Aryan terdiam membisu. Dia menunduk untuk menyesap kopi berusaha menyingkirkan rasa canggung yang dirasakannya. Kemudian, dia bertanya pada Naomi, “Dengar-dengar kamu ada urusan ingin mencari Cayden? Kalau kamu percaya sama aku, kamu bisa beri tahu aku. Aku akan sampaikan kepadanya.”Naomi menggerakkan mulutnya. Pada akhirnya, dia pun menggeleng.Masalah pernikahan mereka bersifat sangat rahasia. Bahkan Naomi juga tidak memberi tahu masalah ini kepada Tiara, mana mungkin dia membocorkannya kepada orang lain?“Nanti aku akan cari kesempatan buat sampaikan langsung kepadanya.”“Kalau begitu, mungkin kamu akan kecewa. Untuk sementara ini, dia nggak bermaksud untuk menemuimu.”Kening Naomi berkerut. Dia spontan mengomel, “Aku benar-benar nggak mengerti alasannya. Meskipun dia sibuk, dia juga bisa meluangkan sedikit waktunya untuk menemuiku! Sekarang aku merasa dia lagi menghindariku! Aku juga bukan monster, nggak bakal ngapa-ngapain dia. Kenapa dia malah nggak bersedia untuk menemuiku?”Ar
Setelah berpisah dengan Aryan, Naomi berjalan di pinggir jalan dengan tidak fokus.Masalah Camila terus terlintas di benaknya. Camila tidak ke luar negeri, juga tidak meninggalkan Kota Jawhar. Sekarang, bahkan manajernya juga tidak bisa dihubungi.Semuanya terasa sangat tidak masuk akal. Sepertinya telah terjadi sesuatu dengan Camila!Terlintas gambaran-gambaran menakutkan di dalam pikiran Naomi ….Ruang bawah tanah yang gelap dan kotor itu. Lidah dan kaki orang-orang dipotong dalam pertunjukan sirkus ilegal.Kandang besi besar yang dingin dan tak berperasaan.Tulang di pegunungan yang terpencil.Kepala manusia yang dijadikan spesimen di balik jendela kaca.Bahkan, ada juga gadis-gadis yang diculik dan dibawa ke wilayah perbatasan ....Setiap gambaran itu membuat Naomi ketakutan. Nyali Naomi sangatlah kecil. Biasanya dia bahkan akan ketakutan selama beberapa bulan setelah menonton film horor. Sekarang tiba-tiba muncul banyak gambaran mengerikan di dalam benaknya. Naomi sungguh merasa
Masalah Camila sudah cukup mengejutkan Naomi. Ditambah lagi dengan masalah di depan mata, Naomi pun tidak bisa bersikap tegar lagi. Dia tidak sanggup menerima tekanan bertubi-tubi, spontan jatuh pingsan di tempat.Caden segera memapahnya! Naomi yang jatuh di dalam pelukannya bagai kapas yang tidak memiliki berat saja. Jika Caden melepaskannya, dia pun akan melayang terembus angin.Caden tidak berani menunda waktu lagi. Dia langsung menggendong Naomi, berlari ke rumah sakit!Saat ini, lalu lintas sedang macet total. Jangankan kendaraan roda empat, bahkan kendaraan roda dua juga tidak bisa melewati jalan.Jarak mereka ke rumah sakit juga tidak tergolong jauh. Mereka akan segera sampai dengan jalan kaki.Caden juga tidak berpikir panjang, langsung berlari. Lantaran berlari terlalu cepat, lengan Naomi yang jatuh itu terus bergoyang. Dia sungguh kelihatan bagai patung yang kehilangan semangat hidupnya saja.Urat hijau kelihatan menonjol di kening Caden. Dia sungguh takut Naomi akan kehilang
Steven dan Caden terbengong. Mereka serempak melihat ke sisi Naomi.Naomi baru saja siuman. Dia tidak mendengar nama Bastian, melainkan bertanya, “Apa wanita itu ingin membunuhku? Apa karena Rayden?”Kenyataannya memang seperti itu.Seandainya mereka mengakuinya, apa Naomi tidak berani mengobati Rayden lagi?Steven juga tidak berani berbicara kebanyakan. Dia hanya bisa melihat ke sisi Caden saja.Raut Caden berubah muram. “Emm … benar! Tapi, hanya kali ini saja. Kelak dia nggak akan berani lagi!”Naomi menatapnya dengan raut takut.Berhubung Rayden telah membunuh putranya Sonia, sekarang wanita itu hendak membalas dendamnya terhadap Caden. Hanya saja, Sonia takut dengan Caden, tidak berani turun tangan terhadapnya. Jadi, dia pun melampiaskannya ke diri Naomi?Setelah dipikir-pikir, Naomi hampir saja ditabrak gara-gara Caden!Tadinya Naomi sudah merasa takut terhadap Caden lantaran dia adalah pelaku pembunuhan. Sekarang, rasa takutnya malah semakin memuncak!Naomi melihat ke sisi Caden.
