Alhasil, beberapa pria itu menatap Rayden dari jam 2 subuh hingga matahari terbit, tetapi Rayden tidak memanggil Caden lagi. Si Rayden cilik terus tidur nyenyak. Saat sedang tidur, karena popoknya tergeser, Rayden malah buang air kecil tepat di wajah Dylan yang sedang melihatnya dari samping tempat tidur kecilnya.Kemudian, ketika Rayden melangkah untuk pertama kalinya, Caden bahkan merasa lebih gembira daripada saat dia menghasilkan miliaran dalam hitungan menit!Caden mencium pipi kecil Rayden, mengangkatnya tinggi-tinggi berlari di atas rerumputan seraya berkata dengan bangga, “Anakku memang hebat sekali! Nomor satu di dunia!”Saat itu, Dylan sempat menyindirnya, “Kamu seolah-olah anakmu nggak bisa jalan saja.”“Hehe.” Caden yang sedang membayangkan memori indah itu tersenyum. Namun 1 detik kemudian, air mata membasahi matanya. Caden melihat ke sisi ruang UGD. Napasnya mulai terasa sesak. Setiap kenangan kebersamaannya dengan Rayden bagai film yang diputar di dalam benak Caden. Ra
Beberapa saat kemudian, Naomi berusaha untuk menenangkan dirinya. Dia mulai keluar dari pelukan Caden.Naomi menyeka air matanya, lalu berjongkok menyeka air mata anak-anaknya.“Jangan menangis lagi, ya. Rayden sudah baik-baik saja. Dia akan segera sembuh.”Jayden sedang menangis terisak-isak. Dia pun bertanya dengan suara gemasnya, “Kalau Rayden sudah sembuh, kenapa dia nggak keluar bareng Mama?”Naomi melembutkan suaranya untuk menghibur Jayden. “Rayden lagi istirahat di dalam sana. Dia masih belum bangun.”Hayden segera bertanya, “Apa kami boleh melihatnya?”“Boleh.” Naomi berdiri, lalu berkata pada Caden, “Aku ke toilet bentar. Kalian pergi jenguk Rayden sana. Ada Pak Robbin di dalam.”“Emm.” Caden membawa ketiga anak-anak memasuki ruangan UGD.Rayden sedang berbaring di atas ranjang dengan tenang. Ada banyak selang yang dipasang di tubuh anak kecil itu. Wajahnya kelihatan pucat saat ini. Hanya saja, setiap nilai di mesin menunjukkan nilai stabil.Jayden bertanya pada Braden denga
Saat ini raut Naomi kelihatan sangat buruk. Dalam sekilas mata, dapat diketahui dia sangatlah lemas.Caden merasa khawatir dan sakit hati. Dia menggendong Naomi dengan perlahan, lalu membawanya ke kamar pasien. Naomi dibaringkan di atas ranjang dengan perlahan. Caden juga mengawasi langsung ketika Robbin menyuntikkan obat ke tubuh Naomi.Selesai infus, Robbin pun berkata, “Kamu pergi sibuk sana. Ada aku di sini.”Caden tidak berbicara sama sekali, hanya menatap Naomi saja. Beberapa saat kemudian, tiba-tiba dia berkata, “Aku nggak jadi pulang.”“Emm?” Robbin merasa syok. “Kenapa nggak jadi pulang?”Braden juga menatap Caden dengan syok. Bagaimanapun, hal itu sangatlah penting!Caden menjelaskan dengan asal-asalan, “Ada Steven dan Andrew di sana. Aku nggak perlu ke sana.”Robbin melirik Naomi sekilas. Sepertinya Caden tidak tenang untuk meninggalkan Naomi.“Baiklah. Kalau begitu, aku keluar dulu. Aku pantau progres pemeriksaan racun. Aku akan mencarimu lagi setelah hasilnya keluar.”“Emm
