Naomi diam-diam menelan ludah, lalu menarik Caden ke samping. Dia tidak berani menandatangani dokumen itu.Naomi merasa terkejut, sedangkan anggota Keluarga Pangestu yang lain merasa kebingungan. Semua orang tahu mengenai Tony yang pergi ke Kompleks Futuria hari ini. Sebelumnya, Caden sudah menyinggung tentang hal ini karena mau memberi peringatan kepada semua orang apa akibat dari menyinggung Naomi.Namun, bukankah kompensasi sebesar 2 miliar benar-benar berlebihan? Selain itu, semua orang juga merasa aneh setelah melihat ekspresi Tony. Bagi Tony, 2 miliar seharusnya bukanlah apa-apa. Kenapa dia terlihat begitu marah?Braden juga merasa agak penasaran dan segera membaca surat perdamaian itu. Begitu melihat kata pengalihan saham, matanya langsung berbinar. Pantas saja Caden menyuruh Naomi menandatangani dokumen ini di hadapan semua orang. Pantas saja ekspresi Tony begitu buruk. Ternyata ....Meskipun saham 2% tidaklah berarti bagi Braden, itu termasuk jumlah yang sangat besar bagi oran
Tony masih merasa sakit hati dan kesal. Dia menjawab, “Itu sahamku. Terserah aku mau melakukan apa! Kembali ke kursi kalian masing-masing! Jangan membuatku kesal!”Semua orang merasa sangat tidak puas dan bergumam, “Kamu memang bebas melakukan apa saja soal sahammu, tapi itu tetap adalah saham Grup Pangestu. Mana boleh saham perusahaan dikasih ke orang luar? Selain itu, sekali kasih juga sebanyak itu! Apa yang kamu pikirkan?”Tony merasa sangat marah dan mengentakkan tongkatnya 2 kali. Memangnya dia ingin memberikan saham itu kepada Naomi? Dia juga terpaksa dan masih merasa sakit hati. Namun, dia juga tidak bisa mengungkapkan kekesalannya.Tony hanya bisa melampiaskan amarahnya pada orang lainnya dan menegur, “Coba saja kalau kalian berani berkomentar lagi. Aku akan suruh kalian kumpulkan 2% saham kalian dan memberikannya pada Naomi!”Setelah mendengar ucapan itu, tidak ada lagi orang yang berani berkomentar.Pada saat anggota Keluarga Pangestu merasa panik, Naomi juga merasa khawatir.
“Mama, tanda tangan saja. Aku sudah baca isinya. Nggak ada masalah dengan isinya.”“Emm!” Naomi mengambil pena, lalu menandatanganinya.Anggota Keluarga Pangestu langsung merasa putus asa!Braden membantu Naomi untuk menyimpan “surat damai” dengan tersenyum. “Selamat, Mama! Akhirnya impian Mama terwujud. Mama sudah jadi wanita kaya.”Sebelumnya Caden telah memberi Naomi uang 2 miliar dan selembar kartu kredit tanpa limit. Namun, semua itu juga bukan apa-apa jika dibandingkan dengan 2% saham ini. Akhirnya, Naomi berhasil menjadi seorang wanita kaya raya!Naomi mengira Braden sedang mengatakan soal biaya pengobatan sebesar 2 miliar itu. Dia segera berbisik, “Stt! Jadi orang mesti merendah!”Meski Naomi berbicara seperti ini, dia tetap tidak sanggup menyembunyikan senyuman di wajahnya. Dia sungguh gembira saat ini.Suasana di dalam ruang makan terasa aneh. Sepertinya hanya Naomi saja yang merasa gembira. Lebih tepatnya hanya mereka berenam saja yang gembira, sisanya kelihatan sangat muram
