Satu-satunya informasi yang mereka tahu tentang orang misterius itu adalah dia memiliki tanda lahir berbentuk hati di dadanya.Namun letaknya di dekat jantung, jadi sulit untuk dilihat. Menemukannya sama sulitnya seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Satu-satunya cara adalah memancingnya keluar.Cara terbaik adalah menggunakan Naomi sebagai umpan, tetapi itu berarti mereka harus menempatkan Naomi dalam bahaya. Itu adalah sesuatu yang tidak diinginkan oleh Braden maupun Caden.Setelah beberapa saat hening, Caden berucap, "Jangan khawatir. Meskipun kita nggak melakukan apa pun, dia pasti akan muncul. Tujuannya belum tercapai. Kalau benar-benar nggak bisa menemukan petunjuk untuk menangkapnya, kita tunggu saja."Braden mengangguk setuju. Orang misterius itu telah merencanakan segalanya selama bertahun-tahun, jadi pasti ada tujuan besar yang ingin dicapainya.Sebelum rencana itu tercapai, orang itu pasti akan terus mengganggu mereka dan menunjukkan diri pada waktunya. Sebelum saat itu
Caden melihat-lihat kondisi kamar tempat anak-anak akan tinggal. Dia merasa terharu dan lega. Setelah Steven meletakkan hadiah-hadiah, dia pun pamit.Tiara juga keluar untuk mengambil sesuatu dari garasi bawah tanah. Saat Caden berpamitan dengan Rayden, dia berucap, "Kalau kangen sama Papa, telepon saja kapan pun."Rayden pun mengangguk. Dia menatap ayahnya dengan mata besar sambil membalas, "Papa juga jaga diri ya."Caden merasa tersentuh. Perpisahan memang selalu menyisakan sedikit kesedihan, apalagi ini pertama kalinya dia berpisah dengan Rayden. Dia mengusap kepala putranya dengan penuh kasih sayang dan merasa berat untuk berpisah.Naomi tidak tega melihatnya. Dia pun berujar, "Kalau kamu kangen sama Rayden, datang saja kapan pun. Kami akan selalu menyambutmu, asalkan kasih tahu dulu."Caden membalas sambil mengangguk, "Makasih. Maaf ya merepotkanmu sementara."Naomi merespons seraya tersenyum, "Nggak repot kok, malah aku senang."Caden menatapnya dengan penuh arti sebelum berbalik
Caden menjadi makin curiga. Braden, Hayden, dan Jayden juga terkejut dan panik saat melihat pria itu, sama seperti Naomi.Namun, mereka tidak menunjukkan permusuhan terhadapnya. Artinya, pria itu bukan musuh. Kalau bukan musuh, kenapa mereka begitu panik? Pasti ada sesuatu di antara Naomi dan pria itu!Caden bertanya sambil mengernyit, "Sebenarnya kenapa kamu begitu gugup?"Naomi terengah-engah. Bulu matanya juga bergetar. Dia berbohong dengan mata terbuka lebar, "Aku ... aku nggak gugup."Caden bertanya seraya mengernyit, "Kamu jelas terlihat gugup. Jujurlah, apa hubunganmu sama dia?"Naomi membalas, "Dia ... dia itu guru olahraga Braden, Hayden, sama Jayden. Namanya Samuel."Samuel? TK .... Alis Caden makin berkerut ketika bertanya, "Namanya Samuel?""Ya, benar. Kamu kenal dia?" tanya Naomi.Caden terlihat makin kesal. Samuel adalah orang yang ditawari harga tinggi oleh Steven selama setengah bulan agar menjual rumahnya, tetapi dia tetap bersikeras enggan menjualnya. Ternyata dia ada
