Ken berziarah ke makam kedua orangtuanya.Duduk bersimpuh diantara dua batu nisan. Terdengar Khusuk memanjatkan doa doa.Cukup lama, hingga kemudian mengusap kedua nisan itu."Ayah , Ibu. Lihatlah! Kami sudah berhasil. Perusahaan Alazka, jaya di tangan kami. Maju dengan begitu pesat atas perjuangan kami." terdengar Ken berucap."Aku berdiri di sisi tuan Glen, bukan hanya sebagai pelayannya saja. Melainkan sebagai sahabat sekaligus saudara. Kalian tidak perlu khawatir. Aku akan menemaninya sampai batas usiaku."Ken terlihat berdiri."Aku pulang ya? Aku akan sering-sering mengunjungi kalian." kemudian memutar tubuhnya untuk melangkah keluar dari pemakaman umum itu.Baru saja hendak mendekati mobil, Ken menoleh. Mendengar suara isakan tangis seseorang di ujung sana.Anak laki laki itu sedang terisak di atas gundukan tanah yang masih memerah. Pertanda jika kuburan itu baru."Ayah. Kenapa kamu juga harus pergi? Kemarin Ibu, sekarang Ayah. Lalu, aku harus hidup dengan siapa? Kenapa tidak me
Bulan sudah berganti, kemudian berganti lagi. Kesusahan dan kerepotan dua pria hebat itu sudah terlewatkan.Tiga bulan ini sudah berlalu, kini mereka bisa bernafas dengan lega. Daniah dan Rimbun sama-sama sudah tidak rewel lagi. Masa mengidam mereka sudah berakhir ternyata.Baik Glen maupun Ken telah terbebas sekarang. Bisa kembali ke Perusahaan lagi, pagi dan sore kembali.Fic tentu juga bernafas lega, kembali menjadi kepala pelayan seutuhnya. Tidak seperti hari-hari kemarin yang berat. Dua pekerjaan dobel yang berat harus ia tanggung. Perusahaan dan juga rumah besar Glen.Daniah terlihat segar bugar, dengan wajah semakin cerah dan badan sedikit mulai menggemuk.Glen sungguh menyukai perubahan itu. Tiap kali ingin memeluk istrinya. "Kamu montok sekarang sayang. Aku jadi ingin terus memelukmu.""Kamu meledakku ya?" mata Daniah sudah melotot."Meledek bagaimana? Aku sedang memujimu, Daniah!""Pria itu kebanyakan suka wanita bertubuh seksi, yang langsing bukan yang gemuk seperti ini!""
"Itu bagus sayang? Artinya kamu tidak perlu payah payah hamil dan melahirkan kembali. Kita sudah akan punya Tiga anak dalam satu kali usaha!" ucap Ken terus menciumi pipi Rimbun yang masih sama merengut."Ah baiklah, jika kamu tidak suka. Aku akan membuang dua bayinya nanti setelah kamu melahirkan. Aku bisa memberikan pada orang lain, atau menaruhnya di Panti Asuhan saja kalau begitu."Seketika mata Rimbun membulat!"Kamu bicara apa? Kamu akan membuang anakmu sendiri, Ken? Kamu tidak waras!" Rimbun meninju bahu Ken dengan cukup keras."Orang tua macam apa kamu ini! Kamu tega!" Rimbun menjerit."Bagaimana lagi? Ibunya keberatan." sahut Ken, mengusap bahunya."Hehe, aku kan hanya bercanda Ken. Aku tidak serius. Aku hanya sedikit syok saja tadi." sahut Rimbun, dia merasa menyesal dan bersalah."Jadi kamu mau menerima mereka?" Wajah Ken begitu riang."Tentu Ken, mereka kan anak kita. Mau kembar Lima juga tidak apa-apa.""Ah, Jelek ku!" Ken memeluk Rimbun."Aku Bahagia, aku senang. I love
Setelah kelahiran Putri Glen Alazka, waktu terasa begitu cepat. Tetapi kebahagiaan tetap terjaga dan justru semakin membesar di antara kedua pasangan suami istri ini. Glen Alazka dan Daniah, serta Ken dan Rimbun.Mereka telah menjaga Putra dan Putri mereka dengan sangat baik dan mempersiapkan mereka dengan sebaik mungkin dari awal demi kelangsungan generasi penerus mereka.Di Rumah Besar Glen Alazka."Ellen, berhenti! Jangan membuat Ibu kesal!" Lengkingan Daniah terdengar memenuhi ruangan sambil menyusul lari kecil sang putri.Gadis kecil imut itu malah tertawa sambil terus berlari. "Ellen, kembali lah. Kamu harus makan!" Daniah kembali berteriak."Ayo tangkap Ellena, dulu Bu!" Dia melompat ke atas sofa dan melompat lagi ke sofa yang lain.Para pelayan hanya bisa menggeser kaki mereka sambil tersenyum menatap itu. Kemanisan Tuan Putri mereka begitu terlihat ketika sedang menjahili Ibunya.Dan itu selalu terjadi saat waktu makan Tuan Putri yang sangat payah.Para Pelayan pun sudah tida
