Hayden tersenyum sinis. “Temperamenku bisa bagus, tapi atas dasar apa aku mesti baik sama kalian? Aku nggak bakal marah kalau dipukul mamaku. Malahan aku bakal merasa sakit hati karena kepikiran tangan Mama pasti sakit. Hanya saja, memangnya kalian siapa?”Amarah Jessica membara. “Sekarang kamu lagi di rumahku, tapi kalian masih saja berani bersikap arogan. Siapa yang beri kalian nyali sebesar ini? Apa kamu percaya aku akan potong lidahmu sekarang? Biar kamu jadi bisu!”Hayden menyipitkan matanya untuk menatap Jessica. “Selama ini, aku merasa kekerasan nggak bisa menyelesaikan masalah. Tapi kekerasan bisa mengatasi orang yang kasar. Kalau kamu ingin bersikap kasar, aku juga nggak bakal sungkan lagi. Tunggu saja, lidahmu atau tanganmu yang duluan hilang!”“Kamu …. Sekuriti!” panggil Jessica. Dia ingin sekali memberi pelajaran kepada Hayden, tetapi dia malah dihalangi oleh Clara.Clara memelototi Jessica sekilas. “Kamu keluar tenangkan dirimu dulu. Sudah segede ini, malah marah-marah sam
“Mama akan pergi setelah urusannya selesai.”“Urusan apa?”“Nggak tahu. Setahuku, kami pasti akan pergi.”Kedua mata Clara seketika berkilauan. Dia merasa gembira setelah mendengar kabar ini. Jadi, dia kembali bertanya, “Apa benar mama kalian ngomong begitu?”“Iya.”“Apa papanya Rayden tahu masalah ini?”“Tahu.”“Tapi … Rayden perlu dijaga mama kalian. Apa mungkin papanya Rayden akan izinin mama kalian pergi?”Braden menyipitkan matanya sembari menurunkan kelopak matanya. Ternyata wanita tua ini lebih pintar daripada Jessica. Dia bahkan telah menangkap inti permasalahan. Namun, Braden tetap menjawab dengan santai, “Tentu saja. Kondisi Rayden sudah membaik. Dia nggak perlu ditemani Mama lagi. Lagi pula, setelah kami pergi, kalau terjadi apa-apa sama Rayden, papanya Rayden juga bisa telepon mamaku buat konsultasi. Nggak perlu mengikat Mama di sisi Rayden. Kami juga punya kehidupan kami sendiri.”Clara merasa apa yang dikatakan Braden cukup masuk akal. Dia pun mengangguk dengan sangat se
Ketiga bocah cilik memasuki lapangan kuda dengan perlahan.Jayden sedang mengenakan jaket sepanjang pergelangan kaki dan juga topi berbulu. Suaranya terdengar gemas. “Rumah mereka besar sekali. Ada kolam renang juga di sebelah sana.”Hayden mendengus dingin. “Kita nggak usah iri sama mereka. Kalau kamu suka, besok aku akan kasih kamu rumah yang lebih besar daripada rumah ini!”Braden berkata, “Selama beberapa tahun ini, karena Jessica sudah menyelamatkan Rayden, Keluarga Senjaya pun mendapat banyak sokongan dari Keluarga Pangestu. Hampir 80% pendapatan mereka didapatkan berkat menyelamatkan Rayden.”Hayden menggertakkan giginya. “Hmph! Apa mereka pantas untuk menerima uang itu! Cepat atau lambat aku akan perhitungan sama mereka!”Braden mengiakan. “Memang mesti perhitungan sama mereka. Mereka mesti bayar kembali semua keuntungan yang mereka dapatkan selama beberapa tahun ini!”Kalau Jessica tidak berulah, mereka juga tidak bakal perhitungan. Namun, siapa suruh Jessica ingin mencelakai
