Tiara buru-buru memapah Naomi dan bertanya dengan bingung, “Naomi, ada apa?”Setelah mendengar teriakan Naomi, keempat bocah juga buru-buru berlari ke arah Naomi sambil berseru, “Mama!”Naomi menatap ponsel di lantai dengan wajah pucat dan terengah-engah.Braden yang menyadari keanehan Naomi buru-buru memungut ponsel itu dan memeriksanya. Ada sebuah nomor tak dikenal yang mengirim pesan kepada Naomi.[ Naomi, apa hari ini kamu gembira? Kalau kamu gembira, aku juga gembira! Kuenya enak? ]Braden pun mengerutkan keningnya, lalu membuka riwayat obrolan dan membaca seluruh obrolan Naomi dengan orang misterius itu. Kemudian, ekspresinya langsung menjadi dingin dan matanya memancarkan kilatan yang mengerikan. “Ada apa?” tanya Rayden dengan bingung.Braden memberikan ponsel Naomi kepada Rayden agar Rayden bisa membacanya sendiri. Kemudian, dia berjalan menghampiri Naomi dan berkata dengan lembut, “Mama ketemu sama psikopat ya? Jangan takut, Ma. Ada aku.”Tiara pun bertanya dengan terkejut, “
Naomi memeluk keempat putranya, lalu berkata dengan suara tercekat, “Sebenarnya, Mama yang nggak bisa kehilangan kalian .... Tanpa kalian, Mama nggak tahu harus bagaimana melanjutkan hidup ....”Dulu, hidup Naomi terlalu buruk Anak-anaknya adalah sumber keberanian dan harapannya untuk melanjutkan hidup. Jika dia benar-benar kehilangan anak-anaknya, hidupnya juga akan berakhir.Keempat anak itu langsung membantah, “Mama salah. Bukan hanya Mama yang nggak bisa kehilangan kami. Kami juga benar-benar nggak bisa kehilangan Mama. Kami nggak akan izinkan siapa pun untuk memisahkan kita. Kami akan selalu bersama Mama!”“Emm!” Naomi mengangguk sambil menjawab, “Kita akan selalu bersama!”Braden menatap Naomi dengan berlinang air mata, lalu berkata, “Jadi, Mama jangan takut ya. Biarpun Papa menemukan keberadaan kami, kita juga nggak akan berpisah.”Naomi sudah merasa jauh lebih tenang. Dia melirik ponselnya lagi dan berkata, “Orang ini ....”Braden menyela, “Mama nggak usah pedulikan dia. Anggap
Braden merenung, lalu berucap, "Aku punya cara, tapi ... nggak terlalu sempurna. Biar aku pikirkan baik-baik dulu. Setelah selesai merencanakannya, aku akan beri tahu kalian."Rayden dan lainnya menyahut sembari mengangguk, "Oke."Rayden yang curiga bertanya, "Apa kalian yakin orang misterius ini bukan penyelamat yang membantu kalian di gunung?"Rayden masih merasa penyelamat di gunung sangat mencurigakan. Sama seperti sebelumnya, Braden menjawab dengan yakin, "Pasti bukan mereka karena mereka orang baik. Kelak kamu akan tahu kalau kamu berkesempatan bertemu mereka."Hayden menimpali, "Mereka hanya berniat menyelamatkan orang, bukan mencelakai. Apalagi menghasut orang untuk membunuh. Sebelum turun gunung, mereka berpesan kepadaku agar jangan sering berkelahi."Jayden menambahkan sembari mengangguk, "Mereka sama baiknya dengan Mama."Melihat sikap Braden dan lainnya yang begitu yakin, Rayden pun tidak curiga lagi. Kemudian, dia berujar dengan ekspresi cemas, "Kemungkinan besar orang mis
