Dedrick mengangkat kembali cakarnya, perlahan ia mengayunkannya ke arah Diana yang menutup mata.
Crash
Dedrick terengah-engah, tangannya bergetar. Ditatapnya tembok yang berjejak akibat kukunya yang tajam. Ya, Dedrick baru saja mencakar tembok. Pandangan Dedrick beralih menatap Diana, gadis itu masih menutup mata. Dedrick menggeleng, tidak mengerti akan dirinya sendiri. Ia merasa tidak sanggup membunuh gadis yang mengeluarkan aroma wangi bunga di depannya ini.
Diana membuka mata, ia tidak bermimpi. Ia masih hidup. Diana mendongak menatap Dedrick yang juga menatapnya. Dengan posisi seperti ini Diana bisa melihat wajah Dedrick dengan jelas, wajah tampan dengan garis rahang yang tegas.
Diana tidak tahu apakah ia harus bersyukur atau tidak, yang pasti sekarang Diana merasa sangat lega. Setidaknya untuk saat ini.
Dedrick berjongkok lalu mencengkram dagu Diana. "Kau ... Apa yang kau lakukan kepadaku?" tanyanya tajam, mengabaikannya rasa kejut ketika kulit mereka bersentuhan. Gadis ini seperti menyihirnya, membuat dirinya tidak mampu untuk membunuh gadis yang seharusnya mudah ia remukkan ini.
Air mata Diana turun begitu saja. Diana menggeleng seraya terisak. Astaga, apakah Tuhan sedang bermain-main dengan nyawanya. Membuatnya hampir mati tapi masih memberinya kesempatan untuk hidup. Sudah berulangkali terjadi. "A-aku tidak melakukan apa-apa. Sungguh."
Diana semakin ciut. Ia benar-benar ketakutan sekarang ini, di tambah sekarang ia berurusan bukan dengan manusia.
Dedrick melepaskan kasar pegangannya pada dagu Diana, membuat kepala gadis itu tertoleh ke arah kiri. Dedrick bangkit lalu berbalik badan.
"Adam, kembali kurung dia di penjara." Setelah mengatakan itu Dedrick keluar dari sana.
Adam membuang nafas lega, lalu ia mendekat kepada Diana yang beringsut mundur ketika ia dekati. Gadis itu pasti trauma. Berbeda sekali dengan pertama kali mereka bertemu tadi, gadis itu berani mengajaknya berbicara.
"Ayo." Adam membiarkan Diana bangkit sendiri, gadis itu terlihat tidak mau di sentuh olehnya. Adam bisa maklum.
Mereka berjalan beriringan di lorong yang diterangi oleh cahaya obor yang terpasang di dindingnya. Seperti sebelumnya, perjalanan mereka dihiasi oleh suara jerit dan teriakan kesakitan oleh orang-orang yang berada di dalam penjara itu.
Tidak lama kemudian Diana dan Adam tiba di depan ruangan tempat ia mengurung Diana. Tanpa basa-basi Adam membuka pintu itu dan mempersilahkan Diana untuk masuk.
"Adam," panggil Diana. "Sebenarnya ini di mana?" tanyanya. Diana mendengar pria yang di sebut Alpha itu memanggil pria ini Adam. Jadi, Diana menebak itu adalah namanya.
"Yang pasti ini bukan lagi dunia manusia, kau telah jauh dari duniamu yang seharusnya." Adam menjawab.
Diana menunduk lalu kembali mengangkat wajahnya. Ia menatap Adam yang berdiri di ambang pintu besi itu. " Lalu ... Kalian makhluk apa?" tanya Diana lagi. Walau ia takut, tapi Diana tetap bertanya.
"Kami ... Adalah Werewolf." Setelah mengatakan itu Adam menutup pintu besi itu dan menguncinya. Meninggalkan Diana yang termangu di dalam ruangan itu.
Diana mundur lalu jatuh terduduk di lantai. "Werewolf?" gumamnya tidak percaya. "Lalu, serigala kemarin adalah mereka?" Diana memegang kepalanya yang terasa pusing. Ini adalah hal yang sangat jauh dari logikanya sebagai manusia.
Diana menyandarkan tubuhnya di dinding dan menutup matanya. "Semoga saja ini hanya mimpi buruk." Setelah itu Diana merebahkan tubuhnya, berharap ketika ia bangun nanti ini semua hanyalah mimpi.
Setelah Adam menutup pintu tempat ia mengurung Diana, ia pergi dari sana. Ia harus menemui Alpha-nya.
Ruangan yang Diana tempati adalah ruangan yang paling bagus diantara banyaknya ruangan lain di penjara bawah tanah ini. Adam sendiri yang memilihkannya karena dilihatnya kondisi gadis itu tidak cukup baik.
