Home / Young Adult / All about Raissa / Kepergian Razzan

Share

All about Raissa
All about Raissa
Author: Dinsss

Kepergian Razzan

Author: Dinsss
last update Last Updated: 2021-09-12 17:01:50

“Mengarah ke materi yang akan kita bahas. Selanjutnya, kita akan mempelajari mengenai novel.” ucap seorang wanita berusia tiga puluh tahun-an duduk di kursi ajarnya.

“Kita akan membedah isi dan struktur penyusun novel. Namun, sebelumnya apakah ada dari kalian yang gemar membaca novel?” tanyanya membuat beberapa muridnya mengangkat tangan.

“Siapa yang bersedia menceritakan kembali. Salah satu kisah dari cerita novel yang kalian baca?”

“Saya Bu,” jawab seorang siswi.

“Baik, silahkan Clarissa,” Guru tersebut mengarahkan muridnya, agar maju kedepan dan menceritakan apa yang Ia baca.

“Baiklah, mungkin belum ada yang pernah baca novel ini, akan aku mulai.” Ia memperlihatkan sebuah novel bersampul silver, lalu meletakkan diatas meja dihadapannya.

“Novel ini berkisah mengenai kehidupan seorang gadis,” ucapnya.

“Kisahnya dimulai pada suatu malam. Seorang anak perempuan berkata kepada sang kakak.”

---

“Kak, pokoknya kakak harus bawa Aku ke Cherry spring park Amerika! Aku mau lihat bintang!” ucapnya bersemangat tidur di pangkuan sang kakak di teras rumah mereka.

“Kenapa harus ke Amerika?” tanya sang kakak laki lakinya tersebut.

“Aku baca di Artikel, bintang disana indah banget,” katanya seraya tersenyum.

Sang kakak mengelus rambut adik perempuannya itu dengan sayang. Ia salah satu dari dua penyemangatnya. Orang tua mereka telah tiada. Karena, insiden kecelakaan pesawat yang ditumpangi saat mereka dalam perjalanan bisnis ke luar kota.

Saat ditinggalkan orang tuanya. Mereka masih berumur enam dan sembilan tahun. Beruntungnya mereka berdua masih mempunyai tante yang mengurus mereka hingga saat ini.

Raissa kini telah duduk di bangku kelas tiga sekolah menengah. Sedangkan, Razzan sang kakak di kelas tiga Sekolah menengah atas.

“Kakak janji.” senyumnya pada sang adik dengan tulus.

“Masuk yuk, udah malem,” ajak Razzan.

Razzan sangat menyayangi adik perempuannya. Ia akan melakukan apapun untuknya.

Bisa dibilang, mereka adalah anak yang berkecukupan. Harta peninggalan orang tuanya cukup banyak. Mengingat orang tua mereka adalah pekerja keras semasa hidup mereka.

Rumah mereka sederhana. Namun, sangat enak dipandang mata. Halaman rumah mereka dihiasi bunga bunga yang senantiasa Raissa rawat.

“Oh iya, eminggu lagi pengumuman hasil pendaftaran sekolah keluar, ya?” tanya Razzan.

“Iya Kak! Gak sabar banget! Semoga aku lulus,” Ia berantusias.

Razzan, sang Kakak. Mengangguk dengan senyum dibibirnya sembari mengelus sayang rambut sang adik.

“Ya udah, sana gih tidur.” ucapnya lalu pergi dari kamar sang adik setelah mematikan lampu.

Razzan kembali masuk ke kamarnya. Ia duduk di meja belajar dan membuka buku.

Saat ini, Ia tengah bersiap untuk mengikuti Ujian Nasional tingkat sekolah menengah atas.

Hampir satu setengah jam lamanya. Ia telah duduk dimejanya untuk mengerjakan latihan latihan soal. Banyak soal telah Ia kerjakan. Ia mengucek matanya yang lelah. Menutup bukunya lalu memilih untuk bergegas tidur.

Malam berlalu dengan cepat dan bulan berganti dengan matahari pagi. Shana, sang Tante. Membangunkan mereka untuk bersiap melakukan aktifitas.

Razzan telah selesai bersiap memakai seragam sekolahnya. Ia dufuk diteras seraya memakai sepatunya.