Ketiga bocah cilik melirik Caden sejenak. Kemudian, Braden berkata, “Nggak usah, kami bisa tidur sendiri. Kamu cukup bantu kami buat jagain Mama saja.”Begitu masuk ke kamar kecil di dalam kamar pasien, Braden berkata pada Hayden, “Beri dia tambahan 1 poin, deh. Aku sungguh terharu dia bisa melepaskan hal sepenting itu demi menjaga Mama.”Hayden segera mengangguk tanda dirinya setuju. “Emm!”Sebelum tidur, Braden menyuruh Jayden untuk memperbaiki riasannya dan juga Hayden.Untung saja ada Jayden yang hebat, semua produk kosmetik yang digunakannya berkualitas sangat bagus. Jika tidak, riasan mereka pasti akan hancur karena menangis seharian. Bisa jadi Caden dan anggota Keluarga Pangestu akan menyadarinya!Di dalam kamar, Caden sedang berdiri di depan jendela sembari menelepon Steven. Tatapannya tertuju ke sisi Naomi. Dia memberi tahu Steven bahwa dirinya tidak akan kembali ke kediaman untuk sementara waktu ini, lalu menanyakan progres penyelidikan, kemudian mengatur beberapa hal.Setela
Caden menarik tisu untuk menyeka air mata dan ingus di wajah Jayden. Kemudian, dia menggendong Jayden dengan lembut. “Kamu dan Hayden lanjut tidur sana. Biar aku tenangin Jayden.”Caden menutup lampu di atas nakas, lalu menggendong Jayden keluar, sekalian menutup pintu kamar. Dia menggendong Jayden ke depan ranjang pasien, lalu berbisik, “Coba kamu lihat, Mama nggak dimakan sama monster. Mama lagi tidur di sini. Rayden juga lagi tidur, dia juga nggak dimakan sama monster. Jadi, Jayden nggak usah takut.”Jayden mengusap matanya, lalu menatap Naomi yang sedang berbaring di atas ranjang. Dia mengulurkan tangan kecilnya untuk mengusap Naomi. “Mama masih hangat.”Caden spontan tersenyum. Tentu saja tubuh Naomi masih hangat. Dia juga belum mati.“Sudah, kamu tidur dulu. Nanti setelah kamu bangun, seharusnya mamamu juga akan bangun. Jangan takut, aku akan melindunginya dan Rayden. Aku juga akan melindungi kalian. Kalau ada monster yang datang, aku akan memukulnya.”“Emm.” Jayden mengangguk de
Caden menatap Naomi dengan mengerutkan keningnya. Jayden sudah tertidur bersandar di atas pundak Caden, hanya saja Caden masih tidak menurunkannya.Dari tadi Caden tidak berhenti menepuk-nepuk punggung Jayden. Dia kelihatan bagai seorang ayah yang sedang menghibur anaknya saja. Hanya saja, tatapan Caden tak berhenti tertuju pada diri Naomi. Saat cairan di dalam botol infus sudah habis, Caden baru mengembalikan Jayden ke dalam kamarnya. Braden dan Hayden masih sedang tertidur. Pose tidur kedua bocah kembar itu berbeda drastis. Braden sedang tidur dengan mengangkat kepalanya, kedua tangan diletakkan rapi di dua sisi tubuh. Posisi tidurnya sangat tegak. Sementara, Hayden sedang tidur di ujung kaki ranjang …. Dia sungguh mirip dengan seekor kodok yang sedang telungkup di atas ranjang. Suara dengkurnya terdengar sangat nyaring. Lantaran sedang telungkup, bahkan wajah kecilnya juga sudah berubah wujud. Risiko Hayden jatuh dari atas ranjang sangatlah besar.Caden melirik Jayden sekilas. ‘B
Ada banyak tabung darah di atas meja kecil. Semuanya baru diambil dari tubuh Rayden. Saat melihatnya, hati Naomi terasa pilu. Matanya kembali memerah.Rayden memang sudah terlepas dari masa kritis, hanya saja organ tubuhnya telah mengalami kerusakan. Dia perlu mengonsumsi obat, disuntik, bahkan mesti melakukan banyak pemeriksaan yang menyiksa. Semalam saat mencuci lambung Rayden, jelas-jelas dia belum siuman, tetapi sekujur tubuhnya malah gemetar kuat ….Selain itu, semalam jelas-jelas Rayden baru diambil belasan tabung darah. Hari ini, dia malah diambil darah sebanyak ini lagi!Rayden masih kecil. Dia baru berusia 5 tahun saja. Apa Rayden memiliki darah sebanyak itu?Namun, apa daya? Rayden mengalami keracunan serius. Jadi, dia mesti melakukan banyak pemeriksaan!Hati Naomi terasa sesak dan sakit. Dia ingin sekali menggantikan Rayden untuk mengalami penderitaan ini! Dia tidak berharap putranya merasakan siksaan ini!Naomi mengusap tangan kecil Rayden. Dia ingin sekali memberi tahu Ray
