hal ini. Hanya saja, mereka tidak menyangka Caden dan Samuel akan masuk bersama. Awalnya, mereka mengira Caden akan masuk bersama Naomi terlebih dahulu. Setelah itu, dia baru mengizinkan Samuel menemui Baby.Siapa sangka, Caden malah masuk bersama Samuel. Bukannya ini sama saja dengan mencari masalah sendiri? Baby pasti lebih mencintai Samuel. Bagi Caden, ini adalah malapetaka.Braden dan ketiga adiknya merasa tidak berdaya. Jayden merasa kasihan pada Caden. Dia menggandeng tangan Caden, lalu berusaha
"Iya, aku pasti ingat," ucap Baby.Samuel mencubit pipi Baby dan berujar dengan lembut, "Papa bawa kamu pulang."Baby menanggapi, "Ha? Bukannya ini rumah kita? Mama dan Kakak tinggal di sini. Oh, iya. Mana Mama?"Samuel tidak bisa berkata-kata. Naomi segera menyeka air matanya, lalu menyahut, "Baby, Mama di sini."Baby baru melihat Naomi. Dia memanggil dengan mata berbinar-binar, "Mama!"Naomi langsung menggendong Baby. Sekarang Naomi baru merasa tenang. Baby juga melihat Caden. Dia memiringkan kepalanya, ekspresinya terlihat bingung.Caden merasa gugup. Dia memanggil dengan hati-hati, "Baby."Baby bertanya, "Apa kamu kenal aku?"Caden terdiam. Baby melihat Samuel dan bertanya lagi, "Papa, kenapa Paman yang tampan ini sangat mirip sama kakak-kakakku?"Hati Caden hancur. Baby memanggilnya "paman" dan memanggil Samuel "papa". Suasana di ruang tamu menjadi canggung. Nasib Caden sangat menyedihkan.Braden langsung mengabaikan pertanyaan Baby, lalu berkata kepada Naomi, "Mama, kamu bicara d
Setelah beberapa saat, Braden baru berujar, "Jangan berkelahi lagi. Baby pasti takut kalau lihat kalian berkelahi."Mendengar ucapan Braden, Caden dan Samuel langsung berhenti. Ucapan Braden berhasil mengendalikan mereka berdua. Berkelahi adalah masalah sepele, tetapi membuat Baby ketakutan adalah masalah serius.Caden dan Samuel menyayangi Baby. Mereka tidak lanjut berkelahi lagi. Keduanya duduk berseberangan di sofa dan dipisahkan meja. Mereka berdua yang berkeringat memelototi satu sama lain sambil menghela napas.Braden mengatupkan bibirnya setelah melihat ayah kandungnya dan Samuel. Dia merasa mereka berdua adalah pria licik.Caden dan Samuel menghajar satu sama lain, tetapi wajah mereka sama sekali tidak terluka. Keduanya pasti takut Baby akan khawatir melihat salah satu dari mereka yang wajahnya terluka. Mungkin Baby akan membenci pemukulnya.Jadi, Caden dan Samuel sama-sama menghindari wajah saat melayangkan pukulan. Mereka hanya fokus pada bagian-bagian yang tidak terlihat. Si
Braden bertanya, "Apa mereka itu diutus oleh penyokongmu?"Samuel terkejut. Braden lanjut bertanya, "Kamu begitu menyukai Baby dan anak-anak. Kamu pasti nggak tega melukaiku. Seharusnya penyokongmu yang melukaiku waktu rekreasi sebelumnya, 'kan?"Samuel mengernyit. Dia menatap Braden lekat-lekat. Waktu itu Samuel memang menyiapkan rencana cadangan, tetapi bukan melukai Braden. Jadi, bukan Samuel yang merencanakan untuk mencelakai Braden.Hanya saja, Samuel tidak menyangka Braden bisa menyadari ada yang tidak beres. Bahkan, Braden langsung menanyakannya.Samuel memang tidak boleh menyamakan kepintaran Braden dengan Baby. Braden jauh lebih pintar dari anak seumurannya.Samuel tidak langsung menjawab pertanyaan Braden. Dia hanya berkata, "Tolong kalian jaga Baby untuk beberapa hari. Setelah selesaikan masalah pribadiku, aku akan jemput dia."Selesai bicara, Samuel hendak pergi. Braden memanggilnya, "Pak Samuel, aku mengerti kamu membenci Keluarga Pangestu. Tony dan Keluarga Pangestu sudah
