Caden berbohong, "Dia mengantuk. Tadi aku menghiburnya supaya bisa tidur, jadi aku nggak sempat menjawabmu."Braden yang tidak paham bertanya, "Kamu menghibur Mama supaya bisa tidur?"Caden menyahut, "Iya, belakangan ini dia kelelahan karena menjaga Rayden di rumah sakit. Hari ini kondisi Naomi juga nggak terlalu baik. Dia ingin tidur, tapi nggak bisa tidur dengan tenang. Jadi, dia menyuruhku menghiburnya."Naomi tidak bisa berkata-kata. Dia membatin, 'Dasar pria mesum! Pembohong! Siapa yang suruh dia hibur aku?'Naomi bukan anak 3 tahun, apa dia perlu dihibur supaya bisa tidur? Apa pria berengsek ini tidak bisa mencari alasan lain?Tentu saja Braden tidak percaya. Dia mengamati Caden dengan ekspresi curiga, lalu berjalan masuk ke ruang kerja untuk mencari Naomi.Naomi langsung pura-pura tidur. Caden yang berdiri di depan pintu berkata, "Biarkan dia tidur sebentar. Jangan ganggu dia."Braden memandangi Naomi. Dia tahu Naomi berpura-pura tidur. Naomi sangat lugu, dia tidak pandai berakt
Caden merenung. Jika Braden mencari Samuel untuk membicarakan hal ini, kenapa Naomi begitu gugup? Lagi pula, Naomi tidak tahu Caden berniat membeli rumah ini.Caden bertanya, "Apa hubunganmu dengan Naomi?"Samuel bertanya balik, "Menurutmu?"Caden dan Samuel saling bertatapan sesaat, lalu Samuel melanjutkan, "Aku ini gurunya anak-anak Naomi dan Naomi itu orang tua murid. Tapi, aku menyukai Naomi."Ekspresi Caden berubah drastis dan tatapannya menjadi muram. Dia menatap Samuel dengan dingin.Samuel meneruskan ucapannya dengan tenang, "Jadi, maaf. Aku nggak bisa menjual rumah ini kepadamu. Aku membeli rumah ini karena Naomi. Aku ingin mengejarnya."Caden mengatupkan bibirnya dan ekspresinya sangat muram. Dia memperingatkan, "Sebaiknya kamu jauhi Naomi!""Ha? Kenapa?" tanya Samuel.Caden menyahut, "Kamu nggak berhak menyukai Naomi."Samuel menimpali, "Tentu saja aku berhak, aku jomblo dan seumuran dengan Naomi. Karakterku bagus, pekerjaanku stabil, aku bisa menghasilkan uang, dan melakuka
Sementara itu, di rumah Samuel. Keempat anak sudah berhasil melerai Caden dan Samuel. Kala ini, Samuel yang babak belur berbaring di lantai. Wajahnya berlumuran darah dan ekspresinya tampak menderita.Tiara buru-buru menelepon ambulans. Naomi sangat terkejut melihat kondisi di rumah Samuel. Begitu masuk, dia langsung melihat kepala Samuel yang berdarah. Jadi, dia mengabaikan hal lain dan bergegas menghampiri Samuel.Naomi berujar dengan panik, "Tadi nggak ada masalah apa pun, ada apa ini? Apa di rumahmu ada kotak obat? Di rumah Tiara ada! Tiara, cepat ambil kotak obat biar aku bisa menghentikan pendarahan di kepala Pak Samuel!"Tiara mengangguk dan segera kembali ke rumahnya untuk mengambil kotak obat. Naomi memeriksa luka Samuel seraya mengernyit. Dia tampak sangat khawatir.Samuel yang berusaha menahan kesakitan berkata dengan lembut, "Jangan cemas, kamu juga nggak usah takut. Aku ini pria dewasa. Luka ini nggak ada apa-apanya."Luka di bibir Samuel tertarik karena dia bicara, Samuel