Usai mendengar, Braden tahu bahwa anak-anak kuda ini aman. Jadi, dia membawa Jayden ke sisi kuda.Jessica melihat ketiga bocah sudah berhasil terpancing. Dia langsung mengikuti langkah anak-anak dengan tersenyum sinis, kemudian berkata dengan berlagak perhatian, “Keselamatan nomor 1. Kalian pakai pengaman dulu sebelum menunggang kuda. Siapa tahu nanti kalian jatuh dari kuda. Jangan main-main dengan keselamatan.”Jessica memanggil pelayan untuk membawa ketiga anak-anak pergi mengenakan pengaman. Kemudian, dia memalingkan kepalanya berkata pada pelayan, “Apa semuanya sudah dipersiapkan?”“Emm, tapi Nona, gimana kalau sampai memakan korban jiwa?”Kening Jessica kelihatan berkerut. “Kalaupun sampai memakan korban jiwa, semua juga bukan tanggung jawabmu. Cerewet sekali!”“Tapi … gimana kalau terjadi apa-apa dengan kuda kita? Mereka ….”“Diam! Mereka hanya binatang saja. Kalaupun mati, ya biarkan saja! Kalau kamu cerewet lagi, awas aku potong lidahmu!”Usai mendengar ancaman Jessica, si pela
Ketika melihat kuda dewasa yang jatuh di lantai dan juga Jayden yang berhasil diselamatkan, Jessica yang berdiri di kejauhan merasa geram.“Apa yang terjadi? Kenapa kuda itu tiba-tiba pingsan?”“Aku … aku juga nggak tahu. Semuanya dilakukan sesuai dengan perintahmu. Jangan-jangan dosis obat yang disuntikkan terlalu besar?”“Dasar nggak berguna!” marah Jessica. Tatapannya seketika tertuju pada Hayden yang sedang menunggang kuda. Dia berkata dengan sinis, “Nggak masalah kalau bocah itu masih hidup! Cukup habisi yang ini saja! Dia paling pantas untuk mati!”“Nona, tenang saja. Anak sekecil itu malah menunggang kuda sebesar itu, dia pasti akan segera jatuh. Kalaupun nggak mati, dia pasti akan cacat karena diinjak kuda!”Terlintas tatapan sadis di dalam mata Jessica. “Alangkah bagusnya kalau dia nggak mati. Kalau langsung mati, semuanya malah terlalu enak buat anak itu. Aku ingin dia disiksa mati-matian sama kuda itu! Eh … apa yang lagi dia lakukan? Kenapa dia malah masuk ke kamar kuda?”Be
“Dasar sialan! Turun!” Clara spontan memukul ayam jantan itu. Semakin Clara memukul ayam itu, cengkeraman si ayam malah semakin kuat lagi. Clara kesakitan hingga raut wajahnya berubah. Saat ini, Clara menjerit, “Pengawal! Bagaimana cara kalian jaga halaman? Malah ada ayam masuk ke rumah! Dasar nggak berguna! Sekelompok orang nggak berguna! Pengawal!”Baru saja Clara menyelesaikan omongannya, terdengar suara langkah kaki yang sangat keras!Tidak terlihat batang hidung satu manusia pun, yang datang malah adalah ayam dan bebek peliharaan keluarga mereka.Saking banyaknya ayam dan bebek, Clara pun ditabrak hingga membentur dinding, kemudian jatuh duduk di lantai.Satu detik kemudian, Hayden menunggang kuda menerobos ke dalam ruang tamu. Di belakangnya diikuti oleh sekelompok kuda lainnya. Setelah itu ….Prang!Bamm!Gedebum!Seiring dengan suara jerit ketakutan ayam dan bebek, terdengar juga suara pecah barang-barang di dalam rumah.Pajangan batu koral yang baru saja ditaruh di atas meja
Apa maksud Caden? Apa dia datang untuk mengatasi masalah ini?Hayden mengernyitkan keningnya. Dia menatap Caden dengan bingung.Tiba-tiba Caden memalingkan kepala untuk menatapnya!Kedua pasang mata saling bertemu. Hayden terbengong sejenak, segera mengalihkan pandangannya. Dia bagai ketahuan sedang mengintip saja.Satu detik kemudian, Hayden mulai marah! Dia meronta sembari mengeluarkan ancaman. “Lepaskan aku! Kalau nggak, aku akan pukul kamu!”Usai mendengar, Caden mengangkat tangannya untuk mengusap kepala Hayden. “Dasar nggak sopan.” Namun, nada bicara Caden masih kedengaran sangat lembut, begitu pula dengan gerakan tangannya. Dia menatap Hayden dengan tatapan penuh kasih sayang.Saat ini, Caden masih belum tahu masalah Hayden adalah anak kandungnya. Di mata Caden, ketiga bocah cilik ini hanyalah teman baiknya Rayden. Sudah seharusnya dia menjaga mereka.Selain itu, Caden juga sungguh salut dengan bocah-bocah ini. Semuanya sangatlah cerdik. Apalagi nasib ayah mereka juga tidaklah b
