"Kamu lagi pikirkan ayah Rayden menyukaimu atau nggak?" tanya Tiara.Naomi merasa canggung, tetapi dia mengangguk. Tiara duduk di samping tempat tidur dan berkata, "Langsung tanya dia saja.""Ha?" sahut Tiara.Tiara menjelaskan, "Begitu lebih cepat. Nggak peduli dia menyukaimu atau nggak, ucapannya akan membuatmu tenang. Hanya saja .... meskipun dia mungkin main tangan karena diprovokasi Pak Samuel, aku tetap merasa dia menyukaimu."Kemudian, Tiara bertanya, "Kalau dia menyukaimu, kamu gimana?"Naomi menyahut, "Aku ... nggak tahu."Tiara menimpali, "Lihat, hatimu mulai goyah. Kamu masih ingat responsmu waktu aku suruh kalian bersama sebelumnya? Waktu itu, kamu menolak dengan tegas, bahkan kamu nggak mau mencoba. Kamu bilang dengan yakin kalian nggak mungkin bersama!"Naomi terdiam. Tiara melanjutkan, "Sekarang sikap dan pemikiranmu terhadap dia sudah berubah, itu berarti kamu mulai menyukainya. Mungkin perasaan sukamu belum cukup dalam sehingga kamu nggak menyadarinya. Pokoknya, apa pu
Tak lama kemudian, Caden dan keempat anak pulang. Dengan arahan Caden, anak-anak membuka pintu dan diam-diam berjalan masuk.Mereka berlima terus memperhatikan kamar tidur Naomi karena takut ketahuan. Tiba-tiba, terdengar suara Naomi dari belakang. "Berhenti!"Caden dan keempat anak bergidik. Langkah mereka langsung terhenti. Mereka berlima sama-sama berbalik.Naomi memakai celemek dan memegang pisau. Dia berdiri di depan pintu dapur dan bertanya sembari mengernyit, "Apa yang kalian lakukan? Kenapa kalian masuk dari luar?"Naomi mengira keempat anaknya masih berada di kamar. Mereka berempat mengerjap setelah tertangkap basah, lalu memandang Caden untuk menunggunya melindungi mereka.Caden melirik pisau Naomi dan berdeham. Dia menjawab sesuai kesepakatannya dengan anak-anak, "Tadi aku merasa bosan, jadi aku ajak mereka jalan-jalan di lantai bawah. Aku takut kamu khawatir. Kami langsung pulang setelah berkeliling sebentar."Naomi bertanya, "Jalan-jalan di lantai bawah? Kapan kalian kelua
Naomi terus mengomel dan Caden hanya mendengar omelannya. Dia sama sekali tidak memprotes. Pokoknya apa pun yang dikatakan Naomi memang benar.Setelah Naomi selesai bicara, Caden baru berkata, "Aku yang terlalu ceroboh. Aku akan introspeksi diri. Aku minta maaf."Sikap Caden sangat tulus sehingga Naomi tidak memarahi Caden lagi. Dia berucap, "Anak-anak suka makan es krim, nanti kita baru izinkan mereka makan waktu mereka merajuk. Pokoknya nggak boleh ajak mereka makan es krim! Mereka bisa bisa sakit perut kalau makan es krim terlalu banyak."Naomi menambahkan, "Selain itu, ke depannya kamu nggak boleh bawa anak-anak keluar tanpa sepengetahuanku. Kamu harus beri tahu aku dulu kalau mau bawa mereka.""Oke, aku pasti ingat pesanmu," janji Caden."Benaran?" tanya Naomi.Caden menegaskan, "Iya. Kata-katamu akan selalu terpatri di hatiku."Jantung Naomi berdegup kencang. Begitu teringat ucapan Tiara, dia makin gugup. Naomi berkata, "Itu ....""Apa?" tanya Caden."Itu ...," ujar Naomi.Caden