Naomi menerima panggilan dari Tiara. “Kalian makan dulu. Aku pergi angkat telepon.” Usai berbicara terhadap Caden dan keempat bocah cilik, Naomi berjalan keluar dengan memegang ponselnya.Baru saja Naomi meninggalkan ruangan, tiba-tiba … Rayden jatuh di tempat. Raut wajah Caden berubah drastis. Dia langsung berlari ke sisi Rayden. “Rayden!”Rayden mengeluarkan buih putih, tubuhnya kelihatan sedikit gemetar. Dia hampir saja kehilangan napasnya.Kedua mata Caden terbelalak lebar. “Cepat panggil dokter!” jerit Caden dengan kuat. Dia segera melakukan CPR kepada Rayden.Hayden juga kelihatan gugup. “Ray … Rayden nggak bernapas lagi!”Jayden hampir saja menangis di tempat. “Rayden, Rayden, huhuhu ….”Kening Braden berkerut. Dia segera berpesan kepada Hayden, “Cepat! Cepat suruh Mama ke sini!”Semua orang terkejut, pergi melihat apa yang terjadi. Setelah memastikan Rayden benar-benar tidak bernapas lagi, jantung mereka semua hampir copot saja.“Rayden … dia … dia sudah mati?”Mati?Tony men
“Iya, Rayden juga bukan anak kandungnya. Mana mungkin ada ibu tiri akan memperlakukan anak tirinya dengan sepenuh hati? Seharusnya dia merasa senang atas kematian Rayden!”Ada juga yang berlagak menghibur, “Bu Naomi, kamu jangan menangis lagi. Rayden sudah meninggal. Caden pasti lebih sedih daripada kamu. Dia malah mesti hibur kamu lagi.”Braden memelototi mereka semua ….Tubuh sekelompok wanita itu gemetar. Mereka langsung terdiam!Braden juga tidak menghiraukan mereka lagi, melainkan membujuk Naomi, “Mama tenangkan diri Mama dulu. Sekarang bukan saatnya untuk bersedih. Selamatkan Rayden dulu!”“Iya, iya, iya! Selamatkan Rayden dulu!” Naomi mengusap air mata dengan kasarnya, lalu segera memeriksa denyut nadi Rayden.Braden berkata pada Caden, “Serahkan Rayden kepada Mama! Kamu cepat carikan tempat yang tenang buat Mama dan Rayden!”Braden tahu tidak ada gunanya Caden terus melakukan penyelamatan darurat. Sekarang semuanya hanya bisa mengharapkan ibu mereka saja! Asalkan masih ada sece
Rayden berbaring di atas lantai dengan lemas. Dia tidak bergerak sama sekali.Saat ini, Naomi semakin ketakutan saja. Saking takutnya, sekujur tubuhnya semakin gemetar. Dia menatap ketiga anak kecil sembari menangis. Dia masih tidak bisa menerima kenyataan pahit ini. “Cepat … cepat beri tahu Mama …. Rayden nggak hirauin Mama karena dia lagi tidur. Dia lagi tidur, ‘kan?”Naomi yang sedang membohongi diri sendiri membuat pilu hati orang-orang. Ketiga bocah cilik langsung maju untuk memeluknya. Suara tangisan Naomi semakin keras lagi.“Mama! Huhu ….”Anggota Keluarga Pangestu yang berdiri di samping hanya menatap dengan sinis saja. Para wanita yang tadinya iri dengan Naomi pun merasa gembira sekarang. Akhirnya rasa benci mereka terlampiaskan!Ada yang menyindir dan juga memprovokasi.“Nangisnya seperti kenyataan saja. Dia lagi sandiwara, ‘kan? Bukannya dia memang berharap Rayden bisa cepat mati?”“Iya! Rayden juga bukan anak kandungnya. Mana mungkin seorang mama tiri akan bersedih atas ke
“Seharusnya kalian sudah lihat tadi? Bibir Rayden jadi warna ungu dan mengeluarkan buih putih. Sepertinya dia itu keracunan!”“Maksudmu, ada yang sengaja ingin meracuni Rayden?”Begitu ucapan dilontarkan, ekspresi semua orang langsung berubah.Hati Tony menjadi tidak karuan dan terasa penat. Dia segera meninggalkan keramaian, lalu bertanya pada Evano, “Apa kamu yakin nggak ada yang keliru dengan masalah hari ini?”Evano tahu betapa seriusnya masalah ini. Dia pun hampir menangis.“Pak Tony, kalau memang aku lalai dalam menjalankan misi, mana berani juga aku merahasiakannya darimu! Semuanya berjalan sesuai dengan rencana, bahkan berjalan dengan sangat lancar!”“Kalau lancar, kenapa Rayden bisa mati?”“Aku … aku benar-benar nggak tahu. Kita juga bukan pertama kalinya meracuni Rayden. Apalagi racun kali ini juga dari dia. Nggak ada yang berubah dari prosedurnya!” Evano mengecilkan suaranya, lalu melanjutkan dengan bingung, “Pak, menurutmu, apa mungkin rencana kita malam ini diketahui orang