“Bukannya kamu bilang udah libur persiapan sekolah, ya?” Tanya Shana.

“Ada yang harus Razzan urus di sekolah sebentar.” ucapnya lalu segera bersiap pergi.

“Kak, pulangnya beliin bakso ya.” teriak Raissa melihatnya dari dalam rumah yang dibalas anggukan oleh Razzan.

Remaja laki- laki itu memakai helmnya dan segera pergi dari halaman rumahnya dengan perlahan melajukan motornya.

Ia mengendarai kendaraannya dengan tenang hingga kurang lebih tiga puluh menit berlalu Ia sampai disekolahnya. Ia segera masuk ke kelasnya menaruh tas di bangkunya dan mengambil kotak bekal dan air mineral darisana.

Ia berjalan ke kelas sebelahnya dan langsung duduk di sebelah siswi perempuan.

“Pagi!” sapanya.

“Astaga, bisa gak sih sehari aja gak ganggu gue!” ucap kesal seseorang di samping Razzan.

“Galak banget sih, Zara. Gua mau ngajak lo sarapan bareng. ”

“Gak ma--“

“Please, kali ini aja.” ucap Razzan tulus yang entah kenapa membuat siswi yang bernama Zara tersebut akhirnya menyetujui.

Razzan sengaja berangkat sepagi ini agar bisa menemui Zara. Siswi itu selalu datang sekolah pagi- pagi sekali, saat ditanya alasannya. Ia hanya akan menjawab ‘rahasia’.

“Tumben baik baik, biasanya juga maksa pake ancaman” tanya Zara.

“Ya udah, sarapan sama gua sekarang atau gua cium?” ucapnya.

“Ngeselin banget sih lo”

“Biarin” ketusnyanya.

“eh lo gak ngasih racun disini kan?” ucapnya lagi menyipitkan matanya pada Razzan.

“Ini gue ngajak makan bareng. Kalo gua kasih racun, gua mati juga dong,” Ia memasang wajah datar.

Semua orang tahu bahwa Razzan menyukai Zara, gadis kelas dua yang tak lain adik kelasnya. Namun, Razzan dan Zara tidak pernah terlihat akur bersama. Selalu ada perdebatan dan keributan diantara mereka.

“Semangat ujiannya. “ucap Zara menyendok nasi goreng ke mulutnya.

“Cie perhatian, ” Razzan terkekeh.

“Ihh--“

Uhuk uhuk

Zara tersedak makanannya. Razzan segera membuka tutup botol air mineral tersebut dan memberikannya pada Zara.

“Gara-gara lo nih” kesal Zara.

“Lo gak papa? Mau ke rumah sakit?” tanya Razzan.

“Razzan, gue keselek bukan sekarat!”

“Hahaha, makanya pelan pelan” candanya.

“Abis ujian gua bakal lulus. Gua gak bisa gangguin lo lagi,” Razzan menghela nafasnya.

“Bagus dong, ” ucap Zara mengejek.

“Iya, tapi gua seneng kenal lo.”

“Gue emang orangnya menyenangkan.” bangga Zara pada dirinya sendiri.

“Udah sana! Udah mau jam tujuh, Nanti ada yang dateng terus liat gue berdua sama lo,” usir Zara.

“Iya-iya” ucap Razzan lemas berjalan keluar dari ruang kelas itu.

“Tempat bekalnya cuci. Balikin ke gua besok.”ucapnya sebelum benar-benar menghilang dari pandangan Zara membuatnya menghela nafas.

Razzan sebenarnya tidak ada jadwal sekolah hari ini. Beberapa hari sebelum ujian Nasional siswa-siswi kelas tiga diliburkan untuk persiapan mereka. Razzan datang hanya untuk bertemu dengan Zara saja. Ia tetap memakai seragamnya agar Zara tak curiga.

Ia mengambil tasnya dan berjalan ke parkiran. Ia tak akan langsung pulang melainkan akan membeli bakso terlebih dahulu pesanan Raissa.

