Ketika gadis itu masuk, bau bunga langsung memenuhi ruangan ini. Bau yang membuat Dedrick betah untuk lama-lama menghirupnya. Namun, Dedrick tetap mempertahankan tatapan tajamnya, di mulai ketika gadis berambut pirang kusut itu masuk ke dalam ruangan interogasi ini.
Dedrick menatap tajam Diana, gadis itu balas menatapnya, dari sini Dedrick dapat melihat warna mata gadis itu. Abu-abu persis seperti dirinya.
"Siapa kau?" Dedrick membuka suara. Suara berat dan terdengar sangat jantan.
Diana meneguk ludah, bahkan suara pria itu saja sudah membuatnya gugup. Diana menatap pria yang menjemputnya ke ruangan tadi, tapi pria itu hanya menatap lurus ke depan.
"Diana, namaku Diana."
Dedrick mengepalkan tangannya ketika sebuah perasaan aneh menelusup begitu saja ke dalam dadanya. Gadis ini, masih menjadi misteri. Suara gadis itu telah membuat sebuah perasaan aneh mendatanginya ditambah bau bunga yang menguar setiap gadis itu membuka mulut.
"Anda tidak apa-apa? Alpha?" tanya Adam ketika melihat Dedrick menunduk seraya mengepalkan tangannya di atas meja. Adam juga dapat mendengar geraman pelan dari Alpha-nya itu.
Dedrick menggeleng. "Tidak, tidak apa-apa." Dedrick mengangkat wajahnya lalu kembali menatap Diana.
"Dari mana kau berasal?" tanya Dedrick lagi setelah menguasai dirinya. "Bagaimana kau bisa berada di sini?"
"Ah, itu aku berasal dari kota. Semalam aku em ... Mencoba bunuh diri dengan melompati jurang, tapi aku tidak tahu kenapa aku bisa di sini. Bahkan masih hidup." Diana menunduk saat mengatakannya, ini sangat memalukan.
Bunuh diri? Entah kenapa kata-kata yang dilontarkan Diana membuat Dedrick merasa sangat sesak. Gadis itu berniat mengakhiri hidupnya.
"Dari Pack mana kau berasal?" Mengabaikan rasa sesak di dadanya, Dedrick lanjut bertanya.
Diana menggaruk kepalanya. "Pack?" Diana menatap Adam dan Dedrick bergantian. "Apa itu Pack?" Diana tidak mengerti kemana arah pembicaraan mereka sekarang.
"Jangan main-main! Jawab pertanyaan ku jika kau ingin hidup." Diana terlonjak kaget, tiba-tiba saja suara Dedrick naik dan membentak dirinya. Nyaris saja Diana terjungkal dibuatnya. Suara Dedrick sangat keras.
Diana menatap Dedrick. "Aku berkata jujur! Sekarang aku yang balik bertanya, di mana aku sebenarnya?" Ini adalah hal yang sejak tadi ingin Diana ketahui, tentang di mana ia sekarang. Mungkin Diana terdengar lancang, tapi sungguh Diana ingin mengakhiri ini dan kembali. Masalah hutang orang tuanya mungkin ia pikirkan nanti atau ia mencari tempat lain saja. Selain rumahnya dulu dan tempat ini tentunya.
Dedrick mengusap wajahnya. "Kau tidak tahu di mana kau sekarang?" Dedrick menatap raut wajah gadis itu, dari wajahnya gadis itu memang terlihat tidak tahu.
Diana mengangguk. "Ya, mana aku tahu. Aku melompati jurang yang sangat dalam sekali dan tiba-tiba aku sudah berada di hutan itu. Ah, aku juga ingat aku melihat banyak serigala di sana. Astaga, untung saja mereka tidak memakan tubuhku, daging manusia seperti diriku sangat tidak enak." Diana terus berceloteh tanpa menatap ekpresi Dedrick dan Adam yang terlihat sangat terkejut.
"Apa? Kau seorang manusia?" desis Dedrick. Adam yang berdiri di sana membelalak tidak percaya. Di depannya kini ada seorang manusia.
Diana mengernyitkan dahinya. "Tentu saja aku manusia, memangnya apa lagi? Kau sendiri memangnya bukan manusia?" Sungguh Diana heran sekali melihat reaksi dua orang di depannya. Rencananya Diana akan menjawab pertanyaan mereka dengan jujur dan benar dengan harapan mereka akan melepaskannya, tapi Diana tidak menyangka jika ia terjebak pertanyaan konyol tentang manusia atau tidak dirinya.
