Ketika melihat kuda dewasa yang jatuh di lantai dan juga Jayden yang berhasil diselamatkan, Jessica yang berdiri di kejauhan merasa geram.“Apa yang terjadi? Kenapa kuda itu tiba-tiba pingsan?”“Aku … aku juga nggak tahu. Semuanya dilakukan sesuai dengan perintahmu. Jangan-jangan dosis obat yang disuntikkan terlalu besar?”“Dasar nggak berguna!” marah Jessica. Tatapannya seketika tertuju pada Hayden yang sedang menunggang kuda. Dia berkata dengan sinis, “Nggak masalah kalau bocah itu masih hidup! Cukup habisi yang ini saja! Dia paling pantas untuk mati!”“Nona, tenang saja. Anak sekecil itu malah menunggang kuda sebesar itu, dia pasti akan segera jatuh. Kalaupun nggak mati, dia pasti akan cacat karena diinjak kuda!”Terlintas tatapan sadis di dalam mata Jessica. “Alangkah bagusnya kalau dia nggak mati. Kalau langsung mati, semuanya malah terlalu enak buat anak itu. Aku ingin dia disiksa mati-matian sama kuda itu! Eh … apa yang lagi dia lakukan? Kenapa dia malah masuk ke kamar kuda?”Be
“Dasar sialan! Turun!” Clara spontan memukul ayam jantan itu. Semakin Clara memukul ayam itu, cengkeraman si ayam malah semakin kuat lagi. Clara kesakitan hingga raut wajahnya berubah. Saat ini, Clara menjerit, “Pengawal! Bagaimana cara kalian jaga halaman? Malah ada ayam masuk ke rumah! Dasar nggak berguna! Sekelompok orang nggak berguna! Pengawal!”Baru saja Clara menyelesaikan omongannya, terdengar suara langkah kaki yang sangat keras!Tidak terlihat batang hidung satu manusia pun, yang datang malah adalah ayam dan bebek peliharaan keluarga mereka.Saking banyaknya ayam dan bebek, Clara pun ditabrak hingga membentur dinding, kemudian jatuh duduk di lantai.Satu detik kemudian, Hayden menunggang kuda menerobos ke dalam ruang tamu. Di belakangnya diikuti oleh sekelompok kuda lainnya. Setelah itu ….Prang!Bamm!Gedebum!Seiring dengan suara jerit ketakutan ayam dan bebek, terdengar juga suara pecah barang-barang di dalam rumah.Pajangan batu koral yang baru saja ditaruh di atas meja
Apa maksud Caden? Apa dia datang untuk mengatasi masalah ini?Hayden mengernyitkan keningnya. Dia menatap Caden dengan bingung.Tiba-tiba Caden memalingkan kepala untuk menatapnya!Kedua pasang mata saling bertemu. Hayden terbengong sejenak, segera mengalihkan pandangannya. Dia bagai ketahuan sedang mengintip saja.Satu detik kemudian, Hayden mulai marah! Dia meronta sembari mengeluarkan ancaman. “Lepaskan aku! Kalau nggak, aku akan pukul kamu!”Usai mendengar, Caden mengangkat tangannya untuk mengusap kepala Hayden. “Dasar nggak sopan.” Namun, nada bicara Caden masih kedengaran sangat lembut, begitu pula dengan gerakan tangannya. Dia menatap Hayden dengan tatapan penuh kasih sayang.Saat ini, Caden masih belum tahu masalah Hayden adalah anak kandungnya. Di mata Caden, ketiga bocah cilik ini hanyalah teman baiknya Rayden. Sudah seharusnya dia menjaga mereka.Selain itu, Caden juga sungguh salut dengan bocah-bocah ini. Semuanya sangatlah cerdik. Apalagi nasib ayah mereka juga tidaklah b
Kedua mata Hayden berkilauan. “Cara apa?”“Nanti kamu juga akan tahu sendiri. Tenang saja. Selama ada aku, Keluarga Senjaya nggak akan panggil Naomi ke sini! Aku akan selesaikan masalah ini! Kamu yang patuh, dengarkan ucapanku. Nanti aku akan suruh dokter untuk periksa kamu. Kalau kamu nggak terluka, aku baru akan lepaskan kamu. Sekarang aku bawa kamu cari Braden dan Jayden dulu.”Nada bicara Caden bagai seorang ayah yang baik hati saja.Hati Hayden bagai telah dielus sesuatu saja. Dia menatap Caden dengan lekat-lekat. Ekspresinya juga kelihatan rumit. Dia tidak melakukan perlawanan, membiarkan Caden menggendongnya ke lapangan kuda.Setibanya di lapangan kuda, Caden menyuruh dokter untuk memeriksa Hayden. Setelah memastikan bocah ini baik-baik saja, Caden baru melepaskannya.Hayden bergegas kembali ke sisi Braden. Dia mengusap kedua tangan kecilnya dengan rasa bersalah. “Kak, sepertinya aku sudah buat masalah.”Braden mengusap kepalanya. “Jangan khawatir! Ada yang akan menangani masala