~~~
Dedrick mengepalkan tangannya, matanya yang sudah berwarna keemasan menatap tajam bayangannya di depan cermin.
"Sial, apa yang telah aku lakukan?" gumamnya.
"Apa lagi? Sudah jelas, kau melepaskannya." Suara di dalam kepalanya menyahut.
Dedrick bungkam, sisi serigalanya benar. Ia baru saja melepaskan gadis itu dari kematiannya. Hal yang tak pernah ia lakukan kepada orang asing yang telah memasuki wilayah teritorialnya. "Hanya saja ... Kenapa aku melakukannya?"
Dedrick dapat mendengar sisi Serigalanya menghela napas gusar. "Aku juga tidak tahu, dia sangat wangi. Itu saja."
"Itu aku juga sudah tahu, David. Aromanya itu seperti menyihir ku, aku jadi tidak yakin jika ia adalah seorang manusia. Apakah ia seorang penyihir?" Dedrick berpikir keras, bisa saja gadis itu adalah penyihir yang berpura-pura menjadi manusia, tapi tatapan gadis itu sangat mengganggunya.
"Penyihir?" David bergumam. "Kau yakin?"
Dedrick bungkam, ia pun tidak yakin.
~~~
"Anda memanggil, saya, Alpha?" Adam menghadap Dedrick ketika Alpha-nya sedang membaca sebuah buku di perpustakaan. Tidak heran, ia tahu jika Alpha-nya itu suka membaca ketika waktu luang.
Dedrick yang semula menunduk menatap buku perlahan mengangkat kepalanya, menatap sang Beta yang berdiri hormat di sampingnya. "Ya, aku membutuhkanmu untuk mencari sebuah buku."
"Buku apa yang ingin Anda cari Alpha?"
Dedrick menghela nafas lalu menutup buku bersampul coklat lusuh yang tadi sempat ia baca. "Sebuah buku yang menceritakan manusia."
Setelah Dedrick mengatakan itu, angin malam berhembus masuk ke dalam perpustakaan melalui jendela yang sengaja Dedrick biarkan terbuka. Untuk sesaat Adam terdiam, tapi akhirnya ia mengerti. Ini pasti berhubungan dengan seorang gadis yang sekarang ini berada di penjara bawah tanah Pack ini. "Baik, Alpha."
"Kau boleh pergi." Adam beranjak dari sana.
Dedrick menatap ke luar jendela, menatap gelapnya malam yang sunyi. Bukan tanpa alasan ia menyuruh Adam untuk mencarikannya buku tentang manusia, ia hanya penasaran. Di perpustakaannya tidak ada buku yang membahas manusia secara menyeluruh. Hanya sejarah manusia dan Werewolf. Itupun tidak lengkap.
"Kau ingin mempelajari manusia itu?." Suara dalam kepalanya Dedrick bergema, membuat Dedrick sadar dari lamunan singkatnya.
"Ya, aku sedikit penasaran." Dedrick menjawab.
"Entah kenapa ... Aku tidak ingin kau membunuhnya. Perasaan seperti itu rasanya tidak nyaman, saat ia melihat kita dengan sorot mata takut itu membuatku ingin pergi saja." Dapat Dedrick dengan suara David yang melemah di akhir kalimatnya.
"Ada apa denganmu?" Dedrick mulai heran dengan sisi serigalanya ini. "Kau aneh sekali."
David terdiam sesaat. "Aku tidak ingin salah satu dari kita menyakitinya. Baik aku maupun kau."
"Sadarlah! Dia manusia. Aku tidak bisa menjamin jika aku tidak akan menyakitinya." Dedrick membentak.
Setelah mengatakan itu, David tidak menjawab hanya diam. Namun, Dedrick dapat merasakan jika sisi serigalanya itu merasa gundah.
~~~
Sebenarnya Adam tidak tahu harus mencari ke mana buku yang ingin Dedrick temukan, mengingat semua buku ada di perpustakaan. Namun, Adam tidak punya pilihan. Satu-satunya tempat yang mungkin adalah gudang, mungkin saja buku yang Dedrick cari dapat ia temukan di sana.
Perlahan Adam mendorong pintu gudang, gudang ini kondisinya tidak terlalu buruk. Di dalaman banyak barang-barang lama yang tidak terpakai. Salah satunya adalah lemari perpustakaan yang telah rusak.
"Mungkin ini," gumam Adam, lalu Adam membuka pintu lemari itu.
Ketika membuka pintu itu, Adam langsung menemukan sebuah buku yang di sampulnya tertulis "человек".