Dedrick menatap Diana, di depannya ini adalah seorang manusia. Ini pertama kalinya ia bertemu dengan manusia. Dedrick pernah mendengar dan membaca jika ada makhluk hidup yang bernama manusia, manusia dulunya hidup berdampingan dengan Werewolf. Namun, karena suatu alasan mereka dipisah.
Dari cerita neneknya, manusia adalah makhluk lemah dan serakah. Mereka suka merusak alam. Karena itulah Werewolf dan Manusia tidak lagi berhubungan. Sekarang bagi manusia, Werewolf hanyalah mitos dan bagi Werewolf manusia tidak lebih dari makhluk lemah. Manusia dan Werewolf tidak pernah berinteraksi sejak beberapa ratus tahun terakhir.
Dedrick bangkit dari duduknya lalu berjalan mendekat ke arah Diana. Perlahan kukunya memanjang, siap untuk merobek sesuatu. "Manusia harus di bunuh." Mata Dedrick berkilat dingin saat mengatakannya.
Sudah menjadi aturan, manusia dilarang berada di dunia Werewolf dan Werewolf dilarang berada di dunia manusia. Mereka tidak seharusnya berada di tempat yang salah. Jika ada yang melanggar maka orang itu harus dihukum mati. Walau hukuman mati itu berlaku di dunia Werewolf, tidak tahu jika di dunia manusia seperti apa.
Deg
"Huh?" Diana sangat terkejut melihat kuku Dedrick yang panjang seperti cakar. "I-itu ...." Diana menunjuk cakar milik Dedrick itu dengan pandangan ngeri. Ada apa ini sebenarnya? Kenapa pria itu memiliki kuku panjang seperti cakar yang tajam? Semua pertanyaan itu berputar-putar di kepala Diana.
Dedrick semakin dekat, hal itu membuat aura pembunuh semakin terasa nyata bagi Diana. Perlahan Diana beringsut mundur, hingga ia terjungkal bersamaan dengan kursi itu. Pria di depannya ini membuat dirinya takut. Sangat takut.
Brak
"Kau tahu? Tempat ini terlarang bagi manusia." Dedrick tiba di hadapan Diana. Ia menatap Diana remeh, manusia memang lemah.
Diana terus mundur hingga tubuhnya menabrak tembok, Diana menoleh kepada orang yang menjemputnya tadi, berharap orang itu membantunya. Mengingat pria itu lumayan bersikap baik terhadapnya. Namun, Adam hanya diam.
Memangnya apa yang bisa Adam lakukan? Seorang manusia berada di dunia mereka. Padahal dunia mereka telah dipisahkan oleh sebuah portal. Portal yang sangat kuat. Adam hanya bisa menerima keputusan Alpha-nya meski ia merasa kasihan kepada gadis yang tidak tahu apa-apa itu. Adam membuang muka saat Diana menatapnya.
"Dan karena seorang manusia telah berada di sini, aku harus harus melenyapkannya." Dedrick mengangkat tinggi-tinggi tangannya lalu mengayunkannya ke arah Diana, di saat yang bersamaan Diana menghindar menyebabkan lengannya terluka dan mengucurkan darah segar. Setidaknya cakar milik Dedrick tidak menebas leher gadis bermata abu-abu itu.
"Argh ...." Diana memegangi lengannya yang terluka. Pria di depannya ini memang bukan manusia, tidak ada manusia yang bisa memperpanjang cakarnya dalam waktu singkat seperti itu.
"Cih. Percuma kau menghindar. Kau akan mati hari ini." Dedrick menyeringai. Tidak percaya jika ia diberi kesempatan untuk membunuh makhluk bernama manusia lemah di depannya ini. Mendiang orangtuanya pasti sangat bangga.
Perlahan Dedrick mengangkat cakarnya, meski bau bunga itu semakin tersebar itu tidak menghalangi niatnya untuk membunuh gadis yang meringkuk ketakutan di depannya ini. Ia akan membunuh gadis ini sekarang juga.
Diana menatap cakar itu lagi, sepertinya kematiannya hanya di tunda. Ia mati di bunuh, bukan bunuh diri. Perlahan Diana menutup matanya, mungkin ini adalah ajalnya. Diana menarik nafas, rasa sakit di lengannya semakin menjadi.
Lagi-lagi Diana pasrah ketika maut benar-benar menghampirinya. Tidak ada yang bisa ia lakukan.
