Naomi sangat gugup hingga telapak tangannya berkeringat. Jantungnya berdebar kencang. Naomi menggerakkan bibirnya, tetapi tidak bersuara. Dia merasa kesal dengan dirinya sendiri.Saat sendirian, Naomi sangat berani. Namun, dia pasti menciut pada saat-saat penting. Naomi takut begitu melihat Caden.Ketika teringat dirinya yang tidak bisa tidur karena resah, Naomi langsung membuat keputusan. Dia mengangkat dagunya dan bertanya seraya memelototi Caden, "Apa kamu menyukaiku?"Caden sedikit terkejut. Dia tidak menyangka Naomi langsung menanyakan hal ini. Melihat Naomi mengernyit, Caden tidak tahu apakah Naomi sengaja bersikap galak agar nanti dirinya tidak merasa malu atau dia memang bertanya kepada Caden dengan perasaan kesal.Caden merasa bimbang. Dia tidak berani langsung menjawab. Sebenarnya, Caden bisa merasakan perubahan sikap Naomi kepadanya belakangan ini. Caden merasa Naomi mulai menyukainya.Naomi sering tersipu malu di depan Caden. Dia juga makin mematuhi dan memercayai Caden. Sa
Caden masih membayangkan momen indah saat mengungkapkan isi hati. Tiba-tiba, ponselnya berdering. Steven menelepon lagi.Suasana hati Caden langsung menjadi buruk. Tidak ada yang suka bekerja, termasuk presdir. Begitu menjawab panggilan telepon, Caden langsung memarahi Steven, "Kalau kelak aku jomblo, kamu harus bertanggung jawab!"Steven bergidik. Astaga, apa dia menyinggung Caden lagi? Caden mengakhiri panggilan telepon. Dia tidak memanggil sopir.Caden turun dari mobil, lalu naik ke kursi pengemudi dan menjalankan mobilnya ke depan gerbang. Hari ini, plat nomor mobil Tiara termasuk dalam aturan ganjil genap. Jadi, dia hendak naik taksi ke sekolah.Caden menghentikan mobil di depan Tiara, lalu menurunkan jendela mobil dan berujar, "Aku antar kamu saja.""Ha?" sahut Tiara yang terkejut.Caden berbicara jujur, "Aku ingin mengobrol denganmu."Tiara mengangguk, lalu naik ke kursi pengemudi bagian depan setelah ragu-ragu sejenak. Tiara khawatir Caden salah paham jika dia duduk di kursi be
Tiara ragu-ragu untuk berbicara jujur pada Caden. Bagaimanapun, Naomi belum memikirkan rencana di masa depan.Belakangan ini, Naomi terus menebak Caden menyukainya atau tidak. Dia belum memikirkan apa yang akan dilakukannya jika Caden menyukainya.Kejadian 6 tahun yang lalu dan anak-anak membuat hubungan mereka berdua menjadi rumit. Jadi, Tiara hanya berani memotivasi Naomi dan tidak berani bicara sembarangan di depan Caden. Dia tidak ingin merepotkan Naomi.Caden tahu Tiara bimbang. Dia berbicara dengan tulus, "Aku bertanya padamu karena aku percaya kamu pasti ingin Naomi bahagia. Aku sudah memberitahumu perasaanku. Sekarang aku ingin tahu perasaan Naomi bukan cuma demi aku, tapi juga demi Naomi."Caden melanjutkan, "Kalau Naomi juga menyukaiku, aku akan mengungkapkan isi hatiku kepadanya dan mencintainya dengan tulus. Kami akan membangun masa depan yang bahagia."Caden meneruskan, "Kalau dia nggak menyukaiku atau perasaan sukanya nggak cukup dalam, aku akan terus menyembunyikan peras
