Home / CEO / Anak Jenius Milik Sang Presdir / Bab 161. Bagaimana ini? (Panik)

Share

Bab 161. Bagaimana ini? (Panik)

Author: Any Anthika
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Bulan rupanya sudah berganti.

Hari demi hari yang dilewati dua pasangan Suami istri, si Bos dan Sekretarisnya berjalan dengan keindahan dan kebahagiaan yang hakiki.

Satu bulan sudah Ken menikahi Rimbun. Dan kini mereka sudah tinggal dirumah Glen sesuai kesepakatan bersama.

Rimbun senang, karena dia tidak akan kesepian saat Ken pergi. Begitu juga dengan Daniah.

Ken,

Pria itu lebih merasa lega saat harus meninggalkan istrinya.

Waktunya berjalan begitu sempurna. Tiap nafasnya dipenuhi bunga bunga bermekaran yang indah ibaratnya.

Saat pulang, disambut senyuman manis si Jelek yang semakin hari semakin terlihat manis dan seksi di mata Ken.

Suatu sore, Rimbun bertanya kepada Ken yang sudah duduk manis di Sofa. Rimbun mendekat, merebahkan kepalanya di dada Ken.

"Saat kita menikah, kamu tidak mengucapkan janji pernikahan seperti yang Tuan Glen lakukan?"

Ken menunduk, sedikit mengangkat dagu Rimbun.

Mengecup bibir mungil itu.

"Aku mengucapkan."

"Dalam hati?"

Ken tergelak.

"Tebakan yang baik."

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 162. Glen ikut pucat.

    Yang pucat saat ini bukan hanya Daniah dan Rimbun lagi, tapi Glen juga sudah mulai memucat.Bagaimana tidak!Ketika dia menoleh kesini, Daniah terus mengurut pelipisnya dengan sesekali muntah ke dalam Tong sampah.Waktu dia melirik ke sana, di kamar mandi Rimbun pun sama. Sudah bersandar lemas di sisi pintu kamar mandi.Glen kali ini yang memijat pelipisnya.'Ken kemana? Kamu kemana bodoh? Lama sekali!' mengumpat dalam hati.Sekarang Glen menghampiri Rimbun, membawanya ke sisi tempat tidur. Lalu duduk di tengah tengah dua wanita itu.Daniah merebahkan kepalanya di pahanya. Terdengar suara Rintihan Daniah.Rimbun, tergeletak di kasur dengan kepala yang hampir tak berjarak dengan bokong Glen. Terdengar merintih juga.Glen menarik nafas panjang penuh kekhawatiran. Menatap dua wanita itu secara bergantian. Terbesit perasaan takut luar biasa.Bagaimana jika mereka benar keracunan? Bagaimana jika tidak selamat?Pikirannya sudah kemana mana."Glen. Kepala ku rasanya mau pecah." rintihan dar

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 163. Zat Cair Beracun

    Fic, hanya bisa melirik dua Bos nya itu dengan perasaan yang tentu saja cemas. Bagaimana tidak cemas? Jika benar dua Nona di dalam ternyata keracunan, sudah pasti Fic sebagai kepala pelayan yang harus menanggung semua konsekuensinya.Beruntung kecemasan itu tak berlangsung lama ketika Dokter sudah membuka pintu dan mempersilahkan Glen dan Ken untuk masuk.Senyum berkembang di bibir Dokter sudah bisa diartikan sebagai pertanda baik bagi Fic.Tapi untuk para Suami, itu belum membuat mereka berhenti cemas.Mereka melirik dua wanita yang duduk di tepi ranjang itu, juga tersenyum ke arah mereka.Apa ini? Mereka tersenyum?Semakin tak sabar menunggu Dokter menjelaskan. Jantung mereka sudah jedag jedug duluan.Jangan-jangan!"Tidak perlu terlalu cemas Tuan. Istri istri anda, bukan sedang keracunan seperti yang anda khawatirkan." Dokter melangkah mendekat."Lalu apa? Kenapa dengan mereka? Apa benar mereka sedang hamil?" Glen tak sabar, segera menebak.Dokter kembali tersenyum.Membuat Glen ge

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 164. Hari-hari berat dua pria hebat.

