Setelah kembali ke Vila Maison, Naomi langsung melemparkan diri ke pelukan Caden dan menangis.“Aku sudah melihat Camila! Camila yang asli! Aku yakin 100% ... orang di video itu memang Camila!”“Aku tahu. Aku juga sudah melihatnya. Ini hal yang baik. Dia benar-benar masih hidup.”“Tapi, dia terluka. Lagian, tatapannya juga penuh rasa takut. Dia pasti sudah disiksa. Dia ... dia pasti menderita banget.”Caden memeluk Naomi sambil menghibur, “Kita sudah makin dekat dengannya. Percayalah padaku, kita pasti bisa segera menyelamatkannya.”Naomi menyeka air mata dan berkata, “Leon ingin memanfaatkannya untuk menipu uangmu.”“Aku punya uangnya dan bisa kasih ke dia kapan pun itu. Kamu nggak usah khawatir.”Naomi segera menjawab, “Itu uang kita! Atas dasar apa kita harus kasih ke dia! Aku lagi mikir cara gimana kita bisa selamatkan Camila tanpa kasih dia uangnya.”Caden berujar dengan lembut, “Kamu nggak usah khawatir soal cara menolong orang. Aku punya caranya.”Naomi menghela napas. Dia kuran
“Ingat! Kamu cuma boleh bawa uangnya keluar rumah sendiri! Kalau ada orang lainnya, kami akan langsung habisi Camila! Bu Naomi, demi keselamatan sahabatmu, sebaiknya kamu turuti perintah kami. Kami lagi mengawasimu!”Seusai berbicara, orang itu langsung memutuskan sambungan telepon.Naomi masih berada dalam keadaan terkejut ketika Leon menelepon. Leon bertanya dengan panik, “Naomi, penculiknya sudah hubungi kamu?”“Dia baru putuskan sambungan teleponnya. Ada apa ini sebenarnya?”Leon menjawab, “Penculiknya sudah tahu kita ketemu sore ini. Dia takut kamu lapor polisi, juga takut kamu kasih tahu Pak Caden, makanya dia sengaja memberimu peringatan. Mereka tahu Pak Caden sulit dihadapi dan takut Pak Caden terlibat.”Naomi berusaha untuk menenangkan diri, lalu berkata dengan kening berkerut, “Mereka suruh aku mencarimu.”“Emm. Aku lagi pergi ambil pusaka Keluarga Nandara sesuai perintah mereka. Habis itu, aku akan menjemputmu.”“Kamu mau jemput aku ke mana?”“Aku juga nggak tahu, mereka ngg
Setelah menelepon beberapa orang, Caden kembali ke sisi Naomi dan menghiburnya, “Jangan khawatir. Leon nggak akan bisa kabur, sedangkan Camila juga nggak akan kenapa-napa. Aku sudah atur semuanya.”Naomi yang baru memutuskan sambungan telepon Leon bertanya dengan panik, “Gimana ini sekarang? Aku benar-benar harus pergi cari Leon dengan bawa uangnya?”“Nggak usah. Waktu dia telepon kamu nanti, kamu temui saja dia di rumah sakit.”Naomi bertanya dengan bingung, “Rumah sakit?”“Emm. Braden, Hayden, nanti kalian temani Mama ke rumah sakit. Rayden, kamu hubungi Kakek Surendra dan yang lain ....”Baru saja Caden selesai mengatur segalanya, Leon pun menelepon Naomi. Dia berkata dengan suara berat, “Naomi, untuk sementara, aku nggak bisa ke mana-mana.”Naomi tanpa sadar melirik Caden, sedangkan Caden mengisyaratkannya untuk tidak gugup. Dia menenangkan diri, lalu bertanya, “Kamu kenapa?”“Aku terluka. Sekarang, aku lagi dalam perjalanan ke rumah sakit.”“Hah? Kok kamu bisa terluka?”“Baru saja