“Emm. Sepertinya dia bunuh diri karena takut.” Naomi segera menyeka air matanya. “Itu berarti pelaku sudah tertangkap?”Caden berterus terang, “Seharusnya dia cuma kambing hitam.”Caden tidak memiliki dendam terhadap pelayan wanita itu. Jadi, pelayan itu tidak memiliki motif untuk mencelakai Rayden. Caden curiga pelayan wanita itu dibunuh oleh pelaku sebenarnya.Pelaku sengaja membuat si pelayan kelihatan seperti sedang bunuh diri karena ketakutan. Dengan begitu, semua orang akan salah paham mengira dia telah meracuni Rayden! Sebenarnya, dia hanyalah kambing hitam saja!Begitu Naomi mendengar, dia pun merasa panik dan bertanya dengan suara gemetar, “Maksudmu, dia bukan pelakunya. Pelaku sebenarnya masih belum ditemukan. Dia masih merajalela di luar sana?”“Emm, tapi kamu jangan panik. Aku ….”Tiba-tiba Naomi menariknya. “Mana mungkin aku nggak panik! Ada yang ingin mencelakai Rayden-ku! Tapi, aku nggak tahu siapa orangnya! Dia masih merajalela di luar sana. Masih ada kemungkinan dia a
Ketika melihat Wanda, Angelo langsung teringat Abigail. Wanda cantik, lembut, dan sering tersenyum manis kepadanya. Wanda menyayangi Angelo seperti Abigail.Hati Angelo yang terluka perlahan pulih. Akhirnya, dia berani bicara dan punya sedikit harapan terhadap masa depan. Angelo bertekad untuk melanjutkan hidupnya. Dia ingin mencari kakak perempuannya.Angelo juga ingin belajar hukum dan menjadi pengacara. Dia ingin membalas dendam orang tua dan kedua kakak laki-lakinya.Wanda memberi tahu Angelo hukum bisa membantunya menegakkan keadilan dan menghukum orang jahat. Jika Angelo disakiti, dia bisa memakai hukum untuk melampiaskan kemarahannya.Angelo memercayai ucapan Wanda sepenuhnya. Semuanya perlahan membaik. Namun, takdir mengubah hidup Angelo. Dia kehilangan kebahagiaan lagi.Darman tiba-tiba muncul. Begitu melihat Darman, Angelo langsung teringat Tony dan semua kejadian di studio.Kemudian, Angelo dibawa Darman ke gunung. Hati Angelo yang sudah perlahan pulih hancur lagi. Bahkan, k
Yamin bertelungkup di lantai. Tubuhnya gemetaran dan matanya memerah. Dia hanya bisa melihat istrinya ditindas.Yamin sangat murka hingga ingin membunuh Tony, tetapi dia tidak bisa melakukan apa pun. Yamin melihat anaknya terluka dan wanita yang dicintainya dinodai. Yamin merasa tidak berdaya dan juga marah. Air matanya mengalir.Tony menodai Abigail sampai tengah malam. Dia memang abnormal. Tony sengaja menodai Abigail dengan berbagai gaya di depan Yamin.Abigail yang awalnya berteriak histeris dan memberontak perlahan terdiam. Akhirnya, dia hanya bisa membiarkan Tony mengendalikan tubuhnya.Yamin yang awalnya memelotot perlahan memejamkan matanya. Air matanya terus mengalir. Pasangan suami istri yang sangat mesra ini mengalami kejadian tragis. Tony menghancurkan kehidupan keluarga mereka.Padahal, hari ini keluarga Yamin sangat gembira. Sekarang yang tersisa hanya keputusasaan. Akhirnya, mereka mati tragis.Abigail mati setelah disiksa Tony. Pakaiannya koyak dan air matanya sudah ker