    Glen menyeret langkahnya untuk keluar rumah. Wajah terpaksa tergambar begitu jelas .Tapi demi istri tercinta, ia tetap melakukannya.Seorang Penjaga menyapa. " Tuan Glen, Anda akan keluar?""Ah, iya.""Tapi ini sudah malam." heran."Aku tau kalau ini sudah malam!" melotot."Ah, maksudnya. Apa tidak sebaiknya, Tuan Glen di temani seseorang? Tuan Ken mungkin?"Glen hanya mendengus, sedikit melirik pintu kemudian menghampiri mobilnya.'Lebih baik, aku mengajak Ken saja.'Baru saja hendak menghubungi Ken, orang yang dimaksud sudah berjalan sedikit terburu ke arah mobil yang lain."Ken!"Tangan yang hampir membuka pintu mobil itu berhenti, lalu menoleh. "Tuan Glen?""Malam-malam begini kamu mau kemana?" menghampiri."Kamu sendiri mau kemana?" Glen balik bertanya.Ken mendengus. Menekuk wajah sedihnya. Menyandarkan punggungnya di badan mobil."Rimbun, ingin makan otak-otak." menoleh pada Glen yang tergelak."Belikan Ken. wanita ngidam harus dituruti. Hanya otak-otak ini." ucap Glen."Masal

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 165. Para pejantan tangguh.

    Ken berziarah ke makam kedua orangtuanya.Duduk bersimpuh diantara dua batu nisan. Terdengar Khusuk memanjatkan doa doa.Cukup lama, hingga kemudian mengusap kedua nisan itu."Ayah , Ibu. Lihatlah! Kami sudah berhasil. Perusahaan Alazka, jaya di tangan kami. Maju dengan begitu pesat atas perjuangan kami." terdengar Ken berucap."Aku berdiri di sisi tuan Glen, bukan hanya sebagai pelayannya saja. Melainkan sebagai sahabat sekaligus saudara. Kalian tidak perlu khawatir. Aku akan menemaninya sampai batas usiaku."Ken terlihat berdiri."Aku pulang ya? Aku akan sering-sering mengunjungi kalian." kemudian memutar tubuhnya untuk melangkah keluar dari pemakaman umum itu.Baru saja hendak mendekati mobil, Ken menoleh. Mendengar suara isakan tangis seseorang di ujung sana.Anak laki laki itu sedang terisak di atas gundukan tanah yang masih memerah. Pertanda jika kuburan itu baru."Ayah. Kenapa kamu juga harus pergi? Kemarin Ibu, sekarang Ayah. Lalu, aku harus hidup dengan siapa? Kenapa tidak me

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 166. Hamil kembar tiga.

    Bulan sudah berganti, kemudian berganti lagi. Kesusahan dan kerepotan dua pria hebat itu sudah terlewatkan.Tiga bulan ini sudah berlalu, kini mereka bisa bernafas dengan lega. Daniah dan Rimbun sama-sama sudah tidak rewel lagi. Masa mengidam mereka sudah berakhir ternyata.Baik Glen maupun Ken telah terbebas sekarang. Bisa kembali ke Perusahaan lagi, pagi dan sore kembali.Fic tentu juga bernafas lega, kembali menjadi kepala pelayan seutuhnya. Tidak seperti hari-hari kemarin yang berat. Dua pekerjaan dobel yang berat harus ia tanggung. Perusahaan dan juga rumah besar Glen.Daniah terlihat segar bugar, dengan wajah semakin cerah dan badan sedikit mulai menggemuk.Glen sungguh menyukai perubahan itu. Tiap kali ingin memeluk istrinya. "Kamu montok sekarang sayang. Aku jadi ingin terus memelukmu.""Kamu meledakku ya?" mata Daniah sudah melotot."Meledek bagaimana? Aku sedang memujimu, Daniah!""Pria itu kebanyakan suka wanita bertubuh seksi, yang langsing bukan yang gemuk seperti ini!""

