Diana berdiri gugup di dalam kamarnya, sekarang hanya ia dan Era yang berada di dalam kamar ini. Era baru saja selesai meriasnya. Kini Diana tampak sangat cantik dengan gaun abu-abu dan sebuah mahkota di atas kepalanya. "Aku gugup sekali." Tidak hanya gugup, Diana juga merasa gundah. Takut jika nantinya acara ini tidak berjalan lancar karena bisa saja dirinya melakukan kesalahan.
Era yang memahami kegundahan hati Diana mendekati sahabatnya itu, ia menepuk pelan bahu Diana. "Tidak ada yang perlu dicemaskan, ini pasti akan berjalan dengan lancar." Acara ini diadakan pada malam hari, para tamu telah banyak berdatangan. Beberapa penduduk juga ada yang datang dan hal itu membuat Diana semakin gugup.
"Terima kasih, Era." Diana menghela nafas kemudian membuangnya perlahan, kedua tangannya yang dibalut sarung tangan memegangi dadanya agar rasa cemas dan gugup ini hilang.
Era melebarkan senyumnya. Era sendiri juga tidak kalah cantik, ia memakai sebuah gaun hijau hingga E
Tidak terasa kandungan Diana semakin membesar, tapi itu juga membuat Diana kesulitan untuk melakukan beberapa hal. Perut Diana sangat besar, hingga Diana khawatir perutnya nakan meledak. Pemikiran konyol memang, tapi itulah yang Diana pikirkan mengingat usia kandungannya."Ugh." Diana bergerak gelisah dalam tidurnya, perutnya yang membuncit itu membuat dirinya kesulitan untuk mencari posisi nyaman untuk tidur. Diana hanya bisa tidur dengan posisi miring yang membuatnya pegal. Diana membuka matanya. "Ya, ampun sekarang aku bahkan lapar."Diana melihat Dedrick yang tertidur di sampingnya, hanya berselang beberapa detik kemudian Dedrick juga membuka matanya. Dedrick turut duduk. "Ada apa Diana? Apakah kau merasa tidak nyaman lagi?" Dedrick mengusap perut Diana yang membuncit itu. Akhir-akhir ini Diana sering mengeluh padanya perihal posisi tidurnya yang tidak nyaman, Dedrick kasihan dengan Diana yang tidak bisa tidur dengan tenang.Diana mengangguk. "Ya, tidak nyam
"Kalian memang sialan!" Gadis itu berteriak, melepaskan segala bebannya. Dadanya naik turun begitu ia berteriak sekuat tenaga di tepi jurang ini, ia menatap ke bawah melihat dasar jurang yang tetap saja gelap meski sudah diterangi oleh cahaya bulan purnama."Kenapa, kenapa kalian meninggalkanku dengan kondisi seperti ini?!" teriaknya lagi. Ia mendongkak menatap bulan yang bersinar sangat terang dengan indahnya, tidak seperti hatinya yang gelap gulita.Gadis itu kembali menarik nafas. "Seharusnya kalian tidak mati dengan tumpukan hutang, kalau mau mati jangan merepotkan orang yang masih hidup, dasar orang tua sialan." Perlahan air mata gadis itu mengalir di pipinya, ia merasa sangat sial. Setiap hari ia tidak tenang karena terus dikejar oleh penagih hutang.Dua bulan yang lalu orang tuanya meninggal karena kecelakaan, Diana tidak sedih akan hal itu. Orang tuanya bukan orang tua yang baik, ayahnya pecandu alkohol dan ibunya seorang pe
Segerombolan serigala berlari cepat melintasi hutan, setiap langkahnya meninggalkan jejak di tanah. Satu serigala berlari paling depan, fisiknya yang dua kali lebih besar menunjukkan jika ia adalah pemimpin kawanan itu. Tubuhnya berwarna hitam, kontras dengan serigala abu-abu di belakangnya.Lari serigala itu semakin cepat, apalagi sesuatu yang mereka kejar terlihat mulai melambat, tidak sulit menemukan apa yang mereka kejar karena sosok itu terus meninggalkan jejak berupa noda darah di tanah hutan yang lembab ini.Brak.Sesuatu yang mereka kejar akhirnya roboh juga, sang pemimpin kawanan serigala itu maju lebih dulu. Untuk melihat sesuatu yang telah mengganggu kenyamanannya itu."Argh." Sosok itu merintih, tubuhnya seperti manusia tapi bukan manusia mengigat ia memiliki taring di mulutnya dan cakar yang tajam. Ditambah dengan kepalanya yang terlihat seperti kepala serigala.AuuuSa