Setelah memberi perintah, Caden mulai merokok sebatang demi sebatang!Detik demi detik berlalu. Lonceng jam terdengar keras. Tahun yang lama akan segera berakhir, dimulai dengan tahun yang baru. Suara hitung mundur terdengar. “Ayo! Sepuluh, sembilan, delapan, tujuh … tiga, dua, satu …. Selamat Tahun Baru! Semoga semuanya semakin gembira di Tahun Baru ini. Hahaha ….”Lembaran baru dimulai. Suara petasan terdengar memenuhi seluruh Kota Jawhar.Kembang api menghiasi langit. Orang-orang larut dalam kebahagiaan. Padahal mereka telah berjanji akan merayakan Tahun Baru berenam. Sekarang jarak mereka berdua malah terpisah oleh sebuah pintu ruang UGD. Naomi sedang berusaha menyelamatkan Rayden!Caden, Braden, Hayden, dan Jayden hanya bisa menunggu di depan koridor. Mereka merasa gelisah dan juga tidak berdaya.Suasana gembira perayaan Tahun Baru tidak ada hubungannya dengan mereka. Sekarang mereka hanya merasa takut, takut, dan takut saja. Hingga saat ini, nasib Rayden masih belum diketahui.
“Camila, kamu benar-benar pacaran sama Dylan?”“Emm! Kami juga berencana untuk menikah dan punya anak. Tapi, aku masih belum tenang karena Leon belum tertangkap. Jadi, aku undur dulu masalah pernikahan.”Mata Lyana dan Kevin langsung berbinar. Mereka bertanya dengan tidak percaya, “Se ... serius?”“Serius!”Lyana dan Kevin buru-buru bertanya lagi, “Kamu nggak keberatan nikah sama dia?”Camila pun tertawa. “Dia bahkan nggak keberatan aku ini seorang janda. Kenapa aku harus keberatan nikah sama dia? Dia memang pernah punya banyak pacar, tapi dia juga bukan cowok berengsek. Dia punya pandangan hidup dan kepribadian yang baik, juga bisa menyenangkan orang. Setelah kami bersama, dia cuma setia padaku dan memperlakukanku dengan baik.”Hati Lyana dan Kevin yang sudah mati pun hidup kembali! Meskipun Camila tidak mengandung, Camila dan Dylan benar-benar sedang berpacaran. Selain itu, mereka juga memiliki rencana untuk menikah dan melahirkan anak. Bagi Lyana dan Kevin, ini adalah hal yang sang
Camila menenangkan diri, lalu berjalan ke arah kamar rawat sebelah. Memberi pelajaran pada Catherine bukanlah yang terpenting. Dia harus terlebih dahulu menghibur Lyana. Amarah yang terlalu besar akan sangat melukai tubuh. Camila tidak boleh membiarkan Lyana terus-menerus merasa marah.Sebelum Camila tiba di depan pintu kamar rawat, terlihat Caden berjalan keluar dari dari kamar rawat Lyana. Camila pun menyapanya, “Pak Caden.”Melihat Camila, Caden merasa agak terkejut. “Kapan kamu pulang?”Camila menjawab, “Aku baru beli tiket pesawatnya semalam dan tiba pagi ini.”Caden menghela napas panjang. “Bagus juga kamu pulang. Kak Fiona nggak tahu masalah Bibi Lyana, sedangkan aku juga nggak begitu bisa berkomunikasi dengan Bibi Lyana. Berhubung kamu sudah pulang, temani dan hiburlah dia.”Camila menjawab, “Kak Fiona lagi hamil. Sebaiknya jangan buat dia khawatir. Aku akan jaga Bibi Lyana.”“Emm. Naomi tahu kamu pulang?”Camila menggeleng. “Pesawatku terbang di tengah malam. Dia seharusnya s