Caden tidak mengetahui hal ini. Melihat Tiara tidak berbicara, dia bertanya lagi, "Naomi punya keraguan apa?"Tiara tidak berani memberi tahu Caden. Dia hanya berucap, "Ini masalah pribadi Naomi. Kalau kamu ingin tahu, langsung tanyakan saja kepadanya."Caden tidak memaksa Tiara memberitahunya. Dia bertanya, "Apa kamu tahu tentang ayah Braden, Hayden, dan Jayden?"Caden mengira kemungkinan keraguan Naomi berhubungan dengan ayah anak-anak. Bagaimanapun, jika Caden dan Naomi bersama, itu berarti Caden akan menjadi ayah tiri anak-anak Naomi.Tiara terkejut. Dia membalas, "Nggak ... aku nggak tahu!"Caden yang curiga menanggapi, "Kamu itu sahabat yang paling dekat dengan Naomi, masa kamu nggak tahu tentang suaminya?"Tiara tertegun, suami Naomi? Bukannya Caden adalah ayah kandung Braden, Hayden, dan Jayden? Jadi, Caden menganggap suami Naomi sebagai ayah dari ketiga anak itu? Apa Caden bodoh?Namun, Rayden mengatakan sebelumnya Caden pernah melakukan tes DNA dan hasil tes DNA menunjukkan R
Braden menjawab dengan serius, "Kelebihannya sangat banyak, tapi kekurangannya juga nggak sedikit.""Ha? Coba jelaskan," ujar Naomi.Braden menjelaskan, "Kelebihan terbesarnya itu karakternya bagus, dia berprinsip, kompeten, bertanggung jawab, dan bisa diandalkan. Poin tambahannya itu dia bukan cuma bisa menghasilkan uang, dia juga bisa menjaga keluarga dan lumayan tampan. Dia termasuk pria berkualitas."Braden melanjutkan, "Kekurangannya itu dia kaku, blak-blakan, galak, dominan, dan nggak pandai menghibur wanita. Kalau Mama bersamanya, mungkin harus dibimbing dulu."Wajah Naomi memerah. Dia menimpali, "Aku ... nggak bilang mau bersamanya."Braden menanggapi, "Maksudku ke depannya, aku merasa Mama sudah mulai menyukainya. Ke depannya mungkin kalian bisa bersama."Naomi memandang Braden dengan ekspresi terkejut. Bahkan, anaknya juga bisa melihat dia menyukai Caden. Apa perasaan sukanya begitu jelas?Naomi melihat Braden dengan hati-hati dan bertanya, "Kalau misalnya ke depannya kami be
Mendengar suara perawat yang cemas, Naomi segera turun dari tempat tidur dan keluar. Dia bertanya, "Ada apa?"Keempat anak yang mendengar suara perawat juga keluar. Mereka berdiri di samping Naomi dan memandangi perawat dengan waswas.Perawat buru-buru menyahut, "Aku mau pinjam kotak obat, Pak Samuel jatuh dan lukanya berdarah. Aku mau bawa dia ke rumah sakit, tapi dia menolak. Pak Samuel cuma suruh aku bantu dia obati lukanya. Hanya saja, di rumahnya nggak ada kotak obat."Naomi berujar seraya mengernyit, "Aku mau periksa kondisinya."Naomi memahami ilmu medis, jadi dia tidak mungkin mengabaikan Samuel. Naomi menyampirkan jaket ke bahunya, lalu mengambil kotak obat dan hendak pergi ke rumah Samuel.Anak-anak saling bertatapan dan buru-buru mengikuti Naomi. Namun, Naomi dicegat Caden begitu keluar. Caden berdiri di depan Naomi sambil membawa buket bunga dan sekantong bahan makanan.Hari ini, Caden baru tahu Naomi menyukainya. Tentu saja dia ingin merayakan bersama Naomi karena merasa s
Caden ingin mengatakan dia mengambilnya dari toko bunga Naomi. Namun, Naomi tidak tahu Caden memberinya toko bunga. Jadi, Caden terdiam.Caden tidak berani memberi tahu Naomi hal ini, sama seperti masalah saham 2 persen yang Caden minta dari Tony.Melihat ekspresi Naomi yang kebingungan, Caden berdeham dan berujar, "Aku tampan, jadi cukup dibayar dengan pesonaku."Naomi tidak bisa berkata-kata. Caden segera menambahkan, "Kamu istirahat saja. Malam ini aku yang masak. Aku akan memanggilmu setelah selesai."Caden melepaskan jaket, lalu menggantungnya di tiang gantungan dekat pintu dan memakai sandal. Dia pergi ke dapur dengan membawa sekantong bahan makanan.Caden tahu malam ini Tiara tidak pulang dan Tiara yang memberitahunya. Setelah mengobrol, Caden dan Tiara pun berteman. Tiara mendukung Caden mengejar Naomi.Naomi memandangi sosok Caden dan diam-diam mencium bunga mawarnya. Dia tersenyum semringah. Naomi meletakkan bunga mawar di rak televisi, lalu pergi ke dapur. Dia berniat memasa
