Masalah Camila sudah cukup mengejutkan Naomi. Ditambah lagi dengan masalah di depan mata, Naomi pun tidak bisa bersikap tegar lagi. Dia tidak sanggup menerima tekanan bertubi-tubi, spontan jatuh pingsan di tempat.Caden segera memapahnya! Naomi yang jatuh di dalam pelukannya bagai kapas yang tidak memiliki berat saja. Jika Caden melepaskannya, dia pun akan melayang terembus angin.Caden tidak berani menunda waktu lagi. Dia langsung menggendong Naomi, berlari ke rumah sakit!Saat ini, lalu lintas sedang macet total. Jangankan kendaraan roda empat, bahkan kendaraan roda dua juga tidak bisa melewati jalan.Jarak mereka ke rumah sakit juga tidak tergolong jauh. Mereka akan segera sampai dengan jalan kaki.Caden juga tidak berpikir panjang, langsung berlari. Lantaran berlari terlalu cepat, lengan Naomi yang jatuh itu terus bergoyang. Dia sungguh kelihatan bagai patung yang kehilangan semangat hidupnya saja.Urat hijau kelihatan menonjol di kening Caden. Dia sungguh takut Naomi akan kehilang
Steven dan Caden terbengong. Mereka serempak melihat ke sisi Naomi.Naomi baru saja siuman. Dia tidak mendengar nama Bastian, melainkan bertanya, “Apa wanita itu ingin membunuhku? Apa karena Rayden?”Kenyataannya memang seperti itu.Seandainya mereka mengakuinya, apa Naomi tidak berani mengobati Rayden lagi?Steven juga tidak berani berbicara kebanyakan. Dia hanya bisa melihat ke sisi Caden saja.Raut Caden berubah muram. “Emm … benar! Tapi, hanya kali ini saja. Kelak dia nggak akan berani lagi!”Naomi menatapnya dengan raut takut.Berhubung Rayden telah membunuh putranya Sonia, sekarang wanita itu hendak membalas dendamnya terhadap Caden. Hanya saja, Sonia takut dengan Caden, tidak berani turun tangan terhadapnya. Jadi, dia pun melampiaskannya ke diri Naomi?Setelah dipikir-pikir, Naomi hampir saja ditabrak gara-gara Caden!Tadinya Naomi sudah merasa takut terhadap Caden lantaran dia adalah pelaku pembunuhan. Sekarang, rasa takutnya malah semakin memuncak!Naomi melihat ke sisi Caden.
Steven terdiam membisu. Sepertinya Caden sungguh marah kali ini.“Aku tahu kamu juga lagi marah. Kamu dan Bu Naomi nggak bersalah atas masalah kali ini. Semua ini salah keluarganya Sonia! Nyali mereka terlalu besar!”Ketika mengungkit masalah Sonia, Caden mengisap rokoknya dengan kuat. Raut wajahnya kelihatan sangat sinis. “Tangkap Girman ke sirkuit balap!”Girman adalah suaminya Sonia Pangestu sekaligus ayahnya Bastian Pangestu.Tak lama kemudian, terdengar suara tangis histeris di sirkuit balap milik Caden. Girman bagai orang gila saja berlari di dalam sirkuit sembari menoleh. “Tolong! Tolong! Tolong!”Di belakangnya ada sebuah mobil balap yang sedang melaju ke sisinya dengan kecepatan kilat. Girman merasa terkejut hingga jatuh ke lantai. Dia pun menjerit, “Ah, ah ….”Saat ini, Sonia sedang menyaksikan dari area penonton. “Caden! Kamu memang binatang! Dia itu pamanmu! Aku bunuh kamu sekarang!” Sonia langsung menyerbu ke sisi Caden. Hanya saja, pundaknya ditahan oleh 2 orang pengawal