Braden berkomentar, "Tapi, Mama bisa melahirkan beberapa anak sekaligus. Ini benar-benar di luar dugaan."Rayden menanggapi, "Benar, jadi jangan sampai Keluarga Pangestu tahu keberadaan kalian. Mereka pasti menggila."Braden menimpali, "Jangan sampai mereka tahu. Kita bereskan urusan kita sendiri dulu. Selagi Mama setuju untuk berhubungan dengan Caden, kita harus selidiki seluk-beluk kejadian di masa lalu dan orang misterius itu.""Oke!" ujar Rayden dengan lainnya.Masalah orang misterius yang memberi kue memang mengejutkan, tetapi hari ini semuanya merasa senang. Mereka makan bersama sambil mengobrol dengan asyik.Suasana hati Naomi sangat bagus. Dia juga meminum 2 botol anggur bersama Tiara. Pada pukul 8 malam, Caden datang menjemput Rayden dan Naomi.Seketika, suasana menjadi sedih. Tiara mabuk sehingga Naomi menjaganya di kamar tidur. Anak-anak berpamitan di ruang tamu.Mereka berempat sangat akrab, jadi mereka tidak rela berpisah. Bahkan, Jayden menangis. Mata Rayden memerah. Dia
Namun, Caden tidak bertanya kepada Naomi. Dia melihat Rayden dan bertanya, "Apa hari ini kamu senang?"Rayden menjawab, "Iya. Aku sangat senang. Aku ingin sering-sering datang cari mereka.""Boleh," ucap Caden.Rayden bertanya dengan ekspresi terkejut, "Benaran?"Caden tersenyum, lalu mengusap kepala Rayden dan menyahut, "Tentu saja. Papa senang kalau kamu punya teman baru."Rayden menceletuk, "Kalau begitu, besok aku datang lagi!"Caden membalas, "Oke."Naomi memandang Caden dengan ekspresi terkejut. Caden menyetujui permintaan Rayden begitu cepat, apa hari ini dia sangat gembira?Begitu naik ke mobil, Naomi menguap. Hari ini, banyak hal yang terjadi sehingga energi Naomi terkuras. Ditambah dengan pengaruh alkohol, Naomi mulai mengantuk.Rayden yang perhatian membujuk, "Mama tidur saja kalau mengantuk. Aku temani kamu."Maksud Rayden adalah Naomi tidak perlu khawatir Caden akan menindasnya. Naomi yang tersentuh mencubit pipi Rayden dan berkata, "Kalau begitu, Mama tidur sebentar. Kala
Nada bicara Jessica yang ketus membuat Caden kesal. Dia menegur, "Apa kamu nggak tahu alasan aku mengabaikanmu?"Jessica menyahut, "Aku ... aku tahu karena Susan menyuruh orang menculik Naomi. Tapi, masalah itu sudah berlalu begitu lama. Masa amarahmu belum reda?"Caden menimpali, "Masalah itu memang sudah berlalu begitu lama. Jadi, apa kamu sudah tahu kesalahanmu?"Jessica menggigit bibirnya, dia tidak merasa dirinya salah. Jessica menyukai Caden. Jika wanita lain berani mengincar Caden, tentu saja Jessica harus menyingkirkannya.Naomi benar-benar beruntung masih hidup sampai sekarang. Cepat atau lambat, Jessica pasti akan menghabisi Naomi! Meskipun begitu, Jessica tetap mengingat perkataan ibunya.Jessica menjelaskan, "Justru karena aku tahu kesalahanku, makanya aku datang untuk meminta maaf kepadamu. Kamu juga nggak mau bekerja sama dengan Keluarga Senjaya lagi karena masalah ini. Ayahku sangat marah sampai-sampai ingin menghabisiku!""Caden, kamu jangan buat perhitungan denganku la
Di lantai atas, mereka bertiga tidak membahas tentang Jessica. Naomi berbincang dengan Rayden sejenak, lalu membujuk Rayden untuk tidur. Sesudah itu, Naomi baru mandi.Caden duduk di sofa ruang tamu sambil menyilangkan kakinya. Dia terus memandang ke arah kamar mandi, ekspresinya terlihat seperti pemburu yang mengincar mangsanya!Hari ini, Caden bertemu dengan Dylan. Dia sangat setuju dengan beberapa ucapan temannya itu. Dylan berkata, "Naomi kelihatan nggak pintar, tapi keras kepala! Kalau orang seperti dia nggak punya sokongan, kamu pasti bisa menaklukkannya dengan mudah.""Bagaimanapun, kamu lebih berkuasa. Naomi nggak mampu melawanmu. Biarpun sangat keras kepala, dia nggak akan bisa lepas dari kendalimu. Masalahnya, sekarang Naomi punya sokongan. Rayden sangat menyukainya. Begitu Naomi sedih, Rayden pasti akan memarahimu," lanjut Dylan.Dylan meneruskan, "Lagi pula, sekarang kamu juga curiga Naomi itu orang yang kamu cari. Kamu pasti nggak tega membuatnya marah. Jadi, cara paling t