Crash
Dedrick mengangkat kembali cakarnya, perlahan ia mengayunkannya ke arah Diana yang menutup mata.CrashDedrick terengah-engah, tangannya bergetar. Ditatapnya tembok yang berjejak akibat kukunya yang tajam. Ya, Dedrick baru saja mencakar tembok. Pandangan Dedrick beralih menatap Diana, gadis itu masih menutup mata. Dedrick menggeleng, tidak mengerti akan dirinya sendiri. Ia merasa tidak sanggup membunuh gadis yang mengeluarkan aroma wangi bunga di depannya ini.Diana membuka mata, ia tidak bermimpi. Ia masih hidup. Diana mendongak menatap Dedrick yang juga menatapnya. Dengan posisi seperti ini Diana bisa melihat wajah Dedrick dengan jelas, wajah tampan dengan garis rahang yang tegas.Diana tidak tahu apakah ia harus bersyukur atau tidak, yang pasti sekarang Diana merasa sangat lega. Setidaknya untuk saat ini.Dedrick berjongkok lalu mencengkram dagu Diana. "Kau ... Apa yang kau lakukan kepadaku?" tanyanya tajam, mengabaikannya rasa kejut ketik
"Benar-benar makhluk lemah." Dedrick menggelengkan kepalanya ketika selesai membaca buku yang beberapa jam lalu Adam berikan kepalanya. Buku yang menjelaskan semua tentang manusia. Hari semakin larut, tapi Dedrick tidak juga tidur. Ia masih tenggelam dalam buku yang ia baca.Dedrick nyaris membalik satu halaman lagi jika saja ia tidak mendapatkan mindlink dari Adam yang mengatakan jika ada penyerangan di perbatasan utara Pack. "Bagaimana keadaan di sana?""Gamma Collin tengah berjaga di sana, tapi Rogue di sana lebih banyak. Mereka berhasil mengalahkan beberapa warrior kita." Suara Adam terdengar, menjelaskan situasi yang ia peroleh dari bawahannya.Dedrick mendecih seraya bangkit, kemudian ia berlari keluar dari perpustakaan. "Siapkan pasukan, untuk sementara kirim warrior yang berjaga di bukit ke sana."Ada satu bukit yang terletak tidak jauh dari perbatasan utara Diamond Pack, Dedrick sengaja menyuruh warrior di sana untuk berjaga-jaga seka
Diana mungkin saja terus terlelap jika saja suara geraman beserta dengusan itu tidak masuk ke dalam pendengarannya. Mau tidak mau Diana harus membuka matanya meski ia merasa sangat mengantuk dan lelah."Grhh ...."Spontan saja Diana duduk seraya menjauh dari makhluk di depannya. Diana tidak salah lihat, makhluk di depannya adalah orang sekarat semalam, bedanya orang ini telah sadar, ia memiliki mata berwarna kuning menyala. Seperti serigala. Tidak lupa taring dan kuku yang memanjang.Diana meneguk ludahnya, orang di depannya ini menatapnya bagaikan Diana adalah mangsa yang siap di santap kapan saja. Lagi-lagi Diana merasakan ngeri, bulu kuduknya merinding."A-anu .... Aku, aku." Diana tidak tahu harus berkata apa, lihatlah dirinya sekarang ini. Tidak berdaya. "K-kau sudah sembuh?" Diana menunjuk dada kanan pria itu yang masih terbalut oleh kain yang Diana ikatkan semalam.Pria itu mengikuti arah tunjuk Diana, menyadari jika luka di dadanya diikat.
Ada setitik rasa mengganjal di hati Dedrick ketika melihat gadis manusia itu duduk bersebelahan dengan Rogue yang semalam mereka tangkap. Mereka terlihat akrab. Cukup aneh. Namun, Dedrick memilih untuk mengabaikannya."Bawa mereka ke luar." Dedrick memberikan perintah kepada dua warrior yang berada di belakangnya, dan warrior itu dengan sigap mematuhi.Diana hanya menatap bingung hingga ia melihat bagaimana Henry di bawa terlebih dahulu. Diana menatap Dedrick, pria itu balas menatapnya dengan tajam. Diana merinding dibuatnya."Sial." Baik Diana, Dedrick, maupun Adam dapat mendengar umpatan dari Henry. Hanya saja Diana tidak tahu yang harus ia lakukan selain berdiri dengan rasa takutnya."Bawa gadis ini juga." Setelah mengatakan itu Dedrick berbalik dan pergi dengan Collin, menuju ruangan selanjutnya. Diam-diam Dedrick mengepalkan tangannya lagi. Semerbak bunga itu sangat mengganggunya."Ikuti aku," kata Adam. Diana tidak menjawab, ia hanya me
Jantung berdebar kuat, peluh dingin menetes, dan nafas yang cepat. Hal itu terjadi pada Diana. Gadis itu menatap warrior yang bersiap akan melawannya. Dengan kecepatan yang dimilikinya warrior itu berlari ke arah Diana seraya bersiap mencakarnya.Dedrick memang bilang warrior Iyo memakai tangan kosong, tapi Diana tidak lupa jika Werewolf itu memiliki cakar yang cukup panjang.Diana menghindar.Dedrick menatap pertandingan itu dengan tatapan tertarik, ia sangat penasaran bagaimana makhluk lemah itu bertahan. "Apa hanya itu yang dapat dilakukan manusia?" gumam Dedrick.Adam yang berada di samping Alpha-nya tidak menjawab. Ia hanya menatap sang Alpha yang memusatkan perhatiannya pada arena duel itu.Entahlah. Batin Adam.Ketika cakar itu diayunkan ke arahnya, Diana lagi-lagi menghindar dengan cara berjongkok. Apa memangnya yang bisa ia lakukan, apakah ia harus menyerang balik? Diana sendiri tidak yakin."Apa kau hanya terus menghindar?"