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 167. Para pejantan tangguh milik Tuan Putri.

    "Itu bagus sayang? Artinya kamu tidak perlu payah payah hamil dan melahirkan kembali. Kita sudah akan punya Tiga anak dalam satu kali usaha!" ucap Ken terus menciumi pipi Rimbun yang masih sama merengut."Ah baiklah, jika kamu tidak suka. Aku akan membuang dua bayinya nanti setelah kamu melahirkan. Aku bisa memberikan pada orang lain, atau menaruhnya di Panti Asuhan saja kalau begitu."Seketika mata Rimbun membulat!"Kamu bicara apa? Kamu akan membuang anakmu sendiri, Ken? Kamu tidak waras!" Rimbun meninju bahu Ken dengan cukup keras."Orang tua macam apa kamu ini! Kamu tega!" Rimbun menjerit."Bagaimana lagi? Ibunya keberatan." sahut Ken, mengusap bahunya."Hehe, aku kan hanya bercanda Ken. Aku tidak serius. Aku hanya sedikit syok saja tadi." sahut Rimbun, dia merasa menyesal dan bersalah."Jadi kamu mau menerima mereka?" Wajah Ken begitu riang."Tentu Ken, mereka kan anak kita. Mau kembar Lima juga tidak apa-apa.""Ah, Jelek ku!" Ken memeluk Rimbun."Aku Bahagia, aku senang. I love

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 168. Tuan Putri Ellena.

    Setelah kelahiran Putri Glen Alazka, waktu terasa begitu cepat. Tetapi kebahagiaan tetap terjaga dan justru semakin membesar di antara kedua pasangan suami istri ini. Glen Alazka dan Daniah, serta Ken dan Rimbun.Mereka telah menjaga Putra dan Putri mereka dengan sangat baik dan mempersiapkan mereka dengan sebaik mungkin dari awal demi kelangsungan generasi penerus mereka.Di Rumah Besar Glen Alazka."Ellen, berhenti! Jangan membuat Ibu kesal!" Lengkingan Daniah terdengar memenuhi ruangan sambil menyusul lari kecil sang putri.Gadis kecil imut itu malah tertawa sambil terus berlari. "Ellen, kembali lah. Kamu harus makan!" Daniah kembali berteriak."Ayo tangkap Ellena, dulu Bu!" Dia melompat ke atas sofa dan melompat lagi ke sofa yang lain.Para pelayan hanya bisa menggeser kaki mereka sambil tersenyum menatap itu. Kemanisan Tuan Putri mereka begitu terlihat ketika sedang menjahili Ibunya.Dan itu selalu terjadi saat waktu makan Tuan Putri yang sangat payah.Para Pelayan pun sudah tida

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 169. Fic tidak boleh menikah.

    Glen sedikit terkejut mendengar jawaban dari putrinya."Tapi Fic itu sudah seperti adik Ayah sendiri, Ellena," balas Glen berusaha memberitahu Ellena dengan lembut."Tapi Fic tidak pantas dipanggil Paman! Fic itu kan belum tua. Fic juga teman Ellena, Ayah! Sama seperti Khale, Kimmy dan juga Keyan." Jawab Ellena."Ellena!" "Tuan, tidak apa-apa." Fic cepat melerai perdebatan mereka."Tapi itu tidak sopan, Fic! Jangan biarkan Ellena terbiasa." Protes Glen."Glen, Ellena dan Fic memang sangat dekat. Biarkan saja selama Fic tidak keberatan." Kini Daniah yang berbicara."Kamu tidak keberatan kan, Fic?" Ellena bertanya pada Fic sambil mengguncang lengan Fic untuk meyakinkan."Ah iya. Nona Ellena boleh memanggilku apa saja, senyamannya Nona saja . Fic tidak keberatan. Bukankah dari dulu memang begitu?" Fic menepuk kepala Ellena dengan lembut. Ellena tersenyum puas.Glen hanya bisa pasrah."Maafkan Ellena, Fic.""Tidak apa-apa Tuan. Sungguh. Asal Nona bisa nyaman saja.""Baiklah Fic. Terima