"Iya," sahut Caden."Kamu juga nggak berniat melakukan tes DNA lagi?" tanya Naomi."Nggak," jawab Caden.Naomi yang kaget menimpali, "Kenapa kamu tiba-tiba memercayaiku? Jelas-jelas, sore tadi kamu bilang mau melakukan tes DNA."Caden membalas, "Aku lihat kamu baik dan polos. Kamu nggak terlihat seperti berbohong."Naomi tidak bisa berkata-kata. Sebenarnya, dia tidak terlalu memercayai ucapan Caden. Kemudian, Caden membujuk, "Jangan melamun lagi. Ayo, minum anggur."Naomi mengerutkan bibirnya dan berujar, "Kamu minum sendiri saja. Aku mau tidur."Naomi tidak ingin minum anggur dengan Caden. Mereka bukan teman baik, untuk apa minum-minum bersama? Caden menceletuk, "Malam ini kamu tidur di kamarku."Naomi tertegun sejenak, lalu melihat Caden dan bertanya dengan ekspresi waswas, "Apa maksudmu?"Caden menjawab dengan tenang, "Aku tidur di ruang kerja, kamu tidur di kamarku. Kamu itu wanita, nggak boleh menderita."Naomi yang curiga bertanya, "Kamu memperhatikanku?""Bisa dibilang begitu,"
“Halo, Naomi. Kangen sama aku?”Naomi menghela napas dan berkata, “Hari ini, Bibi Lyana pingsan.”Camila seketika terkejut. “Bibi Lyana kenapa?”Naomi menceritakan masalah Catherine kepada Camila. Setelah tertegun beberapa saat, Camila baru menyahut, “Benar-benar ada orang yang mengandung anak Dylan? Ternyata mual kehamilan bisa berpindah ke seorang ayah!”Di pagi hari, mereka baru membicarakan hal ini. Camila dan Naomi merasa Dylan hanya sakit, tetapi tidak percaya mual kehamilan bisa berpindah ke seorang ayah. Tak disangka, berita heboh mengenai kehamilan Catherine langsung keluar malamnya.Naomi berujar, “Masih belum tentu itu anak Dylan atau bukan. Apalagi, itu cuma kata-kata sepihak Catherine. Dia bahkan menolak untuk melakukan tes DNA. Aku rasa pasti ada yang disembunyikannya.”Camila terdiam sejenak sebelum menjawab, “Memang ada yang aneh. Kalau itu memang anak Dylan, dia pasti akan biarkan Dylan tes DNA dengan tenang! Tapi, Catherine bernyali juga. Beraninya dia mengancam Dylan
“Apa uang bisa menyingkirkannya?” tanya Caden.Dylan menggeleng. “Dia cuma mau status sebagai istriku.”Caden mengernyit. “Aku dan dia nggak punya hubungan apa pun. Kalau kamu nggak bisa bertindak, apa perlu aku yang cari dia untuk membicarakannya?”Dylan mengerutkan keningnya dan menggeleng. “Aku nggak bisa melukainya.”Caden berujar, “Tapi, kamu mau punya persiapan mental. Kalau kamu nggak bisa tangani hal ini dengan baik, Bibi dan Paman mungkin akan tertimpa masalah besar.”Hanya setelah mengetahui faktanya saja, Lyana sudah langsung pingsan. Jika dia melihat jasad janin itu, mungkin saja dia akan langsung meninggal.Dylan menjentikkan abu rokok dengan kuat. “Haih ....”Kali ini, Dylan benar-benar bertemu kesulitan. Hal ini jauh lebih serius daripada isu kehamilan beberapa hari lalu. Dia benar-benar tidak menemukan cara penyelesaiannya.Entah karena terlalu cemas atau apa, sebelum menghabiskan sebatang rokok ini, Dylan mulai muntah-muntah lagi. Berhubung lambungnya kosong, dia hanya