Naomi segera menurut dan melepaskan gigitan dari bibirnya. Dia seperti seorang murid SMA yang dimarahi oleh kepala sekolah. Meskipun enggan, dia tetap patuh di depan Caden.Caden agak kesal ketika berucap, "Sudah dua kali aku mengingatkanmu. Jangan sampai ada yang ketiga atau keempat. Kalau aku melihatmu menggigit bibir lagi, tanggung sendiri akibatnya!"Naomi mengangkat bulu matanya. Dia jelas tidak terima. Namun, begitu melihat ekspresi menakutkan Caden, dia langsung ciut.Dengan bibir yang mengerucut, Naomi hanya berani bergumam dalam hati, 'Padahal aku gigit bibirku sendiri, kenapa kamu ikut campur? Apa kamu nggak terlalu banyak ikut campur?'Caden bisa menebak dengan mudah apa yang dipikirkan Naomi, tetapi dia hanya mencibir dan tak menanggapi.Caden berucap, "Aku kasih kamu waktu tiga detik untuk berpikir. Kalau kamu nggak jujur juga, aku akan langsung keluar dan bertanya padanya. Tiga, dua, satu!"Begitu selesai bicara, Caden langsung menggendong Naomi dari depan pintu. Wanita i
Entah sejak kapan, keringat tipis muncul di dahi Caden. Napasnya berat dan tatapannya begitu panas hingga terkesan menakutkan, seolah-olah bisa membakarnya kapan saja.Urat di dahinya berdenyut karena emosi yang meluap-luap. Sepertinya Caden berusaha keras untuk menahan sesuatu, tetapi jelas dia sudah makin sulit menahan diri.Dari bagian tubuhnya yang sudah keras dan sudut matanya yang memerah, jelas sekali bahwa pria itu hampir kehilangan kendali.Naomi mungkin agak lambat, tetapi dia tidak bodoh. Dia tahu apa yang terjadi pada Caden. Jantungnya langsung berdegup kencang. Naomi ketakutan dan mencoba berbicara, "Kamu ... Um ...."Hanya saja sebelum Naomi bisa menyelesaikan kata-katanya, Caden sudah mencengkeram dagunya dan menutup bibirnya dengan ciuman. Dia benar-benar sudah tak bisa menahan diri lagi ....Caden menginginkannya. Dia begitu menginginkannya hingga hampir kehilangan akal. Di sisi lain, Naomi sangat ketakutan.Wanita itu mencoba mendorongnya, tetapi Caden menahan kedua p
Samuel mengangguk lagi sebelum bertanya, "Jadi sebelum mama kalian menyukainya, kalian nggak mau membiarkan dia tahu?""Ya," jawab mereka serempak."Aku mengerti. Pantas saja kalian begitu panik saat melihatku. Kalau begitu, gimana dengan dia? Apa dia menyukai mama kalian sekarang?" tanya Samuel."Dia suka," jawab Braden.Samuel bertanya dengan terkejut, "Dia suka padahal belum tahu kebenarannya?"Braden membalas, "Ya, dia yang bilang sendiri.""Apa dia menyukai mama kalian karena ketertarikan fisik atau benar-benar dari hatinya? Jangan-jangan, dia dipaksa oleh keadaan tertentu?" tanya Samuel lebih lanjut.Braden kebingungan sehingga bertanya, "Suka ya suka, memangnya ada bedanya?"Samuel ragu sejenak, lalu mengusap kepala Braden sembari menjelaskan, "Ada banyak jenis rasa suka. Kalian masih kecil. Nanti kalau sudah besar, kalian akan mengerti."Setelah itu, Samuel mengalihkan pembicaraan dengan bertanya, "Kalau begitu, gimana menurut kalian? Kalian mau mereka bersama atau nggak?"Brad
Keempat bocah itu terlihat ragu. Mereka memang pintar, tetapi masih belum terlalu paham soal cinta orang dewasa. Tak ada yang lebih rumit daripada urusan cinta di dunia ini.Mereka masih terlalu kecil. Ada banyak hal dalam dunia orang dewasa yang belum mereka pahami. Apalagi, masalah ini juga melibatkan permintaan Rayden kepada Caden.Bagaimana kalau ternyata Caden menyukai Naomi hanya karena permintaan Rayden? Tidak bisa langsung diartikan bahwa kebaikannya kepada Naomi adalah tanda cinta sejati.Naomi juga baik padanya, tetapi bukan berarti dia menyukai Caden. Jadi, lebih baik mencari tahu yang sebenarnya.Sebab, ini menyangkut kebahagiaan Naomi dan akan memengaruhi rencana mereka selanjutnya. Mereka benar-benar ingin tahu kepastiannya.Braden bertanya pada Samuel, "Kalau diuji, apa itu akan memengaruhi suasana hati dan kehidupan sehari-hari Mama?"Bagaimanapun juga, Naomi adalah prioritas utama. Jika itu berdampak buruk pada Naomi, mereka pasti tidak setuju.Samuel menjawab sambil t