Glen sedikit terkejut mendengar jawaban dari putrinya."Tapi Fic itu sudah seperti adik Ayah sendiri, Ellena," balas Glen berusaha memberitahu Ellena dengan lembut."Tapi Fic tidak pantas dipanggil Paman! Fic itu kan belum tua. Fic juga teman Ellena, Ayah! Sama seperti Khale, Kimmy dan juga Keyan." Jawab Ellena."Ellena!" "Tuan, tidak apa-apa." Fic cepat melerai perdebatan mereka."Tapi itu tidak sopan, Fic! Jangan biarkan Ellena terbiasa." Protes Glen."Glen, Ellena dan Fic memang sangat dekat. Biarkan saja selama Fic tidak keberatan." Kini Daniah yang berbicara."Kamu tidak keberatan kan, Fic?" Ellena bertanya pada Fic sambil mengguncang lengan Fic untuk meyakinkan."Ah iya. Nona Ellena boleh memanggilku apa saja, senyamannya Nona saja . Fic tidak keberatan. Bukankah dari dulu memang begitu?" Fic menepuk kepala Ellena dengan lembut. Ellena tersenyum puas.Glen hanya bisa pasrah."Maafkan Ellena, Fic.""Tidak apa-apa Tuan. Sungguh. Asal Nona bisa nyaman saja.""Baiklah Fic. Terima
Keputusan yang tepat diambil oleh Ken saat ia mengusung anak istrinya untuk menempati rumah pribadinya dahulu.Tiga putra tampan milik Ken benar-benar membuat orang tuanya kewalahan. Bukan hanya lincah, gesit, super cerewet, namun nakal!Hari hari Ken dan Rimbun dibuat hampir menjerit setiap waktu."Khal, letakkan pot itu! Bahaya jika mengenai adik-adikmu!" Jerit Rimbun ketika Khale sang sulung mengangkat pot keramik tinggi-tinggi dan siap melemparnya ke arah Kimmy dan Keyan."Astaga Key!" Rimbun kembali menjerit saat Keyan malah mengambil sebuah sapu. Sambil merebut pot dari tangan Khale kecil, Rimbun berlari merebut sapu dari tangan si bungsu Keyan."Cepat masuk ke kamar!" Rimbun mengancam dengan gagang sapu kepada tiga bocah itu."Ampun Bu!" Ketiga bocah yang sudah berusia tujuh tahunan itu berlari ke kamar. Melihat itu, Rimbun tidak berhenti mengejar putra putranya untuk memberi hukuman karena sudah membuat Ruangan tengah berantakan.Ken yang baru saja datang seketika berlari mel
Daniah menyusul langkah Ellena, membuka pintu kamar pribadi Tuan Putri untuk mengintip. Ellena terlihat duduk termenung di tepi ranjang dengan mendekap Guling.Gurat kemarahan bisa dilihat dari wajahnya yang tertekuk.Daniah berjalan pelan, kini duduk di sebelah putrinya."Putri ibu kenapa? Kenapa tiba-tiba marah dan pergi meninggalkan makanannya. Apa ada yang salah?"Ellena hanya melirik sebentar, kemudian membuang muka."Ellena, tidak baik seperti itu. Kamu ini akan menjadi seorang wanita yang tangguh untuk menggantikan Ayah. Memimpin Perusahaan. Kau harus bisa belajar bersikap sopan dan baik sejak dini. Meninggalkan makanan dengan marah, kemudian menepis kasar tangan Fic, itu perbuatan yang tidak sopan." tegur Daniah kembali.Ellena menoleh sedikit, kemudian menunduk. Wajah marahnya berubah sedih."Ellena , ada apa sebenarnya? Apa ada yang mengganggu pikiranmu? Cerita kepada ibu." Daniah masih saja merayu putrinya.Ellena kali ini mendongak."Fic akan menikah. Itu artinya, Fic akan
Glen dan Fic menoleh ke arah tangga ketika mendengar suara sedikit ribut.Triple K putra Ken sudah berlari kecil menyerbu. Disusul oleh Ken dan Rimbun di belakang."Paman!"Glen langsung berdiri merentangkan kedua tangannya."Haha.. Jagoan Ken datang rupanya!" Ketiga bocah itu berebut memeluk Glen."Di mana Tuan Putri Ellena Paman?" Khale bertanya."Ada di kamar. Cepat kalian temui Ellena Dia sedang merajuk. Ellena pasti akan senang melihat kalian datang." ketiga Putra Ken cepat berlari ke kamar Ellena. Rimbun juga segera mengikuti putra-putranya setelah menyapa Glen dan Fic."Nona Ellena sedang merajuk? Ada apa?" Ken masih berdiri."Duduklah Ken. Kamu perlu tau."Ketiganya terdengar tertawa ketika Glen selesai bercerita."Wajar saja. Fic yang menemani Nona muda sejak pertama lahir. Wajar jika Nona Ellena sangat takut kehilangan orang terdekatnya." ucap Ken."Ah ya. Kamu benar. Tapi aku merasa tidak enak hati pada Fic. Ia harus mengorbankan kebahagiaannya demi Ellena." ucap Glen."T