“Dia nggak bersedia keluar. Dia cuma kasih waktu seminggu kepada kami untuk mempertimbangkannya. Seminggu lagi, kalau aku nggak bawa dia daftarkan pernikahan kami, dia akan kirim jasad janin itu ke rumah!”Caden juga merasa sangat kesal setelah mendengar ancaman itu. Dia bertanya dengan ekspresi muram, “Kalau dia merasa itu anakmu, kenapa dia nggak bersedia lakukan tes DNA?”Dylan menjawab dengan kesal, “Aku sudah tanya, tapi dia nggak mau kasih penjelasan. Dia cuma bilang, kami boleh nggak percaya dan langsung menolak, lalu tinggal tunggu terima jasad janin itu.”Catherine tahu jelas kelemahan Kevin dan Lyana. Berhubung mereka sangat menginginkan cucu, mereka pasti tidak berani mengambil risiko. Sementara itu, Dylan adalah anak yang berbakti dan juga tidak akan berani mengambil risiko. Bagaimanapun juga, apabila Kevin dan Lyana melihat jasad janin itu, mereka pasti tidak akan bisa menerimanya. Mungkin saja, hal ini juga akan menimbulkan korban jiwa.Caden bertanya dengan nada dingin,
Ketika Caden tiba di rumah sakit, Lyana baru keluar dari UGD. Dia berbaring di atas ranjang pasien dengan tenang dan masih belum sadarkan diri.Kevin duduk di samping ranjang pasien dengan ekspresi yang sangat suram, entah karena terlalu khawatir atau terlalu marah. Di sisi lain, Dylan menyeret tubuhnya yang masih lemah dan berlutut di samping dengan tampang bersalah.Melihat situasi ini, Caden sangat terkejut. Ketika di telepon tadi, Dylan hanya mengatakan sudah terjadi masalah, tetapi tidak mengatakan apa yang terjadi.Caden berjalan masuk ke kamar rawat dan bertanya dengan pelan, “Paman, gimana keadaan Bibi?”Kevin mendongak dan menjawab dengan sepasang mata yang merah, “Dia terlalu marah sampai terkena serangan jantung dan pingsan.”Caden pun terkejut. “Waktu aku pergi, dia masih baik-baik saja. Kenapa dia bisa tiba-tiba begitu marah?”Kevin memelototi Dylan dengan dingin, lalu berseru marah, “Tanyakan saja sama anak durhaka ini! Semua ini gara-gara dia! Perbuatannya benar-benar te
Naomi tiba-tiba berlinang air mata. Sebenarnya, dia tahu apa alasan anak-anak memamerkan sertifikat penghargaan mereka, dan Rayden memberitahunya bahwa dia berinisiatif mencari teman baru. Itu karena mereka ingin menghiburnya. Sebagai seorang ibu, dia malah dihibur oleh anak-anaknya.Naomi merasa terharu, tetapi juga bersalah. “Senang. Mama senang banget. Malam ini, Mama akan masak sendiri dan buatkan makanan enak buat kalian. Akhir-akhir ini, keadaan Mama kurang baik karena khawatir sama Braden dan Hayden. Maaf sudah buat kalian khawatir.”Jayden bertanya, “Sekarang, Mama sudah baikan?”Naomi tersenyum. “Sudah.”Baby bertanya, “Mama, kapan Kak Braden dan Kak Hayden pulang? Aku sudah kangen sama mereka.”Naomi menjawab, “Mereka akan segera pulang. Mereka juga kangen banget sama Baby.”Naomi mengobrol sejenak dengan anak-anak, lalu berkata pada Steven, “Terima kasih kamu sudah pergi jemput anak-anak. Malam ini, kamu makan saja di sini. Aku akan masak lebih banyak.”Steven buru-buru menj
Caden mengangkat bahunya dengan tidak berdaya. “Aku juga nggak tahu jelas. Dia bilang nggak. Oh iya, hari ini, Braden menelepon.”Naomi langsung bertanya dengan buru-buru, “Apa katanya? Semuanya baik-baik saja?”Caden tidak mengungkit masalah Kakek Kedua. Dia hanya menjawab, “Dua hari lalu, Hayden demam.”Ekspresi Naomi langsung berubah. “Demam?”“Emm. Tapi, Braden suruh kita nggak usah khawatir. Itu cuma demam biasa. Kalau sudah benar-benar sembuh, mereka akan pulang. Nanti, kamu minta izin beberapa hari lagi saja untuk mereka.”Naomi merasa cemas. “Kenapa bisa demam?”“Katanya, di sana hujan beberapa hari yang lalu. Hayden kehujanan.”“Demamnya tinggi?”“Nggak.”Naomi berkata dengan sedih, “Pantas saja aku nggak berhenti mimpi buruk akhir-akhir ini. Sudah kubilang, selain Camila, pasti masih ada hal buruk lain yang terjadi. Ternyata Hayden sakit! Jangan lihat Hayden biasanya nakal dan suka berkelahi. Dia sebenarnya paling takut disuntik sama minum obat. Dulu, setiap sakit, aku harus
