Bab 26Sembari berkata seperti itu Airin langsung meletakkan kedua tangannya di pundak Dirga lalu memijatnya dengan lembut membuat laki-laki itu merasa nyaman. "Aku akan bawa kamu ke tempat yang lebih nyaman lagi, aku tahu kamu menginginkan ini.".Pria itu tidak menjawab sebaliknya dia memejamkan mata memilih untuk menikmati pijatan lembut dari Airin. Airin semakin merasa tergoda dia merasa kalau dirinya di atas angin , wanita itu pun kian berani, dia mulai meraba-raba tubuh Dirga memijat dengan lembut dan dengan sengaja mendekatkan area dadanya dan ketika pria itu semakin terlena maka Airin pun dengan berani mendekatkan bibirnya ke bibir Dirga lalu kemudian menyatukannya..Tiba-tibaBrugDirga mendorong tubuh Airin dengan kuat sehingga tubuh itu terjatuh dan membentur lantai."Argh."gadis itu berteriak saat punggungnya membentur lantai yang keras."Dasar j*l*Ng tak tahu diri, apa pantas seorang wanita lajang menggoda suami orang seperti ini hah!"Dirga meletakkan tangan di pinggang
"Kalau mau berbuat sesuatu itu harus percaya kalau kamu setengah-setengah antara percaya dan nggak percaya itu tidak akan pernah terwujud. Mantapkan hati kamu kalau kamu memang ingin menaklukkan lelaki itu kalau kamu masih ragu dengan kekuatanku lebih baik nggak usah kamu bisa pergi sekarang juga dari sini!"Airin terkejut, dia tidak menyangka kalau dukun itu bisa membaca isi hatinya."Maaf Mbak bukan begitu maksud saya."Setelah selesai dari rumah dukun itu Airin pun pulang ditemani oleh Melly. "Kamu harus ingat kata-kata dukun itu kalau kamu nggak yakin lebih nggak usah kamu lakukan kalau kamu mau melakukannya berarti kamu harus yakin."Airin menggangguk apapun yang terjadi dia harus melakukannya lagi pula dia sudah mengeluarkan uang sebanyak itu tentunya dia tidak mau rugi, Dirga harus dia taklukan.Malam harinya seperti yang dikatakan dukun tadi Airin pun mandi kembang 7 rupa merapal mantra lalu kemudian menyebut nama Dirga tiga kali, Dia sangat yakin dengan begitu dia akan bisa
"Aida mau ikut Om nggak ke Singapura, di sana nanti ada patung singanya, gede lagi,"kata Dave yang saat itu sedang duduk di sofa menghadap laptop. Sementara Aida saat itu sedang belajar. Terkadang jika melihat Dave dengan Aida yang begitu dekat aku merasa senang, sejak kecil merindukan kasih sayang papanya kini seperti terobati. Terkadang aku juga berfikir apakah pantas Aku tinggal di sini sementara aku dengan Dave tidak ada ikatan. Bahkan, sampai saat ini aku masih sah menjadi istri dari Mas Dirga. Dia belum memberikan surat talak kepadaku. Jadi artinya aku masih menjadi istri orang. Beberapa kali aku minta izin kepada Dave untuk pulang sekedar memberi penjelasan atau sekedar minta penjelasan tentang hubungan kami. Tapi, dia selalu tidak mengizinkan aku pergi. "Mau Om, mau banget. Soalnya dulu sama papa Aida nggak pernah diajak jalan, jangankan pergi ke luar negeri, pergi ke taman mini aja nggak pernah,"jawab anakku itu polos membuat Dave seketika meletakkan laptop lalu mengelus kep
Maksudmu apa? Aku sama Mas Dirga itu masih sah menjadi suami istri karena kami belum bercerai,"jawabku karena memang begitulah kenyataannya aku dengan mas Dirga belum resmi bercerai. "Kamu sudah keluar rumah genap 3 bulan berarti ada alasan untuk Dirga menggugat kamu,"jawab Dave enteng soalnya tidak ada beban sama sekali.Tiba-tiba saat aku berdebat dengan Deva pembantu Deva datang."Ada apa?"tanya pria itu yang berubah tegas apabila menghadapi pembantunya. Bibir yang tadi tersenyum manis kepadaku kini terlihat serius. "Ini Tuan ada surat."Pembantu itu menyerahkan amplop kepada Dev sempat Dave menerima sambil meliriku."Ada apa?"Pria itu menyerahkan surat itu kepadaku dan betapa kagetnya aku saat melihat isi surat itu karena surat itu ternyata...Aku menatap Dave tidak percaya dengan apa yang aku baca. Bagaimana mungkin surat ini bisa datang kepadaku. Padahal selama ini aku tidak pernah menggugat Mas Dirga. "Ini surat apa Dave?"tanyaku sambil menatap tajam Dave."Kamu bisa mem