Lagi-lagi ketika Diana bangun, ia mendapati tubuhnya terasa lemas. Selain itu, ia juga merasakan sakit pada punggungnya, seperti tertimpa sesuatu yang sangat berat. Diana membuka matanya perlahan, manik abu-abunya memindai keadaan sekitar. Sepi.Hanya dengan memperhatikan dinding di depannya Diana tahu jika ia dalam posisi duduk, ia dapat merasakan pinggulnya sedikit pegal dengan punggung yang terasa sakit setiap bersentuhan dengan dinding. "Ugh ... Sakit sekali," gumamnya lemah.Diana memperbaiki posisi duduknya agar punggungnya tidak terasa lebih ngilu, rambut pirangnya kusut. Diana mengabaikannya. Ia harus menenangkan rasa sakit ini dulu.SretDiana berhasil memperbaiki posisi duduknya, Diana diam sejenak seperti tengah mencoba mengingat sesuatu. "Astaga!" Spontan saja Diana terlonjak ketika semua ingatannya kembali masuk bersamaan ke dalam otaknya. Seperti air yang ditumpahkan dari dalam ember. Ingatan itu meras
Ketika gadis itu masuk, bau bunga langsung memenuhi ruangan ini. Bau yang membuat Dedrick betah untuk lama-lama menghirupnya. Namun, Dedrick tetap mempertahankan tatapan tajamnya, di mulai ketika gadis berambut pirang kusut itu masuk ke dalam ruangan interogasi ini.Dedrick menatap tajam Diana, gadis itu balas menatapnya, dari sini Dedrick dapat melihat warna mata gadis itu. Abu-abu persis seperti dirinya."Siapa kau?" Dedrick membuka suara. Suara berat dan terdengar sangat jantan.Diana meneguk ludah, bahkan suara pria itu saja sudah membuatnya gugup. Diana menatap pria yang menjemputnya ke ruangan tadi, tapi pria itu hanya menatap lurus ke depan."Diana, namaku Diana."Dedrick mengepalkan tangannya ketika sebuah perasaan aneh menelusup begitu saja ke dalam dadanya. Gadis ini, masih menjadi misteri. Suara gadis itu telah membuat sebuah perasaan aneh mendatanginya ditambah bau bunga yang mengu
Dedrick mengangkat kembali cakarnya, perlahan ia mengayunkannya ke arah Diana yang menutup mata.CrashDedrick terengah-engah, tangannya bergetar. Ditatapnya tembok yang berjejak akibat kukunya yang tajam. Ya, Dedrick baru saja mencakar tembok. Pandangan Dedrick beralih menatap Diana, gadis itu masih menutup mata. Dedrick menggeleng, tidak mengerti akan dirinya sendiri. Ia merasa tidak sanggup membunuh gadis yang mengeluarkan aroma wangi bunga di depannya ini.Diana membuka mata, ia tidak bermimpi. Ia masih hidup. Diana mendongak menatap Dedrick yang juga menatapnya. Dengan posisi seperti ini Diana bisa melihat wajah Dedrick dengan jelas, wajah tampan dengan garis rahang yang tegas.Diana tidak tahu apakah ia harus bersyukur atau tidak, yang pasti sekarang Diana merasa sangat lega. Setidaknya untuk saat ini.Dedrick berjongkok lalu mencengkram dagu Diana. "Kau ... Apa yang kau lakukan kepadaku?" tanyanya tajam, mengabaikannya rasa kejut ketik