Samuel berdiri, lalu pergi ke kamar mandi dengan membawa alkohol dan kain kasa. Begitu pintu kamar mandi ditutup, ekspresi Samuel langsung berubah drastis. Dia terlihat seperti orang yang berbeda.Samuel berdiri di depan wastafel dan memandangi dirinya sendiri di cermin. Dia menyipitkan matanya. Tatapan Samuel sangat mengerikan.Samuel menusuk luka di dahi dengan jari tangannya, lalu menuliskan marga "Pangestu" di cermin. Kemudian, dia membuat tanda silang pada tulisan itu.....Sementara itu, Tiara memberi tahu Naomi malam ini dia tinggal di rumah ibunya. Jika Naomi bersedia, dia boleh menyuruh Caden bermalam di rumahnya.Wajah Naomi langsung memerah. Dia berujar, "Jangan bicara sembarangan!"Tiara membalas seraya tersenyum, "Kamu nggak usah malu, kalian itu orang dewasa. Lagi pula, kalian saling menyukai. Naomi, kesempatan nggak datang 2 kali. Dia juga sangat tampan, kamu untung besar kalau tiduri dia."Naomi mengingatkan, "Kalau kamu bicara sembarangan lagi, aku akhiri panggilan tel
Camila menyahut, "Aku datang melihatmu."Dylan mengeluh, "Seharusnya kamu bilang dulu sebelum datang."Camila tertawa, lalu menimpali, "Kenapa? Apa kamu mau berdandan dulu?"Dylan mengatupkan bibirnya. Dia sudah terbiasa sok ganteng. Sekarang kondisinya sangat menyedihkan, jadi Dylan tidak ingin bertemu siapa pun. Apalagi bertemu wanita cantik.Camila memiringkan kepalanya dan melihat Dylan sambil menyipitkan matanya. Dylan merasa canggung dilihat Camila. Dia bertanya seraya mengernyit, "Kamu lihat apa?"Camila menilai, "Rambutmu acak-acakan, bajumu kotor dan robek, wajahmu juga dinodai abu. Dylan, penampilanmu sangat buruk!"Apalagi dibandingkan dengan penampilan Camila yang menawan, Dylan tampak seperti pengemis. Dylan memelotot. Dia sangat mementingkan penampilannya, bisa-bisanya Camila mengkritiknya!Dylan berpikir sejenak, lalu berujar, "Dipukul ayahku bukan hal yang memalukan. Hampir semua orang pernah dipukul waktu kecil!""Orang lain dipukul waktu kecil. Kamu sudah berusia 30 t
Caden mempunyai 5 anak, sedangkan putra mereka belum mempunyai keturunan. Para keluarga kaya tidak kekurangan uang. Tentu saja mereka berharap bisa mempunyai banyak keturunan. Mereka mampu membesarkan anak-anak itu.Keluarga Hermanto tidak berani berharap Dylan bisa mempunyai anak. Mereka sudah cukup bersyukur jika Dylan bersedia menikah. Namun, bagaimana kalau Camila dan Dylan benar-benar bersama? Kemungkinan tahun depan mereka juga mempunyai anak!Seluruh anggota Keluarga Hermanto pasti sangat gembira. Mungkin Kevin dan Lyana akan sibuk memberi tahu semua orang mereka sudah mempunyai cucu."Bu Camila, kamu parkir mobilmu di sini saja," ujar penjaga yang menunggu di pintu belakang. Dia sudah mendapatkan kabar sebelumnya. Begitu melihat Camila, penjaga sangat antusias.Camila memarkir mobil, lalu mematikan mesin. Penjaga dan pelayan Keluarga Hermanto menyapa Camila dengan ramah. Mereka juga membantu Camila membawa barang-barang. Bahkan, mereka juga mengingatkan Camila untuk berhati-hat