Samuel tidak menanggapi perkataan Braden, lalu Braden melanjutkan, "Selain itu, setelah Paman Yamin dan Bibi Abigail meninggal, bagaimana caranya kamu bisa hidup dan jatuh ke tangan penculik? Berdasarkan sifat Tony yang kejam, dia nggak mungkin membiarkan kamu hidup.""Penculik itu juga nggak hanya menghasilkan uang dengan memperdagangkan anak-anak. Perbuatan mereka lebih kejam. Dalam situasi seperti itu, kenapa mereka malah menjualmu dan membiarkanmu hidup?" lanjut Braden.Braden meneruskan, "Mengenai Kakek, kalau dia nggak ingin Nenek mengadopsimu, nggak mungkin dia pergi ke Desa Silas untuk bicara dengan orang tua asuhmu. Kalau perhatiannya cuma akting dan dia cuma ingin menunjukkan ketulusannya di depan Nenek, kenapa dia nggak langsung membunuhmu di gunung?"Samuel tertegun. Braden menatap Samuel lekat-lekat sembari lanjut bicara, "Bukannya lebih baik kalau dia langsung membunuhmu? Kalau membiarkanmu hidup, Kakek pasti takut kamu mencari Nenek dan menceritakan hal itu padanya."Bra
Caden langsung melihat Hayden. Dia tahu Hayden berpesan seperti itu karena melihat para pengawal sangat setia kepada Baby. Biarpun tidak dibawa ke rumah sakit, mereka akan tetap dihabisi."Bagaimana dengan anak buah yang diutus pihak lain?" tanya Caden.Bawahan menyahut, "Mereka masih hidup dan nggak ada yang menyelamatkan mereka."Caden memandang Samuel. Kala ini, Samuel terlihat emosional. Dia mengatupkan bibirnya dan menghela napas. Samuel yang murka memerintah, "Oke, jangan bertindak tanpa izinku."Setelah mengakhiri panggilan telepon, Samuel melihat Caden dan menjelaskan, "Beberapa orang itu sudah menjaga Baby bertahun-tahun dan sangat setia pada Baby. Kali ini, mereka membawa Baby ke Kota Jawhar tanpa sepengetahuanku karena nggak tega lihat Baby menangis. Mereka juga nggak mau melawan perintah Baby ...."Mata Samuel memerah. Caden berkata, "Itu bukan perbuatan bawahanku.""Aku tahu. Jangan beri tahu Baby. Selain itu, tolong makamkan mereka," timpal Samuel.Selesai bicara, Samuel
Distrik Jafi adalah wilayah yang terletak di pinggiran Kota Jawhar. Jaraknya cukup jauh dari pusat kota. Di distrik itu terdapat banyak gunung dan proyek pariwisata.Setelah meninggalkan Vila Maison, Samuel naik ke sebuah mobil hitam dan pergi ke Distrik Jafi. Dia dicegat saat sampai di persimpangan jalan gunung. Ini adalah jalan menuju ke sebuah lokasi agrowisata.Mobil berhenti. Sopir melihat Samuel dengan ekspresi khawatir dan memanggil, "Kak Samuel."Samuel memerintah dengan ekspresi muram, "Jangan keluar dari mobil!"Samuel turun dari mobil sendirian dan membanting pintu. Dua pria yang tampak garang mengamati Samuel. Sudah jelas mereka tidak mengenal Samuel. Salah satu dari mereka berujar dari kejauhan, "Hari ini agrowisata nggak beroperasi, cari tempat lain saja."Samuel mengabaikan mereka dan terus berjalan ke depan. Kedua orang itu baru merasakan ada yang tidak beres. Mereka bertanya, "Kamu cari siapa?"Samuel tidak berbicara. Kedua pria itu bertatapan dan langsung bertindak. S