Hayden juga menambahkan, “Papaku itu orang paling hebat di seluruh dunia! Cuma papaku yang bisa selamatkan Mama Camila! Papaku boleh terlibat secara diam-diam!”Naomi bertanya, “Gimana kalau kita biarkan Caden mencobanya? Kakimu sudah terluka. Kamu harus dirawat di rumah sakit untuk beberapa saat. Selama Camila masih di tangan penculik, aku nggak bisa tenang. Lagian, aku rasa yang dibilang anak-anak juga masuk akal. Caden sangat hebat. Dia pasti punya cara untuk selamatkan Camila.”Begitu mendengar ucapan Naomi, Leon langsung merasa tidak senang. Dia sangat ingin memberi tahu Naomi bahwa di dunia ini, hanya dia seorang yang bisa menyelamatkan Camila. Tidak ada gunanya Naomi bergantung pada Caden. Camila ada di tangannya sehingga Caden tidak mungkin bisa menemukan Camila.Leon mengembuskan napas panjang. “Demi keselamatan Camila, sebaiknya jangan biarkan Caden ikut campur. Naomi, tenang saja. Aku pasti selamatkan Camila! Kamu boleh percaya padaku.”“Tapi, kamu sudah terluka. Gimana kamu
Pada pukul 10 malam, ponsel Caden berbunyi. Itu adalah telepon dari Dylan. Semua orang langsung menoleh ke arah Caden dengan tegang.Caden menjawab, “Gimana?”“Aku sudah berhasil menyelamatkannya. Tapi, keadaannya agak labil, kayak sudah alami semacam trauma.”“Cepat bawa dia ke rumah sakit! Robbin lagi tunggu di rumah sakit. Aku sudah aturkan semuanya.”“Oke! Sampai jumpa di rumah sakit!”Setelah memutuskan sambungan telepon, Caden menatap Naomi dan berseru, “Camila sudah aman!”Naomi langsung meneteskan air mata. Seluruh tubuhnya juga gemetar hebat. “Ayo ke rumah sakit! Cepat!”...Ketika Naomi dan yang lain tiba di rumah sakit, Robbin baru saja selesai memeriksa Camila secara menyeluruh. Camila meringkuk di sudut kamar pasien dan terlihat sangat ketakutan. Seorang perawat muda yang cantik sedang menghiburnya.Nancy terlebih dahulu menerjang masuk ke kamar pasien. Begitu melihat keadaan putrinya, hatinya langsung hancur.“Camila!”Begitu mendengar suara ibunya, Camila langsung mendon
Meskipun tidak tahu jelas apa yang sudah terjadi, Leon bisa menebak bahwa hal ini pasti berkaitan dengan Caden. Dia masih berani datang karena tahu tidak ada bukti yang menunjuknya sebagai pelaku atas insiden Camila ini.Dylan memicingkan matanya dan menyapa, “Leon, jangan bengong lagi! Cepat jenguk istrimu! Kamu bahkan nggak bisa jaga istrimu dengan baik! Dasar pecundang!”Leon mengernyit sejenak, lalu berjalan masuk ke kamar pasien. Di dalam kamar pasien, Naomi dan Tiara sedang memperkenalkan diri mereka kepada Camila.“Camila, aku ini Tiara. Kamu nggak ingat lagi sama aku dan Naomi?”Camila mengerutkan keningnya dan menatap kedua wanita itu dengan hati-hati. Saat menyaksikan hal ini, Leon sama sekali tidak terkejut. Dia sudah memastikan dari awal bahwa Camila telah melupakan banyak hal dan orang. Selain orang tuanya dan Leon, Camila tidak mengingat siapa pun lagi.Leon memanggilnya dengan berlinang air mata, “Camila!”Semua orang pun menoleh ke arah Leon.Begitu melihat Leon, Camil
Di luar kamar pasien, Naomi bertanya dengan suara yang kecil, “Kalian sudah menyadari masalahnya? Paman Herbert jelas-jelas nggak selingkuh. Mana mungkin Camila batalkan kontrak dengan kru gara-gara masalah ini? Camila sebenarnya lagi sandiwara atau sudah dicuci otak sama Leon?”Caden menjawab, “Dia sepertinya bukan dicuci otak. Begitu dia ungkit soal perselingkuhan sambil menatap Leon, Leon juga terkejut. Kalau dia memang sudah dicuci otak, Leon nggak mungkin panik.”“Maksudmu, Camila cuma sandiwara?”“Emm.”“Dia kan sudah aman sebelum Leon datang. Kenapa dia nggak langsung jujur sama kita?”Dylan menyela, “Karena ada suster cantik itu di dalam.”“Hmm?” Naomi merasa sangat terkejut.Dylan memicingkan mata dan menambahkan, “Suster itu orang Leon dan punya hubungan nggak jelas sama Leon. Camila seharusnya juga tahu, makanya dia nggak berani jujur sama kalian di hadapan suster itu.”Naomi makin terkejut. “Kok kamu tahu?”“Waktu mereka berdua saling bertatapan di dalam, aku langsung menya