Mobil sport merah milik Camila berhenti di depan kediaman Keluarga Hermanto. Camila membunyikan klakson.Para penjaga kediaman Keluarga Hermanto terpana melihat kecantikan Camila. Mereka berebutan untuk menyapa Camila dengan ramah."Bu Camila, apa kamu datang untuk menjenguk Pak Dylan?""Pak Caden sudah memberi tahu kami. Kamu jalan terus, lalu belok ke pintu belakang kediaman Keluarga Hermanto.""Jarak dari sana ke aula leluhur lebih dekat dan nggak bisa ketahuan Pak Kevin. Ada orang yang tunggu kamu di sana. Dia akan bawa kamu ke aula leluhur."Camila mengangguk dan menyahut, "Oke, terima kasih.""Sama-sama," balas penjaga. Setelah Camila pergi, beberapa penjaga sibuk berkomentar."Entah apa yang dipikirkan Leon tolol itu. Dia malah nggak menghargai istri yang begitu cantik. Otaknya bermasalah!""Ibunya Leon juga tolol. Dia terus memfitnah Bu Camila di internet.""Jelas-jelas Bu Camila itu menantu yang membanggakan. Keluarga Leon benar-benar beruntung, tapi mereka malah menyia-nyiaka
Camila berbicara dengan tatapan dingin, "Sejujurnya, waktu dikurung selama 1 tahun olehmu, aku merasa kesakitan setiap hari. Bukan cuma itu, aku juga merasa putus asa. Aku dikurung pria yang kusukai dan dipermalukan pelakor. Aku sangat tersiksa!"Camila menambahkan, "Aku kira aku nggak bisa kabur lagi seumur hidup. Aku benar-benar putus asa ...."Sambil bicara, Camila menginjak jari Leon hingga putus. Dia membawa pisau, lalu membuka pintu kandang dan berjalan masuk.Leon sudah lama tidak makan, jadi dia tidak mampu melawan lagi. Leon mengangkat tangannya yang terluka parah dan berkata sembari memandang Camila dengan ekspresi panik, "Apa yang ingin kamu lakukan? Membunuh itu ... melanggar hukum ...."Camila berucap, "Kamu cuma merasa sedikit ketakutan, tapi kamu nggak merasakan keputusasaanku waktu itu! Kamu tahu aku nggak akan membunuhmu dan aku juga nggak bisa mengurungmu dalam waktu yang lama seperti yang kamu lakukan padaku. Jadi, kamu nggak merasa putus asa.""Kalau kamu nggak mera
Leon berucap dengan napas tersengal-sengal, "Berikan padaku!"Camila duduk di sofa, lalu meletakkan botol anggur dan gelas di atas meja. Dia menceletuk, "Apa kamu masih ingat arti dari anggur ini? Kalau kamu bisa jawab, aku akan memberimu segelas anggur."Leon mengernyit. Bibirnya bergerak, tetapi dia tidak bisa melontarkan sepatah kata pun. Camila menggeleng seraya mendesah, lalu menambahkan, "Kamu benar-benar pelupa. Kamu bahkan melupakan anggur ini."Camila meneruskan, "Ini anggur di resepsi pernikahan kita yang sengaja kita simpan. Kita sudah sepakat untuk menyimpannya. Nanti waktu salah satu dari kita hampir meninggal, kita baru buka anggurnya."Selesai bicara, Camila tidak memberi Leon kesempatan untuk mempertimbangkan. Dia mengambil botol anggur, lalu membukanya. Camila menuang anggur ke gelas dan langsung mencicipinya. Dia berkomentar, "Enak, ini anggur yang bagus!"Leon yang panik berkata, "Kamu ... mau bunuh aku? Jangan lupa, membunuh itu melanggar hukum. Banyak orang tahu ka
Naomi berkomentar sembari mengernyit, "Dulu aku terlalu meremehkan Leon berengsek itu. Dia memanfaatkan kekuasaan Keluarga Nandara untuk mengembangkan koneksinya. Sekarang dia cukup hebat. Kata Caden, Perusahaan Farmasi Sehat juga miliknya."Camila mengernyit. Walaupun belakangan ini Camila sudah membalas dendam kepada Leon, dia tetap marah begitu mengingat masalah bisnis. Leon sudah menguras harta Keluarga Nandara.Uang Keluarga Nandara dan uang Camila yang dihasilkan dari berakting hanya tersisa sedikit. Semuanya sudah dialihkan oleh Leon. Setelah mereka bercerai, Leon memang tidak mengambil uang sepeser pun. Namun, Leon sama sekali tidak terpengaruh.Caden menyela, "Kami bisa bantu kamu rebut kembali uang Keluarga Nandara yang digelapkan Leon. Kamu nggak usah khawatir. Kalau kamu masih mau mengurung Leon untuk beberapa waktu lagi, kami juga bisa membantu."Camila sangat berterima kasih kepada Caden. Leon menggelapkan uang hasil jerih payah ayah Camila. Tentu saja Camila berharap bis
