"Benar-benar makhluk lemah." Dedrick menggelengkan kepalanya ketika selesai membaca buku yang beberapa jam lalu Adam berikan kepalanya. Buku yang menjelaskan semua tentang manusia. Hari semakin larut, tapi Dedrick tidak juga tidur. Ia masih tenggelam dalam buku yang ia baca.
Dedrick nyaris membalik satu halaman lagi jika saja ia tidak mendapatkan mindlink dari Adam yang mengatakan jika ada penyerangan di perbatasan utara Pack. "Bagaimana keadaan di sana?"
"Gamma Collin tengah berjaga di sana, tapi Rogue di sana lebih banyak. Mereka berhasil mengalahkan beberapa warrior kita." Suara Adam terdengar, menjelaskan situasi yang ia peroleh dari bawahannya.
Dedrick mendecih seraya bangkit, kemudian ia berlari keluar dari perpustakaan. "Siapkan pasukan, untuk sementara kirim warrior yang berjaga di bukit ke sana."
Ada satu bukit yang terletak tidak jauh dari perbatasan utara Diamond Pack, Dedrick sengaja menyuruh warrior di sana untuk berjaga-jaga sekaligus menjadi pasukan cadangan jika situasi mendesak terjadi. Seperti sekarang.
"Baik, Alpha." Adam menjawab setelah itu mereka memutuskan mindlink-nya.
Bulan sabit menggantung di langit, Dedrick tiba di halaman depan di mana pasukan telah berbaris. Siap untuk melakukan pertempuran dengan Rogue liar yang ingin menyerang Pack-nya. "Perketat penjagaan, jangan biarkan salah satu Rogue lolos dan menyerang Istana. Kita berangkat!"
Dalam sekejap Dedrick berubah wujud dan berlari, menuju perbatasan utara di mana Rogue itu menyerang.
Ketika tiba di lokasi, Dedrick dapat melihat beberapa warriornya terkapar dengan darah yang keluar dari tubuhnya. Beberapa dari mereka juga masih ada yang bertarung. Laporan dari Adam benar, Rogue kali ini jumlahnya lebih banyak.Dedrick berlari, kemudian menerjang seekor Rogue yang ingin menyerangnya. Dengan sekali tebasan dari cakarnya, Rogue itu memuntahkan darah. Dedrick memiliki gerakan yang lebih cepat.
"Apa yang kau inginkan dengan menyerang wilayahku, Rogue liar?" David menusuk perut serigala itu, tidak terlalu dalam tapi cukup menyakitkan.
Rogue itu tidak menjawab, ia hanya menatap Dedrick yang sedang dalam wujud serigalanya, David.
"Kau tidak mau menjawab?" David menusuk lebih dalam, hingga Rogue itu menggeram kesakitan. "Ucapkan selamat tinggal pada dunia."
Crash
David membunuhnya.
~~~
Diana membuka matanya ketika ia mendengar suara ribut disertai suara gemerincing rantai. Gadis dengan bola mata abu-abu itu mencoba duduk kemudian berdiri dan mendekati pintu. Berharap ini adalah waktu bebasnya.
Tapi itu hanyalah angan-angan kosong. Ketika pintu itu terbuka, sebuah benda dilemparkan ke dalam, mengenai Diana hingga tubuh gadis itu oleng dan ambruk di lantai.
"Akh ...." Diana meringis, sungguh tubuhnya seperti ditimpa batu saja. "Astaga! Apa ini!?" Diana menarik tubuhnya menjauh dari benda yang menimpanya tadi dan menemukan seorang pria yang hanya mengenakan celana pendek berbaring. Tidak sadarkan diri.
"Astaga!" Kembali dirinya syok. Diana dapat melihat tubuh pria ini penuh luka disertai dengan darah yang mengalir di sana. "Dia kenapa?"
Dia bangkit dan menuju pintu. "Adam! Tolong! Ada orang di sini." Diana menggedor-gedor pintu tapi tidak ada satu orangpun yang mendengarnya. Mungkin ada yang mendengar, tapi memilih untuk tidak peduli.
Kembali Diana menolehkan kepalanya menatap pria yang bersimbah darah, sungguh hal itu membuat Diana sedikit takut. Apalagi ketika matanya tidak sengaja melihat kuku panjang pria itu, mirip seperti pria yang dipanggil Adam dengan sebutan Alpha. Diana bergidik, pria ini pasti bukan manusia.
"Apakah mereka ingin membunuhku?" Diana menjauh dari pria itu, tidak mengerti mengapa ia ditempatkan satu ruangan dengan orang asing ini.