Aku terkejut karena tiba-tiba dia sudah berada di belakangku. "Benarkah Om?" Aida langsung berdiri dan menatap Dave dengan mata yang berbinar bahagia. Tampak sekali anakku itu gembira dengan apa yang di Dave ucapkan. Sementara Dave menunduk lalu kemudian mensejajarkan tubuh dengan Aida."Tentu saja benar sayang. Om kan sudah bilang, Om akan menyayangi kamu Karena Om akan menggantikan peran ayah kamu. Jika ayah kamu tidak pernah menyayangi kamu maka Om akan menyayangi kamu dengan sepenuh hati apa yang tidak dapat dari ayah kamu Om akan memberikannya," ucap Dave dengan suara yang lembut lalu kemudian membelai rambut Aida dengan lembut dan penuh kasih."Serius. Om janji?" Aida menunjukkan jari kelingkingnya lalu Dave pun melakukan hal yang sama sehingga kedua jari itu pun saling berpaut."Janji. Mulai saat ini Om akan melindungi kamu dan juga ibu kamu. Takkan membiarkan satu orang pun menyakiti kalian,"ucap Dev yang membuat Aida berteriak riang."Sekarang kamu pergi ke kamar dulu karena
Jangan bilang kamu merusakkan hp-ku. Aku baru saja membelinya,"jawabku kesal."Bahkan aku bisa menggantinya 10 kali lipat dari itu."Aku menarik nafas dalam rasanya aku tidak suka dengan laki-laki itu yang selalu saja memaksakan kehendaknya padaku. "Sebenarnya apa mau kamu Dave? Kenapa kamu mengurung aku di sini? Memang selama ini pintu rumahmu selalu terbuka untukku tapi setiap kali aku ingin keluar dari rumah ini kamu selalu mengejarku.""Aku ingin menyelamatkan kamu. Aku tidak rela laki-laki itu menyakiti hati kamu." Dave menatapku lekat lalu kemudian mendekat padaku,"lupakan masa lalu , kita mulai dari sekarang. Kita bisa menikah dan bisa memulai hidup baru. Aku akan membesarkan Aida seperti membesarkan anakku sendiri.""Kamu pikirkan segampang itu? Aku sudah baikan dengan papaku. Papaku tidak akan membiarkan kamu mendekati aku. Bahkan mungkin sebentar lagi pun Papaku pasti akan menemukan aku," jawabku. Namun, Dave bukannya gentar malah tersenyum."Mungkin beberapa tahun yang lal
ya, tadi karena susah membujuk anakku aku pun terpaksa berbohong dengan mengatakan bahwa kami akan pergi menjemput Dave di Bandara.Aku diam otaku segera berpikir untuk mencari alasan," tadi Om menelpon katanya dia tidak jadi pulang hari ini. Jadi Dia menyuruh kita untuk jalan-jalan,"ucapku cari alasan."Kalau begitu Aida pulang aja Aida nggak mau ikut ibu." Aida mulai merajuk dia sepertinya tahu kalau aku membohonginya. "Sayang, kita akan bersenang-senang. Besok baru kita ketemu sama Om ."Aku berusaha membujuk, bagaimanapun akan sangat susah Kalau anakku merajuk. "Kalau begitu Aida pengen ngomong sama Om."Aku diam, bagaimana ini? Sedangkan aku tidak mungkin menelpon Dave. Akhirnya aku punya akal. "Sayang, sepertinya Om sibuk," ucapku setelah pura-pura menelpon nomor Dave."Sini biar Aida yang telepon."'Aduh, mati aku kalau Aida telepon bisa bisa daftar Kalau kami mau kabur,' batinku."Ibu cepetan berikan hp-nya."Aida merebut ponselku dengan paksa dan aku tidak bisa mencegahnya
Aku merasakan sebuah tangan kekar merangkulku dari belakang dan setelah itu dia mendekap mulutku. Aku berusaha meronta. Tapi, semakin lama aku semakin merasa lemas dan tak bertenaga, setelah itu semua menjadi gelap.________Suasana sangat sunyi, yang terdengar hanyalah suara jangkrik yang berbunyi di luar. Kepalaku terasa pusing dan berdenyut mataku juga terasa berat Tapi aku berusaha membukanya. "Ini dimana?" gumamku. Aku berusaha menggerakkan tanganku yang terasa pegal tapi tidak bisa hingga aku sadar ternyata tanganku telah diikat Begitu juga dengan kakiku. Perlahan aku mulai mengingat-ingat kejadian apa yang menimpa diriku. Kepala belakangku terasa pusing dan pegal aku sendiri bingung apa mungkin kepalaku terkena pukulan benda tumpul hingga rasanya sungguh sakit Tapi kalau aku mengingat kembali sepertinya tadi tidak ada adegan itu. Aku ingat aku kabur dari rumah Dave lalu kemudian menginap di hotel dan setelah itu kami pergi ke pasar malam."Aida, kemana Aida," ucapku saatnya