"Benar-benar makhluk lemah." Dedrick menggelengkan kepalanya ketika selesai membaca buku yang beberapa jam lalu Adam berikan kepalanya. Buku yang menjelaskan semua tentang manusia. Hari semakin larut, tapi Dedrick tidak juga tidur. Ia masih tenggelam dalam buku yang ia baca.Dedrick nyaris membalik satu halaman lagi jika saja ia tidak mendapatkan mindlink dari Adam yang mengatakan jika ada penyerangan di perbatasan utara Pack. "Bagaimana keadaan di sana?""Gamma Collin tengah berjaga di sana, tapi Rogue di sana lebih banyak. Mereka berhasil mengalahkan beberapa warrior kita." Suara Adam terdengar, menjelaskan situasi yang ia peroleh dari bawahannya.Dedrick mendecih seraya bangkit, kemudian ia berlari keluar dari perpustakaan. "Siapkan pasukan, untuk sementara kirim warrior yang berjaga di bukit ke sana."Ada satu bukit yang terletak tidak jauh dari perbatasan utara Diamond Pack, Dedrick sengaja menyuruh warrior di sana untuk berjaga-jaga seka
Diana mungkin saja terus terlelap jika saja suara geraman beserta dengusan itu tidak masuk ke dalam pendengarannya. Mau tidak mau Diana harus membuka matanya meski ia merasa sangat mengantuk dan lelah."Grhh ...."Spontan saja Diana duduk seraya menjauh dari makhluk di depannya. Diana tidak salah lihat, makhluk di depannya adalah orang sekarat semalam, bedanya orang ini telah sadar, ia memiliki mata berwarna kuning menyala. Seperti serigala. Tidak lupa taring dan kuku yang memanjang.Diana meneguk ludahnya, orang di depannya ini menatapnya bagaikan Diana adalah mangsa yang siap di santap kapan saja. Lagi-lagi Diana merasakan ngeri, bulu kuduknya merinding."A-anu .... Aku, aku." Diana tidak tahu harus berkata apa, lihatlah dirinya sekarang ini. Tidak berdaya. "K-kau sudah sembuh?" Diana menunjuk dada kanan pria itu yang masih terbalut oleh kain yang Diana ikatkan semalam.Pria itu mengikuti arah tunjuk Diana, menyadari jika luka di dadanya diikat.
Tidak terasa kandungan Diana semakin membesar, tapi itu juga membuat Diana kesulitan untuk melakukan beberapa hal. Perut Diana sangat besar, hingga Diana khawatir perutnya nakan meledak. Pemikiran konyol memang, tapi itulah yang Diana pikirkan mengingat usia kandungannya."Ugh." Diana bergerak gelisah dalam tidurnya, perutnya yang membuncit itu membuat dirinya kesulitan untuk mencari posisi nyaman untuk tidur. Diana hanya bisa tidur dengan posisi miring yang membuatnya pegal. Diana membuka matanya. "Ya, ampun sekarang aku bahkan lapar."Diana melihat Dedrick yang tertidur di sampingnya, hanya berselang beberapa detik kemudian Dedrick juga membuka matanya. Dedrick turut duduk. "Ada apa Diana? Apakah kau merasa tidak nyaman lagi?" Dedrick mengusap perut Diana yang membuncit itu. Akhir-akhir ini Diana sering mengeluh padanya perihal posisi tidurnya yang tidak nyaman, Dedrick kasihan dengan Diana yang tidak bisa tidur dengan tenang.Diana mengangguk. "Ya, tidak nyam
Diana berdiri gugup di dalam kamarnya, sekarang hanya ia dan Era yang berada di dalam kamar ini. Era baru saja selesai meriasnya. Kini Diana tampak sangat cantik dengan gaun abu-abu dan sebuah mahkota di atas kepalanya. "Aku gugup sekali." Tidak hanya gugup, Diana juga merasa gundah. Takut jika nantinya acara ini tidak berjalan lancar karena bisa saja dirinya melakukan kesalahan.Era yang memahami kegundahan hati Diana mendekati sahabatnya itu, ia menepuk pelan bahu Diana. "Tidak ada yang perlu dicemaskan, ini pasti akan berjalan dengan lancar." Acara ini diadakan pada malam hari, para tamu telah banyak berdatangan. Beberapa penduduk juga ada yang datang dan hal itu membuat Diana semakin gugup."Terima kasih, Era." Diana menghela nafas kemudian membuangnya perlahan, kedua tangannya yang dibalut sarung tangan memegangi dadanya agar rasa cemas dan gugup ini hilang.Era melebarkan senyumnya. Era sendiri juga tidak kalah cantik, ia memakai sebuah gaun hijau hingga E