Ia melajukan motornya keluar gerbang sekolah dengan tersenyum. Suasana hatinya sedang baik sekarang. Ia melajukan motornya dengan kecepatan sedang di jalan raya dengan santai hingga tiba-tiba muncul seorang anak laki- laki menyebrang di jalan membuatnya membanting stirnya ke arah kanan membuat sebuah mobil dari arah berlawanan menabraknya dengan keras.

Razzan terbanting beberapa kali sebelum terpental ke aspal.

Dengan sekejap matanya memburam. Ia bisa melihat orang lain mengerumuninya. Anak laki- laki yang hampir Ia tabrak tadi melepas helmnya dengan hati-hati dan kata maaf selalu Ia ucapkan padanya.

“Dek, kalo nyebrang hati-hati dong!”

“Gak lihat apa lampu merah tadi?”

Ucap beberapa orang pada anak laki laki tersebut membuat anak laki laki itu menangis karena takut. Sungguh Ia merasa sangat bersalah.

“Maaf.” ucapnya seraya mengusap air matanya.

“Hei, its okay” ucap Razzan lemah. Ia menarik senyuman tipis sebelum matanya perlahan tertutup tak sadarkan diri.

Drrtt drrtt drrtt

Ponsel Raissa yang tengah membantu sang Shana membuat kue berbunyi. Ia mengelap tangannya dan segera mengangkat telepon tersebut.

“Halo?”

“---”

“Iya, benar saya adiknya”

“---”

“Apa?! Kecelakaan?!”

Raissa lemas terduduk di lantai. Sang Bibi bertanya apa yang terjadi namun, Raissa tak menjawabnya membuatnya merebut ponsel itu.

Mereka yang kini tahu kabar Razzan kecelakaan segera menghentikan aktifitas mereka dan segera bersiap untuk pergi ke rumah sakit.

Dengan segera mereka pergi ke rumah sakit mengendarai mobil sang Bibi.

Tiga puluh menit mereka habiskan waktu untuk sampai di rumah sakit. Mereka berdue berlari menuju ruang yang bertuliskan ‘unit gawat darurat’.

Raissa melihat dokter dan perawat mengerumuni sebuah ranjang pasien. Ia mendatanginya dan jantungnya seakan berhenti berdetak. Tubuh diatas ranjang tersebut ditutupi kain putih oleh perawat.

“Kak Razzan!”

Raissa membuka kembali penutup kain itu dan melihat wajah sang kakak. Ia memeluk tubuh sang kakak dengan erat. Shana yang tak kuasa melihat keponakannya itu jatuh pingsan sehingga membuatnya harus dibawa keruangan lain.

Related chapters

  • All about Raissa   Lukisan

    Shana memeluk Raissa, mereka berbalut dengan pakaian hitam. Hari ini adalah hari dimana mereka akan melihat Razzan untuk terakhir kalinya.Mereka menaburkan bunga di peristirahatan terakhir Razzan. Air mata tak henti hentinya mengalir dari matanya."Yang kuat ya, Razzan orang yang baik dan akan berada di tempat yang terbaik," ucap salah satu peziarah menenangkan mereka sebelum pergi dari sana.Satu persatu orang mulai meninggalkan tempat pemakaman itu."Ayo pulang Raissa," ajak Shana."Sebentar, aku mau bilang sesuatu ke Kakak," ucap Raissa."Oke, tante tunggu di mobil ya," ucapnya seraya mengelus bahu keponakannya tersebut lalu beranjak pergi."Kak...," ucap Raissa berlutut memegang batu nisan Razzan.Raissa menoleh saat seseorang memegang bahunya."Razzan pasti sedih kalo kamu nangis terus," uca

    Last Updated : 2021-09-12
  • All about Raissa   Insiden memalukan

    Masa libur kelulusan sekolah sudah habis, tiba saatnya bagi para pelajar untuk bersiap kembali bersekolah.Kini Raissa tengah berada di toko buku, Ia sedang akan membeli peralatan untuk bersiap masuk ke sekolah menengah atas.Selama liburan sekolah Ini, Ia hanya menghabiskan waktu untuk membantu Shana membuat kue ditokonya. Ia bosan dengan rutinitas hariannya itu.Ia akan masuk di Sekolah Vidatra, sekolah yang sama dengan Zara.Kini, Ia memilih buku tulis untuk Ia beli. Raissa tak ingin lagi buku bersampul barbie atau hal hal yang berhubungan dengan anak kecil lagi."Ini aja deh," putusnya setelah lama melihat lihat.Toko yang menyediakan peralatan belajar, buku buku pelajaran, novel, dan juga segala macam buku itu kini telah ramai dipenuhi pengunjung dengan mayoritas pelajar.Ia mengambil buku bersampul dominan hitam, setelahnya, Ia sege