Kedua mata Hayden berkilauan. “Cara apa?”“Nanti kamu juga akan tahu sendiri. Tenang saja. Selama ada aku, Keluarga Senjaya nggak akan panggil Naomi ke sini! Aku akan selesaikan masalah ini! Kamu yang patuh, dengarkan ucapanku. Nanti aku akan suruh dokter untuk periksa kamu. Kalau kamu nggak terluka, aku baru akan lepaskan kamu. Sekarang aku bawa kamu cari Braden dan Jayden dulu.”Nada bicara Caden bagai seorang ayah yang baik hati saja.Hati Hayden bagai telah dielus sesuatu saja. Dia menatap Caden dengan lekat-lekat. Ekspresinya juga kelihatan rumit. Dia tidak melakukan perlawanan, membiarkan Caden menggendongnya ke lapangan kuda.Setibanya di lapangan kuda, Caden menyuruh dokter untuk memeriksa Hayden. Setelah memastikan bocah ini baik-baik saja, Caden baru melepaskannya.Hayden bergegas kembali ke sisi Braden. Dia mengusap kedua tangan kecilnya dengan rasa bersalah. “Kak, sepertinya aku sudah buat masalah.”Braden mengusap kepalanya. “Jangan khawatir! Ada yang akan menangani masala
Berhubung mengkhawatirkan Maria, Naomi tidak menyelidiki hal ini lebih lanjut.Wanita itu bersembunyi di sudut sambil menggendong anaknya. Dia melihat mobil mewah hitam milik Naomi sekeluarga melaju meninggalkan rumah sakit dengan berlinang air mata.Keesokan harinya, Naomi bangun pagi untuk membuat sarapan. Mereka tinggal di kamar terbaik hotel ini sehingga kamarnya memiliki dapur. Begitu masuk ke dapur, dia langsung melihat sebuah sosok kecil.Jayden yang mengenakan celemek sedang berdiri di atas bangku kecil dan sibuk memasak di dapur. Naomi buru-buru menghampirinya dan bertanya dengan lembut, “Jayden, kok kamu bangun sepagi ini?”“Pagi, Mama! Aku mau buat sarapan buat semua orang dan Mama Tiara. Kemarin, aku sudah janji mau bawakan makanan enak buat Mama Tiara. Mama Tiara paling suka masakanku. Habis makan, suasana hatinya pasti akan membaik.”Mendengar jawaban Jayden, hati Naomi langsung terasa hangat. Dia mencubit pipi Jayden dengan lembut dan memuji, “Jayden paling perhatian. Ay
Andrew mengerutkan keningnya, lalu lanjut berjalan ke depan.Di dalam kamar pasien kosong di lantai yang sama, Caden sedang membahas masalah penculikan dan pengalihan peninggalan budaya kuno dengan Giman.Begitu melihat Andrew, Caden memperkenalkannya kepada Giman. “Paman Giman, namanya Andrew. Dia itu teman baikku yang tumbuh besar bersamaku. Hari ini, dia itu orang pertama yang menerjang masuk ke gudang telantar itu untuk selamatkan Tiara.”Giman bangkit dari kursinya, lalu berkata dengan penuh terima kasih, “Terima kasih. Terima kasih banyak. Kamu sudah selamatkan Tiara dan berjasa bagi Keluarga Bascara. Kami berutang budi padamu. Kelak, kalau kamu butuh bantuan, katakan saja. Kami pasti akan berusaha yang terbaik untuk membantumu.”Andrew tidak pandai bersosialisasi. Setelah menyusun kata-kata untuk beberapa saat, dia akhirnya hanya menjawab, “Emm.”Caden pun terdiam. Meskipun merasa Andrew terlalu pendiam, dia sangat memahami Andrew. Sekarang, Andrew setidaknya memberi respons kar