Memang butuh waktu beberapa hari untuk Diana agar ia bisa lebih tenang dan melupakan kejadian di mana ia diculik, saat itu pula Dedrick selalu berada di samping Diana. Dedrick selalu menjaga Diana dan selalu ada untuk menenangkan Diana dari mimpi buruknya. Itu berhasil, Diana tidak lagi bermimpi buruk di saat ia tertidur. Dedrick sudah seperti obat penenang untuk Diana.Sekarang Diana dan Era tengah bersantai di bawah pohon favoritnya bersama seekor kelinci dipangkuannya. "Benarkah? Adam melamarmu?" Diana terkejut mendengarnya, ternyata hubungan Adam dan Era menginjak jenjang yang lebih serius. Diana baru mendengarnya karena beberapa hari ini ia jarang bertemu dengan Era, Era sibuk. Barulah sekarang kesempatan bagi mereka untuk bersantai.Era mengangguk antusias. "Ya, kami mungkin akan menikah setelah pernikahan mu dengan Alpha. Tidak mungkin bagi kami lebih dulu menikah bukan?" Era menggoda Diana. Pernikahan Diana dan Dedrick akan segera tiba, besok mereka mulai untuk
"Mengingat Calon Luna sudah mengandung anakmu, sebaiknya kita segera melangsungkan pernikahan dan penobatan Diana untuk jadi Luna. Kita tidak bisa menunda lagi."Tengah malam ini mereka mengadakan rapat, dihadiri oleh para tetua dan beberapa petinggi lainnya dari Pack. Dedrick duduk di kursi paling ujung, kursi yang tentunya khusus untuk dirinya yang seorang Alpha.Dedrick mengusap keningnya. "Kenapa kalian sangat terburu-buru, Diana bahkan belum sembuh dari lukanya." Dedrick tidak tahu apa yang para tetua itu pikirkan. Ayolah, mereka baru saja selesai bertarung melawan Rogue yang Diana baru saja kembali dari insiden penculikannya. Ini bahkan belum sehari."Maaf, Alpha, tapi kita harus segera melangsungkan acara itu. Akan lebih baik jika kau menikahinya di saat ia sedang hamil saat ini. Ketika bayi itu lahir statusnya akan lebih jelas jika ia adalah anak dari seorang Alpha dan Luna." Puerto memberikan sarannya. Ini adalah
Diana senang Dedrick mengikuti kemauannya untuk menguburkan Henry dengan layak, meski Henry adalah notabenenya adalah seorang Rogue yang pernah menyerang Diamond Pack. Diana tidak tahu mengapa orang sebaik Henry bergabung dengan Rogue, tapi Diana tidak mau mencari tahu. Biarlah ini menjadikan misteri.Diana yakin pasti ada alasan untuk itu dan Henry tidak ingin mengatakannya.Pemakaman Henry dilakukan di sekitar reruntuhan itu, warrior Dedrick yang menggali tanah untuk itu. Sekarang Henry sudah berada di sana. Diana berjongkok di hadapan makam Henry, ia menutup matanya dan menyatukan kedua telapak tangannya. "Semoga kau tenang di sana." Dalam hati Diana berdoa.Diana menyentuh gundukan tanah itu, mungkin Diana tidak bisa ke sini lagi mengingat ini adalah wilayah bebas. Tidak semua Werewolf bisa berkeliaran di sini karena Rogue. Beberapa dari mereka ada yang berhasil kabur dan pastinya mereka akan tetap ada disekit