Samuel mengancam pria berkacamata, "Kalau kamu berani bicara lagi, aku akan habisi kamu sekarang. Dia juga nggak akan berani menyakitiku meskipun aku menghabisimu. Dia itu bos kalian, tapi dia bukan apa-apa bagiku! Bawa aku untuk temui dia!"Pria berkacamata gemetaran. Dia tidak berani melawan. Samuel mencekik leher pria berkacamata sambil berjalan masuk. Orang lain mengikuti mereka dengan waswas dan tidak tahu harus melakukan apa.Semua orang yang bisa bekerja di tempat ini pasti orang kejam. Namun, mereka malah takut melihat Samuel. Kala ini, Samuel terlihat seperti iblis!Ponsel salah satu pria berdering. Dia langsung menjawab panggilan telepon, "Halo?""Samuel datang sendiri?" tanya penelepon.Pria itu menjawab, "Iya. Mobilnya berhenti di persimpangan jalan. Dia masuk sendiri.""Ada orang yang mengikuti Samuel?" tanya penelepon.Pria itu menyahut, "Nggak ada. Kami sudah menyelidikinya begitu dia muncul. Dia nggak membawa apa pun."Putih yang bersembunyi di rerumputan menjulurkan li
Leon melangkah maju dengan garang. Alhasil ....Sebelum Leon sempat mendekati Caden, Caden sudah menendangnya hingga dia terpental sangat jauh. Setelah berkelahi secara langsung, Leon baru menyadari seberapa besar perbedaannya dengan Caden.Gerakan Caden sangat lincah, juga bertenaga dan tepat sasaran. Jangankan memukul Caden, Leon bahkan tidak sempat menghindari serangan Caden. Setelah meninju wajah Leon beberapa kali, Caden menendang lututnya sehingga Leon langsung jatuh berlutut di lantai. Kemudian, Caden yang berekspresi dingin berdiri di belakang Leon dan membidik tepat pergelangan kakinya sebelum menginjaknya dengan kuat.Seiring dengan suara tulang patah yang nyaring, Leon pun berteriak kesakitan, “Ah!”Namun, Caden masih belum mengampuni Leon. Dia menendang tulang rusuk Leon sehingga Leon terpental sangat jauh. Tulang rusuk Leon pun patah akibat tendangan itu.Caden berjalan mendekati Leon dengan ekspresi suram. Kali ini, tidak ada lagi kearoganan dan ejekan dalam mata Leon sa
Leon berseru dengan marah, “Aku orang picik, sedangkan dia pria sejati? Kalau dia itu pria sejati, dia nggak akan bilang mencintaimu, tapi malah bawa kamu datang untuk meneliti virus baru dan obat penawarnya!”“Kamu tahu seberapa berbahaya virus ini? Begitu nggak hati-hati, kamu akan langsung terinfeksi! Setelah terinfeksi, kamu akan sangat menderita! Ini nggak ada bedanya dengan mau celakai kamu, juga nggak peduli sama hidup dan matimu!”Begitu mendengar ucapan Leon, Naomi makin murka dan menyahut sambil menggertakkan gigi, “Caden nggak membujukku untuk meneliti virus ini! Aku sendiri yang mau melakukannya! Dia setuju aku datang kemari bukan karena nggak peduli sama hidup dan matiku, tapi karena tahu dia nggak akan bisa menghentikanku!”“Sebaliknya kamu. Kamu juga tahu seberapa berbahaya virus ini? Kamu tahu betapa menderitanya orang yang terinfeksi virus ini? Tapi, kamu malah mau gunakan virus ini untuk celakai orang? Kenapa kamu bisa sekejam itu!”Leon berseru, “Ini semua demi kamu!