Hayden sangat gembira dan menyahut, “Mama sudah tahu semua ini. Dia cua mau tahu Mama Camila sadar atau nggak.”“Aku sadar kok! Aku nggak berani tunjukkan aku sadar karena tahu Leon akan mengawasi ruangan ini. Lagian, aku tahu suster itu orang Leon!”Sebelum kejadian yang menimpa Camila, Camila sudah menyadari keanehan Leon dan segera menyewa detektif swasta untuk menyelidiki Leon. Alhasil, dia bukan hanya menemukan masalah Leon dengan Sanny, tetapi juga menemukan begitu banyak wanita yang berhubungan dengan Leon. Selain berselingkuh, Leon juga hendak mencaplok aset Keluarga Nandara!Setelah diselamatkan hari ini, Camila hanya bisa bersembunyi ketakutan di sudut ruangan. Setelah melihat ibunya dan Naomi, dia juga tidak berani berkata jujur karena ada suster itu. Dia tahu jelas bahwa suster itu adalah orang Leon. Dia takut dirinya akan dikurung Leon lagi setelah diselamatkan dengan susah payah.Leon bukan hanya mencelakai Camila, juga ingin mencelakai Keluarga Nandara. Camila tentu saja
“Halo, Naomi. Kangen sama aku?”Naomi menghela napas dan berkata, “Hari ini, Bibi Lyana pingsan.”Camila seketika terkejut. “Bibi Lyana kenapa?”Naomi menceritakan masalah Catherine kepada Camila. Setelah tertegun beberapa saat, Camila baru menyahut, “Benar-benar ada orang yang mengandung anak Dylan? Ternyata mual kehamilan bisa berpindah ke seorang ayah!”Di pagi hari, mereka baru membicarakan hal ini. Camila dan Naomi merasa Dylan hanya sakit, tetapi tidak percaya mual kehamilan bisa berpindah ke seorang ayah. Tak disangka, berita heboh mengenai kehamilan Catherine langsung keluar malamnya.Naomi berujar, “Masih belum tentu itu anak Dylan atau bukan. Apalagi, itu cuma kata-kata sepihak Catherine. Dia bahkan menolak untuk melakukan tes DNA. Aku rasa pasti ada yang disembunyikannya.”Camila terdiam sejenak sebelum menjawab, “Memang ada yang aneh. Kalau itu memang anak Dylan, dia pasti akan biarkan Dylan tes DNA dengan tenang! Tapi, Catherine bernyali juga. Beraninya dia mengancam Dylan
“Apa uang bisa menyingkirkannya?” tanya Caden.Dylan menggeleng. “Dia cuma mau status sebagai istriku.”Caden mengernyit. “Aku dan dia nggak punya hubungan apa pun. Kalau kamu nggak bisa bertindak, apa perlu aku yang cari dia untuk membicarakannya?”Dylan mengerutkan keningnya dan menggeleng. “Aku nggak bisa melukainya.”Caden berujar, “Tapi, kamu mau punya persiapan mental. Kalau kamu nggak bisa tangani hal ini dengan baik, Bibi dan Paman mungkin akan tertimpa masalah besar.”Hanya setelah mengetahui faktanya saja, Lyana sudah langsung pingsan. Jika dia melihat jasad janin itu, mungkin saja dia akan langsung meninggal.Dylan menjentikkan abu rokok dengan kuat. “Haih ....”Kali ini, Dylan benar-benar bertemu kesulitan. Hal ini jauh lebih serius daripada isu kehamilan beberapa hari lalu. Dia benar-benar tidak menemukan cara penyelesaiannya.Entah karena terlalu cemas atau apa, sebelum menghabiskan sebatang rokok ini, Dylan mulai muntah-muntah lagi. Berhubung lambungnya kosong, dia hanya