“Kalau dia nggak menyukaimu, mana mungkin ibunya asal bicara? Lagian, bukannya kamu suka cowok ganteng? Shane kan juga ganteng! Ibu rasa Shane cocok sama kamu. Kalian tumbuh besar bersama dan tahu latar belakang masing-masing. Selain itu, habis selesaikan pekerjaan di sini, Shane juga akan kembali kerja di Jawhar. Kelak, dia nggak usah pergi ke sana kemari lagi. Dia bisa selalu temani kamu di Jawhar.”Melihat Tiara menjulingkan matanya, Intan melibatkan Naomi untuk membujuknya. “Naomi, coba jawab. Bukannya Shane dan Tiara sangat serasi?”Naomi hanya tersenyum canggung tanpa menjawab.Shane adalah teman masa kecil Tiara. Mereka tinggal di gedung yang sama dan tumbuh besar bersama. Orang tua Shane juga adalah profesor dan merupakan rekan kerja serta teman baik orang tua Tiara. Kedua keluarga ini memang termasuk cocok.Namun, Tiara selalu mengatakan bahwa Shane adalah mimpi buruknya. Sebab sejak kecil, Shane merupakan murid teladan, sedangkan Tiara adalah murid terbelakang. Setiap ujian,
Di rumah sakit, Naomi dan Tiara juga sedang menangis. Berhubung sudah terjadi masalah sebesar ini, mereka benar-benar ketakutan.Tiara berkata sambil menangis, “A ... aku ... aku kira aku benar-benar akan mati dan nggak bisa ketemu kalian lagi. Huhuhu ....”Naomi memeluk Tiara dan menghibur dengan suara tercekat, “Sudah berlalu. Semuanya sudah berlalu. Kamu sudah selamat.”Ketiga bocah berdiri di sisi ranjang pasien dengan mata berkaca-kaca.Braden berkata, “Mama Tiara, jangan nangis lagi. Nanti, matamu bengkak lho. Kalau matamu bengkak, kecantikanmu akan terpengaruh.”Rayden mengerutkan keningnya dan menimpali, “Mama Tiara, jangan nangis. Nanti, aku bantu kamu menangkan juara pertama dalam permainan!”Jayden menyeka air mata dan berujar dengan suara tercekat, “Ma ... Mama Tiara, jangan nangis. A ... aku akan masakkan banyak makanan enak buat Mama Tiara. Mama Tiara jangan nangis lagi ya?”Tiara menatap ketiga bocah itu dengan terharu, lalu menjawab, “Putra-putraku berbakti banget ... h
“Aku suruh kamu pulang!” bentak pria bernama Loki itu.Dari ujung telepon, terdengar suara tangisan seorang anak perempuan. “Mama ... aku mau Mama .... Huhuhu ... aku mau Mama ....”“Diam! Kalau nggak, kupukul kamu! Dasar anak terkutuk!”Wanita itu merasa sangat ketakutan. Air matanya juga tidak berhenti mengalir. “Jangan buat Mia ketakutan. Aku akan pulang sekarang juga. Mia, jangan takut. Mama akan pulang sekarang juga. Mia ....”“Tut ... tut ... tut ...” Loki sudah memutuskan sambungan telepon.Wanita itu buru-buru menyeka air matanya, lalu naik taksi meninggalkan rumah sakit. Setengah jam kemudian, dia tiba di sebuah kompleks perumahan yang kotor dan kuno. Tidak ada taman di kompleks perumahan ini. Sepeda, sepeda listrik, dan becak diparkirkan dengan sembarangan di sekitar.Wanita itu masuk ke sebuah gedung dan naik ke lantai 3. Baru saja dia hendak mengeluarkan kunci untuk membuka pintu, pintunya sudah tiba-tiba dibuka. Seorang pria bertubuh tinggi dan kekar menatapnya dengan mara
Saat ini, Naomi dan ketiga putranya sedang mengkhawatirkan Tiara. Ditambah dengan wanita itu juga mengenakan masker, mereka tidak menyadari keanehan wanita itu.Berhubung Jayden baik-baik saja, Naomi hanya menyahut, “Nggak apa-apa.” Naomi membersihkan tubuh Jayden yang kotor, lalu menggendong Jayden dan lanjut berlari ke arah kamar pasien Tiara.Di sisi lain, wanita itu masih menatap sosok kelompok Naomi dengan terkejut dan terengah-engah. Dia berdiri terpaku di tempat untuk sekian lama. Setelah sosok kelompok Naomi menghilang, dia baru mengalihkan pandangannya.Kemudian, wanita itu menggendong putrinya untuk duduk di kursi panjang, lalu berkata, “Mia, kamu tunggu Mama di sini, ya. Jangan asal lari. Mama akan kembali sebentar lagi.”Anak perempuan itu mengangguk dengan patuh. Wanita itu pun merapikan pakaian anak perempuan itu dan mengenakan topi ke kepalanya. Setelah itu, dia baru berbalik dan berlari ke arah Jayden pergi tadi.Setelah mencari beberapa saat, wanita itu baru menemukan