Lilin di atas kue langsung mati tertiup angin. Tony langsung berjalan masuk. Dia seperti iblis yang tiba-tiba muncul di depan Abigail dan Yamin.Yamin tidak mengenal Tony. Dia bertanya dengan sopan dan juga waswas, "Pak, kamu cari siapa?"Tony mengabaikan Yamin. Dia mengamati Abigail dengan ekspresi mesum. Yamin mengernyit. Sebelum dia sempat bicara, Tony bertanya, "Berapa harga satu malam?"Yamin dan Abigail kebingungan. Tony duduk, lalu memandang Abigail dan berujar seraya menyipitkan matanya, "Aku tertarik padamu, layani aku satu malam. Satu miliar cukup, nggak? Kalau nggak cukup, boleh tambah."Yamin dan Abigail baru tersadar setelah tertegun sejenak. Abigail membalas dengan ekspresi marah, "Kamu gila, ya?"Amarah Yamin memuncak. Tidak ada pria normal yang bisa terima diprovokasi seperti ini. Yamin hendak menghajar Tony, tetapi Abigail menghentikannya.Abigail tidak mengenal Tony. Dia hanya menganggap Tony sebagai orang gila. Bagaimanapun, ini adalah negara hukum. Semua orang tidak
Saat itu, cuaca di Kota Lodia sangat dingin. Angin kencang berembus dan salju lebat turun seharian. Akan tetapi, Yamin dan Abigail sangat bersemangat.Hari ini Yamin berulang tahun dan dia memperoleh pencapaian besar dalam kariernya. Yamin merupakan pelukis yang rajin. Hanya saja, dia tidak terkenal di kalangan pelukis.Tiba-tiba, Yamin menerima undangan dari idolanya pada hari ulang tahunnya. Idola Yamin adalah pelukis senior top. Tekniknya sangat hebat dan gayanya unik. Dia juga sangat berprinsip.Pelukis senior itu memang mengandalkan melukis untuk menghasilkan uang, tetapi dia tidak akan sembarangan menjual lukisannya demi uang. Seorang konglomerat pernah meminta pelukis senior itu untuk melukis kekasihnya dan menawarkan harga tinggi. Namun, dia menolak dengan tegas.Alasan pelukis senior itu sangat sederhana. Dia jijik dengan pelakor dan merasa pelakor tidak pantas menjadi objek lukisannya.Pelukis senior menganggap semua lukisannya seperti anak yang dibesarkannya. Mencari pemilik
Caden melanjutkan, "Aku akan ikut kamu mencintai anak-anak karena kamu mencintai mereka dan aku mencintaimu. Ayah sangat mencintai Ibu. Kalau Ibu menyukai Lucky, Ayah pasti menyukainya. Perasaan suka seperti ini tulus dan muncul tanpa sadar, jadi aku yakin waktu itu yang menyakiti Lucky bukan Ayah."Tentu saja Naomi memercayai Caden. Dia menimpali dengan ekspresi kebingungan, "Sebelumnya aku dengar kamu menceritakan sifat Ayah, jadi aku juga nggak percaya Ayah menyakiti Samuel. Tapi, aku sudah bertanya pada Samuel dan dia sangat yakin malam itu yang menyeretnya ke gunung itu Ayah."Caden merenung. Dia yakin Darman tidak akan melakukan perbuatan kejam seperti itu. Namun, Samuel juga tidak perlu berbohong kepada Naomi. Jadi, apa masalahnya?Jika Samuel bisa menganggap orang itu adalah Darman, berarti orang itu sangat mirip dengan Darman. Setidaknya paras dan postur tubuhnya sangat mirip. Siapa orang itu? Darman tidak punya saudara kandung.Apa mungkin ada orang yang sengaja merias wajahn
Naomi menghela napas, lalu berkata seraya mengernyit, "Aku ini dokter, jadi aku tahu jelas kondisi tubuhku. Aku nggak makan seharian dan mengalami syok sehingga pingsan. Aku nggak apa-apa, kita cari Baby sekarang!"Selesai bicara, Naomi menyingkap selimut dan hendak turun dari tempat tidur. Dia ingin pergi mencari putrinya bersama Caden. Dia tidak ingin menunggu lagi.Caden menghentikan Naomi, "Kamu nggak boleh pergi."Desa Baiza adalah markas Samuel. Keselamatan mereka pasti terancam jika mereka menerobos masuk ke Desa Baiza.Selain itu, Caden baru menyelamatkan Naomi dari tangan Samuel. Dia tidak mungkin mengambil risiko dengan membawa Naomi ke wilayah kekuasaan Samuel. Bagaimana kalau Samuel menculik Naomi lagi saat terjadi kekacauan?Naomi malah berujar, "Aku harus pergi! Samuel menyayangi Baby, dia nggak akan beri tahu Baby kamu itu ayahnya. Kalau Baby lihat kamu, dia pasti cuma menganggap kamu paman dan nggak mau ikut kamu.""Baby dibesarkan Samuel, jadi dia pasti menyukai Samuel