"Benar-benar makhluk lemah." Dedrick menggelengkan kepalanya ketika selesai membaca buku yang beberapa jam lalu Adam berikan kepalanya. Buku yang menjelaskan semua tentang manusia. Hari semakin larut, tapi Dedrick tidak juga tidur. Ia masih tenggelam dalam buku yang ia baca.Dedrick nyaris membalik satu halaman lagi jika saja ia tidak mendapatkan mindlink dari Adam yang mengatakan jika ada penyerangan di perbatasan utara Pack. "Bagaimana keadaan di sana?""Gamma Collin tengah berjaga di sana, tapi Rogue di sana lebih banyak. Mereka berhasil mengalahkan beberapa warrior kita." Suara Adam terdengar, menjelaskan situasi yang ia peroleh dari bawahannya.Dedrick mendecih seraya bangkit, kemudian ia berlari keluar dari perpustakaan. "Siapkan pasukan, untuk sementara kirim warrior yang berjaga di bukit ke sana."Ada satu bukit yang terletak tidak jauh dari perbatasan utara Diamond Pack, Dedrick sengaja menyuruh warrior di sana untuk berjaga-jaga seka
Diana mungkin saja terus terlelap jika saja suara geraman beserta dengusan itu tidak masuk ke dalam pendengarannya. Mau tidak mau Diana harus membuka matanya meski ia merasa sangat mengantuk dan lelah."Grhh ...."Spontan saja Diana duduk seraya menjauh dari makhluk di depannya. Diana tidak salah lihat, makhluk di depannya adalah orang sekarat semalam, bedanya orang ini telah sadar, ia memiliki mata berwarna kuning menyala. Seperti serigala. Tidak lupa taring dan kuku yang memanjang.Diana meneguk ludahnya, orang di depannya ini menatapnya bagaikan Diana adalah mangsa yang siap di santap kapan saja. Lagi-lagi Diana merasakan ngeri, bulu kuduknya merinding."A-anu .... Aku, aku." Diana tidak tahu harus berkata apa, lihatlah dirinya sekarang ini. Tidak berdaya. "K-kau sudah sembuh?" Diana menunjuk dada kanan pria itu yang masih terbalut oleh kain yang Diana ikatkan semalam.Pria itu mengikuti arah tunjuk Diana, menyadari jika luka di dadanya diikat.
Ada setitik rasa mengganjal di hati Dedrick ketika melihat gadis manusia itu duduk bersebelahan dengan Rogue yang semalam mereka tangkap. Mereka terlihat akrab. Cukup aneh. Namun, Dedrick memilih untuk mengabaikannya."Bawa mereka ke luar." Dedrick memberikan perintah kepada dua warrior yang berada di belakangnya, dan warrior itu dengan sigap mematuhi.Diana hanya menatap bingung hingga ia melihat bagaimana Henry di bawa terlebih dahulu. Diana menatap Dedrick, pria itu balas menatapnya dengan tajam. Diana merinding dibuatnya."Sial." Baik Diana, Dedrick, maupun Adam dapat mendengar umpatan dari Henry. Hanya saja Diana tidak tahu yang harus ia lakukan selain berdiri dengan rasa takutnya."Bawa gadis ini juga." Setelah mengatakan itu Dedrick berbalik dan pergi dengan Collin, menuju ruangan selanjutnya. Diam-diam Dedrick mengepalkan tangannya lagi. Semerbak bunga itu sangat mengganggunya."Ikuti aku," kata Adam. Diana tidak menjawab, ia hanya me
Jantung berdebar kuat, peluh dingin menetes, dan nafas yang cepat. Hal itu terjadi pada Diana. Gadis itu menatap warrior yang bersiap akan melawannya. Dengan kecepatan yang dimilikinya warrior itu berlari ke arah Diana seraya bersiap mencakarnya.Dedrick memang bilang warrior Iyo memakai tangan kosong, tapi Diana tidak lupa jika Werewolf itu memiliki cakar yang cukup panjang.Diana menghindar.Dedrick menatap pertandingan itu dengan tatapan tertarik, ia sangat penasaran bagaimana makhluk lemah itu bertahan. "Apa hanya itu yang dapat dilakukan manusia?" gumam Dedrick.Adam yang berada di samping Alpha-nya tidak menjawab. Ia hanya menatap sang Alpha yang memusatkan perhatiannya pada arena duel itu.Entahlah. Batin Adam.Ketika cakar itu diayunkan ke arahnya, Diana lagi-lagi menghindar dengan cara berjongkok. Apa memangnya yang bisa ia lakukan, apakah ia harus menyerang balik? Diana sendiri tidak yakin."Apa kau hanya terus menghindar?"