Caden mengatupkan bibirnya dan menghela napas. Ekspresinya sangat masam. Dia sangat murka!Caden memelototi Samuel sambil menggertakkan giginya. Dia menghampiri Naomi dan hendak menggendongnya. Caden tidak akan mengizinkan Naomi mengurus Samuel.Rayden menarik Caden dan memanggil, "Papa."Rayden memandang Caden seraya menggeleng. Dia menarik Caden keluar. Kalau terus begini, Caden dan Naomi pasti bertengkar.Setelah menarik Caden keluar, Rayden berujar, "Mama itu orang yang baik hati. Lagi pula, Samuel itu gurunya Braden, Hayden, dan Jayden. Nggak mungkin Mama mengabaikan Samuel. Kalau kamu melarang Mama mengurus Samuel, Mama pasti akan marah kepadamu."Caden yang gusar ingin mengisap rokok, tetapi dia tidak bisa merokok di depan anak-anak. Begitu teringat ucapan Samuel tadi, Caden ingin langsung menghabisinya! Namun, Naomi malah sangat memperhatikan Samuel. Dasar wanita bodoh!Rayden melanjutkan, "Mama mengkhawatirkan Samuel dan mengobati lukanya bukan karena menyukainya. Papa, kamu t
Naomi memelototi Caden. Dia terlihat galak. Caden bertatapan dengan Naomi seraya mengernyit. Amarah Caden belum reda sehingga sikap Naomi yang galak membuat Caden makin sedih.Apa Naomi berniat membantu Samuel memarahi Caden? Apa Naomi menganggap Caden yang salah? Tiba-tiba, Naomi bertanya, "Kamu terluka, nggak?"Caden tertegun, dia tidak menyangka Naomi memperhatikannya. Amarah Caden sedikit reda, tetapi dia tetap menyindir dengan ekspresi muram, "Kamu hanya memperhatikan Samuel. Memangnya kamu peduli dengan nasibku?"Naomi merasa tidak berdaya. Dia menegur, "Kamu menghajar Samuel sampai dia terluka parah! Kalau dia kenapa-kenapa, siapa yang tanggung jawab? Kalau aku nggak segera mengobati lukanya dan dia sekarat, kamu gimana?"Caden menimpali, "Dia pantas mati!""Kamu senang kalau dia mati?" tanya Naomi.Caden menyahut, "Senang!"Naomi menyergah, "Kamu memang keras kepala! Kamu juga nggak bisa kabur kalau dia mati!"Caden hanya mendengar Naomi mengkritiknya keras kepala. Ekspresinya
Naomi makin marah saat melihat Caden makin emosional. Dia bertanya seraya mengernyit, "Sebenarnya kenapa kamu marah?"Naomi hanya bertanya kepada Caden, bukan langsung menyalahkannya. Apa Naomi salah? Meskipun Caden marah kepada Samuel, Naomi tidak menyinggung Caden. Kenapa Caden salah paham kepada Naomi?Caden sangat geram. Tentu saja dia marah karena ucapan Samuel tadi dan Naomi memperhatikan Samuel.Caden juga marah pada dirinya sendiri karena tidak bisa mengungkapkan perasaan sukanya pada Naomi. Jadi, Caden tidak bisa menjelaskan dan hanya bisa memendam kekesalannya.Selain itu, Caden marah karena Naomi tidak langsung membelanya. Dia malah terus menanyakan penyebab perkelahiannya untuk memastikan siapa yang benar dan salah.Ucapan Samuel memang benar. Naomi tidak menyukai Caden. Jika Naomi menyukai Caden, dia pasti akan membela Caden sepenuhnya.Jelas-jelas Caden tahu Naomi tidak menyukainya. Namun, sekarang dia malah marah karena hal ini.Caden tidak berpikir panjang karena terlal
Begitu Caden pergi, keempat anak segera berlari ke depan pintu kamar Naomi. Braden mengetuk pintu dan membujuk, "Mama, dia cuma bilang. Tapi, dia nggak berniat bawa Rayden pergi. Jangan bersedih lagi."Rayden berusaha menenangkan Naomi, "Mama, dia nggak bisa bawa aku tanpa persetujuanku. Kamu tenang saja."Jayden menimpali sembari menangis, "Mama, dia sudah pergi. Kamu buka pintu, ya?"Naomi sedang menangis di dalam kamar. Dia sangat sedih. Mendengar Jayden menangis, Naomi segera menyeka air matanya dan membuka pintu.Naomi menggendong Jaden dan menghibur, "Mama nggak apa-apa. Jayden, nggak usah takut. Jangan menangis lagi, ya?"Jayden merangkul leher Naomi dengan erat sembari berujar, "Jayden nggak mau Mama sedih."Naomi menimpali, "Iya, Mama nggak sedih lagi. Mama cuma takut dia bawa Rayden pergi. Sekarang dia bilang nggak akan bawa Rayden pergi, jadi Mama nggak sedih lagi."Naomi menggendong Jayden dan duduk di sofa ruang tamu. Dia membantu Jayden menyeka air matanya. Hayden dan Ray