Naomi bertanya, “Setiap … kalinya kamu tambah makan sebanyak ini?”“Emm!”“Tapi, kulihat-lihat sepertinya kamu nggak gendutan?”Camila tersenyum bangga. “Ajaib, ‘kan? Tuhan sayang sama aku! Meski aku makan banyak, aku nggak gemuk-gemuk! Orang-orang di perusahaan kami juga iri banget sama aku!”Naomi bertanya, “Apa ada perubahan dalam tubuhmu? Kamu makan sebanyak ini, apa lambungmu sanggup?”Camila makan sembari menjawab, “Sanggup, kok. Aku nggak merasakan ada yang nggak nyaman. Lagi pula, aku merasa sekarang aku pasti lebih sehat daripada sebelumnya. Dulu hidupku nggak sehat banget, tidurku nggak nyenyak, selera makan biasa-biasa saja, juga banyak pikiran.”“Sekarang aku punya nafsu makan. Selain itu, aku bisa langsung tidur setelah berbaring setengah jam. Keesokan paginya aku juga sangat energik. Aku merasa aku sudah kembali ke umur 18 tahun saja!”Usai berbicara, Camila menyantap mienya. “Mie kuah pedas kedai ini enak sekali, apalagi mie mereka buatan tangan. Kalau kamu dan Tiara ber
Gisela segera mengangguk dan melanjutkan, “Aku tahu masalah itu! Dengar-dengar gara-gara masalah ini, Bu Joana pernah beberapa kali coba untuk bunuh diri!”“Haih, pemikiran anak zaman sekarang sangat terbuka. Mereka semua nggak bersedia punya anak. Ada banyak yang keguguran tanpa sengaja atau dengan sengaja!”“Jadi, hamil itu nggak tergolong kabar bahagia. Bisa melahirkan baru dinamakan kabar gembira. Jangan gembira terlalu cepat!”Begitu Lyana mendengar, dia semakin kesal lagi. Bukannya mereka sedang mengutuk Keluarga Hermanto?Ekspresi Lyana langsung berubah. Dia langsung menyindir, “Kenapa mengandung bukan kabar gembira? Keluarga mana yang nggak senang kalau ada yang hamil? Nggak semua keluarga berkesempatan untuk menggendong cucu!”“Lebih baik kalian berdua gunakan waktu kalian menyindirku untuk berbincang dengan putra kalian. Suruh mereka cepat punya anak!”“Oh, ya, sebelum kalian ngobrol sama anak kalian, kalian mesti ngobrol sama suami kalian dulu. Jangan sampai duluan ada anak
Ketika melihat mereka berdua berbicara dengan semakin gembira, hati Dylan pun terasa penat. Dia memang tidak ingin melukai mereka, tetapi tidak mungkin masalah dibiarkan seperti ini!Konon katanya, semakin besar harapan, semakin besar rasa kecewanya!Kalau tidak kepikiran ide bagus, lebih baik beri tahu kenyataan kepada mereka.Dylan berpikir sejenak, lalu menyantap sesuap buah kiwi. Dia mengangkat kepalanya menatap Lyana dan Kevin, kemudian langsung berterus terang. “Papa, Mama, kalian berdua berhenti dulu. Dengar apa kataku ….”Belum selesai Dylan berbicara, tiba-tiba terdengar suara ketuk pintu. Pintu kamar pun dibuka.Ada dua ibu-ibu kaya berdiri di depan pintu. Mereka sedang mengintip ke dalam kamar. Saat melihat mereka berdua, Lyana langsung merasa tidak gembira. Orang yang berdiri di depan pintu adalah Brenda dan Gisela. Mereka adalah teman satu lingkaran yang sering bertemu di acara kumpul bersama. Hanya saja, Lyana sangat tidak menyukai mereka!Sebab, mereka selalu suka bergo