Pria itu tidak kunjung bangun, hal itu membuat Diana sedikit penasaran. Perlahan tapi Diana mendekati pria itu, seperti mencari mati saja padahal Diana sudah tahu jika makhluk di depannya ini bukan manusia.
"Apakah ia sudah mati?" Lagi-lagi Diana bertanya pada udara kosong di sana, ia sudah dekat dengan pria itu. Dengan jarak sedekat ini Diana bisa melihat luka di tubuh pria itu lebih jelas.
"Masih hidup?" Gerakan samar di perut pria itu menjawab pertanyaan Diana. Pria itu bernapas meski tidak terlalu kentara.
Satu hal yang Diana tahu, pria ini sekarat.
Diana menatap darah yang keluar dari dada kanan pria itu, luka-luka di tubuh pria itu membuat Diana ngeri. "Apa yang harus ku lakukan?" Diana mendekati pria itu. Pendarahan pria ini harus di hentikan.
Dengan kekuatan yang tersisa, Diana merobek bajunya. Hanya bagian bawah, dengan robekan memanjang. Setelah itu Diana mengikatkannya pada dada pria berambut hitam itu. Cukup untuk menghentikan pendarahannya. "Aku pasti gila."
Diana sendiri tidak mengerti kenapa ia harus membantu pria yang bukan manusia ini. Mungkin karena kasihan, mereka sama-sama di kurung di sini. "Ah, sudahlah." Diana kembali menjauhkan tubuhnya. Ia akan tidur, lagipula pria ini terlihat tidak berdaya, Diana yakin ia akan baik-baik saja.
~~~
"Kau sudah memasukan Rogue-rogue itu ke penjara?" Adam menatap Collin, yang memiliki posisi sebagai Gamma. Satu tingkat di bawahnya. Collin berperan penting untuk mengatur penjagaan. Termasuk perbatasan.
Collin mengangguk. "Sudah, Beta."
Adam mengangguk puas. Memang, Alpha-nya menyuruh mereka untuk tidak membunuh semua Rogue itu, sisakan beberapa untuk diintrogasi dan disiksa.
Mereka diintrogasi tentang siapa yang mengirim mereka dan apa tujuannya. Rogue itu telah membuat rakyat mereka menjadi resah. Mereka suka menyerang, tidak kenal waktu, sekalipun tengah malam seperti tadi. Kadang mereka juga berbuat onar.
"Kau boleh kembali, aku akan melaporkan ini pada Alpha."
Collin mengangguk, kemudian ia beranjak dari sana. Setelah itu Adam juga beranjak, ia akan menemui Alpha-nya. Alpha-nya pasti berada di kamarnya untuk membersikan diri. Selama perjalanan ke kamar Alpha-nya, Adam sesekali berpapasan dengan beberapa Omega, Werewolf dengan tingkatan paling rendah. Mereka menjadi pelayan di istana ini.
Setelah sampai di depan pintu kamar Alpha-nya, Adam mengetuk. Dedrick tidak menyukai jika ada sembarangan orang masuk ke dalam kamarnya. "Masuk."
"Bagaimana?" Suara itu menyambut Adam ketika ia baru satu langkah memasuki kamar Alpha-nya.
"Rogue yang masih hidup sudah di masukan ke dalam penjara bawah tanah. Ada sekitar 15 yang masih hidup, apa yang akan kita lakukan kepada mereka, Alpha?" Adam bertanya, meski ia sudah tahu.
Dedrick yang tengah duduk dengan tubuh yang telah bersih dari sisa pertempuran itu menatap Beta-nya. "Seperti biasa, tapi kita eksekusi mereka besok," jawab Dedrick. "Ah, bagaimana dengan gadis itu?" lanjutnya.
"Dia masih berada di penjara bawah tanah, Alpha."
Dedrick manggut-manggut kemudian menyeringai. Ia ada sesuatu untuk gadis itu. "Bagus. Kau boleh pergi."
Adam undur diri dari sana, dalam hati ia berharap agar Alpha-nya tidak melakukan sesuatu yang buruk untuk gadis itu. Perasaan Adam tidak enak ketika ia melihat seringai dari Alpha-nya tadi.
"Sudahlah. Sebaiknya aku beristirahat." Ya, ia akan beristirahat. Beberapa jam lagi matahari akan terbit dan Adam mungkin akan melihat apa yang Alpha-nya itu rencanakan.