Selanjutnya, Naomi terus membujuk Lyana dan Kevin. Camila tidak mengatakan apa pun.Naomi menyadari ada yang tidak beres dengan Camila. Begitu meninggalkan kediaman Keluarga Hermanto, Naomi langsung bertanya, "Camila, kamu kenapa? Kamu nggak bilang apa-apa lagi setelah Catherine pergi."Naomi bertanya balik, "Apa pendapatmu tentang Catherine?"Naomi berpikir sejenak, lalu menjawab, "Aku nggak memahami Catherine, jadi sulit untuk menilainya."Camila menimpali, "Catherine menyukai Dylan.""Ha? Bagaimana caranya kamu bisa tahu?" tanya Naomi.Camila menjelaskan, "Catherine bukan cuma ingin menikah dengan Dylan. Dia juga ingin membuat Dylan menyukainya. Kalau seorang wanita bukan cuma mau minta status pada seorang pria dan ingin memenangkan hatinya, seharusnya ini perasaan suka, 'kan?"Naomi tertegun. Setelah beberapa saat, dia baru bertanya, "Kamu curiga hari ini dia memang sengaja mengancam mau bunuh diri untuk memaksa orang tuanya berhenti meminta pertanggungjawaban?""Semuanya sudah jel
Caden berkata, “Kamu kira semua orang menikah demi mendapat kebahagiaan? Dalam pernikahan keluarga kaya, kebanyakan dari mereka lebih mementingkan keuntungan. Kalau Catherine bersama dengan Dylan, nggak peduli Catherine bahagia atau nggak, Keluarga Suryadi juga akan kecipratan rezeki.”Baru saja Caden menyelesaikan omongannya, dia menggandeng tangan Naomi. Dia merasa sungguh beruntung bisa menemukan cinta sejatinya.Kening Naomi berkerut. “Kalau benar semua ini permainan Keluarga Suryadi, apa masalah ini bisa diatasi?”“Bisa, tapi persyaratannya Dylan mesti terus terang dan membela diri sendiri.”Bahkan Dylan saja menyerah untuk melakukan perlawanan dan mengakui kesalahannya, siapa lagi yang bisa menyelamatkan Dylan?Naomi sungguh tidak habis pikir. “Sebenarnya kenapa Dylan bersikeras untuk mengakui kesalahannya?“Coba kita lihat kondisi Catherine dulu.”…Saat mereka berdua tiba di ruang tamu, Catherine sedang meletakkan pisau di atas lehernya sembari menjerit kepada orang tuanya, “Ka
Camila juga tidak bodoh. Saat mendengar nada bicara Caden, dia tahu Caden sedang cemburu. Camila sungguh bingung. Kenapa seorang presdir malah gampang cemburu?Pria ini jarang berpacaran. Ketika berpacaran, dia malah begitu menakutkan, cemburu terhadap segala hal!Ketika kepikiran Camila yang mengajak Naomi untuk melihat video bersama, Camila segera berkata, “Naomi, aku temani Bibi Lyana dulu, ya. Kamu jalannya yang pelan. Jangan buru-buru.”Baru saja Camila menyelesaikan omongannya, dia yang mengenakan sepatu hak tinggi segera berlari ke sisi Lyana untuk bersembunyi sejauh mungkin.Naomi tidak mengejar Camila, melainkan bertanya pada Caden, “Apa kamu belum melihat?”Raut wajah Caden kelihatan muram. Dia bagai telah dihadapkan oleh masalah besar saja. “Belum!”Kali ini, Naomi dapat merasakan ada yang aneh dengan suasana hati Caden. Dia mengejapkan matanya dengan bingung. “Belum ya belum, kenapa kamu kelihatan kesal sekali? Kalau kamu ingin lihat, kamu bisa minta sama Paman Kevin.”“Aku