“Dia nggak bersedia keluar. Dia cuma kasih waktu seminggu kepada kami untuk mempertimbangkannya. Seminggu lagi, kalau aku nggak bawa dia daftarkan pernikahan kami, dia akan kirim jasad janin itu ke rumah!”Caden juga merasa sangat kesal setelah mendengar ancaman itu. Dia bertanya dengan ekspresi muram, “Kalau dia merasa itu anakmu, kenapa dia nggak bersedia lakukan tes DNA?”Dylan menjawab dengan kesal, “Aku sudah tanya, tapi dia nggak mau kasih penjelasan. Dia cuma bilang, kami boleh nggak percaya dan langsung menolak, lalu tinggal tunggu terima jasad janin itu.”Catherine tahu jelas kelemahan Kevin dan Lyana. Berhubung mereka sangat menginginkan cucu, mereka pasti tidak berani mengambil risiko. Sementara itu, Dylan adalah anak yang berbakti dan juga tidak akan berani mengambil risiko. Bagaimanapun juga, apabila Kevin dan Lyana melihat jasad janin itu, mereka pasti tidak akan bisa menerimanya. Mungkin saja, hal ini juga akan menimbulkan korban jiwa.Caden bertanya dengan nada dingin,
Ketika Caden tiba di rumah sakit, Lyana baru keluar dari UGD. Dia berbaring di atas ranjang pasien dengan tenang dan masih belum sadarkan diri.Kevin duduk di samping ranjang pasien dengan ekspresi yang sangat suram, entah karena terlalu khawatir atau terlalu marah. Di sisi lain, Dylan menyeret tubuhnya yang masih lemah dan berlutut di samping dengan tampang bersalah.Melihat situasi ini, Caden sangat terkejut. Ketika di telepon tadi, Dylan hanya mengatakan sudah terjadi masalah, tetapi tidak mengatakan apa yang terjadi.Caden berjalan masuk ke kamar rawat dan bertanya dengan pelan, “Paman, gimana keadaan Bibi?”Kevin mendongak dan menjawab dengan sepasang mata yang merah, “Dia terlalu marah sampai terkena serangan jantung dan pingsan.”Caden pun terkejut. “Waktu aku pergi, dia masih baik-baik saja. Kenapa dia bisa tiba-tiba begitu marah?”Kevin memelototi Dylan dengan dingin, lalu berseru marah, “Tanyakan saja sama anak durhaka ini! Semua ini gara-gara dia! Perbuatannya benar-benar te
Naomi tiba-tiba berlinang air mata. Sebenarnya, dia tahu apa alasan anak-anak memamerkan sertifikat penghargaan mereka, dan Rayden memberitahunya bahwa dia berinisiatif mencari teman baru. Itu karena mereka ingin menghiburnya. Sebagai seorang ibu, dia malah dihibur oleh anak-anaknya.Naomi merasa terharu, tetapi juga bersalah. “Senang. Mama senang banget. Malam ini, Mama akan masak sendiri dan buatkan makanan enak buat kalian. Akhir-akhir ini, keadaan Mama kurang baik karena khawatir sama Braden dan Hayden. Maaf sudah buat kalian khawatir.”Jayden bertanya, “Sekarang, Mama sudah baikan?”Naomi tersenyum. “Sudah.”Baby bertanya, “Mama, kapan Kak Braden dan Kak Hayden pulang? Aku sudah kangen sama mereka.”Naomi menjawab, “Mereka akan segera pulang. Mereka juga kangen banget sama Baby.”Naomi mengobrol sejenak dengan anak-anak, lalu berkata pada Steven, “Terima kasih kamu sudah pergi jemput anak-anak. Malam ini, kamu makan saja di sini. Aku akan masak lebih banyak.”Steven buru-buru menj
Caden mengangkat bahunya dengan tidak berdaya. “Aku juga nggak tahu jelas. Dia bilang nggak. Oh iya, hari ini, Braden menelepon.”Naomi langsung bertanya dengan buru-buru, “Apa katanya? Semuanya baik-baik saja?”Caden tidak mengungkit masalah Kakek Kedua. Dia hanya menjawab, “Dua hari lalu, Hayden demam.”Ekspresi Naomi langsung berubah. “Demam?”“Emm. Tapi, Braden suruh kita nggak usah khawatir. Itu cuma demam biasa. Kalau sudah benar-benar sembuh, mereka akan pulang. Nanti, kamu minta izin beberapa hari lagi saja untuk mereka.”Naomi merasa cemas. “Kenapa bisa demam?”“Katanya, di sana hujan beberapa hari yang lalu. Hayden kehujanan.”“Demamnya tinggi?”“Nggak.”Naomi berkata dengan sedih, “Pantas saja aku nggak berhenti mimpi buruk akhir-akhir ini. Sudah kubilang, selain Camila, pasti masih ada hal buruk lain yang terjadi. Ternyata Hayden sakit! Jangan lihat Hayden biasanya nakal dan suka berkelahi. Dia sebenarnya paling takut disuntik sama minum obat. Dulu, setiap sakit, aku harus