Latest chapter

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 271. Epilog

    Fic tidak menyadari perasaan yang tumbuh di antara mereka. Orang lain juga sama, tidak ada yang tahu apa yang tersimpan di dalam hati Ellena. Namun, suatu saat Ellena tidak mampu menahan lagi dan mulai mengekspresikan perasaannya dengan lebih jelas. Fic hanya menganggap bahwa Ellena begitu karena belum dewasa dan belum mengerti perasaannya. Suatu hari, Ellena yang sudah bukan remaja lagi, mengungkapkan perasaan cinta yang selama ini terpendam.Fic merasa seolah tersambar petir dan sulit memahami apa yang sedang terjadi. "Mana mungkin?" batin Fic. "Aku hanya seorang kepala pelayan, dan usia kita terpaut jauh. Aku bahkan bisa jadi pamanmu, nona!" Namun, Ellena sama sekali tidak peduli dengan alasan tersebut. Ia nekad melakukan apapun untuk bisa bersama Fic. Perasaan Ellena semakin memuncak dan menghempas rasa ragu di hatinya. Fic kini terjebak dalam dilema, antara menerima perasaan Ellena atau tetap pada prinsipnya. Ketika akhirnya ia mulai merasakan getaran yang sama dalam hatinya, ia

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 270. Tuan Fic

    "Diam!" Ellena bersikukuh, masih saja melanjutkan pekerjaannya. Lalu mengambil celana Fic dan meminta Fic untuk mengenakannya dengan sabar.Fic hanya bisa menurut. Ellena memakaikan kemeja putih pada Fic, mengancingkan baju itu."Ellena, aku bisa sendiri." menarik tangan Ellena hingga tubuh Ellena menabrak dadanya."Aku ingin melakukannya Fic. Dengan begitu, aku semakin bahagia." Ellena melepaskan tangan Fic, sekarang memasangkan dasi untuk Fic."Nona."Ellena masih belum selesai merapikan rambut, baju dan dasi Suaminya."Sudah rapi. Tinggal jas nya saja. Dipakai sekarang apa nanti saja?"Fic tak menjawab pertanyaan Ellena. Masih senantiasa menatap wajah Ellena."Fic.""Bisa menikahimu saja, sudah membuatku tak berhenti bersyukur. Jangan melakukan ini lagi. Itu membuatku merasa bersalah."Ellena dengan lembut menarik tengkuk Fic, menciumi wajahnya dengan penuh kasih sayang. "Aku ingin melakukan ini setiap pagi. Kau tidak boleh melarangku, atau aku akan mengadu pada Ayah. Kau sudah men

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 269. Aku ini istrimu, bukan lah Nonamu.

    Fic menarik nafas dalam-dalam dan tersenyum, "Baiklah, Tuan. Jika Anda telah mempercayai saya, saya tidak ingin mengecewakan Anda. Tapi, bolehkah saya mencari pengganti diri saya sebagai Kepala Pelayan?""Ya. Tentu saja. Semua itu ku serahkan padamu. Siapapun yang kau pilih, aku yakin kau sudah memikirkannya dengan baik," jawab Glen dengan mata yang bersinar penuh keyakinan. Fic mengangguk mantap, memperkuat pernyataannya.Mereka kembali ke kamar masing-masing setelah obrolan itu selesai. Langkah mereka terasa lebih ringan, seolah sebuah keputusan besar telah berhasil dilewati bersama. Di balik pintu kamar, Fic tersenyum tipis, merasa yakin akan kebijaksanaan pilihan yang telah dipertimbangkan matang-matang.Malam mulai menggantikan siang. Fic melangkah perlahan, merangkak ke atas ranjang mengikuti Ellena yang sudah lebih dulu berbaring. Mata Fic tak henti memandangi wajah Ellena, tersenyum padanya dengan penuh kebahagiaan. Sejenak Fic merasa puas, menikmati momen itu. Setelah itu, p

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 268. Fic, Pria Multitalenta.