Diana mengerang karena rasa sakit yang tiba-tiba saja mendera tubuhnya, ia baru saja sadar tapi rasa sakit itu berlomba-lomba menghantam tubuhnya. Sakit sekali hingga Diana tidak mampu membuka matanya.Adam yang sejak tadi berada di dalam ruangan ini menatap Diana cemas karena erangan Diana yang cukup keras, ia yakin manusia perempuan yang terbaring di ranjang itu sangat kesakitan. Apalagi Adam melihat jelas bagaimana Diana melawan warrior tadi."Bagaimana keadaannya?" tanya Adam, tabib yang duduk di sisi ranjang Diana hanya menghela napas."Kondisinya sangat tidak baik, aku juga baru pertama kali menemukan yang seperti ini. Padahal ini hanyalah luka biasa. Werewolf umumnya pasti akan cepat sembuh. Namun, karena ia manusia, pasti ini sangat menyakitkan untuknya."Tabib itu menatap Diana lagi. "Rusuknya juga patah, ini memerlukan proses penyembuhan yang lumayan lama."Adam diam lalu ia membiarkan tabib itu keluar dari sana, pandangan Adama beralih p
Tubuh Diana pulih lebih lama dari pada yang dikira. Selama Diana sakit, Adam lah yang sering menjenguknya. Tidak hanya itu, Adam juga menugaskan seorang pelayan agar membantu Diana selama Diana tidak sanggup untuk bergerak banyak.Diana hanya bisa mengucapkan terima kasih kepada Adam, ia tidak tahu harus membalas seperti apa."Kau sudah sanggup bergerak?"Diana mengangguk, dua minggu terbaring di ranjang telah cukup untuk membuat tubuhnya menjadi sehat, apalagi dengan perawatan dan obat-obatan yang ia dapatkan. Itu sangat membantunya dalam penyembuhan. "Ya, aku merasa lebih baik.""Diana, maaf aku harus mengatakan ini, tapi, kau akan menjadi pelayan di sini. Alpha Dedrick yang memerintahkan." Sungguh, Adam tidak nyaman mengatakan hal ini kepada Diana yang baru saja sembuh, tapi ia tidak bisa melawan perintah Alpha-nya.Diana menggeleng. "Tidak, tidak apa-apa. Lagipula itu tidak masalah, aku tidak bisa jika harus tidur-tiduran di kamar ini." Diana
Diana menghela nafas, ia ditugaskan untuk membersihkan kolam yang saat ini terdapat dedaunan di dalamnya. Cuaca panas sekali hingga rasanya Diana ingin berenang saja ke dalam kolam ini, namun ia urungkan karena ia tidak ingin mendapatkan amarah dari sang Alpha. Memikirkannya saja membuat Diana merinding."Ya, ampun. Ini panas sekali." Kolam yang Diana bersihkan cukup besar, kolam itu mungkin memiliki panjang 10 meter lebih, dan ia harus membersihkannya dengan panas-panasan. Peluh telah mengucur, tapi tidak ada satupun pelayan lain yang membantunya. Ah, Diana ingat jika ia hanyalah manusia rendahan di mata mereka."Sulit sekali," jaring yang disambungkan dengan kayu yang Diana pakai untuk membersihkan kolam itu ternyata tidak terlalu panjang, tidak mampu menjangkau kotoran yang terapung di tengah kolam. "Apakah aku harus berenang saja?"Diana tidak tahu apa fungsi kolam di depannya ini, kolam ini cukup kotor dengan air yang agak keruh. Diana pikir ia harus mengga