Leon awalnya mengira Naomi tidak akan peduli padanya dalam waktu dekat. Jadi, saat melihat Naomi berjalan mendekatinya, dia merasa sangat gembira. Setelah berjarak dekat dengan Naomi, dia menyapa, “Naomi.”“Plak!” Begitu mendengar sahutan Leon, Naomi langsung menamparnya. Kepala Leon terkulai ke samping akibat tamparan itu. Di pipinya, terlihat bekas telapak tangan yang sangat jelas.Leon menoleh ke arah Naomi dan menatapnya dengan perasaan campur aduk. “Naomi ....”Naomi menggertakkan gigi dan berseru dengan tubuh gemetar, “Aku bukan cuma salah menilaimu, juga terlalu meremehkanmu. Leon, kamu benar-benar hebat! Kamu sudah sepenuhnya mengubah pengertianku terhadap sampah masyarakat!”“Aku pernah ketemu banyak sampah masyarakat, tapi nggak pernah ketemu sama yang separah kamu! Selain mau celakai Camila, Paman Herbert, dan Keluarga Nandara, kamu juga berniat untuk celakai rakyat jelata? Leon, kamu benar-benar nggak layak jadi manusia!”Leon yang ditampar tidak sedih, malah berkata dengan
Setelah menerima data-data yang bersangkutan dengan virus itu, Naomi pun memusatkan semua perhatiannya pada hal ini hingga lupa makan dan tidur. Meskipun sudah membaca sampai jam 3 dini hari, dia masih menolak untuk tidur. Jika bukan karena dipaksa Caden, dia mungkin akan bergadang.Setelah tidur tidak sampai 4 jam, Naomi bangun pagi-pagi keesokan harinya dan lanjut meneliti hal ini seharian. Saat menjelang malam, dia tiba-tiba berkata, “Aku mau pergi ke rumah sakit.”Melihat ekspresi Naomi yang serius, Caden bertanya, “Nggak bisa ditunda?”“Nggak bisa! Aku harus pergi sekarang!”Caden tahu tidak ada gunanya dia menghentikan Naomi. Jadi, dia pun menemani Naomi. Joseph dan anak-anak tahu Naomi sedang menyibukkan hal serius. Mereka menyuruhnya untuk bekerja dengan tenang dan tidak perlu mengkhawatirkan urusan rumah.Selama perjalanan, Naomi tidak berhenti mengerutkan keningnya. Caden menggenggam tangannya dan berkata, “Yang penting kamu sudah berusaha yang terbaik. Untuk sisanya, kita se
Caden pulang di malam hari. Begitu dia mendekati Naomi, Naomi langsung berkata, “Kamu sudah merokok, juga pergi ke rumah sakit. Ada apa? Apa ada masalah?”Indera penciuman Naomi sangat sensitif, terutama dalam mencium bau obat dan rokok. Caden pun tertegun setelah mendengar ucapan Naomi.Naomi lanjut berkata, “Jujurlah padaku. Kalau kamu menutupinya dariku, aku akan makin khawatir.”Caden akhirnya menjawab jujur, “Aku pergi ke rumah sakit untuk ketemu Robbin.”“Karena masalah obat penawar?”“Emm.”“Ada apa dengan obat penawarnya? Hari ini, Camila juga meneleponku untuk tanya masalah obat penawar dan virus itu. Leon sudah menghubunginya.”Caden bertanya dengan kening berkerut, “Apa yang dikatakan Leon?”“Dia masih mau pakai Paman Herbert buat ancam Camila supaya bisa rebut harta Keluarga Nandara. Dia bilang cuma dia yang bisa tolong Paman Herbert.”“Suruh Camila abaikan dia.”“Emm. Apa yang kamu dan Robbin gusarkan? Bukannya Paman Herbert nggak terinfeksi virus?”Naomi tidak mengetahui