Andrew menjawab dengan singkat, "Belum ada kabar."Jantung Caden berdegup kencang. Begitu masuk ke mobil, Caden bertanya seraya mengernyit, "Kamu nggak temukan anak perempuan yang mirip dengan Rayden?"Andrew menjawab, "Nggak. Aku sudah periksa semua anak perempuan yang seumuran dengan Rayden di Kota Jawhar. Nggak ada yang mencurigakan."Andrew menambahkan, "Apa mungkin orang misterius sengaja memperdayamu dengan informasi putrimu?"Caden menyalakan rokok dan mengisapnya. Aura Caden sangat dingin. Kala ini, Steven duduk di kursi pengemudi. Dia juga tidak berani bersuara saat mengamati ekspresi Caden dari kaca spion tengah.Setelah terdiam sejenak, Caden berkata, "Terus selidiki. Kalau nggak ada di Kota Jawhar, cari di seluruh negeri."Caden tidak yakin dengan keberadaan putrinya, tetapi bagaimana kalau dia memang punya seorang putri yang telantar? Caden tidak mungkin menyerah untuk mencari putrinya.Sesudah mengakhiri panggilan telepon, Caden menyalakan rokok lagi. Sekarang hanya satu
Samuel mengerjap, lalu bertanya seraya tersenyum, "Apa kamu menganggapku ayah Rayden?"Naomi merasa sangat malu. Samuel melanjutkan, "Sepertinya kamu menyukainya. Baguslah, dia memang ayah dari anak-anakmu. Kalau kalian berdua bersama, keluarga kalian akan berkumpul kembali. Selamat."Naomi terbelalak. Dia lupa Samuel mengetahui rahasianya. Naomi memang tidak ingin berhubungan dekat dengan Samuel, tetapi sepertinya dia juga tidak boleh menyinggungnya.Naomi berujar, "Kondisi keluarga kami sedikit rumit."Samuel menimpali, "Aku tahu, Braden sudah memberitahuku. Kamu tenang saja, aku nggak akan memberi tahu ayah Rayden dan menyebarkan hal ini. Aku akan bantu kalian jaga rahasia ini."Naomi berterima kasih kepada Samuel, lalu bertanya kenapa Samuel datang. Samuel datang untuk mengantar kue. Dia merasa bersalah karena memengaruhi suasana hati semua orang saat hari pertama pindah ke kompleks ini.Naomi tidak ingin menerima kue pemberian Samuel. Sebelum menemukan alasan untuk menolak Samuel,
Samuel baru pergi setelah makan siang di rumah Tiara. Begitu dia pergi, keempat anak langsung rapat.Rayden mengungkapkan pendapatnya, "Aku nggak percaya dia bilang sesuatu yang melecehkan Mama demi menguji Papa. Kalau memang begitu, Papa pasti tahu."Hayden dan Jayden tidak memiliki pendapat. Mereka memandang Braden. Kemudian, Braden berkata, "Kalau dia nggak bohong, itu berarti kita salah paham pada Pak Samuel. Kalau dia berbohong ...."Braden berjeda sejenak sebelum melanjutkan, "Itu membuktikan Pak Samuel sangat misterius dan sulit dihadapi. Biarpun kita meragukan Pak Samuel, nggak gampang menemukan kesalahannya. Dia tetap bisa menunjukkan dirinya nggak bersalah."Hayden yang cemas bertanya, "Jadi, sebenarnya Pak Samuel itu orang baik atau jahat?"Braden terdiam sesaat, lalu menyahut, "Kita belum bisa menarik kesimpulan untuk sementara waktu. Kita tetap jalani sesuai diskusi kita sebelumnya. Kita berpura-pura nggak tahu apa pun untuk mengamati Pak Samuel."Hayden dan Jayden sama-sa
Jika Tiara tahu kekhawatiran Naomi, hari ini dia pasti tidak akan mengundang Samuel dengan ramah. Namun, Tiara dan Samuel sudah menjadi rekan kerja selama 2 tahun. Tiara juga menganggap Samuel sebagai orang yang sangat baik.Tiara pasti tidak percaya jika sekarang Naomi tiba-tiba memberitahunya Samuel bermasalah. Bagaimanapun, sekarang tidak ada bukti yang menunjukkan Samuel bermasalah.Saat Naomi masih merenung, tiba-tiba ponselnya berdering. Caden yang meneleponnya. Jantung Naomi berdegup kencang. Setelah menenangkan dirinya, Naomi baru menjawab, "Halo?""Turun!" perintah Caden."Ha?" sahut Naomi."Aku tunggu kamu di lantai bawah," ujar Caden. Selesai bicara, dia langsung mengakhiri panggilan telepon.Naomi kebingungan saat mendengar nada bicara Caden yang ketus. Ada apa dengan Caden? Sepertinya Naomi tidak menyinggungnya.Setelah ragu-ragu sejenak, Naomi pun melepaskan celemeknya dan keluar. Mobil Caden berhenti di depan gedung. Jadi, Naomi langsung melihat mobil Caden begitu keluar