Naomi bertanya, “Setiap … kalinya kamu tambah makan sebanyak ini?”“Emm!”“Tapi, kulihat-lihat sepertinya kamu nggak gendutan?”Camila tersenyum bangga. “Ajaib, ‘kan? Tuhan sayang sama aku! Meski aku makan banyak, aku nggak gemuk-gemuk! Orang-orang di perusahaan kami juga iri banget sama aku!”Naomi bertanya, “Apa ada perubahan dalam tubuhmu? Kamu makan sebanyak ini, apa lambungmu sanggup?”Camila makan sembari menjawab, “Sanggup, kok. Aku nggak merasakan ada yang nggak nyaman. Lagi pula, aku merasa sekarang aku pasti lebih sehat daripada sebelumnya. Dulu hidupku nggak sehat banget, tidurku nggak nyenyak, selera makan biasa-biasa saja, juga banyak pikiran.”“Sekarang aku punya nafsu makan. Selain itu, aku bisa langsung tidur setelah berbaring setengah jam. Keesokan paginya aku juga sangat energik. Aku merasa aku sudah kembali ke umur 18 tahun saja!”Usai berbicara, Camila menyantap mienya. “Mie kuah pedas kedai ini enak sekali, apalagi mie mereka buatan tangan. Kalau kamu dan Tiara ber
Gisela segera mengangguk dan melanjutkan, “Aku tahu masalah itu! Dengar-dengar gara-gara masalah ini, Bu Joana pernah beberapa kali coba untuk bunuh diri!”“Haih, pemikiran anak zaman sekarang sangat terbuka. Mereka semua nggak bersedia punya anak. Ada banyak yang keguguran tanpa sengaja atau dengan sengaja!”“Jadi, hamil itu nggak tergolong kabar bahagia. Bisa melahirkan baru dinamakan kabar gembira. Jangan gembira terlalu cepat!”Begitu Lyana mendengar, dia semakin kesal lagi. Bukannya mereka sedang mengutuk Keluarga Hermanto?Ekspresi Lyana langsung berubah. Dia langsung menyindir, “Kenapa mengandung bukan kabar gembira? Keluarga mana yang nggak senang kalau ada yang hamil? Nggak semua keluarga berkesempatan untuk menggendong cucu!”“Lebih baik kalian berdua gunakan waktu kalian menyindirku untuk berbincang dengan putra kalian. Suruh mereka cepat punya anak!”“Oh, ya, sebelum kalian ngobrol sama anak kalian, kalian mesti ngobrol sama suami kalian dulu. Jangan sampai duluan ada anak
Ketika melihat mereka berdua berbicara dengan semakin gembira, hati Dylan pun terasa penat. Dia memang tidak ingin melukai mereka, tetapi tidak mungkin masalah dibiarkan seperti ini!Konon katanya, semakin besar harapan, semakin besar rasa kecewanya!Kalau tidak kepikiran ide bagus, lebih baik beri tahu kenyataan kepada mereka.Dylan berpikir sejenak, lalu menyantap sesuap buah kiwi. Dia mengangkat kepalanya menatap Lyana dan Kevin, kemudian langsung berterus terang. “Papa, Mama, kalian berdua berhenti dulu. Dengar apa kataku ….”Belum selesai Dylan berbicara, tiba-tiba terdengar suara ketuk pintu. Pintu kamar pun dibuka.Ada dua ibu-ibu kaya berdiri di depan pintu. Mereka sedang mengintip ke dalam kamar. Saat melihat mereka berdua, Lyana langsung merasa tidak gembira. Orang yang berdiri di depan pintu adalah Brenda dan Gisela. Mereka adalah teman satu lingkaran yang sering bertemu di acara kumpul bersama. Hanya saja, Lyana sangat tidak menyukai mereka!Sebab, mereka selalu suka bergo