Perbuatan Caden juga setara dengan menginjak harga diri Tony! Jika Caden menghormati kakeknya, dia tidak mungkin akan memperlakukan putrinya seperti ini.Tony merasa emosi terus memukul-mukul tongkatnya ke atas lantai. “Berengsek! Berengsek! Dia sedang mempermalukanku! Sepertinya dia semakin nggak menganggapku saja! Dasar berengsek!” Evano menenangkannya, “Pak Tony, harap tenang. Semua ini juga karena Bu Sonia terlalu gegabah. Dengar-dengar jika bukan karena kedatangan Pak Caden terlalu mendadak, sepertinya Naomi sudah ditabrak!”“Bu Sonia juga nggak berpikir, sekarang siapa lagi yang bisa membantu Rayden? Siapa orang yang paling dipentingkan Pak Caden sekarang!”“Jika Bu Sonia hendak membunuh Bu Naomi, itu sama saja dengan membunuh harapan di hati Pak Caden, yang mana secara tidak langsung telah membunuh Rayden, ‘kan? Menurutmu, apa mungkin Pak Caden akan tinggal diam?”“Sonia memang bodoh! Dia masih saja nggak belajar dari pengalaman. Bastian sudah meninggal. Apa sekarang dia ingin
“Jangan buru-buru! Masalah hari ini cukup menguntungkan bagi kita!”“Emm?”“Coba kamu pikir dulu. Kalau jadi kamu, nyawamu hampir dikorbankan demi menyelamatkan anak yang nggak kamu kenal, apa kamu masih akan menyelamatkan anak itu lagi?”Jessica mengejapkan matanya tanda dirinya merasa bingung.Clara melanjutkan, “Setelah kejadian kali ini, Naomi pasti nggak berani menghiraukan Rayden lagi. Siapa juga yang akan bercanda dengan nyawa sendiri?”Jessie kembali mengedipkan matanya. Akhirnya dia mengerti!“Oh, ya! Asalkan Naomi nggak bersedia untuk mengobati Rayden lagi, Caden juga nggak akan hiraukan dia lagi. Bisa jadi, Caden malah akan merasa marah karena dia nggak mengurus Rayden lagi!”“Betul! Makanya jangan buru-buru. Kita nggak usah melakukan apa pun, cukup duduk dan tunggu kabar baik saja. Setelah Naomi menghilang, aku akan cari cara supaya Caden memaafkanmu, memperlakukanmu seperti dulu lagi.”“Oke!”Pemikiran Clara juga sama dengan pemikiran anggota Keluarga Pangestu lainnya. Bah
Ketiga bocah cilik juga tidak berpikir kebanyakan. Setelah pulang sekolah, mereka pun meninggalkan sekolah sesuai dengan pesan.Teman-teman perempuan di taman kanak-kanak masih belum menyerah. Mereka terus memaksa orang tua ketiga bocah untuk melahirkan anak lagi.Setiap kali pulang sekolah, mereka selalu didesak berkali-kali. Bahkan, ada yang mengingatkan ketiga bocah untuk memberi tahu orang tua mereka, mesti melahirkan 9 anak laki-laki!Ketiga bocah cilik hanya bisa mengangguk dengan tidak berdaya.Guru juga melakukan sesuai yang dipesan Tiara. Dia mengantar anak-anak ke rumah, baru meninggalkan tempat.Setelah guru pulang, Braden pun berkata, “Kebetulan Mama lagi nggak ada di rumah. Sore hari nanti, Hayden temani aku untuk ambil barang.”“Barang apa?” tanya Hayden dengan penasaran.Braden menyipitkan matanya. “Barang yang bisa membuat Caden bercerai dengan Mama!”“Serius?”“Emm!”Jayden merasa penasaran. “Apa itu?”“Nanti kamu juga bakal tahu sendiri. Jayden, nanti aku dan Hayden k
Kening Hayden tampak berkerut. “Jangan sok misterius! Ngomong!”Orang tersebut mengenakan jubah panjang, lalu mengangkat tangannya menunjuk ke sisi mereka. “Bunuh! Bunuh! Bunuh!”Kedua bocah melihat ke arah yang ditunjuk orang misterius tersebut. Kemudian, mereka baru menyadari ada seseorang yang sedang berbaring di ujung sana. Seharusnya orang itu sedang pingsan. Dia tidak merespons sama sekali.Sementara itu, posisi orang itu kebetulan adalah posisi barang yang hendak diambil Braden! Barang yang hendak diambilnya ada di bawah tubuh orang tersebut!Braden mengernyitkan keningnya. Dia memberanikan diri untuk berjalan ke sana. Dia pergi melihat kondisi orang itu, sekalian mengambil barang tersebut.Orang bertopeng hantu tidak mengatakan apa pun. Dia hanya melihat Braden menggerakkan tubuh orang yang sedang berbaring di lantai sembari terkekeh.“Dia hanya lagi pingsan.” Braden kembali ke sisi Hayden.Tidak ada lampu jalan di sini. Langit juga agak gelap. Braden tidak dapat melihat wajah