Caden tidak bisa menjelaskan, ditambah lagi dia cemburu. Makanya sekarang situasinya menjadi begini. Rayden merasa Samuel sangat licik.Samuel tampak tidak bersalah, tetapi diam-diam memakai trik untuk merusak hubungan Caden dan Naomi. Samuel bukan berniat membantu mereka menguji Caden, ini adalah jebakan!Hanya saja, sekarang Rayden tidak bisa membuktikan dugaannya. Jadi, Rayden tidak mengatakan hal ini. Tanpa bukti, ucapannya pasti kurang meyakinkan.Untung saja Braden bijak. Meski tidak menyalahkan Samuel, dia tahu perkelahian ini bukan salah Caden.Naomi mengangguk. Dia sudah berhubungan dengan Caden selama beberapa waktu. Ucapan Rayden benar. Caden memang galak, tetapi dia tidak akan memukul orang tanpa sebab.Naomi bertanya, "Tapi, kalau bukan dia penyebab perkelahian itu, kenapa dia nggak mau beri tahu aku penyebabnya?"Rayden menjawab seraya mengernyit, "Papa pasti punya masalah sehingga nggak bisa menjelaskan pada Mama."Naomi mengernyit. Dia tidak mengerti Caden punya masalah
Leon berucap dengan napas tersengal-sengal, "Berikan padaku!"Camila duduk di sofa, lalu meletakkan botol anggur dan gelas di atas meja. Dia menceletuk, "Apa kamu masih ingat arti dari anggur ini? Kalau kamu bisa jawab, aku akan memberimu segelas anggur."Leon mengernyit. Bibirnya bergerak, tetapi dia tidak bisa melontarkan sepatah kata pun. Camila menggeleng seraya mendesah, lalu menambahkan, "Kamu benar-benar pelupa. Kamu bahkan melupakan anggur ini."Camila meneruskan, "Ini anggur di resepsi pernikahan kita yang sengaja kita simpan. Kita sudah sepakat untuk menyimpannya. Nanti waktu salah satu dari kita hampir meninggal, kita baru buka anggurnya."Selesai bicara, Camila tidak memberi Leon kesempatan untuk mempertimbangkan. Dia mengambil botol anggur, lalu membukanya. Camila menuang anggur ke gelas dan langsung mencicipinya. Dia berkomentar, "Enak, ini anggur yang bagus!"Leon yang panik berkata, "Kamu ... mau bunuh aku? Jangan lupa, membunuh itu melanggar hukum. Banyak orang tahu ka
Naomi berkomentar sembari mengernyit, "Dulu aku terlalu meremehkan Leon berengsek itu. Dia memanfaatkan kekuasaan Keluarga Nandara untuk mengembangkan koneksinya. Sekarang dia cukup hebat. Kata Caden, Perusahaan Farmasi Sehat juga miliknya."Camila mengernyit. Walaupun belakangan ini Camila sudah membalas dendam kepada Leon, dia tetap marah begitu mengingat masalah bisnis. Leon sudah menguras harta Keluarga Nandara.Uang Keluarga Nandara dan uang Camila yang dihasilkan dari berakting hanya tersisa sedikit. Semuanya sudah dialihkan oleh Leon. Setelah mereka bercerai, Leon memang tidak mengambil uang sepeser pun. Namun, Leon sama sekali tidak terpengaruh.Caden menyela, "Kami bisa bantu kamu rebut kembali uang Keluarga Nandara yang digelapkan Leon. Kamu nggak usah khawatir. Kalau kamu masih mau mengurung Leon untuk beberapa waktu lagi, kami juga bisa membantu."Camila sangat berterima kasih kepada Caden. Leon menggelapkan uang hasil jerih payah ayah Camila. Tentu saja Camila berharap bis