Begitu Caden menjawab panggilan telepon, Steven mengeluh, "Kak Caden, kamu pergi ke mana? Rapatnya belum selesai."Para petinggi sedang mengadakan rapat di perusahaan, tetapi Caden tiba-tiba meninggalkan rapat. Steven dan para petinggi mengira Caden pergi ke kamar mandi atau menelepon di luar.Alhasil, setelah menunggu sekitar 40 menit, Caden belum kembali. Semua petinggi panik dan mendesak Steven untuk mencari Caden. Steven merasa pusing.Bahkan, Steven juga tidak tahu Caden meninggalkan mereka demi mencari Naomi. Caden berucap dengan dingin, "Suruh mereka tunggu. Aku akan kembali 1 jam lagi."Steven menimpali, "Satu jam lagi? Kamu pergi ke mana ...."Caden langsung mengakhiri panggilan telepon. Steven merasa tidak berdaya. Dia juga tidak berani menelepon Caden lagi dan terpaksa kembali ke ruang rapat.Sekelompok petinggi langsung bertanya, "Apa kamu sudah menghubungi Pak Caden? Dia pergi ke mana?"Steven menjelaskan, "Aku juga kurang tahu. Aku dengar napas Kak Caden tersengal-sengal
Biasanya rasa sedih di hati tidak akan dibicarakan kepada orang luar. Dylan sama sekali tidak memberi Furla kesempatan untuk berbicara. Dia pun berkata, “Jujur saja, sekarang kamu adalah orang yang paling menjijikkan di antara mantan-mantanku.”“Kita nggak usah omong kosong lagi. Semakin banyak kamu bicara, aku malah akan semakin kesal sama kamu! Kelak mohon jauhi aku, juga jauhi leluhurku. Coba saja kalau kamu mengganggunya lagi!”Terlintas ekspresi syok di dalam mata Camila.Furla malah melihat Dylan dengan takut. Kali ini, dia merasa syok hingga tidak berani bernapas.Pemikirannya dibongkar dengan terang-terangan. Furla bukan hanya merasa gugup, melainkan juga merasa lebih takut lagi!Siapa si Dylan itu? Hanya dengan menggerakan jari tangannya, dia pun bisa menghabisi Furla!Furla bahkan tidak berani bersuara sama sekali. Dia menopang dirinya untuk berdiri, lalu meninggalkan kamar pasien dengan keadaan berantakan.Suasana di dalam kamar pasien kembali hening ….Camila masih sedang m
Dylan bersandar di ranjang pasien sembari meminum air. Setelah tenggorokannya tidak kering lagi, dia baru berkata, “Masalah aku sakit juga nggak ada hubungannya sama kamu. Kamu nggak usah berpikir kebanyakan, apalagi merasa bersalah. Kamu seharusnya tahu karakterku. Setiap kalinya aku akan putus dengan tegas, nggak suka tarik ulur. Kalau sudah putus, ya berarti kita sudah putus. Aku pasti nggak akan bersedih.”“Kita juga nggak mungkin akan baikan lagi. Aku nggak suka balikan dengan mantan. Jadi, aku dan kamu sudah nggak memungkinkan lagi.”Furla pun menangis. “Waktu itu, aku juga gegabah, makanya aku bisa kepikiran untuk putus sama kamu. Aku ….”Furla benar-benar tidak menyangka Dylan benar-benar tidak mencarinya!Selama beberapa hari ini, Dylan bahkan tidak mengirim pesan apa pun kepadanya!Dylan berkata dengan tersenyum, “Furla, aku memang gampang luluh sama cewek cantik, tapi aku hanya peduli dengan air mata pacarku.”“Kita berdua sudah putus. Nggak ada gunanya kamu menangis di hada