Saat ini, Naomi sedang ditindih Caden di sofa ruang kerja. Mereka berdua sudah berpindah dari depan pintu ke sofa. Caden menahan kedua tangan Naomi sambil menciumnya dengan intens.Meskipun sudah kehilangan kendali, Caden tidak berani melakukan hal lain dengan Naomi di tempat ini. Jadi, Caden hanya bisa melampiaskan hasratnya yang terpendam belakangan ini dengan mencium Naomi.Sementara itu, Naomi tidak bisa berpikir jernih lagi. Dia mengerjap dan wajahnya memerah. Saat Braden memanggilnya, Naomi baru tersadar dan matanya membelalak. Kemudian, dia memberontak.Caden juga mendengar suara Braden. Dia melepaskan bibir Naomi dengan enggan, tetapi tetap menindih Naomi.Caden dan Naomi saling bertatapan. Napas mereka tersengal-sengal. Caden mengernyit dan ekspresinya sangat muram karena belum terpuaskan.Naomi merasa sangat malu. Dia hanya bertatapan dengan Caden sejenak, lalu dia mengalihkan pandangannya.Saat melihat wajah Naomi yang merah padam, hasrat Caden bergelora. Dia menelan ludah d
Camila berkata, “Aku menganggapmu sebagai teman.”Kening Dylan berkerut. “Itu berarti karena masalah malam itu. Bukannya kamu menegaskan untuk melupakannya?”Camila terdiam membisu.Suasana di dalam ruang pasien tiba-tiba terasa agak canggung.Iya, Camila terus menegaskan untuk melupakannya, tetapi dia sendiri yang tidak bisa melupakannya. Hanya saja, mereka pernah tidur bersama, bagaimana cara melupakannya?Hati Camila sungguh terasa penat. Dia tidak tahu bagaimana membalas dalam seketika. Untung saja ponselnya tiba-tiba berdering pada saat ini, membantunya memecahkan rasa canggung.Orang yang menelepon adalah Naomi. “Camila, aku dan Caden lagi dalam perjalanan ke rumah sakit. Kamu mau makan apa? Biar aku bawakan.”Camila tersenyum. “Aku baru saja berencana buat pesan makanan. Kalau kamu lewat, tolong singgah ke toko kue langganan aku buat beli beberapa potong kue dan bawakan boba buat aku. Oh, ya ….”Demi memecahkan rasa canggung, Camila berinisiatif untuk bertanya pada Dylan, “Kamu
Camila tidak menjelaskan. Dia berkata dengan galak, “Sebenarnya kamu sudah hubungi Catherine belum? Hari ini dia datang atau nggak? Kalau dia nggak datang, aku pergi, nih!”Dylan segera berkata, “Datang, datang, datang. Dia balas aku kalau dia bakal datang, tapi dia datangnya agak sorean.”Kening Camila berkerut. “Kenapa sore?”Dylan berterus terang. “Aku juga nggak tahu. Kutebak mungkin sekarang dia lagi nggak di Kota Jawhar. Dia lagi perjalanan dari luar kota.”Camila merasa tidak senang. “Jadi, kenapa kamu nggak beri tahu aku sebelumnya?”Jika Camila tahu Catherine baru akan datang di sore hari, dia pun tidak akan datang ke rumah sakit di pagi hari!Apalagi hubungan mereka berdua sudah canggung!Dylan merasa agak kesal. “Kamu juga nggak tanya ….”Camila memelototinya.Belum sempat Camila kepikiran bagaimana untuk mengomeli Dylan, Dylan malah mulai muntah lagi. Dia berbaring di samping ranjang sembari mual-mual.Tadinya Camila tidak ingin menghiraukannya. Namun, ketika melihat dia mu