Diana mungkin saja terus terlelap jika saja suara geraman beserta dengusan itu tidak masuk ke dalam pendengarannya. Mau tidak mau Diana harus membuka matanya meski ia merasa sangat mengantuk dan lelah."Grhh ...."Spontan saja Diana duduk seraya menjauh dari makhluk di depannya. Diana tidak salah lihat, makhluk di depannya adalah orang sekarat semalam, bedanya orang ini telah sadar, ia memiliki mata berwarna kuning menyala. Seperti serigala. Tidak lupa taring dan kuku yang memanjang.Diana meneguk ludahnya, orang di depannya ini menatapnya bagaikan Diana adalah mangsa yang siap di santap kapan saja. Lagi-lagi Diana merasakan ngeri, bulu kuduknya merinding."A-anu .... Aku, aku." Diana tidak tahu harus berkata apa, lihatlah dirinya sekarang ini. Tidak berdaya. "K-kau sudah sembuh?" Diana menunjuk dada kanan pria itu yang masih terbalut oleh kain yang Diana ikatkan semalam.Pria itu mengikuti arah tunjuk Diana, menyadari jika luka di dadanya diikat.
Ada setitik rasa mengganjal di hati Dedrick ketika melihat gadis manusia itu duduk bersebelahan dengan Rogue yang semalam mereka tangkap. Mereka terlihat akrab. Cukup aneh. Namun, Dedrick memilih untuk mengabaikannya."Bawa mereka ke luar." Dedrick memberikan perintah kepada dua warrior yang berada di belakangnya, dan warrior itu dengan sigap mematuhi.Diana hanya menatap bingung hingga ia melihat bagaimana Henry di bawa terlebih dahulu. Diana menatap Dedrick, pria itu balas menatapnya dengan tajam. Diana merinding dibuatnya."Sial." Baik Diana, Dedrick, maupun Adam dapat mendengar umpatan dari Henry. Hanya saja Diana tidak tahu yang harus ia lakukan selain berdiri dengan rasa takutnya."Bawa gadis ini juga." Setelah mengatakan itu Dedrick berbalik dan pergi dengan Collin, menuju ruangan selanjutnya. Diam-diam Dedrick mengepalkan tangannya lagi. Semerbak bunga itu sangat mengganggunya."Ikuti aku," kata Adam. Diana tidak menjawab, ia hanya me
Jantung berdebar kuat, peluh dingin menetes, dan nafas yang cepat. Hal itu terjadi pada Diana. Gadis itu menatap warrior yang bersiap akan melawannya. Dengan kecepatan yang dimilikinya warrior itu berlari ke arah Diana seraya bersiap mencakarnya.Dedrick memang bilang warrior Iyo memakai tangan kosong, tapi Diana tidak lupa jika Werewolf itu memiliki cakar yang cukup panjang.Diana menghindar.Dedrick menatap pertandingan itu dengan tatapan tertarik, ia sangat penasaran bagaimana makhluk lemah itu bertahan. "Apa hanya itu yang dapat dilakukan manusia?" gumam Dedrick.Adam yang berada di samping Alpha-nya tidak menjawab. Ia hanya menatap sang Alpha yang memusatkan perhatiannya pada arena duel itu.Entahlah. Batin Adam.Ketika cakar itu diayunkan ke arahnya, Diana lagi-lagi menghindar dengan cara berjongkok. Apa memangnya yang bisa ia lakukan, apakah ia harus menyerang balik? Diana sendiri tidak yakin."Apa kau hanya terus menghindar?"