“Aku takut banget. Huhuhu ....”Andrew terpaku di tempat dan merasa serbasalah. Dia tidak tahu apakah dirinya harus mendorong Tiara atau tidak. Setelah beberapa saat, dia hanya berkata, “Pria dan wanita nggak boleh bersentuhan.”Tiara seperti tidak mendengar apa yang dikatakan Andrew dan lanjut memeluknya dengan erat.Andrew sedang mengenakan earphone. Pada saat ini, terdengar suara Caden yang berkata, “Kalau sudah sampai di lokasi, jangan bertindak gegabah. Lawan kita punya senjata, kamu ....”“Aku sudah bertindak.” Baru saja Andrew selesai berbicara, dia tiba-tiba merasa ada bahaya dari belakangnya. Dia buru-buru menggendong Tiara dan menghindar. Pada detik selanjutnya, peluru memelesat melewati sisi tubuhnya. Dia pun mengerutkan kening dan membawa Tiara ke balik sebuah pilar.“Pejamkan matamu dan tunggu di sini dengan patuh.”Tiara memejamkan matanya dengan patuh. Sekujur tubuhnya gemetar tak terkendali dalam pelukan Andrew. Setelah ragu sesaat, Andrew mendorongnya dan meninggalkann
Di sebuah gedung terbengkalai di pinggir Kota Lokin, beberapa penculik sedang bermain kartu. Salah seorang penculik itu merasa sangat kesal karena kalah judi. Dia pun berseru dengan marah, “Kampret! Sial banget aku! Apa gadis ini benar-benar nggak boleh disentuh? Aku benar-benar butuh lampiaskan emosiku!”“Jangan sembarangan! Bos sudah berpesan kita nggak boleh sentuh dia sebelum dapat barangnya.”“Lagian, kita juga pasti membunuhnya habis dapatkan barangnya. Apa bedanya aku sentuh dia sekarang?”“Pokoknya, itu perintah Bos! Banyak banget omong kosongmu! Awas Bos langsung habisi kamu dengan satu tembakan!”Pria yang kalah judi itu pun menjadi makin kesal. Dia berjalan ke sisi Tiara dengan ekspresi suram, lalu mulai menghajar pria yang tergeletak di lantai.Melihat hal ini, Tiara pun meronta makin hebat. Dia menangis sambil menggeleng. Mulutnya hanya bisa mengeluarkan suara tidak jelas. Dia jelas tidak ingin penculik itu memukul pria yang tergeletak di lantai.Penculik itu menendang pri
Joseph mengangguk dengan kening berkerut. Dia memahami suasana hati Naomi. Saat menyelidiki masa lalu Naomi, dia juga menemukan informasi tentang Tiara dan Camila. Dia tahu kedua gadis itu sudah banyak membantu putrinya. Dia tentu saja merasa berterima kasih terhadap mereka.“Aku punya teman di Kota Lokin. Aku akan ikut bersama kalian.”Begitu mendengar hal ini, Maria mencengkeram tangan Naomi erat-erat dan berkata, “Celine jangan takut, Ibu juga akan ikut.”Caden pun terdiam. Berhubung semua orang sudah menunjukkan sikap yang tegas, mereka akhirnya memutuskan untuk pergi ke Kota Lokin bersama setelah berdiskusi. Joseph mengaturkan pesawat pribadi untuk mereka sehingga mereka tiba di Kota Lokin di hari yang sama. Kota Lokin adalah kota wisata terkenal. Di kota ini, terdapat banyak reruntuhan dan bangunan kuno. Mereka sekeluarga datang dengan alasan berlibur.Setelah tiba di Kota Lokin, Caden dan yang lain tidak langsung mencari orang tua Tiara, melainkan mencari hotel yang dekat denga