Emm?Setelah anggota Keluarga Senjaya mendengar, kedua matanya seketika terbelalak lebar.Usai ketiga bocah cilik mendengar, kedua mata mereka juga ikut terbelalak lebar.Caden menepuk-nepuk bagian kusut di saku jasnya, lalu mengulangi sekali lagi, “Akulah wali dari anak-anak ini. Apa yang mau dibahas Keluarga Senjaya? Bagaimana cara memperhitungkan semua ini?”Emosi Jessica langsung membara. “Caden, apa kamu sudah gila? Mereka itu bukan anakmu. Sejak kapan kamu jadi wali mereka?”Caden menatapnya. “Kalau aku bilang iya, berarti iya. Apa kamu keberatan?”“Aku ….” Jessica menggigit bibirnya dengan kesal.Ketika mendengar ucapan Caden, Clara tahu riwayat mereka telah tamat! Tubuhnya seketika terasa lemas. Dia kembali jatuh pingsan.“Ma!” jerit Jessica, lalu segera berlari ke sisi Clara.Dokter keluarga segera kemari untuk memeriksa. Kemudian, dokter mendiagnosis Clara jatuh pingsan karena terlalu syok. Kondisinya tidaklah serius.Saat ini, Jazli baru saja tersadar dari syoknya ketika men
“Benar! Benar! Kalau ada apa-apa dengan anak-anak, Keluarga Senjaya pasti akan tanggung jawab. Setelah aku menyelidiki masalah ini sampai tuntas, aku akan langsung mencarimu.”“Emm.” Caden berdiri dengan puas. Ketika melihat Jayden sedang merinding ketakutan, dia langsung menggendong si kecil. “Braden, Hayden, ayo kita pergi.”Mereka berdua sangat patuh, segera berdiri, lalu pergi bersama Caden.Belum sempat mereka berjalan jauh, terdengar suara jerit marah Jazli dari belakang. “Dasar bodoh! Apa kalian ingin menghancurkan Keluarga Senjaya! Kenapa aku bisa menikahi wanita jalang sepertimu! Kenapa aku bisa memiliki anak bodoh dan sadis sepertimu! Apa kalian mau buat aku mati karena emosi!”“Semua ini akibat dari perbuatanmu sendiri,” balas Braden dengan dingin.Seandainya Jazli tidak mencari pihak ketiga di luar sana, kemudian Clara berhasil menjadi istri sahnya, bisa jadi masalah tidak akan berkembang menjadi tahap seperti sekarang ini. Semuanya juga salah Jazli sendiri! Dasar pria bere
Hayden dan Caden menoleh secara bersamaan. Ekspresi dan gerakan mereka sama persis, kelihatan penuh waspada.Mereka berdua tidak berada di dalam satu mobil, tetapi mereka juga bisa merasakan ada bahaya.Braden yang duduk semobil dengan Hayden bertanya, “Ada apa, Hayden?”Hayden membalas dengan mengernyitkan keningnya, “Sepertinya ada yang memantau kita dari belakang.”“Siapa? Caden?”“Aku nggak bisa melihat wajah orang itu. Tapi, aku bisa merasakan aura nggak bersahabat dari orang itu. Seharusnya bukan Caden.”Braden juga mengerutkan keningnya. Dia menatap Tiara yang masih belum siuman, lalu bertanya, “Gimana sama Mama Tiara?”Saat ini, Tiara masih belum bangun dari pingsannya. Sopir yang mengendarai mobil adalah utusan Caden. Braden melihat beberapa saat, baru mengalihkan pandangannya. “Nanti aku akan bangunin dia sewaktu kita sampai di depan kompleks. Mama Tiara gampang dikelabui. Kamu nggak usah khawatir masalah ini.”…Di sisi lain, Caden juga sudah mengalihkan pandangannya. Dia m
“Aku nggak ada waktu. Kalau ada urusan, kita bicarakan dari telepon saja.” Nada bicara Caden sangat dingin, tidak ada kehangatan sama sekali.Tony juga tidak merasa aneh. “Minggu depan sudah malam Tahun Baru. Jangan lupa bawa Rayden untuk makan malam di rumah.”“Aku mengerti.”“Selain itu, masalah munculnya serigala di saat upacara menyembah leluhur waktu itu … apa kamu sudah menyelidiki apa yang terjadi?”“Belum.” Tony melanjutkan, “Pada akhirnya, sekelompok serigala itu memang menyerang orang lain. Tapi aku merasa sasaran awal mereka itu Rayden. Aku khawatir ada yang ingin turun tangan terhadap Rayden. Kamu mesti selidiki masalah ini dengan baik, jangan lengah. Ada darah Keluarga Pangestu di dalam tubuh Rayden. Jangan sampai terjadi apa-apa sama dia!”“Emm.”Tony juga tidak berbicara lagi. Caden langsung mengakhiri panggilan. Dia juga malas untuk menghadapi Tony yang bermuka dua itu.Sesungguhnya, Tony memang tidak ingin Rayden meninggal. Hanya saja, dia pasti tidak ingin Rayden bai