Furla merasa putus asa. Dia meminta pengampunan kepada Dylan dengan menangis. “Dylan, selamatkan aku. Huhuhu ….”Tanpa menunggu buka mulut dari Dylan, Camila mengambil setangkai bunga mawar merah dari buket bunga bawaan Furla. Dia mengopek kelopak bunga, lalu memasukkannya ke dalam mulut Furla!“Enak?” Furla merasa kesal hingga air mata tidak berhenti mengalir.Camila menyembunyikan senyumannya. Ekspresinya kelihatan dingin. “Kelak, kalau kamu berani menyinggungku lagi, aku nggak akan kasih kamu makan bunganya, aku akan kasih kamu makan duri bunga mawar! Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa coba!”Kedua mata Furla memerah. Dia sungguh ketakutan.Camila melepaskannya, lalu melempar tangkai bunga ke wajahnya.Duri di tangkai bunga itu mengenai pipi Furla. Furla pun tidak berani bersuara lagi.Camila berdiri, lalu berjalan ke sisi ranjang. Dia mengambil tisu basah untuk menyeka tangannya, lalu merapikan rambutnya sembari melihat ke sisi Dylan. “Aku sudah selesai ngobrol sama dia. Aku kelu
Furla benar-benar tidak menyangka ada Camila di dalam kamar pasien. Dia menatap Camila selama beberapa saat, baru tersadar dari bengongnya. Setelah itu, dia menyapa dengan tersenyum, “Kak Camila ….”Camila tidak menghiraukan Furla. Dia hanya tersenyum sembari mengamati Furla saja ….Hari ini Furla berpenampilan sederhana. Dia hanya merias wajahnya dengan polos, menguncir tinggi rambutnya, dengan mengenakan set seragam santai dan sepasang sepatu kanvas.Furla bergaya anak sekolah hari ini, kelihatannya seperti anak SMA saja.Tiba-tiba Camila teringat dengan cinta pertama Dylan, gadis yang bernama Citrus itu. Camila pun tersenyum sinis sembari membatin, ‘Furla ini cukup pintar. Dia tahu memanfaatkan keunggulannya untuk mendapatkan rasa suka Dylan.’Dylan bisa bersama Furla karena dia mirip sama Citrus. Dia belum pasti tahu siapa si Citrus itu. Hanya saja, Furla pasti bisa menebak orang yang tidak bisa dilupakan Dylan hanyalah cinta pertamanya.Bagaimanapun, cinta pertama itu biasanya ter
Camila berkata, “Aku menganggapmu sebagai teman.”Kening Dylan berkerut. “Itu berarti karena masalah malam itu. Bukannya kamu menegaskan untuk melupakannya?”Camila terdiam membisu.Suasana di dalam ruang pasien tiba-tiba terasa agak canggung.Iya, Camila terus menegaskan untuk melupakannya, tetapi dia sendiri yang tidak bisa melupakannya. Hanya saja, mereka pernah tidur bersama, bagaimana cara melupakannya?Hati Camila sungguh terasa penat. Dia tidak tahu bagaimana membalas dalam seketika. Untung saja ponselnya tiba-tiba berdering pada saat ini, membantunya memecahkan rasa canggung.Orang yang menelepon adalah Naomi. “Camila, aku dan Caden lagi dalam perjalanan ke rumah sakit. Kamu mau makan apa? Biar aku bawakan.”Camila tersenyum. “Aku baru saja berencana buat pesan makanan. Kalau kamu lewat, tolong singgah ke toko kue langganan aku buat beli beberapa potong kue dan bawakan boba buat aku. Oh, ya ….”Demi memecahkan rasa canggung, Camila berinisiatif untuk bertanya pada Dylan, “Kamu
Camila tidak menjelaskan. Dia berkata dengan galak, “Sebenarnya kamu sudah hubungi Catherine belum? Hari ini dia datang atau nggak? Kalau dia nggak datang, aku pergi, nih!”Dylan segera berkata, “Datang, datang, datang. Dia balas aku kalau dia bakal datang, tapi dia datangnya agak sorean.”Kening Camila berkerut. “Kenapa sore?”Dylan berterus terang. “Aku juga nggak tahu. Kutebak mungkin sekarang dia lagi nggak di Kota Jawhar. Dia lagi perjalanan dari luar kota.”Camila merasa tidak senang. “Jadi, kenapa kamu nggak beri tahu aku sebelumnya?”Jika Camila tahu Catherine baru akan datang di sore hari, dia pun tidak akan datang ke rumah sakit di pagi hari!Apalagi hubungan mereka berdua sudah canggung!Dylan merasa agak kesal. “Kamu juga nggak tanya ….”Camila memelototinya.Belum sempat Camila kepikiran bagaimana untuk mengomeli Dylan, Dylan malah mulai muntah lagi. Dia berbaring di samping ranjang sembari mual-mual.Tadinya Camila tidak ingin menghiraukannya. Namun, ketika melihat dia mu