Diana mengerang karena rasa sakit yang tiba-tiba saja mendera tubuhnya, ia baru saja sadar tapi rasa sakit itu berlomba-lomba menghantam tubuhnya. Sakit sekali hingga Diana tidak mampu membuka matanya.Adam yang sejak tadi berada di dalam ruangan ini menatap Diana cemas karena erangan Diana yang cukup keras, ia yakin manusia perempuan yang terbaring di ranjang itu sangat kesakitan. Apalagi Adam melihat jelas bagaimana Diana melawan warrior tadi."Bagaimana keadaannya?" tanya Adam, tabib yang duduk di sisi ranjang Diana hanya menghela napas."Kondisinya sangat tidak baik, aku juga baru pertama kali menemukan yang seperti ini. Padahal ini hanyalah luka biasa. Werewolf umumnya pasti akan cepat sembuh. Namun, karena ia manusia, pasti ini sangat menyakitkan untuknya."Tabib itu menatap Diana lagi. "Rusuknya juga patah, ini memerlukan proses penyembuhan yang lumayan lama."Adam diam lalu ia membiarkan tabib itu keluar dari sana, pandangan Adama beralih p
Tubuh Diana pulih lebih lama dari pada yang dikira. Selama Diana sakit, Adam lah yang sering menjenguknya. Tidak hanya itu, Adam juga menugaskan seorang pelayan agar membantu Diana selama Diana tidak sanggup untuk bergerak banyak.Diana hanya bisa mengucapkan terima kasih kepada Adam, ia tidak tahu harus membalas seperti apa."Kau sudah sanggup bergerak?"Diana mengangguk, dua minggu terbaring di ranjang telah cukup untuk membuat tubuhnya menjadi sehat, apalagi dengan perawatan dan obat-obatan yang ia dapatkan. Itu sangat membantunya dalam penyembuhan. "Ya, aku merasa lebih baik.""Diana, maaf aku harus mengatakan ini, tapi, kau akan menjadi pelayan di sini. Alpha Dedrick yang memerintahkan." Sungguh, Adam tidak nyaman mengatakan hal ini kepada Diana yang baru saja sembuh, tapi ia tidak bisa melawan perintah Alpha-nya.Diana menggeleng. "Tidak, tidak apa-apa. Lagipula itu tidak masalah, aku tidak bisa jika harus tidur-tiduran di kamar ini." Diana
Diana menghela nafas, ia ditugaskan untuk membersihkan kolam yang saat ini terdapat dedaunan di dalamnya. Cuaca panas sekali hingga rasanya Diana ingin berenang saja ke dalam kolam ini, namun ia urungkan karena ia tidak ingin mendapatkan amarah dari sang Alpha. Memikirkannya saja membuat Diana merinding."Ya, ampun. Ini panas sekali." Kolam yang Diana bersihkan cukup besar, kolam itu mungkin memiliki panjang 10 meter lebih, dan ia harus membersihkannya dengan panas-panasan. Peluh telah mengucur, tapi tidak ada satupun pelayan lain yang membantunya. Ah, Diana ingat jika ia hanyalah manusia rendahan di mata mereka."Sulit sekali," jaring yang disambungkan dengan kayu yang Diana pakai untuk membersihkan kolam itu ternyata tidak terlalu panjang, tidak mampu menjangkau kotoran yang terapung di tengah kolam. "Apakah aku harus berenang saja?"Diana tidak tahu apa fungsi kolam di depannya ini, kolam ini cukup kotor dengan air yang agak keruh. Diana pikir ia harus mengga
"Belahan jiwa?"Puerto mengangguk. "Ya, ratusan tahun terakhir tidak pernah ada Werewolf yang memiliki soulmate. Jadi para Werewolf hanya percaya jika itu hanyalah mitos belaka."Dedrick mengebrak meja. "Jadi, maksud kalian manusia rendahan itu adalah belahan jiwaku?" Dedrick tidak bisa menerima omong kosong dari para tetua yang duduk tenang di hadapannya ini."Tidak, aku tidak berkata demikian. Hanya saja salah satu tandanya ada pada dirimu. Kau mencium bau yang memikat dari dirinya bukan? Dan itu hanya kau yang bisa mencium aroma itu. Selain itu kau juga merasakan kejutan aneh saat bersentuhan dengannya." Vincent akhirnya bersuara setelah tadi ia diam.Semua kembali diam, Adam yang mendengar itu juga terpaku. Apa maksudnya ini? Apa benar jika gadis itu adalah belahan jiwa sang Alpha. Padahal Adam telah merasakan ketertarikan pada gadis itu. Diana, Adam tidak munafik jika ia mulai menyukainya.