Diana perlahan membuka matanya, sejak tadi ia masih sadar tapi rasa sakit yang ia derita tidak bisa membuatnya membuka mata. Ketika abu-abu itu memandang, Diana menemukan Era yang menatapnya. "Diana, kau membuka matamu." "Diana, minumlah ini. Kau kekurangan minum." Era memberikan Diana sebuah air yang Diana yakin itu adalah obat. Warna air itu agak kemerahan. Diana meminumnya hingga tandas, meski rasanya agak pahit tapi Diana tetap meminumnya. "Era, apakah ia baik-baik saja?" tanya Diana merujuk pada janinnya. Tangan Diana menyentuh perutnya yang sudah tidak sesakit tadi. Era menarik sudut bibirnya. "Tidak apa-apa, kau dan bayinya kuat. Hanya pendarahan sedikit, tapi itu sudah diatasi." Era mengeluarkan kain bersih kemudian mengikatkannya pada kepala Diana yang berdarah. Menutup lukanya. Wajah Diana yang tadinya terkena noda darah juga sudah dibersihkan, Era juga yang melakukannya. Diana lega sekali, tapi ia tiba-tiba saja terpikir dengan Dedrick. Diana memperhatikan sekitarnya, ia
Fulton mengumpat ketika mendapati Diana sudah berada di gendongan Dedrick. "Sialan, kejar mereka!" Fulton bangkit kemudian ikut mengejar Dedrick yang membawa Diana lari masuk ke dalam hutan.Di sisi lain Dedrick berlari dengan cepat, Diana yang berada dalam gendongannya meringis sakit. "Umh, sa-sakit." Mata Diana tertutup rapat, tapi keningnya mengkerut. Dedrick semakin khawatir di tambah dengan Rogue yang mengejarnya di belakang."Akh!" Diana kembali menjerit, tapi kaki ini lebih kencang. Diana memeluk erat perutnya yang terasa sakit luar biasa.Dedrick menatap cemas. "Diana.!" Kemudian Dedrick merasakan sesuatu yang hangat membasahi tangan kanannya, tangan yang menahan pinggul Diana agar tetap berada di posisinya. Mata Dedrick semakin terbelalak ketika mencium bau anyir darah dari Diana. "Diana, bertahan lah."Diana mengalami pendarahan.Jantung Dedrick berdegup kencang, ia semakin ketak
Diana tidak tahu ia mau di bawa ke mana, tapi Fulton terus menariknya dengan kasar. Kepala Diana pusing, bahkan pandangannya sudah berkunang-kunang tapi Fulton tidak mempedulikannya. Mereka berdua tiba di sebuah lapangan, Diana melihat ada banyak Rogue di sini.Fulton kembali menyentak kasar Diana agar mengikutinya ke tengah lapangan, para Rogue di sana memberi mereka jalan dan ketika tiba di tengah lapangan itu Fulton mendorong kasar tubuh Diana ke tanah hingga Diana tersungkur."Akh ....""Diana."Diana pikir ia berhalusinasi, ia mendengar suara yang akhir-akhir ini ia rindukan. Dengan hidung yang masih mengeluarkan darah, Diana mengangkat kepalanya. "Dedrick?" Diana melihat Dedrick yang berada di dalam kepungan para Rogue, sama seperti dirinya.Dedrick balas menatap Diana dengan pandangan nanar, Diana-nya menderita. Ini karena ketidakmampuan dirinya menjaga Diana hingga memb
"Sialan! Ternyata begitu?!"Henry dan Diana menoleh ke arah pintu, di sana Fulton berdiri dengan wajah marahnya. Fulton terlihat sangat menakutkan. Kedua tangannya terkepal dan matanya menatap tajam Diana dan Henry bergantian.Henry yang ada di sana segera pasang badan untuk Diana, ia maju dan membuat Diana berada di belakang tubuhnya, bermaksud melindungi Diana. Ia tidak akan membiarkan Fulton menyentuh Dian lagi. "Kau benar-benar brengsek, Fulton.""Henry, kau ingin mati?" Fulton maju.Henry tidak mengindahkan perkataan Fulton, ia menolehkan kepalanya pada Diana yang berada di belakang tubuhnya. "Diana, kau harus segera melarikan diri. Aku akan melawannya." Henry mengatakannya dengan nada pelan, tapi Diana masih bisa mendengarnya."Henry, tapi-""Diana kau harus menyelamatkan diri, aku tidak tahu apa yang akan Fulton lakukan padamu dan janin mu." Henry tidak tahu apakah