Steven terdiam membisu. Sepertinya Caden sungguh marah kali ini.“Aku tahu kamu juga lagi marah. Kamu dan Bu Naomi nggak bersalah atas masalah kali ini. Semua ini salah keluarganya Sonia! Nyali mereka terlalu besar!”Ketika mengungkit masalah Sonia, Caden mengisap rokoknya dengan kuat. Raut wajahnya kelihatan sangat sinis. “Tangkap Girman ke sirkuit balap!”Girman adalah suaminya Sonia Pangestu sekaligus ayahnya Bastian Pangestu.Tak lama kemudian, terdengar suara tangis histeris di sirkuit balap milik Caden. Girman bagai orang gila saja berlari di dalam sirkuit sembari menoleh. “Tolong! Tolong! Tolong!”Di belakangnya ada sebuah mobil balap yang sedang melaju ke sisinya dengan kecepatan kilat. Girman merasa terkejut hingga jatuh ke lantai. Dia pun menjerit, “Ah, ah ….”Saat ini, Sonia sedang menyaksikan dari area penonton. “Caden! Kamu memang binatang! Dia itu pamanmu! Aku bunuh kamu sekarang!” Sonia langsung menyerbu ke sisi Caden. Hanya saja, pundaknya ditahan oleh 2 orang pengawal
Perbuatan Caden juga setara dengan menginjak harga diri Tony! Jika Caden menghormati kakeknya, dia tidak mungkin akan memperlakukan putrinya seperti ini.Tony merasa emosi terus memukul-mukul tongkatnya ke atas lantai. “Berengsek! Berengsek! Dia sedang mempermalukanku! Sepertinya dia semakin nggak menganggapku saja! Dasar berengsek!” Evano menenangkannya, “Pak Tony, harap tenang. Semua ini juga karena Bu Sonia terlalu gegabah. Dengar-dengar jika bukan karena kedatangan Pak Caden terlalu mendadak, sepertinya Naomi sudah ditabrak!”“Bu Sonia juga nggak berpikir, sekarang siapa lagi yang bisa membantu Rayden? Siapa orang yang paling dipentingkan Pak Caden sekarang!”“Jika Bu Sonia hendak membunuh Bu Naomi, itu sama saja dengan membunuh harapan di hati Pak Caden, yang mana secara tidak langsung telah membunuh Rayden, ‘kan? Menurutmu, apa mungkin Pak Caden akan tinggal diam?”“Sonia memang bodoh! Dia masih saja nggak belajar dari pengalaman. Bastian sudah meninggal. Apa sekarang dia ingin
“Jangan buru-buru! Masalah hari ini cukup menguntungkan bagi kita!”“Emm?”“Coba kamu pikir dulu. Kalau jadi kamu, nyawamu hampir dikorbankan demi menyelamatkan anak yang nggak kamu kenal, apa kamu masih akan menyelamatkan anak itu lagi?”Jessica mengejapkan matanya tanda dirinya merasa bingung.Clara melanjutkan, “Setelah kejadian kali ini, Naomi pasti nggak berani menghiraukan Rayden lagi. Siapa juga yang akan bercanda dengan nyawa sendiri?”Jessie kembali mengedipkan matanya. Akhirnya dia mengerti!“Oh, ya! Asalkan Naomi nggak bersedia untuk mengobati Rayden lagi, Caden juga nggak akan hiraukan dia lagi. Bisa jadi, Caden malah akan merasa marah karena dia nggak mengurus Rayden lagi!”“Betul! Makanya jangan buru-buru. Kita nggak usah melakukan apa pun, cukup duduk dan tunggu kabar baik saja. Setelah Naomi menghilang, aku akan cari cara supaya Caden memaafkanmu, memperlakukanmu seperti dulu lagi.”“Oke!”Pemikiran Clara juga sama dengan pemikiran anggota Keluarga Pangestu lainnya. Bah