    Last Updated : 2021-09-12
  • All about Raissa   Masa Orientasi Sekolah

    Burung berkicau di senin pagi, Raissa terbangun karena alarmnya berbunyi sangat nyaring memekakan telinga."Here we go," ucapnya segera bangun dari tempat tidur.Raissa mengambil handuknya dan segera memasuki kamar mandi dalam kamar. Membersihkan dirinya, bersiap untuk hari pertamanya sekolah di SMA.Lima belas menit berlalu, Ia telah mengenakan seragam putih abu abunya dengan rambut ikat dua mengggunakan pita meraj putih seperti warna Bendera Indonesia."Tante!" Sapanya pada Shana dengan penuh semangat."Aduh aduh, yang mau udah SMA. Kamu cantik pake seragam itu." Shana menata makanan di meja makan untuk mereka sarapan."Hehe, iya dong cantik. Ponakan Tante Shana," ucapnya berbangga diri membuat Shana tersenyum."Ya udah, sarapan dulu. Habis itu tante anterin sekolah," ujar Shana.Merdka berdua duduk di meja makan, m

    Last Updated : 2021-09-12
  • All about Raissa   Truth or Dare

    Andhin keluar dari kamar mandi di kamar Raissa, Ia baru saja selesai membersihkan dirinya. Kini Ia memakai pakaian yang Raissa pinjamkan padanya."Seger banget," ucap Andhin."Iya, karena tadi abis keringetan banget di sekolah, abis mandi rasanya seger." Raissa duduk di ranjangnya."Eh, tapi lo beneran udah Izin sama orang tua lo?" tanya Raissa pada Andhin yang tengah melihat lihat isi dari kamar Raissa."Udah, tenang aja. Mereka juga gak bakal nyariin kali. Gue udah gede." Andhin berkata seraya mengotak atik aksesoris pajangan di meja belajar Raissa."Emang dasarnya lo sih, suka keluyuran kayak gak punya rumah aja." Raissa berujar membuat Andhin menatapnya tak terima."Eh, gue anak rumahan tau, seminggu paling keluar rumah buat main tuh tujuh kali." Perkataan Andhin sukses membuat Raissa melemparkan sebuah bantal padanya. Lalu mereka tertawa setelah itu.

    Last Updated : 2021-10-15
  • All about Raissa   Masa Orientasi 2

    Hari ini adalah hari kedua masa pengenalan sekolah di SMA Vidatra. Sekarang, setelah pelatihan baris berbaris selesai, murid baru disuguhkan dengan penampilan penampilan dari setiap ekstrakulikuler dan juga Organisasi yang berada di sekolah Itu."Baiklah, kita akan saksikan penamilan dari band SMA Vidatra," ucap Pak Sugeng, selaku pembina ekstrakulikuler.Seluruh siswa baru yang tengah duduk di aula SMA Vidatra, bersorak sorai. Menyambut kedatangan beberapa orang yang naik ke atas panggung aula."Okay, apa kabar semuanya?" tanya sang vokalis perempuan yang dijawab dengan suara riuh oleh para murid baru."Baik, Kak!""Bagus, semangat banget ya," ucapnya."Kalian, harus banget jadi bagian dati kita kita, band SMA Vidatra. Yang berminat, nanti habis ini langsung daftar Ya!" ujarnya bersemangat."Okay, sekarang, kita akan bawain lagu dari Cha