Seusai sarapan, Caden tiba-tiba menerima telepon dari Robbin. Keadaan putra haram Zaskia sudah bertambah parah dan nyawanya juga terancam. Ini adalah kabar buruk. Jika virus ini bukan hanya membuat orang sakit, tetapi juga bisa merenggut nyawa, itu berarti masalahnya jauh lebih serius dari yang diperkirakan mereka.Caden mengernyit dan menyimpan kembali ponselnya. Kemudian, dia berpesan pada Naomi, “Kamu istirahat saja yang baik di rumah. Kalau ada apa-apa, telepon aku. Aku mau keluar dulu.”Naomi yang menyadari keanehan caden bertanya, “Ada masalah apa?”“Masalah kerja. Kamu nggak usah khawatir soal aku maupun Ayah. Aku akan tangani semuanya. Kamu cuma perlu istirahat yang tenang.”Seusai berbicara, Caden mengecup dahi Naomi dan menyelimutinya sebelum berjalan keluar. Setelah turun ke lantai bawah, dia menanyakan rencana Joseph untuk hari ini. Joseph khawatir mereka akan mengganggu istirahat Naomi. Jadi, dia ingin membawa Maria dan anak-anak jalan-jalan. Caden langsung mengaturkan or
“Dia mau buka studio yang khusus menangani anak-anak dengan gangguan psikologis,” jawab Caden.Joseph bertanya dengan heran, “Dia kan bukan belajar psikologi waktu kuliah. Kenapa dia bisa berpikir untuk kerja di bidang itu?”“Dia pernah hidup di daerah pegunungan selama beberapa tahun dan belajar ilmu medis waktu senggang. Sekarang, dia sangat tertarik dalam bidang ini.”Begitu mengungkit tentang kehidupan Naomi di gunung, Joseph menyahut dengan bersemangat, “Aku baru mau tanya sama kamu. Waktu Celine kena masalah sebelumnya, dengar-dengar ada yang menolongnya, lalu bawa dia dan anak-anak hidup di gunung selama 5 tahun. Kamu tahu siapa yang menolongnya?”“Nggak tahu.”Joseph bertanya dengan terkejut, “Bahkan kamu juga nggak tahu?”“Emm. Naomi bilang, sebelum turun gunung, dia sudah pernah janji pada penyelamatnya untuk nggak cerita soal kehidupan mereka selama di gunung atau ungkapkan informasi tentang penyelamatnya.”Joseph merasa makin terkejut. “Hal ini perlu dirahasiakan sampai seg
Sebelum masuk ke kamar mandi, Naomi berusaha untuk mencari kembali sedikit akal sehatnya. Dia memperingati Caden, “Cu ... cuma boleh sekali, ya!”Caden menarik napas berat dan buru-buru menyetujuinya. “Oke!”Malam ini, Naomi dan Caden melewati malam penuh gairah. Sesuai dugaan, Caden sudah berjanji hanya akan melakukannya sekali, tetapi akhirnya malah melakukannya berulang kali.Keesokan harinya, Naomi pun merasa sangat lemas. Dia berusaha untuk turun dari tempat tidur beberapa kali, tetapi malah gagal. Kedua kakinya sangat lemas hingga tidak sanggup menahan berat tubuhnya, sedangkan tubuhnya juga terasa sangat berat seperti ditimpa oleh batu yang besar.Naomi sama sekali tidak bisa turun dari tempat tidur. Begitu berdiri, kakinya langsung gemetar. Dia pun memelototi pria yang tidur di sampingnya dan mengumpat, “Caden! Dasar bajingan!”Caden tahu dirinya yang tidak dapat mengendalikan diri dan sudah menyiksa Naomi semalaman. Dia pun tidak berani melawan karena khawatir istrinya marah d
Naomi langsung merinding, lalu hendak mendorong Caden. “Siapa yang mau mandi bareng kamu!”“Aku sudah mabuk, nggak bisa mandi sendiri, cuma bisa mandi bareng kamu.”Naomi tahu apa yang ingin dilakukan Caden. Dia pun membalas dengan malu, “Kalau nggak bisa mandi, kamu nggak usah mandi malam ini!”“Nggak bisa, kotor!”“Aku nggak merasa kamu kotor. Cepat pergi tidur sana!”Naomi hendak mendorong Caden, tetapi Caden malah berjalan mendekat dan menekan tubuh Naomi ke arah pintu. Tubuh mereka menempel dengan erat tanpa ada sedikit celah pun.Meskipun terhalang pakaian, Naomi bisa merasakan detak jantung Caden yang kuat dan seluruh tubuhnya yang panas. Jantung Naomi pun secara refleks berdetak makin kencang dan napasnya mulai memburu. Suasana di dalam kamar langsung berubah dan terasa sangat intim. Naomi diam-diam menelan ludah, lalu mengancam dengan suara rendah, “Caden! Cepat minggir! Kalau nggak, aku akan mulai maki orang, lho!”Naomi menolak permintaan Caden karena memiliki alasan kuat.