Ketiga bocah cilik juga tidak berpikir kebanyakan. Setelah pulang sekolah, mereka pun meninggalkan sekolah sesuai dengan pesan.Teman-teman perempuan di taman kanak-kanak masih belum menyerah. Mereka terus memaksa orang tua ketiga bocah untuk melahirkan anak lagi.Setiap kali pulang sekolah, mereka selalu didesak berkali-kali. Bahkan, ada yang mengingatkan ketiga bocah untuk memberi tahu orang tua mereka, mesti melahirkan 9 anak laki-laki!Ketiga bocah cilik hanya bisa mengangguk dengan tidak berdaya.Guru juga melakukan sesuai yang dipesan Tiara. Dia mengantar anak-anak ke rumah, baru meninggalkan tempat.Setelah guru pulang, Braden pun berkata, “Kebetulan Mama lagi nggak ada di rumah. Sore hari nanti, Hayden temani aku untuk ambil barang.”“Barang apa?” tanya Hayden dengan penasaran.Braden menyipitkan matanya. “Barang yang bisa membuat Caden bercerai dengan Mama!”“Serius?”“Emm!”Jayden merasa penasaran. “Apa itu?”“Nanti kamu juga bakal tahu sendiri. Jayden, nanti aku dan Hayden k
“Atasan sudah berulang kali berpesan pada kita untuk nggak bocorkan informasi ini, tapi kamu malah kasih data-datanya ke orang luar. Dari mana datangnya nyalimu itu! Kalau dia beberkan hal ini, kamu bisa tanggung jawab? Memangnya kamu nggak tahu akan betapa mengerikan situasinya kalau masyarakat panik?”Robbin menjelaskan dengan sabar, “Aku suruh dia datang kemari untuk minta bantuannya. Dia sangat hebat dalam pengobatan tradisional, juga adalah temanku yang bisa dipercaya. Dia nggak akan bocorkan informasi ini.”Salvia mengejek, “Bisa dipercaya? Dari mana kamu tahu dia bisa dipercaya? Dari tampangnya yang cantik?”Hari ini, suasana hati Salvia pada dasarnya sudah buruk. Berhubung dipermalukan Caden lagi, dia pun murka dan meluapkan amarahnya pada Robbin.“Dia hebat? Memangnya dia lulusan universitas mana? Dia kerja di rumah sakit mana? Kalau dia sehebat itu, kenapa dia nggak bergabung sama Asosiasi Medika? Dia bahkan nggak direkrut Asosiasi Medika, tapi kamu malah bilang dia hebat. Ap
Robbin mendekati Naomi dan berbisik, “Dia itu cucu kandung Pak Anton. Menurutku, dia datang untuk numpang dapat pujian. Kalau kita berhasil kendalikan virus ini, dia bisa rebut jasanya. Kalau gagal, dia juga nggak perlu takut disalahkan karena masih ada banyak pakar senior yang akan disalahkan.”Naomi bertanya dengan kening berkerut, “Siapa itu Pak Anton?”“Ketua Asosiasi Medika.”Naomi pun terdiam. Pantas saja Salvia begitu arogan. Ternyata dia diutus kemari dengan mengandalkan koneksi. Cucu kandung Ketua Asosiasi Medika setara dengan putri bangsawan di dunia medis.Asosiasi Medika adalah organisasi yang memiliki wewenang di dunia medis. Semua ahli medis terkenal di dalam negeri merupakan anggota dari Asosiasi Medika. Asosiasi ini sangat terkenal dan mempunyai koneksi luas. Siapa pun yang menduduki posisi sebagai ketua asosiasi, siapa pula yang akan menjadi bosnya.Bagaimanapun juga, yang namanya manusia pasti harus menjalani siklus hidup. Tidak peduli apa pekerjaannya, bagaimana lata
Caden sudah tidak tahan mendengar kearoganan Salvia. Dia muncul di samping Naomi dengan ekspresi dingin dan berujar, “Aku nggak peduli kamu itu siapa. Coba saja kalau kamu berani lanjut memarahi istriku!”Caden sebenarnya tidak ingin ikut campur dalam percakapan wanita. Namun, Salvia sudah keterlaluan dan jelas perlu ditegur.Salvia langsung menoleh ke arah Caden dan hendak memakinya. Akan tetapi, begitu melihat tampang Caden, dia langsung tercengang. Pria di hadapannya benar-benar tampan! Selain tampan, tubuhnya juga sangat bagus. Apa dia itu seorang artis?Salvia menenangkan diri, lalu berkata dengan lembut, “Aku nggak marah kok, cuma lagi jalankan pekerjaanku. Kamu itu siapa?”“Kamu nggak layak tahu!” jawab Caden dengan dingin. Dia sama sekali tidak peduli pada harga diri Salvia.Salvia baru berumur sekitar 20-an tahun. Ini adalah masa-masa seorang wanita suka melihat cowok tampan dan sangat mementingkan harga diri. Berhubung sudah terbiasa dimanjakan di rumah, dia yang tiba-tiba di