Kevin juga menambahkan, “Aku juga sama! Seluruh tubuhku terasa rileks!”Di kamar rawat sebelah.Begitu melihat orang tuanya, Dylan buru-buru duduk tegak dan menyapa mereka dengan hati-hati karena takut dipukul, “Ayah, Ibu.”Kevin kembali menjadi ayah yang bijaksana dan penuh kasih sayang. “Nggak usah gugup, kami datang bukan untuk memukulmu. Kamu benar-benar beruntung karena ketemu sama Camila! Kelak, kamu harus perlakukan Camila dengan baik. Kalau kamu berani membuatnya marah, aku dan ibumu pasti akan menghabisimu!”Lyana juga tertawa. “Putraku yang baik, gimana keadaanmu hari ini? Sudah punya selera makan?”Dylan merasa sangat terkejut setelah melihat perubahan sikap orang tuanya. Dia juga sudah berubah dari putra durhaka menjadi putra yang baik? Camila benar-benar berhasil menghibur orang tuanya? Ya Tuhan, bagaimana Camila melakukannya?Dylan diam-diam melirik Camila. Begitu tatapan mereka bertemu, Camila segera mengalihkan pandangannya dan mengabaikan Dylan.Dylan pun mengalihkan
Kali ini, Kevin juga langsung menunjukkan sikapnya.“Camila, tenang saja. Kali ini, kami nggak akan paksa Dylan untuk menikahinya lagi. Meski aku ... sangat ingin Keluarga Hermanto memiliki penerus, juga benar-benar inginkan anak itu, aku lebih rela Keluarga Hermanto nggak punya penerus daripada harus memisahkan kalian!”Kevin bahkan hampir meneteskan air mata. Dia benar-benar menginginkan seorang cucu. Kata orang, ada 3 bentuk ketidakberbaktian seorang anak dan yang terbesar adalah tidak memiliki penerus keluarga. Keinginan agar putranya meneruskan garis keturunan Keluarga Hermanto selalu menjadi beban dalam hatinya.Tidak peduli siapa yang melahirkannya, semua itu sebenarnya sama saja bagi Keluarga Hermanto. Oleh karena itu, Kevin baru mengucapkan kata-kata seperti itu. Dia lebih rela tidak memiliki cucu daripada menghancurkan kehidupan Camila dan Dylan.Camila mengetahui beban pikiran Kevin. Setelah mendengar ucapan Kevin, dia merasa lumayan terharu. Selain merasa terharu, dia juga
“Camila, kamu benar-benar pacaran sama Dylan?”“Emm! Kami juga berencana untuk menikah dan punya anak. Tapi, aku masih belum tenang karena Leon belum tertangkap. Jadi, aku undur dulu masalah pernikahan.”Mata Lyana dan Kevin langsung berbinar. Mereka bertanya dengan tidak percaya, “Se ... serius?”“Serius!”Lyana dan Kevin buru-buru bertanya lagi, “Kamu nggak keberatan nikah sama dia?”Camila pun tertawa. “Dia bahkan nggak keberatan aku ini seorang janda. Kenapa aku harus keberatan nikah sama dia? Dia memang pernah punya banyak pacar, tapi dia juga bukan cowok berengsek. Dia punya pandangan hidup dan kepribadian yang baik, juga bisa menyenangkan orang. Setelah kami bersama, dia cuma setia padaku dan memperlakukanku dengan baik.”Hati Lyana dan Kevin yang sudah mati pun hidup kembali! Meskipun Camila tidak mengandung, Camila dan Dylan benar-benar sedang berpacaran. Selain itu, mereka juga memiliki rencana untuk menikah dan melahirkan anak. Bagi Lyana dan Kevin, ini adalah hal yang sang
Camila menenangkan diri, lalu berjalan ke arah kamar rawat sebelah. Memberi pelajaran pada Catherine bukanlah yang terpenting. Dia harus terlebih dahulu menghibur Lyana. Amarah yang terlalu besar akan sangat melukai tubuh. Camila tidak boleh membiarkan Lyana terus-menerus merasa marah.Sebelum Camila tiba di depan pintu kamar rawat, terlihat Caden berjalan keluar dari dari kamar rawat Lyana. Camila pun menyapanya, “Pak Caden.”Melihat Camila, Caden merasa agak terkejut. “Kapan kamu pulang?”Camila menjawab, “Aku baru beli tiket pesawatnya semalam dan tiba pagi ini.”Caden menghela napas panjang. “Bagus juga kamu pulang. Kak Fiona nggak tahu masalah Bibi Lyana, sedangkan aku juga nggak begitu bisa berkomunikasi dengan Bibi Lyana. Berhubung kamu sudah pulang, temani dan hiburlah dia.”Camila menjawab, “Kak Fiona lagi hamil. Sebaiknya jangan buat dia khawatir. Aku akan jaga Bibi Lyana.”“Emm. Naomi tahu kamu pulang?”Camila menggeleng. “Pesawatku terbang di tengah malam. Dia seharusnya s