    Last Updated : 2021-10-15
  • All about Raissa   Sewot

    Raissa dan Zara berjalan menuju area pemakaman Razzan, membawa satu keranjang bunga berwarna warni untuk mereka tabur diatas peristirahatan Razzan nantinya.Zara menjemput Raissa sepulang sekolah, dan sekarang mereka diantar oleh supir Zara ke tempat itu."Eh, Rai kamu udah kesini sehabis pemakaman?" tanya Zara pada Raissa yang berada di belakangnya."Belum, kenapa Ka--"Ucapan Raissa menggantung melihat ke arah makam Razzan. Diatas makam Razzan bertabur bunga bunga yang masih segar, sepertinya seseorang baru saja berkunjung."Lho? Siapa yang abis kesini?" heran Raissa."Tante Shana, Kali." Zara berkata dengan menatap Raissa."Gak mungkin, tante ada dirumah terus kok, pasti juga bakal ngajak aku kalo kesini," ujar Raissa."Ya udah, gak usah di pikirin."Zara dan Raissa sedikit membersihkan rumput

    Last Updated : 2021-10-16
  • All about Raissa   Masih Masa Orientasi

    "Kak Zara!" Teriak Raissa, lalu segera berlari mendekat pada Zara. "Hi Rai," senyumnya. "Kak, aku uku udah Izin sama Tante, katanya terserah Aku." Raissa dan Zara berjalan ke bersama ke Aula sekolah. "Oh ya? Bagus dong," ucapnya. "Eits!" Raissa dan Zara menghentikan langkah ketika Farell menghadang jalan mereka ditengah pintu masuk Aula. "Apa lagi sih." Raissa memutar bola matanya malas. "Kenapa Rell?" tanya Zara pada Farell. "Gua gak ada perlu sama lo Zar, silahkan masuk." Farell mempersilahkan Zara, Ia menurut saja meninggalkan Raissa setelah menepuk bahunya, menyuruh Ia tenang. "Ada apa?" tanya Raissa dengan malas. Farell tak menjawab, Ia menarik Raissa untuk pergi menjauh dari keramaian, Raissa hanya mengikuti langkah Farell dengan malas.

    Last Updated : 2021-10-17
  • All about Raissa   Anak Kepala Sekolah

    "Balikin punya kakak, Raissa!""Gak mau, wleee." Raissa mengejek Razzan yang sedang mengejarnya.Mereka tengah berkejar kejaran di dalam rumah, Raissa menjahili Razzan dengan mengambil buku hariannya."Raissa, Kakak beneran marah ya!""Silahkan," ucap Raissa santai, mereka terhalang oleh meja makan dan berdiri berhadapan."Raissa!" teriak Razzan."Zara, hari ini lo cantik banget." Raissa membaca sedikit isi dari tulisan Razzan di buku itu membuat Razzan mengejarnya lagi dan kini Ia mendapatkan Raissa."Kamu jahil banget sih!""Jangan! Lepasin! Kakak! hahaha" Raissa tertawa karena Razzan menggelitiknya."Tante!" teriak Raissa dengan suara sangat keras membuat Shana menghampiri mereka."Eh, kalian ini apa apaan," ucapnya. "Razzan, lepasin adek kamu."Razzan

    Last Updated : 2021-10-18

Latest chapter

  • All about Raissa   Apa Harus?

    Raissa berada pada kantin sekolah Vidatra. Ia bersama dengan Farell, laki-laki itu menyeret Raissa dari rumahnya pagi pagi sekali."Kalo lo gak makan, gua gak izinin lo ke kelas." Farell mengancam."Lo ngeselin banget sih," kesal Raissa, menatap Farell datar."Siapa suruh lo buat gua nunggu, kemana lo kemarin?" tanya Farell meng-interogasi Raissa."Siapa yang nyuruh lo nunggu?" Raissa berkata dengan nada sewot sembari menyantap roti bakar yang telah Ia pesan."Lo?!" Farell menunjuk tepat didepan wajah Raissa."Ah!"Farell memekik keras ketika Raissa menggigir jari telunjuknya."Jangan nunjuk-nunjuk gue," Raissa berkata santai, memandangi Farell yang mengelus elus jari telunjuknya."Parah banget lo!" ujar Farell, sedang Raissa hanya tersenyum."Kenapa? mau bales? nih, gigit nih