Baru saja Naomi hendak menjawab, tiba-tiba terdengar seruan tajam seorang wanita di luar pintu.“Sudah kubilang kalian nggak boleh menjenguknya! Mau kalian nangis juga nggak guna! Ini peraturan rumah sakit! Aku benar-benar nggak pernah ketemu keluarga pasien yang begitu nggak pengertian kayak kalian. Sudah kubilang, dia cuma dikarantina, belum mati. Buat apa kalian nangis? Kalau kalian tunda waktu kami temukan obat penawarnya dan orangnya benar-benar mati, itu salah kalian sendiri!”Di sisi lain, terdengar suara tercekat wanita lain yang memohon, “Ini hari ulang tahun anak kami. Dia sudah rindu sama ayahnya. Kami nggak boleh melihatnya dari jauh?”“Nggak boleh! Aku sudah bilang berulang kali. Nggak boleh, ya nggak boleh! Kalau kalian ganggu aku lagi, aku akan suruh satpam usir kalian! Nyebelin banget sih!”Wanita yang tiba-tiba marah itu membuat anak kecil ketakutan dan menangis.Naomi pun mengerutkan kening, lalu berjalan keluar ruangan. Di koridor, terdapat total 3 orang yang terdiri
Leon melangkah maju dengan garang. Alhasil ....Sebelum Leon sempat mendekati Caden, Caden sudah menendangnya hingga dia terpental sangat jauh. Setelah berkelahi secara langsung, Leon baru menyadari seberapa besar perbedaannya dengan Caden.Gerakan Caden sangat lincah, juga bertenaga dan tepat sasaran. Jangankan memukul Caden, Leon bahkan tidak sempat menghindari serangan Caden. Setelah meninju wajah Leon beberapa kali, Caden menendang lututnya sehingga Leon langsung jatuh berlutut di lantai. Kemudian, Caden yang berekspresi dingin berdiri di belakang Leon dan membidik tepat pergelangan kakinya sebelum menginjaknya dengan kuat.Seiring dengan suara tulang patah yang nyaring, Leon pun berteriak kesakitan, “Ah!”Namun, Caden masih belum mengampuni Leon. Dia menendang tulang rusuk Leon sehingga Leon terpental sangat jauh. Tulang rusuk Leon pun patah akibat tendangan itu.Caden berjalan mendekati Leon dengan ekspresi suram. Kali ini, tidak ada lagi kearoganan dan ejekan dalam mata Leon sa
Leon berseru dengan marah, “Aku orang picik, sedangkan dia pria sejati? Kalau dia itu pria sejati, dia nggak akan bilang mencintaimu, tapi malah bawa kamu datang untuk meneliti virus baru dan obat penawarnya!”“Kamu tahu seberapa berbahaya virus ini? Begitu nggak hati-hati, kamu akan langsung terinfeksi! Setelah terinfeksi, kamu akan sangat menderita! Ini nggak ada bedanya dengan mau celakai kamu, juga nggak peduli sama hidup dan matimu!”Begitu mendengar ucapan Leon, Naomi makin murka dan menyahut sambil menggertakkan gigi, “Caden nggak membujukku untuk meneliti virus ini! Aku sendiri yang mau melakukannya! Dia setuju aku datang kemari bukan karena nggak peduli sama hidup dan matiku, tapi karena tahu dia nggak akan bisa menghentikanku!”“Sebaliknya kamu. Kamu juga tahu seberapa berbahaya virus ini? Kamu tahu betapa menderitanya orang yang terinfeksi virus ini? Tapi, kamu malah mau gunakan virus ini untuk celakai orang? Kenapa kamu bisa sekejam itu!”Leon berseru, “Ini semua demi kamu!