Kedua abang beradik bergegas pulang ke rumah. Saat ini, mereka tidak menyadari ada sepasang mata yang sedang mengamati mereka dari bagian gelap di ujung sana. Orang yang mengenakan jubah panjang berwarna hitam dan topeng menakutkan itu sedang bergumam sendiri, “Dasar bocah tengik, nggak patuh! Bocah tengik, nggak patuh!”Tiba-tiba seekor kucing liar menyelinap keluar rerumputan. Dia mengulurkan tangan untuk menangkap kucing itu. Tangannya sangat putih dan jari-jarinya sangat mulus. Dengan sekilas mata, dapat diketahui bahwa dia tidak pernah melakukan pekerjaan berat sebelumnya.Orang itu menggunakan sepasang tangan indahnya mengusap kepala kucing sembari bergumam, “Nggak patuh, mesti dipukul ….”“Krek!” Leher kucing liar itu dipatahkan. Mungkin karena terlalu mendadak, kucing liar tidak sempat menjerit dan meninggal begitu saja.Orang bertopeng hantu mengusapnya dengan lembut. Dia menggali sebuah lubang, lalu mengubur kucing itu dengan penuh hati-hati. Jelas-jelas dia sedang melakukan
Di rumah, Baby dan Jayden sedang bermain bersama Angel. Maria yang duduk di kursi roda untuk berjemur memandang mereka dengan sangat gembira. Sementara itu, Naomi berdiri di belakang Maria dengan tampang gelisah.Begitu melihat Caden berjalan mendekat, Naomi buru-buru menghampirinya dan bertanya, “Gimana? Sudah ada kabar Nenek?”“Emm. Sudah ketemu. Nenek juga aman-aman saja. Tapi, supaya nggak narik perhatian, aku baru bisa selamatkan dia besok. Jadi, Nenek mau nggak mau bersabar sehari. Setelah rapat dewan direksi besok dimulai, aku akan langsung selamatkan dia.”Naomi mengangguk dengan kuat. “Baguslah kalau sudah ketemu. Ayah dan Paman sudah tahu?”Caden terdiam sejenak, lalu menjawab, “Aku belum kasih tahu mereka.”Naomi tahu apa alasan mereka belum diberi tahu. Dia pun mengerutkan kening dan mengepalkan tangannya.Caden menyentuh wajah Naomi dengan lembut dan menghibur, “Sabar dulu, ya. Besok, kita sudah bisa ungkapkan semuanya.”“Emm!”Di malam hari, Naomi baru melihat tampang Jos
Tiba-tiba, sebuah sosok hitam menerjang ke arah Hayden. Putih sudah pulang! Putih menjalar naik ke tangan Hayden, lalu menjulurkan lidahnya pada Hayden.Mata Hayden langsung berbinar. “Ada kabar baik! Nenek buyut sudah ketemu! Dia benar-benar ada di kediaman Keluarga Wijaya! Putih bilang, nenek buyut dikurung di ruang bawah tanah rumah itu. Saat ini, dia kelihatan baik-baik saja!”Begitu bangun dan mendengar sudah terjadi sesuatu pada Ester, kakak beradik Keluarga Cempaka segera menyelidiki hal ini dan menemukan bahwa hal ini berkaitan dengan Keluarga Wijaya. Namun, berhubung Keluarga Wijaya memiliki hubungan yang baik dengan Joseph, mereka tidak sepenuhnya yakin.Oleh karena itu, Hayden pun menyuruh Putih untuk menyelinap ke kediaman Keluarga Wijaya untuk mencari Ester. Putih tidak akan menarik perhatian, juga bisa menyelidiki hal ini dengan cepat. Sekarang, sudah dapat dipastikan bahwa Ester memang berada di kediaman Keluarga Wijaya.Caden menggigit bibirnya dan ekspresinya terlihat