  • All about Raissa   Masih di Rumah Zevan

    Raissa dan Zevan kini berada dikebun belakang rumah Zevan. Tempat itu sangat sejuk dengan ditumbuhi beraneka ragam bunga. Bahkan, ada beberapa sayuran dan buah yang ditanam disana."Gue betah banget disini," ucap Raissa tersenyum seraya menghirup udara segar di tempat itu."Lo bisa kesini setiap saat kalo lo mau. Gua seneng lo disini." Zevan tersenyum tulus."Asem, tapi enak!" ujar Raissa tak menggubris ucapan Zevan. Ia memakan buah strowberry yang telah ia petik dan dicuci."Lo suka banget mengabaikan orang lain." Zevan berucap datar. Ia ikut memakan strowberry di atas meja, yang memisahkan Raissa dan dirinya."Bukan suka mengabaikan, tapi... gue nyimpen energi buat dipergunakan pada hal yang lebih penting." Raissa berkata santai, masih asik memakan buah dihadapannya."Ck." Zevan berdecak."Den Zevan, Non, ini minumannya," ucap seorang a

  • All about Raissa   Perpustakaan Rumah Zevan

    Raissa duduk dengan gelisah dikamarnya, Ia memandangi ponselnya dengan bimbang. Apakah dia harus menghubungi Zevan atau tidak.Tadi sepulang sekolah, Ia tahu dari teman temannya bahwa Zevan tidak mengikuti pelajaran seusai istirahat. Ia pulang entah karena apa.Raissa meminta nomor Zevan dari teman temannya, Ia ingin menghubunginya menanyakan apa yang terjadi. Namun, apakah pantas? Bagaimana jika itu menyangkut urusan pribadinya.Raissa tak tahan lagi, Ia mengambil ponsel diatas ranjang disampingnya. Segera Ia memencet kontak nomor Zevan dan memanggilnya.Tut... Tut... Tut...Raissa menunggu panggilan tersebut diangkat, dan tak sampai se-menit. Kini seseorang dari seberang telepon mengangkat suaranya."Halo?""Halo, Zevan. Ini gue Raissa," ucap Raissa dengan cepat."Kenapa Rai?""Lo tadi pulang? L

  • All about Raissa   Hampir Saja

    "Hi Rai, Hi Andhin."Zevan menyapa Raissa dan Andhin yang baru saja keluar dari pintu kelasnya."Eh hi," sapa balik Andhin seraya melambaikan tangannya pada Zevan dengan kebingungan."Dia Zevan," ucap Raissa memperkenalkan Zevan pada Andhin."Kok lo bisa kenal sama cowok cowok ganteng di sekolah ini sih?" Andhin menarik Raissa dan berbisik padanya."Sstt!" ucap Raissa meletakkan jari telunjuk di bibirnya untuk menyuruh Andhin diam.Zevan mengerutkan dahinya melihat kedua gadis itu."Hehe, ada apa?" tanya Raissa pada Zevan setelahnya."Mau ke kantin bareng?" tawarnya."Mau!" Andhin menjawab berantusis membuat Raissa memandangnya datar."Dia ngajak gue, bukan lo!""Andhin juga boleh ikut kalo mau," ucapnya dengan tersenyum."Tuh kan! Sew

  • All about Raissa   Kelas Baru

    Pagi hari di SMA Vidatra, siswa siswi mulai berdatangan untuk menjalani rutinitas belajar seperti semula.Murid baru pun akhirnya dapat melakukan aktifitas belajar normal setelah masa orientasi selesai.Raissa melambaikan tangan pada Shana, lalu sang Tante segera pergi dari tempat itu. Raissa berjalan dengan senyuman di bibirnya, Ia bersemangat untuk bersekolah."Rai!" Sebuah panggilan membuat Raissa mengedarkan matanya untuk mencari siapa yang memanggilnya."Aduh, kenapa harus ketemu dia pagi pagi sih," gumam Raissa dengan sedikit menunduk.Zevan lah yang memanggilnya, dan kini berlari kearah Raissa. Raissa masih merasa sedikit merasa canggung, karena insiden buah kelapa yang jatuh di pantai kemarin."Iya?" katanya."Ayo masuk bareng," ucap Zevan, Raissa mengangguk, lalu mereka berjalan beriringan memasuki gerbang sekolahnya.&nbs