Leon awalnya mengira Naomi tidak akan peduli padanya dalam waktu dekat. Jadi, saat melihat Naomi berjalan mendekatinya, dia merasa sangat gembira. Setelah berjarak dekat dengan Naomi, dia menyapa, “Naomi.”“Plak!” Begitu mendengar sahutan Leon, Naomi langsung menamparnya. Kepala Leon terkulai ke samping akibat tamparan itu. Di pipinya, terlihat bekas telapak tangan yang sangat jelas.Leon menoleh ke arah Naomi dan menatapnya dengan perasaan campur aduk. “Naomi ....”Naomi menggertakkan gigi dan berseru dengan tubuh gemetar, “Aku bukan cuma salah menilaimu, juga terlalu meremehkanmu. Leon, kamu benar-benar hebat! Kamu sudah sepenuhnya mengubah pengertianku terhadap sampah masyarakat!”“Aku pernah ketemu banyak sampah masyarakat, tapi nggak pernah ketemu sama yang separah kamu! Selain mau celakai Camila, Paman Herbert, dan Keluarga Nandara, kamu juga berniat untuk celakai rakyat jelata? Leon, kamu benar-benar nggak layak jadi manusia!”Leon yang ditampar tidak sedih, malah berkata dengan
Setelah menerima data-data yang bersangkutan dengan virus itu, Naomi pun memusatkan semua perhatiannya pada hal ini hingga lupa makan dan tidur. Meskipun sudah membaca sampai jam 3 dini hari, dia masih menolak untuk tidur. Jika bukan karena dipaksa Caden, dia mungkin akan bergadang.Setelah tidur tidak sampai 4 jam, Naomi bangun pagi-pagi keesokan harinya dan lanjut meneliti hal ini seharian. Saat menjelang malam, dia tiba-tiba berkata, “Aku mau pergi ke rumah sakit.”Melihat ekspresi Naomi yang serius, Caden bertanya, “Nggak bisa ditunda?”“Nggak bisa! Aku harus pergi sekarang!”Caden tahu tidak ada gunanya dia menghentikan Naomi. Jadi, dia pun menemani Naomi. Joseph dan anak-anak tahu Naomi sedang menyibukkan hal serius. Mereka menyuruhnya untuk bekerja dengan tenang dan tidak perlu mengkhawatirkan urusan rumah.Selama perjalanan, Naomi tidak berhenti mengerutkan keningnya. Caden menggenggam tangannya dan berkata, “Yang penting kamu sudah berusaha yang terbaik. Untuk sisanya, kita se
Caden pulang di malam hari. Begitu dia mendekati Naomi, Naomi langsung berkata, “Kamu sudah merokok, juga pergi ke rumah sakit. Ada apa? Apa ada masalah?”Indera penciuman Naomi sangat sensitif, terutama dalam mencium bau obat dan rokok. Caden pun tertegun setelah mendengar ucapan Naomi.Naomi lanjut berkata, “Jujurlah padaku. Kalau kamu menutupinya dariku, aku akan makin khawatir.”Caden akhirnya menjawab jujur, “Aku pergi ke rumah sakit untuk ketemu Robbin.”“Karena masalah obat penawar?”“Emm.”“Ada apa dengan obat penawarnya? Hari ini, Camila juga meneleponku untuk tanya masalah obat penawar dan virus itu. Leon sudah menghubunginya.”Caden bertanya dengan kening berkerut, “Apa yang dikatakan Leon?”“Dia masih mau pakai Paman Herbert buat ancam Camila supaya bisa rebut harta Keluarga Nandara. Dia bilang cuma dia yang bisa tolong Paman Herbert.”“Suruh Camila abaikan dia.”“Emm. Apa yang kamu dan Robbin gusarkan? Bukannya Paman Herbert nggak terinfeksi virus?”Naomi tidak mengetahui