Di kediaman lama Keluarga Howie.Caden, Braden, Hayden, dan Rayden sedang menonton sebuah video. Melihat keadaan tragis Joseph di luar rumah sakit, Hayden langsung berseru marah, “Papa, apa kita masih nggak bisa tolong Kakek? Kakek dipukul orang dan bahkan muntah darah!”Caden mengerutkan keningnya. “Kakek Ravindra dan yang lain sudah pergi ke sana. Kita nggak usah bertindak!”Semalam, sudah terjadi banyak hal dan pasti menimbulkan kecurigaan orang lain. Jika Caden bertindak sekarang, dia pasti akan menimbulkan kecurigaan lagi. Jadi, dia hanya bisa bersembunyi dan berlagak tidak peduli pada Joseph. Dengan begitu, orang-orang licik itu baru bisa menunjukkan kedok asli mereka dengan tenang.Bukannya Naomi menahan diri untuk tidak mengenali orang tuanya karena ingin menyelesaikan masalah ini sampai tuntas? Caden tidak boleh menyia-nyiakan semua usaha awal mereka.Rayden bertanya dengan kening berkerut, “Jadi, apa kita perlu hadapi orang-orang yang memaki Kakek di internet?”Kerutan di ken
Siapa sangka begitu Joseph tiba di rumah sakit, Joshua tiba-tiba muncul di hadapannya. Hal yang paling mengejutkan adalah, Joshua langsung menyerang Joseph tanpa mengatakan apa-apa. Berhubung hal ini terlalu mendadak, Joseph pun tertinju.“Apa-apaan kamu!”Joshua menjawab dengan marah, “Gara-gara kamu, Ibu baru tertimpa bencana! Kalau bukan karena kamu, Ibu pasti baik-baik saja! Joseph, kalau terjadi sesuatu pada Ibu, aku akan habisi kamu!”Joseph merasa sangat terkejut. Apa Joshua sengaja mau membangun citra sebagai anak berbakti? Joseph pun berseru marah, “Ibu sudah hilang, tapi kamu masih sempat sandiwara? Dasar bajingan!”“Kamu yang bajingan! Kamu itu bencana! Pembawa sial! Putrimu hilang, istrimu jadi gila, ibu kandungmu hilang karena kamu! Apa lagi ini namanya kalau bukan pembawa sial? Untung aku nggak dekat sama kamu. Kalau nggak, aku pasti juga ketimpa sial! Semua orang yang punya hubungan dekat denganmu pasti tertimpa masalah!”Ucapan itu sudah sepenuhnya menusuk hati Joseph.
Joseph mengerti dan menjawab, “Paman, jangan menyalahkan diri. Aku mengerti nggak ada yang bisa menolongku dalam masalah saham ini.”Wahyu dan Lingga merasa sangat bersalah.“Meski kami nggak bisa bantu kamu soal itu, kamu boleh cari kami kalau ada kesulitan lain. Habis rapat dewan direksi besok, orang-orang itu pasti akan menghabisimu. Kamu dan Maria nggak bisa lanjut tinggal di Kota Haidi lagi.”“Aku dan Wahyu sudah berdiskusi. Nanti, kami akan kasih kamu sejumlah uang. Kamu dan Maria pindah saja ke luar negeri.”Joseph merasa sangat terharu, tetapi menggeleng dan berujar, “Paman, terima kasih atas niat baik kalian. Tapi, Maria nggak akan setuju untuk tinggalkan Kota Haidi. Aku juga nggak mungkin tinggalkan dia. Kita hadapi saja satu per satu masalah yang datang. Kalau mereka memang mau habisi aku, itu nasibku. Aku akan merelakannya.”“Haih .... Joseph, kami sudah dengar tentang masalah kemarin. Coba jujur dulu sama kami, Pak Caden dari Kota Jawhar itu bala bantuan yang kamu cari?”J
Joseph bertanya dengan suara mengantuk, “Ada apa?”“Bu Ester hilang!”Mata Joseph langsung terbuka lebar dan kantuknya seketika hilang. Dia duduk di tempat tidur sambil bertanya, “Bukannya dia ada di kuil?”“Kuil itu tiba-tiba kebakaran di tengah malam dan baru berhasil dipadamkan jam 4-5 dini hari tadi. Habis itu, semua orang baru menyadari Bu Ester hilang.”Joseph bertanya dengan napas berat, “Hilang atau ....”“Hilang. Waktu baru mulai kebakaran, Bu Ester sudah diselamatkan tanpa terluka sedikit pun.”Joseph diam-diam menghela napas lega. “Lapor polisi, lalu aturkan orang untuk mencarinya!”Setelah memutuskan sambungan telepon, Joseph turun dari tempat tidur dengan hati-hati supaya tidak membangunkan Maria yang sudah tidur lelap. Dia berjalan ke kamar mandi dengan mengambil ponselnya untuk lanjut menelepon.Joseph menelepon pembantu yang selalu bersama Ester, orang di kuil, dan pengawal yang ditempatkannya di gunung sekitar kuil. Setelah menelepon begitu banyak orang untuk mencari t