Selanjutnya, Naomi terus membujuk Lyana dan Kevin. Camila tidak mengatakan apa pun.Naomi menyadari ada yang tidak beres dengan Camila. Begitu meninggalkan kediaman Keluarga Hermanto, Naomi langsung bertanya, "Camila, kamu kenapa? Kamu nggak bilang apa-apa lagi setelah Catherine pergi."Naomi bertanya balik, "Apa pendapatmu tentang Catherine?"Naomi berpikir sejenak, lalu menjawab, "Aku nggak memahami Catherine, jadi sulit untuk menilainya."Camila menimpali, "Catherine menyukai Dylan.""Ha? Bagaimana caranya kamu bisa tahu?" tanya Naomi.Camila menjelaskan, "Catherine bukan cuma ingin menikah dengan Dylan. Dia juga ingin membuat Dylan menyukainya. Kalau seorang wanita bukan cuma mau minta status pada seorang pria dan ingin memenangkan hatinya, seharusnya ini perasaan suka, 'kan?"Naomi tertegun. Setelah beberapa saat, dia baru bertanya, "Kamu curiga hari ini dia memang sengaja mengancam mau bunuh diri untuk memaksa orang tuanya berhenti meminta pertanggungjawaban?""Semuanya sudah jel
Caden berkata, “Kamu kira semua orang menikah demi mendapat kebahagiaan? Dalam pernikahan keluarga kaya, kebanyakan dari mereka lebih mementingkan keuntungan. Kalau Catherine bersama dengan Dylan, nggak peduli Catherine bahagia atau nggak, Keluarga Suryadi juga akan kecipratan rezeki.”Baru saja Caden menyelesaikan omongannya, dia menggandeng tangan Naomi. Dia merasa sungguh beruntung bisa menemukan cinta sejatinya.Kening Naomi berkerut. “Kalau benar semua ini permainan Keluarga Suryadi, apa masalah ini bisa diatasi?”“Bisa, tapi persyaratannya Dylan mesti terus terang dan membela diri sendiri.”Bahkan Dylan saja menyerah untuk melakukan perlawanan dan mengakui kesalahannya, siapa lagi yang bisa menyelamatkan Dylan?Naomi sungguh tidak habis pikir. “Sebenarnya kenapa Dylan bersikeras untuk mengakui kesalahannya?“Coba kita lihat kondisi Catherine dulu.”…Saat mereka berdua tiba di ruang tamu, Catherine sedang meletakkan pisau di atas lehernya sembari menjerit kepada orang tuanya, “Ka
Camila juga tidak bodoh. Saat mendengar nada bicara Caden, dia tahu Caden sedang cemburu. Camila sungguh bingung. Kenapa seorang presdir malah gampang cemburu?Pria ini jarang berpacaran. Ketika berpacaran, dia malah begitu menakutkan, cemburu terhadap segala hal!Ketika kepikiran Camila yang mengajak Naomi untuk melihat video bersama, Camila segera berkata, “Naomi, aku temani Bibi Lyana dulu, ya. Kamu jalannya yang pelan. Jangan buru-buru.”Baru saja Camila menyelesaikan omongannya, dia yang mengenakan sepatu hak tinggi segera berlari ke sisi Lyana untuk bersembunyi sejauh mungkin.Naomi tidak mengejar Camila, melainkan bertanya pada Caden, “Apa kamu belum melihat?”Raut wajah Caden kelihatan muram. Dia bagai telah dihadapkan oleh masalah besar saja. “Belum!”Kali ini, Naomi dapat merasakan ada yang aneh dengan suasana hati Caden. Dia mengejapkan matanya dengan bingung. “Belum ya belum, kenapa kamu kelihatan kesal sekali? Kalau kamu ingin lihat, kamu bisa minta sama Paman Kevin.”“Aku
Pelayan Keluarga Hermanto masih tidak tahu apa yang terjadi. Hanya saja, mereka semua tahu diri. Mereka menyadari bahwa hari ini Kevin sangat emosi! Usai mendengar, Lyana segera berlari ke sisi aula. “Aku pergi lihat dia. Biarkan aku masuk.”“Kamu juga nggak boleh ke dalam!” jerit Kevin.Lyana menangis. “Apa kamu ingin dia mati di dalam sana!”“Kalau dia ingin mati di dalam sana, aku juga nggak akan beri dia kesempatan! Selama ini, semua generasi Keluarga Hermanto nggak pernah melakukan hal kotor seperti ini. Entah kenapa kami bisa memiliki anak kurang ajar seperti dia!”“Kalau dia nggak bersedia untuk menikahi Catherine, lapor polisi saja. Biar polisi saja yang menangkapnya!”Begitu mendengar, Lyana hampir saja terjatuh. Untung saja ada Naomi dan Camila yang memapahnya.Hati Lyana sungguh terasa sakit. “Kamu nggak boleh berbuat seperti itu. Dia itu putra kandungmu. Kalau sampai polisi menangkapnya, seumur hidupnya dia akan celaka. Huhuhu ….”Wajah Kevin kelihatan merona. “Dia bahkan