Kevin juga menambahkan, “Aku juga sama! Seluruh tubuhku terasa rileks!”Di kamar rawat sebelah.Begitu melihat orang tuanya, Dylan buru-buru duduk tegak dan menyapa mereka dengan hati-hati karena takut dipukul, “Ayah, Ibu.”Kevin kembali menjadi ayah yang bijaksana dan penuh kasih sayang. “Nggak usah gugup, kami datang bukan untuk memukulmu. Kamu benar-benar beruntung karena ketemu sama Camila! Kelak, kamu harus perlakukan Camila dengan baik. Kalau kamu berani membuatnya marah, aku dan ibumu pasti akan menghabisimu!”Lyana juga tertawa. “Putraku yang baik, gimana keadaanmu hari ini? Sudah punya selera makan?”Dylan merasa sangat terkejut setelah melihat perubahan sikap orang tuanya. Dia juga sudah berubah dari putra durhaka menjadi putra yang baik? Camila benar-benar berhasil menghibur orang tuanya? Ya Tuhan, bagaimana Camila melakukannya?Dylan diam-diam melirik Camila. Begitu tatapan mereka bertemu, Camila segera mengalihkan pandangannya dan mengabaikan Dylan.Dylan pun mengalihkan
Kali ini, Kevin juga langsung menunjukkan sikapnya.“Camila, tenang saja. Kali ini, kami nggak akan paksa Dylan untuk menikahinya lagi. Meski aku ... sangat ingin Keluarga Hermanto memiliki penerus, juga benar-benar inginkan anak itu, aku lebih rela Keluarga Hermanto nggak punya penerus daripada harus memisahkan kalian!”Kevin bahkan hampir meneteskan air mata. Dia benar-benar menginginkan seorang cucu. Kata orang, ada 3 bentuk ketidakberbaktian seorang anak dan yang terbesar adalah tidak memiliki penerus keluarga. Keinginan agar putranya meneruskan garis keturunan Keluarga Hermanto selalu menjadi beban dalam hatinya.Tidak peduli siapa yang melahirkannya, semua itu sebenarnya sama saja bagi Keluarga Hermanto. Oleh karena itu, Kevin baru mengucapkan kata-kata seperti itu. Dia lebih rela tidak memiliki cucu daripada menghancurkan kehidupan Camila dan Dylan.Camila mengetahui beban pikiran Kevin. Setelah mendengar ucapan Kevin, dia merasa lumayan terharu. Selain merasa terharu, dia juga
“Camila, kamu benar-benar pacaran sama Dylan?”“Emm! Kami juga berencana untuk menikah dan punya anak. Tapi, aku masih belum tenang karena Leon belum tertangkap. Jadi, aku undur dulu masalah pernikahan.”Mata Lyana dan Kevin langsung berbinar. Mereka bertanya dengan tidak percaya, “Se ... serius?”“Serius!”Lyana dan Kevin buru-buru bertanya lagi, “Kamu nggak keberatan nikah sama dia?”Camila pun tertawa. “Dia bahkan nggak keberatan aku ini seorang janda. Kenapa aku harus keberatan nikah sama dia? Dia memang pernah punya banyak pacar, tapi dia juga bukan cowok berengsek. Dia punya pandangan hidup dan kepribadian yang baik, juga bisa menyenangkan orang. Setelah kami bersama, dia cuma setia padaku dan memperlakukanku dengan baik.”Hati Lyana dan Kevin yang sudah mati pun hidup kembali! Meskipun Camila tidak mengandung, Camila dan Dylan benar-benar sedang berpacaran. Selain itu, mereka juga memiliki rencana untuk menikah dan melahirkan anak. Bagi Lyana dan Kevin, ini adalah hal yang sang