    "Ellena, ayo kemari, Nak." ajak Daniah ramah. Glen juga menoleh ke arah Fic dengan tatapan yang sama hangatnya, "Ayo Fic, ajak istrimu makan bersama kami."Fic mengangguk, menarik kursi untuk Ellena dan kemudian duduk di sebelahnya. Meskipun bukan pertama kalinya dia berada dalam situasi ini, bahkan seringkali dia makan bersama mereka di masa lalu, namun suasana kali ini terasa berbeda. Fic merasa canggung, jantungnya berdebar kencang. Dahulu, dia hanya duduk di sini sebagai kepala pelayan yang setia. Namun sekarang, perannya telah berganti. Menjadi seorang menantu keluarga ini.Dua orang di hadapannya adalah sosok yang ia segani dan hormati selama ini, tuan dan nyonyanya. Dan tak disangka, kini mereka telah menjadi mertuanya. Fic menelan ludah, mencoba menyembunyikan kegugupan yang menjalar di seluruh tubuhnya.Daniah bergerak mengambil piring untuk Glen dan dirinya, lalu mengayunkan tangan ke arah piring Ellena dan Fic. Namun, tiba-tiba Fic menahan tangan Daniah. "Nyonya, biar saya

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 267. Mau panggil apa coba?

    Lebih dari dua minggu sudah, Fic dan Ellena tinggal di villa puncak ini. Dan Pagi ini, Fic terlihat sibuk berkemas. Ellena duduk di samping tempat tidur dengan wajah murung dan bahunya yang terkulai. Semalam, Fic mencoba meyakinkan Ellena untuk pulang, bukan karena ia tidak ingin memenuhi keinginan Ellena untuk berlama-lama di sini, melainkan karena kekhawatiran terhadap rumah yang ditinggalkannya. Fic tak bisa menepis rasa cemas, terutama tentang kesepian yang pasti dirasakan Daniah tanpa Ellena sang putri.Setelah berbagai usaha Fic untuk merasuk, akhirnya Ellena mau pulang dengan imbalan janji berbulan madu ke Kampung halaman Ilham. Walaupun tampak masih belum sepenuhnya ikhlas, Ellena bertanya, "Jadi, setelah ini kita akan pergi ke Lampung, ya Fic?"Fic hanya mengangguk sambil mencium pucuk kepala Ellena, mengekspresikan rasa sayangnya padanya. Mereka berdua duduk di belakang mobil yang melaju perlahan meninggalkan Villa Puncak, tempat yang menyimpan begitu banyak kenangan manis

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 266. Niat curang Fic.

    "Dasar sialan! Arg..!" bentak Keyan kesal, lalu meninju lengan Kimmy dan Khale bergantian. Tapi, perlahan ia ikut tertawa juga. Mereka masih terdengar tertawa bahagia, saling bercanda, sampai melangkah ke kamar masing-masing. "Besok, aku tidak mau lagi satu mobil dengan kalian! Mulai besok, kita akan membawa mobil masing-masing!" seru Keyan, wajahnya merah padam, sebelum menutup pintu kamarnya dengan keras.Sementara di sisi lain.Menuju Villa Puncak,Fic dengan lembut menuntun Ellena, melewati batu-batu hitam kecil yang tersusun apik di jalan setapak. Mereka berada di taman, tepat di luar Villa Puncak. Fic mengajak Ellena menuju bangku khusus yang lengkap dengan meja bundar berisi buah-buahan segar dan minuman yang menggoda. Fic mempersilahkan Ellena duduk, layaknya mempersilahkan seorang putri kerajaan. "Silahkan Tuan Putri," ucapnya sambil membungkukkan tubuh.Ellena tergelak dan menutup mulutnya dengan tangan. Ia duduk dan melihat sekitarnya, merasakan keindahan sore itu. "Ah Fic