“Anak yang dikandung Catherine itu anakmu atau bukan?”Dylan mengernyit. “Aku nggak tahu.”Camila bertanya lagi, “Jadi, kamu sudah pikirkan cara penyelesaiannya?”Dylan menggeleng lagi dan menjawab dengan kesal, “Belum.”Camila menghela napas panjang. “Ajak dia keluar. Bilang saja kalian akan pergi daftarkan pernikahan kalian hari ini.”Dylan langsung membelalak. “Aku nggak akan nikahi dia! Pernikahan itu bukan permainan anak. Aku nggak akan menikah dengannya!”Camila menjulingkan matanya. “Memangnya kamu nggak bisa bohong?”Dylan pun terlihat bingung. “Hmm?”Camila tidak menjelaskan, hanya berkata, “Kalau kamu mau tangani masalah Catherine dengan baik, turuti kata-kataku! Ajak dia keluar hari ini!”Dylan buru-buru bertanya, “Kamu punya cara penyelesaiannya?”Camila menjawab, “Kamu ajak dulu dia keluar. Paling bagus kalau bisa ajak dia ketemu di rumah sakit. Aku akan bicara dengannya.”Dylan segera menunjukkan tampang layaknya seekor pug dan menyanjung, “Kalau kamu bisa bantu aku tanga
Keesokan paginya.Dylan terbaring di ranjang pasien dan tidak berhenti muntah kering. Dia memanggil Caden dengan lemas, “Caden, tolong ambilkan segelas air untukku. Aku mau kumur-kumur. Cepat dikit. Mulutku bau banget.”Pintu kamar pasien dibuka seseorang, lalu tercium aroma familier seseorang ....Dylan menyadari sesuatu dan jantungnya tiba-tiba berdebar kencang. Dia pun buru-buru mendongak.Camila mengenakan mantel panjang dan menggeraikan rambut ikal panjangnya yang berwarna cokelat sedang berdiri di depan pintu. Dia juga memakai masker, kacamata hitam, dan sepatu hak tinggi setinggi 7 cm. Sebelah tangannya bertumpu pada koper, sedangkan yang satu lagi dimasukkan ke saku mantel. Dia benar-benar terlihat layaknya seorang wanita yang mendominasi.Meskipun Camila membalut dirinya dengan rapat, Dylan tetap langsung mengenalinya. Seluruh tubuh Dylan pun menegang. Entah kenapa, dia mulai merasa panik dan jantungnya juga berdebar makin kencang. Dia hanya menatap Camila dengan mata membelal
“Halo, Naomi. Kangen sama aku?”Naomi menghela napas dan berkata, “Hari ini, Bibi Lyana pingsan.”Camila seketika terkejut. “Bibi Lyana kenapa?”Naomi menceritakan masalah Catherine kepada Camila. Setelah tertegun beberapa saat, Camila baru menyahut, “Benar-benar ada orang yang mengandung anak Dylan? Ternyata mual kehamilan bisa berpindah ke seorang ayah!”Di pagi hari, mereka baru membicarakan hal ini. Camila dan Naomi merasa Dylan hanya sakit, tetapi tidak percaya mual kehamilan bisa berpindah ke seorang ayah. Tak disangka, berita heboh mengenai kehamilan Catherine langsung keluar malamnya.Naomi berujar, “Masih belum tentu itu anak Dylan atau bukan. Apalagi, itu cuma kata-kata sepihak Catherine. Dia bahkan menolak untuk melakukan tes DNA. Aku rasa pasti ada yang disembunyikannya.”Camila terdiam sejenak sebelum menjawab, “Memang ada yang aneh. Kalau itu memang anak Dylan, dia pasti akan biarkan Dylan tes DNA dengan tenang! Tapi, Catherine bernyali juga. Beraninya dia mengancam Dylan
“Apa uang bisa menyingkirkannya?” tanya Caden.Dylan menggeleng. “Dia cuma mau status sebagai istriku.”Caden mengernyit. “Aku dan dia nggak punya hubungan apa pun. Kalau kamu nggak bisa bertindak, apa perlu aku yang cari dia untuk membicarakannya?”Dylan mengerutkan keningnya dan menggeleng. “Aku nggak bisa melukainya.”Caden berujar, “Tapi, kamu mau punya persiapan mental. Kalau kamu nggak bisa tangani hal ini dengan baik, Bibi dan Paman mungkin akan tertimpa masalah besar.”Hanya setelah mengetahui faktanya saja, Lyana sudah langsung pingsan. Jika dia melihat jasad janin itu, mungkin saja dia akan langsung meninggal.Dylan menjentikkan abu rokok dengan kuat. “Haih ....”Kali ini, Dylan benar-benar bertemu kesulitan. Hal ini jauh lebih serius daripada isu kehamilan beberapa hari lalu. Dia benar-benar tidak menemukan cara penyelesaiannya.Entah karena terlalu cemas atau apa, sebelum menghabiskan sebatang rokok ini, Dylan mulai muntah-muntah lagi. Berhubung lambungnya kosong, dia hanya