Diana mengerang karena rasa sakit yang tiba-tiba saja mendera tubuhnya, ia baru saja sadar tapi rasa sakit itu berlomba-lomba menghantam tubuhnya. Sakit sekali hingga Diana tidak mampu membuka matanya.Adam yang sejak tadi berada di dalam ruangan ini menatap Diana cemas karena erangan Diana yang cukup keras, ia yakin manusia perempuan yang terbaring di ranjang itu sangat kesakitan. Apalagi Adam melihat jelas bagaimana Diana melawan warrior tadi."Bagaimana keadaannya?" tanya Adam, tabib yang duduk di sisi ranjang Diana hanya menghela napas."Kondisinya sangat tidak baik, aku juga baru pertama kali menemukan yang seperti ini. Padahal ini hanyalah luka biasa. Werewolf umumnya pasti akan cepat sembuh. Namun, karena ia manusia, pasti ini sangat menyakitkan untuknya."Tabib itu menatap Diana lagi. "Rusuknya juga patah, ini memerlukan proses penyembuhan yang lumayan lama."Adam diam lalu ia membiarkan tabib itu keluar dari sana, pandangan Adama beralih p
Tubuh Diana pulih lebih lama dari pada yang dikira. Selama Diana sakit, Adam lah yang sering menjenguknya. Tidak hanya itu, Adam juga menugaskan seorang pelayan agar membantu Diana selama Diana tidak sanggup untuk bergerak banyak.Diana hanya bisa mengucapkan terima kasih kepada Adam, ia tidak tahu harus membalas seperti apa."Kau sudah sanggup bergerak?"Diana mengangguk, dua minggu terbaring di ranjang telah cukup untuk membuat tubuhnya menjadi sehat, apalagi dengan perawatan dan obat-obatan yang ia dapatkan. Itu sangat membantunya dalam penyembuhan. "Ya, aku merasa lebih baik.""Diana, maaf aku harus mengatakan ini, tapi, kau akan menjadi pelayan di sini. Alpha Dedrick yang memerintahkan." Sungguh, Adam tidak nyaman mengatakan hal ini kepada Diana yang baru saja sembuh, tapi ia tidak bisa melawan perintah Alpha-nya.Diana menggeleng. "Tidak, tidak apa-apa. Lagipula itu tidak masalah, aku tidak bisa jika harus tidur-tiduran di kamar ini." Diana
Diana menghela nafas, ia ditugaskan untuk membersihkan kolam yang saat ini terdapat dedaunan di dalamnya. Cuaca panas sekali hingga rasanya Diana ingin berenang saja ke dalam kolam ini, namun ia urungkan karena ia tidak ingin mendapatkan amarah dari sang Alpha. Memikirkannya saja membuat Diana merinding."Ya, ampun. Ini panas sekali." Kolam yang Diana bersihkan cukup besar, kolam itu mungkin memiliki panjang 10 meter lebih, dan ia harus membersihkannya dengan panas-panasan. Peluh telah mengucur, tapi tidak ada satupun pelayan lain yang membantunya. Ah, Diana ingat jika ia hanyalah manusia rendahan di mata mereka."Sulit sekali," jaring yang disambungkan dengan kayu yang Diana pakai untuk membersihkan kolam itu ternyata tidak terlalu panjang, tidak mampu menjangkau kotoran yang terapung di tengah kolam. "Apakah aku harus berenang saja?"Diana tidak tahu apa fungsi kolam di depannya ini, kolam ini cukup kotor dengan air yang agak keruh. Diana pikir ia harus mengga
"Belahan jiwa?"Puerto mengangguk. "Ya, ratusan tahun terakhir tidak pernah ada Werewolf yang memiliki soulmate. Jadi para Werewolf hanya percaya jika itu hanyalah mitos belaka."Dedrick mengebrak meja. "Jadi, maksud kalian manusia rendahan itu adalah belahan jiwaku?" Dedrick tidak bisa menerima omong kosong dari para tetua yang duduk tenang di hadapannya ini."Tidak, aku tidak berkata demikian. Hanya saja salah satu tandanya ada pada dirimu. Kau mencium bau yang memikat dari dirinya bukan? Dan itu hanya kau yang bisa mencium aroma itu. Selain itu kau juga merasakan kejutan aneh saat bersentuhan dengannya." Vincent akhirnya bersuara setelah tadi ia diam.Semua kembali diam, Adam yang mendengar itu juga terpaku. Apa maksudnya ini? Apa benar jika gadis itu adalah belahan jiwa sang Alpha. Padahal Adam telah merasakan ketertarikan pada gadis itu. Diana, Adam tidak munafik jika ia mulai menyukainya.
"Henry, kau sendiri ada masalah apa hingga kau bisa berakhir di sini?" Diana masih duduk di depan sel penjara Henry, sudah beberapa menit sejak ia memberikan pria itu minum dan sekarang kondisi pria itu terlihat lebih baik. "Bukankah kalian sama-sama Werewolf?"Henry tertawa kecil. "Ya, tapi aku adalah Werewolf liar. Aku tidak memiliki pack dan aku hidup di hutan lepas sana. Werewolf liar seperti kami di sebut Rogue." Henry hanya memandang kosong dinding di depannya."Lalu kenapa kau bisa di tangkap?" tanya Diana lagi.Henry terdiam. "Ada sesuatu yang sulit untuk dijelaskan." Diana mengerti, mungkin saja Henry memiliki alasan yang tidak bisa disebutkan. Diana tidak ingin untuk bertanya lebih banyak."Astaga, aku sudah cukup lama di sini. Aku akan kembali ke atas." Diana buru-buru berdiri dan merapikan rok selututnya itu. "Aku akan mengunjungimu lagi nanti." Diana membalikkan tubuhnya lalu beranjak dari sana, sebelumnya ia mengambil kendi yang ia bawa tadi dan