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 265. Keyan Merana

    Saat ini di kediaman Ken, Khale dan Kimmy melangkahkan kaki mereka ke dalam rumah dengan langkah gontai. Keyan menyusul dari belakang, tetapi mulutnya tak berhenti mengomel, mengumpat dua kakaknya yang sama sekali tidak menggubrisnya. Ketiga pemuda itu menghempaskan bokong mereka ke sofa dengan kasar, tak peduli dengan tas yang belum mereka taruh. "Aku kesal!! Hari ini aku kesal dengan kalian berdua!" ujar Keyan kesal sambil menunjuk kedua kakaknya."Apa sih anak ini?" balas Khale sambil melotot."Tau tuh!" Kimmy ikut melotot dengan wajah tidak senang.Keyan sudah berdiri, marah, dan menggerakkan tangannya hendak memukul kepala Kimmy, namun ditangkap oleh Kimmy. "Haha.. Keyan rupanya iri kepada kita, Khal. Dia tidak bisa mendekati wanita incarannya, berbeda dengan kita." ejek Kimmy sambil melepaskan tangannya dari Keyan. Khale hanya menanggapi dengan senyuman sinis, menambah rasa kesal Keyan semakin mendalam."Siapa bilang iri? Aku cuma ngerasa tidak dianggap oleh kalian. Kalian s

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 264. Masih bulan madu.

    Mereka baru saja selesai menikmati hidangan makan malam. Fic duduk bersandar di sofa sambil menggelar lengannya ke arah Ellena yang duduk didepannya tanpa jarak. Ellena menyandarkan punggungnya di dada Fic yang hangat. Kedua tangan Fic membelai perut Ellena seolah memberikan rasa nyaman pada istrinya ini, sementara lehernya dielusnya dengan lembut. "Fic, kenapa saat yang tadi itu kamu mendadak menjadi cerewet sih?" Ellena bertanya dengan nada iseng, sambil tangannya asyik mengutak-atik ponselnya.Fic tersenyum kecil. "Siapa yang cerewet? Aku?" dia menanggapi dengan nada bercanda."Padahal kamu sedang kesulitan bernafas, aku hanya peduli dan mencoba mengetahui penyebabnya." Jawab Ellena."Susah bernafas? Memang kenapa, ya? Apa aku menekan tubuhmu terlalu keras? Sepertinya tidak." Fic berkata sambil melanjutkan elusan lembutnya di leher Ellena, tangannya kadang bergerak meraba-raba sekilas membuat Ellena menggelinjang. "Ya... aku tidak tahu. Rasanya sesak saja," jawab Ellena, sambil ter

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 263. Bulan madu versi Ellena.

    Fic melucuti pakaian Ellena. Sekali lagi mengamati tubuh indah itu sambil tangannya bergerak aktif. Menyentuh semua itu tanpa terlewat.Fic menyisir setiap bagian tubuh Ellena dengan bibirnya. Hingga sampai pada Area sensitif. Fic merenggangkan kedua paha Ellena. Dan memposisikan wajahnya. Ellena menggeliat bak cacing kepanasan karena ulah Fic. Meremas kuat rambut Fic hingga berantakan."Fic, berhenti." nafasnya tersengal sengal.Fic mendongak, menatap wajah Ellena yang sudah memerah. Fic tersenyum, menyambar bibir itu. Hanya sebentar, lagi lagi turun perlahan dan kembali lagi ke area sensitif.Ellena menegang, Fic belum berhenti. Masih berada disitu. Fic benar benar ingin membuat Ellena menggelinjang tak karuan. Hingga Ellena menggoyahkan tubuhnya tanda tak sanggup lagi."Ah, Fic. Berhentilah. Ku mohon." Mendorong kepala Fic.Fic akhirnya berhenti , memandangi tubuh yang terus menggeliat itu."Fic. Kamu menyiksaku!"Fic hanya tersenyum, kembali menyerang wajah leher dan dada Ellena,

DMCA.com Protection Status