  • All about Raissa   Kejadian di Pantai

    "Makasih," ucap Raissa pada Farell seraya mengembalikan helm yang telah Ia pakai."Sama sama."Raissa diam, begitu juga dengan Farell. itu berlangsung hingga hampir satu menit membuat Raissa mengerutkan dahinya."Nungguin apa?" tanya Raissa."Sana masuk," ucapnya. "Atau lo mau gua mampir?""Gak!" Raissa segera berbalik dan masuk ke rumahnya, tak melihat kepada Farell sama sekali dan langsung menutup pintu."Cih." Farell terkekeh, Ia menyimpan helm yang Ia pegang di belakang motor, lalu segera pergi dari halaman rumah Raissa."Ish, lama lama darah tinggi gue," ucap Raissa mengintip dari balik tirai jendela."Kamu lagi apa?""Astaga!" Raissa terkaget. "Tante ngagetin Raissa aja!" ujarnya."Orang tante nanya baik baik." Tante Shana memasang wajah malasnya."I

  • All about Raissa   Anak Kepala Sekolah

    "Balikin punya kakak, Raissa!""Gak mau, wleee." Raissa mengejek Razzan yang sedang mengejarnya.Mereka tengah berkejar kejaran di dalam rumah, Raissa menjahili Razzan dengan mengambil buku hariannya."Raissa, Kakak beneran marah ya!""Silahkan," ucap Raissa santai, mereka terhalang oleh meja makan dan berdiri berhadapan."Raissa!" teriak Razzan."Zara, hari ini lo cantik banget." Raissa membaca sedikit isi dari tulisan Razzan di buku itu membuat Razzan mengejarnya lagi dan kini Ia mendapatkan Raissa."Kamu jahil banget sih!""Jangan! Lepasin! Kakak! hahaha" Raissa tertawa karena Razzan menggelitiknya."Tante!" teriak Raissa dengan suara sangat keras membuat Shana menghampiri mereka."Eh, kalian ini apa apaan," ucapnya. "Razzan, lepasin adek kamu."Razzan

  • All about Raissa   Masih Masa Orientasi

    "Kak Zara!" Teriak Raissa, lalu segera berlari mendekat pada Zara. "Hi Rai," senyumnya. "Kak, aku uku udah Izin sama Tante, katanya terserah Aku." Raissa dan Zara berjalan ke bersama ke Aula sekolah. "Oh ya? Bagus dong," ucapnya. "Eits!" Raissa dan Zara menghentikan langkah ketika Farell menghadang jalan mereka ditengah pintu masuk Aula. "Apa lagi sih." Raissa memutar bola matanya malas. "Kenapa Rell?" tanya Zara pada Farell. "Gua gak ada perlu sama lo Zar, silahkan masuk." Farell mempersilahkan Zara, Ia menurut saja meninggalkan Raissa setelah menepuk bahunya, menyuruh Ia tenang. "Ada apa?" tanya Raissa dengan malas. Farell tak menjawab, Ia menarik Raissa untuk pergi menjauh dari keramaian, Raissa hanya mengikuti langkah Farell dengan malas.

  • All about Raissa   Sewot

    Raissa dan Zara berjalan menuju area pemakaman Razzan, membawa satu keranjang bunga berwarna warni untuk mereka tabur diatas peristirahatan Razzan nantinya.Zara menjemput Raissa sepulang sekolah, dan sekarang mereka diantar oleh supir Zara ke tempat itu."Eh, Rai kamu udah kesini sehabis pemakaman?" tanya Zara pada Raissa yang berada di belakangnya."Belum, kenapa Ka--"Ucapan Raissa menggantung melihat ke arah makam Razzan. Diatas makam Razzan bertabur bunga bunga yang masih segar, sepertinya seseorang baru saja berkunjung."Lho? Siapa yang abis kesini?" heran Raissa."Tante Shana, Kali." Zara berkata dengan menatap Raissa."Gak mungkin, tante ada dirumah terus kok, pasti juga bakal ngajak aku kalo kesini," ujar Raissa."Ya udah, gak usah di pikirin."Zara dan Raissa sedikit membersihkan rumput

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status