Caden yang terkejut memanggil, "Naomi!"Naomi langsung duduk dan menghela napas. Dia terlihat ketakutan. Sudah jelas Naomi mimpi buruk, dia bangun karena ketakutan.Caden segera menggenggam tangan Naomi, lalu memeluknya dan menghibur, "Jangan takut, kamu cuma mimpi buruk. Naomi, jangan takut."Naomi tertegun sejenak. Dia baru sadar kejadian yang mengerikan itu hanya mimpi. Selain itu, dia sudah diselamatkan Caden!Naomi melepaskan diri dari pelukan Caden, lalu mengamati Caden dan bertanya, "Apa kamu baik-baik saja? Apa kamu terluka? Apa Samuel menyakitimu?"Caden menyahut seraya menggeleng, "Aku baik-baik saja, aku nggak terluka."Naomi baru merasa tenang setelah memastikan Caden baik-baik saja. Namun, dia kembali merasa gugup.Naomi menggenggam tangan Caden dengan erat seraya berbicara, "Apa kamu tahu Samuel ingin mencelakaimu? Dia punya dendam dengan Keluarga Pangestu dan ayahmu, dia bilang anak harus membayar utang ayahnya. Samuel mau melampiaskan kebenciannya pada Keluarga Pangestu
Caden mengernyit. Dia sangat memahami Tony. Masalah Keluarga Sadana pasti berhubungan dengan Tony. Caden yakin Keluarga Sadana pasti sudah mati, bukan menghilang.Tony adalah pria berengsek. Dia bahkan tega mencelakai keluarga sendiri, apalagi orang lain. Samuel menyusun rencana selama bertahun-tahun pasti untuk membalas dendam kepada Keluarga Pangestu.Caden merasa gusar. Dia benar-benar sial lahir di Keluarga Pangestu dan punya hubungan dengan Tony. Caden bertanya, "Waktu itu, kenapa Tony pergi ke Kota Lodia?"Steven menjawab, "Untuk pengembangan gedung baru. Waktu itu, Tony beli banyak tanah di Kota Lodia. Dia sangat mementingkan proyek di kota itu, jadi dia melakukan inspeksi sendiri dan tinggal di kota itu untuk beberapa waktu.""Apa Tony mencari Keluarga Sadana waktu tinggal di Kota Lodia?" tanya Caden.Steven menyahut, "Nggak tahu. Tetangga Keluarga Sadana bilang nggak pernah dengar Keluarga Sadana mengungkit tentang Keluarga Pangestu. Mereka juga nggak pernah lihat Keluarga Pan
Caden merasa familier dengan Desa Baiza. Setelah merenungkannya, dia baru teringat dirinya pernah melihat nama Desa Baiza di barang-barang peninggalan Wanda. Caden menyimpulkan lokasi Baby dari keinginan Wanda dan obsesi Samuel kepada Wanda.Caden berpesan, "Kamu bawa bawahan ke Desa Baiza dulu. Setelah mengurus Naomi, aku baru pergi ke sana."Andrew tidak berani menunda waktu lagi. Dia langsung pergi.Di sisi lain, Samuel sudah bertemu dengan bawahannya. Melihat kondisi Samuel yang menyedihkan, bawahan bertanya dengan ekspresi terkejut, "Ada apa?"Samuel menghela napas, lalu menyahut dengan geram, "Cepat pulang!"Bawahan bertanya balik, "Pulang ke desa?""Iya," jawab Samuel.Bawahan menimpali, "Nggak jadi bawa Bu Naomi lagi? Nona Baby sudah nggak sabar bertemu dengan Bu Naomi."Samuel membalas, "Lain kali saja!"Bawahan juga tidak berani bertanya lagi saat melihat kondisi Samuel yang tidak beres. Dia segera menjalankan mobil.Samuel duduk di kursi penumpang belakang dan mengabaikan lu