Camila hendak mengatakan sesuatu. Bibirnya mulai bergerak, tetapi pada akhirnya dia memilih untuk bungkam.Lyana menggeleng. “Dengar-dengar ada yang sengaja memasangnya demi mengintip. Alhasil, malah kedapatan video Dylan dan Catherine. Orang itu mengirim video ini kepada keluarga kami dan juga Keluarga Suryadi. Dia sekaligus memeras 2 keluarga.”“Seandainya kami nggak setuju, mereka akan memviralkan video ini tanpa sensor. Kalau sampai video itu diekspos, Dylan pasti akan ditangkap. Nama Catherine juga akan menjadi buah bibir orang-orang. Semua itu nggak bagus bagi keluarga kami.”“Sekarang, masalah pemerasan sudah diatasi, hanya tersisa masalah internal 2 keluarga saja. Kalau masalah ini bisa diselesaikan dengan melaksanakan pernikahan, masalah ini tergolong selesai. Tapi sekarang masalah ada di diri Dylan, dia nggak bersedia untuk menikah ….”Camila berkata, “Kalau dia nggak bersedia, itu berarti dia nggak suka. Kalau mereka berdua dipaksa untuk menikah, mereka juga nggak bakal baha
Masalah ini sudah bersangkutan dengan hukum. Jika Keluarga Suryadi menggugatnya, Dylan pun bisa dijatuhkan hukuman penjara!Camila bertanya dengan kening berkerut, “Apa Bibi yakin Dylan sudah melecehkannya?”Lyana mengangguk. “Dia sudah mengeluarkan videonya! Si berengsek itu … dia … memang mengesalkan sekali. Huhuhu ….”Lyana sungguh merasa marah, khawatir, dan juga tidak berdaya! Dia marah karena putranya malah melakukan hal biadab seperti ini! Namun, dia juga khawatir Keluarga Suryadi benar-benar menggugat putranya!Lyana ingin mencari ide yang lebih bagus untuk menyelesaikan masalah ini, tetapi Lyana tidak menemukannya! Itulah sebabnya Lyana merasa sangat kesal ….Naomi menarik selembar tisu, lalu menyeka air mata Lyana. “Sekarang apa kata Keluarga Suryadi?”Lyana berkata dengan terisak-isak, “Keluarga Suryadi berharap mereka berdua bisa segera menikah. Sekarang masalah seperti ini sudah terjadi, entah si Catherine akan hamil atau nggak. Mereka juga nggak ingin putri mereka dicap h
Sebab dalam beberapa kali kumpul bersama, Anika sering berbicara dengan arogan, mirip dengan orang kaya baru saja. Dia selalu memuji putranya, lalu mengutuk menantunya!Sepertinya Anika tidak sadar bahwa putranya yang beruntung telah menikah dengan wanita dari keluarga kaya. Semua yang dimiliki Leon juga adalah pemberian Keluarga Nandara. Dia malah merasa Keluarga Nandara telah beruntung memiliki putranya? Dia bahkan merasa Camila tidak pantas untuk bersama putranya!Sebelumnya Anika pernah mengatakan bahwa Camila hanyalah seorang wanita cantik yang tidak berguna. Dia selalu menghamburkan uang, tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga, juga tidak pintar dalam melayani orang tua.‘Cewek murahan itu pasti akan jadi janda nantinya. Tunggu saja! Dia nggak cuci kaki aku, juga nggak pijat pundakku. Cepat atau lambat putraku pasti akan menceraikannya!’Konyol, ‘kan?Anika kira siapa dirinya? Malah harus mencuci kaki dan memijat pundaknya? Bahkan berharap putranya bercerai. Apa Anika kira