“Ada kabar baik. Kediaman lama Keluarga Khoman kebakaran. Mereka mengalami kerugian yang sangat besar dan beberapa gedung itu juga rusak total. Para dewan direksi Perusahaan Pelayaran Howie juga dihajar orang sampai masuk rumah sakit."“Lisa dan Keenan dipaksa minum air cabai dan makan wasabi. Mereka juga rasakan bagaimana perasaan ditusuk jarum. Waktu ditemukan, bukan cuma kesepuluh jari tangan mereka yang tertancap jarum, bahkan jari kaki mereka juga begitu. Keadaan mereka sangat tragis,” ujar Caden.Joseph pun tertegun dan bertanya, “Serius? Siapa yang melakukannya?”“Iya, tapi aku juga nggak tahu siapa yang melakukannya,” jawab Caden. Dia tahu itu bukan perbuatan Hayden.Joseph buru-buru mengeluarkan ponselnya dan membaca berita. Meskipun semua warganet mencurigainya sebagai pelaku, dia tidak peduli dan malah merasa gembira.“Bagus! Bagus sekali! Ini benar-benar bukan tindakan Pak Caden?”“Bukan aku.”Joseph melirik kakak beradik Keluarga Cempaka lagi dan bertanya, “Ini tindakan Ke
“Papa, mana Mama?” tanya Baby begitu melihat Caden.Caden menggendongnya dan menjawab, “Mama lagi masak di dapur. Kalian sapa dulu kakek-kakek kalian.”Caden membawa Rayden dan Baby masuk ke rumah, lalu memperkenalkan mereka pada kakak beradik Keluarga Cempaka. Saat ini, hanya ada mereka bertiga di ruang tamu. Setelah mendengar kabar mengenai Umran, Joseph langsung pergi dengan terburu-buru.Rayden sudah mengenal Surendra bertahun-tahun dari internet, tetapi tidak pernah bertemu dengan Surendra. Dia pun dengan sopan menyapa Surendra dengan sebutan kakek.Di sisi lain, Surendra juga tidak mengungkapkan identitasnya. Dia ingin menemukan Celine terlebih dahulu sebelum mengungkapkan identitasnya pada Rayden. Ini adalah janji mereka. Jika dia mengungkapkan identitasnya pada Rayden sekarang, dia merasa dirinya terkesan seperti sudah tidak bisa menemukan Celine lagi.Selain itu, keadaan Keluarga Cempaka saat ini kurang bagus. Mereka yang membantu Joseph setara dengan bermusuhan dengan publik.
“Demi kamu, aku sudah tunjukkan belas kasihan,” jawab master.“A ... apa yang sudah kamu lakukan?” tanya Hayden.Master menjawab dengan bangga, “Aku lebih jago menyiksa orang dari kamu!”Hayden bertanya dengan bingung, “Kenapa kamu membantuku?”“Anggap saja itu hadiah pertemuan dari gurumu.”“Apa?”“Nak, aku sudah bantu kamu. Kelak, kamu harus nurut sama aku!”Hayden merasa sangat tercengang. Apa-apaan ini? Menuruti orang ini? Dia merasa ini pasti hanyalah jebakan dan buru-buru berseru, “Berhenti! Aku nggak suruh kamu bantu aku!”Baru saja Hayden selesai berbicara, lututnya tiba-tiba terasa lemas. Sebelum sempat bereaksi, dia sudah berlutut di lantai. Master juga dengan cepat menekan kepalanya supaya dia bersujud pada master.Hayden buru-buru menepis tangan master, lalu berdiri dengan marah dan melangkah mundur. “Apa-apaan kamu!”Master menjawab dengan gembira, “Upacara penerimaan murid sudah selesai. Mulai sekarang, kamu itu muridku! Kamu dan bajingan tua itu nggak punya hubungan apa-