“Anak yang dikandung Catherine itu anakmu atau bukan?”Dylan mengernyit. “Aku nggak tahu.”Camila bertanya lagi, “Jadi, kamu sudah pikirkan cara penyelesaiannya?”Dylan menggeleng lagi dan menjawab dengan kesal, “Belum.”Camila menghela napas panjang. “Ajak dia keluar. Bilang saja kalian akan pergi daftarkan pernikahan kalian hari ini.”Dylan langsung membelalak. “Aku nggak akan nikahi dia! Pernikahan itu bukan permainan anak. Aku nggak akan menikah dengannya!”Camila menjulingkan matanya. “Memangnya kamu nggak bisa bohong?”Dylan pun terlihat bingung. “Hmm?”Camila tidak menjelaskan, hanya berkata, “Kalau kamu mau tangani masalah Catherine dengan baik, turuti kata-kataku! Ajak dia keluar hari ini!”Dylan buru-buru bertanya, “Kamu punya cara penyelesaiannya?”Camila menjawab, “Kamu ajak dulu dia keluar. Paling bagus kalau bisa ajak dia ketemu di rumah sakit. Aku akan bicara dengannya.”Dylan segera menunjukkan tampang layaknya seekor pug dan menyanjung, “Kalau kamu bisa bantu aku tanga
Keesokan paginya.Dylan terbaring di ranjang pasien dan tidak berhenti muntah kering. Dia memanggil Caden dengan lemas, “Caden, tolong ambilkan segelas air untukku. Aku mau kumur-kumur. Cepat dikit. Mulutku bau banget.”Pintu kamar pasien dibuka seseorang, lalu tercium aroma familier seseorang ....Dylan menyadari sesuatu dan jantungnya tiba-tiba berdebar kencang. Dia pun buru-buru mendongak.Camila mengenakan mantel panjang dan menggeraikan rambut ikal panjangnya yang berwarna cokelat sedang berdiri di depan pintu. Dia juga memakai masker, kacamata hitam, dan sepatu hak tinggi setinggi 7 cm. Sebelah tangannya bertumpu pada koper, sedangkan yang satu lagi dimasukkan ke saku mantel. Dia benar-benar terlihat layaknya seorang wanita yang mendominasi.Meskipun Camila membalut dirinya dengan rapat, Dylan tetap langsung mengenalinya. Seluruh tubuh Dylan pun menegang. Entah kenapa, dia mulai merasa panik dan jantungnya juga berdebar makin kencang. Dia hanya menatap Camila dengan mata membelal
“Halo, Naomi. Kangen sama aku?”Naomi menghela napas dan berkata, “Hari ini, Bibi Lyana pingsan.”Camila seketika terkejut. “Bibi Lyana kenapa?”Naomi menceritakan masalah Catherine kepada Camila. Setelah tertegun beberapa saat, Camila baru menyahut, “Benar-benar ada orang yang mengandung anak Dylan? Ternyata mual kehamilan bisa berpindah ke seorang ayah!”Di pagi hari, mereka baru membicarakan hal ini. Camila dan Naomi merasa Dylan hanya sakit, tetapi tidak percaya mual kehamilan bisa berpindah ke seorang ayah. Tak disangka, berita heboh mengenai kehamilan Catherine langsung keluar malamnya.Naomi berujar, “Masih belum tentu itu anak Dylan atau bukan. Apalagi, itu cuma kata-kata sepihak Catherine. Dia bahkan menolak untuk melakukan tes DNA. Aku rasa pasti ada yang disembunyikannya.”Camila terdiam sejenak sebelum menjawab, “Memang ada yang aneh. Kalau itu memang anak Dylan, dia pasti akan biarkan Dylan tes DNA dengan tenang! Tapi, Catherine bernyali juga. Beraninya dia mengancam Dylan