“Dia nggak bersedia keluar. Dia cuma kasih waktu seminggu kepada kami untuk mempertimbangkannya. Seminggu lagi, kalau aku nggak bawa dia daftarkan pernikahan kami, dia akan kirim jasad janin itu ke rumah!”Caden juga merasa sangat kesal setelah mendengar ancaman itu. Dia bertanya dengan ekspresi muram, “Kalau dia merasa itu anakmu, kenapa dia nggak bersedia lakukan tes DNA?”Dylan menjawab dengan kesal, “Aku sudah tanya, tapi dia nggak mau kasih penjelasan. Dia cuma bilang, kami boleh nggak percaya dan langsung menolak, lalu tinggal tunggu terima jasad janin itu.”Catherine tahu jelas kelemahan Kevin dan Lyana. Berhubung mereka sangat menginginkan cucu, mereka pasti tidak berani mengambil risiko. Sementara itu, Dylan adalah anak yang berbakti dan juga tidak akan berani mengambil risiko. Bagaimanapun juga, apabila Kevin dan Lyana melihat jasad janin itu, mereka pasti tidak akan bisa menerimanya. Mungkin saja, hal ini juga akan menimbulkan korban jiwa.Caden bertanya dengan nada dingin,
Ketika Caden tiba di rumah sakit, Lyana baru keluar dari UGD. Dia berbaring di atas ranjang pasien dengan tenang dan masih belum sadarkan diri.Kevin duduk di samping ranjang pasien dengan ekspresi yang sangat suram, entah karena terlalu khawatir atau terlalu marah. Di sisi lain, Dylan menyeret tubuhnya yang masih lemah dan berlutut di samping dengan tampang bersalah.Melihat situasi ini, Caden sangat terkejut. Ketika di telepon tadi, Dylan hanya mengatakan sudah terjadi masalah, tetapi tidak mengatakan apa yang terjadi.Caden berjalan masuk ke kamar rawat dan bertanya dengan pelan, “Paman, gimana keadaan Bibi?”Kevin mendongak dan menjawab dengan sepasang mata yang merah, “Dia terlalu marah sampai terkena serangan jantung dan pingsan.”Caden pun terkejut. “Waktu aku pergi, dia masih baik-baik saja. Kenapa dia bisa tiba-tiba begitu marah?”Kevin memelototi Dylan dengan dingin, lalu berseru marah, “Tanyakan saja sama anak durhaka ini! Semua ini gara-gara dia! Perbuatannya benar-benar te
Naomi tiba-tiba berlinang air mata. Sebenarnya, dia tahu apa alasan anak-anak memamerkan sertifikat penghargaan mereka, dan Rayden memberitahunya bahwa dia berinisiatif mencari teman baru. Itu karena mereka ingin menghiburnya. Sebagai seorang ibu, dia malah dihibur oleh anak-anaknya.Naomi merasa terharu, tetapi juga bersalah. “Senang. Mama senang banget. Malam ini, Mama akan masak sendiri dan buatkan makanan enak buat kalian. Akhir-akhir ini, keadaan Mama kurang baik karena khawatir sama Braden dan Hayden. Maaf sudah buat kalian khawatir.”Jayden bertanya, “Sekarang, Mama sudah baikan?”Naomi tersenyum. “Sudah.”Baby bertanya, “Mama, kapan Kak Braden dan Kak Hayden pulang? Aku sudah kangen sama mereka.”Naomi menjawab, “Mereka akan segera pulang. Mereka juga kangen banget sama Baby.”Naomi mengobrol sejenak dengan anak-anak, lalu berkata pada Steven, “Terima kasih kamu sudah pergi jemput anak-anak. Malam ini, kamu makan saja di sini. Aku akan masak lebih banyak.”Steven buru-buru menj