Home / Young Adult / All about Raissa / Masa Orientasi 2

Share

Masa Orientasi 2

Author: Dinsss
last update Last Updated: 2021-10-15 08:39:06

Hari ini adalah hari kedua masa pengenalan sekolah di SMA Vidatra. Sekarang, setelah pelatihan baris berbaris selesai, murid baru disuguhkan dengan penampilan penampilan dari setiap ekstrakulikuler dan juga Organisasi yang berada di sekolah Itu.

"Baiklah, kita akan saksikan penamilan dari band SMA Vidatra," ucap Pak Sugeng, selaku pembina ekstrakulikuler.

Seluruh siswa baru yang tengah duduk di aula SMA Vidatra, bersorak sorai. Menyambut kedatangan beberapa orang yang naik ke atas panggung aula.

"Okay, apa kabar semuanya?" tanya sang vokalis perempuan yang dijawab dengan suara riuh oleh para murid baru.

"Baik, Kak!"

"Bagus, semangat banget ya," ucapnya.

"Kalian, harus banget jadi bagian dati kita kita, band SMA Vidatra. Yang berminat, nanti habis ini langsung daftar Ya!" ujarnya bersemangat.

"Okay, sekarang, kita akan bawain lagu dari Charlie puth featuring Selena Gomes, We don't talk anymore."

Segera setelah sang Vokalis band selesai berbicara, band tersebut segera mamainkan musik. Seluruh murid baru berteriak riuh dan ada juga yang bersiul siul.

I just hope you're lying next to somebody

Who knows how to love you like me

There must be a good reason that you're gone

Every now and then I think you might want me to

Come show up at your door

But I'm just too afraid that I'll be wrong

Hari ini tak seperti hari kemarin yang membosankan. Masa pengenalan sekolah di hari ini diisi dengan hal hal seru dan menyenangkan.

"Seru, banget! gue mau masuk ekstrakulikuler band!" Tetiak Andhin pada Raissa yang berada disebelahnya.

"Emang, lo bisa nyanyi?" tanya Raissa sedikit berteriak, karena ramainya suara di aula itu.

"Gak bisa!"

"Main alat musik?" tanya Raissa lagi.

"Gak bisa juga!"

"Terus? Kenapa lo mau masuk ekskul band?!"

"Karena, cowoknya ganteng ganteng!" Andhin tersenyum menyebalkan, mambuat Raissa ingin memukulnya saja.

Mereka berdua lalu tak saling bicara lagi, menikmati penampilan yang disuguhkan oleh organisasi dan bidang ekskul selanjutnya.

Kini, giliran ekstrakulikuler Palang Merah Remaja untuk unjuk diri, memperkenalkan tentang mereka untuk menggaet anggota baru.

Beberapa waktu berlalu, Zara yang kebetulan adalah ketua dari ekstrakulikuler tersebut telah menjelaskan banyak hal.

"Apakah ada dari kalian yang ingin bergabung bersama kami?" tanya Zara, dan disambit dengan banyak sekali acungan tangan.

"Wah, banyak juga ya." ucapnya.

"Baik, setelah ini, yang berminat bisa mendaftar di pintu keluar aula ya. Sekian dari aku, terima kasih." Zara meletakkan mikrofonnya dan turun dari panggung aula dengan diiringi oleh tepuk rangan para murid baru.

Kegiatan masa orientasi inipun selesai pada hari ini, dan besok adalah hari terakhir mereka melakukan kegiatan itu sebelum belajar normal.

Baik para Osis, maupun siswa baru membubarkan diri, dan keluar dari tempat mereka berkumpul tadi.

"Kak Zara!" teriak Raissa.

Zara menoleh pada sumber suara, dan menemukan Raissa bersama Andhin yang berlari ke arahnya.

"Hi, kalian," ucapnya dengan tersenyum.

"Gimana? Setelah pengenalan ekstrakulikuler, kalian mau gabung dimana?"

"Aku mau gabung sama kakak, palang meraj remaja." Raissa berkata seraya memeluk lengan kir Zara.

"Bagus, kalo kamu Andhin?"

"Aku gak tau Kak, masih bingung." Andhin memasang wajah memelasnya.

"Dia nyari ekskul yang isi cowoknya ganteng ganteng, Kak," ujar Raissa membuat Zara tertawa.

"Kak, Zara. Ke makam Kakak aku yuk, sepulanh sekolah." Raissa mengajak dengan ekspresi memohon.

"Boleh, Aku juga kangen sama si kepala batu." Zara menyetujui.

"Zar, bisa ikut gua sebentar? Ada yang mau dibahas sama ketua panitia MOS." Seorang Siswa tiba dihadapan mereka, Ia adalah Farell sang ketua Osis.

"Oke, bentar ya."

"Dia adik lo?" tanya Farell seraya melihar Raissa, yang masih memeluk lengan Zara.

"Bukan, kenalin. Ini Andhin, dan Ini Raissa, adiknya Razzan." Zara memperkenalkan kedua murid baru tersebut pada Farell.

Zara dan Farell bisa dibilang cukup mengenal satu sama lain, karena mereka sama sama aktif di organisasi dan membuat mereka sering berinteraksi satu sama lain.

"Razzan?" tanyanya memastikan seraya melihat wajah Raissa.

"Wajah lo gak asing." Farell berfikir.

"Iya, Kakak Ngehukum kita kemarin," jawab Andhin.

"Bukan, saat itu juga gua rasa udah pernah lih--"

"Gue yang waktu itu nganter kue dan--." Raissa memotong perkataan Farell. Namun, belum sempat Ia menyelesaikan perkataannya. Farell terlebih dahulu membekap mulutnya.

"Eumph!" Raissa berusaha memberontak.

"Kalian kenapa sih? Udah saling kenal juga ternyata?" tanya Zara.

"Diem lo," bisik Farell tepat ditelinga Raissa. "Gak kok, gua pernah ketemu dia pas lagi sama Razzan. ayok Zar, yang lain udah lama nungguin."

"Ih! Apa apaan!" kesal Raissa setelah Farell melepas bekapan tangannya.

Farell menarik Zara pergi, Zara hanya mengikuti dan melambaikan tangannya pada Raissa dan Andhin.

"Nanti sore, Telpon aja!" teriaknya sembari berjalan menjauh mengikuti langkah Farell.

"Siap, Kak!" Raissa membalas berteriak dan Andhin melambaikan tangan pada Zara.

"Lo udah ketemu Kak Farell, kenapa gak lakuin dare lo?" tanya Andhin pada Raissa.

"Tunggu waktu yang tepat, gue gak mau dia ngira gue agresif atau gue suka sama dia," ujar Raissa, lalu segera berjalan menuju gerbang sekolah.

"Eh! Tunggu!" teriak Andhin, seraya mengejar temannya itu dan mensejajarkan langkah mereka.

Raissa dan Andhin bersama menuju gerbang. Tak lama, mereka berpisah ketika jemputan Andhin terlebih dahulu datang.

"Sorry ya, gue gak bisa ikut lo sama kak Zara," ucapnya.

"Gak papa kok. Sana gih pulang, hati hati." Raissa tersenyum.

"Okay, lo juga ya. Bye!" Andhin melambaikan tangannya lalu segera mobilnya ia tumpangi meninggalkan tempat itu.

Raissa berdiri di samping gerbang sekolah, menunggu Shana menjemputnya.

"Pasti, Tante lagi ada pesanan." Raissa melihat jam ditangannya.

Brug

Raissa terjatuh ketika seseorang menabraknya.

"Aw, gimana sih, jalan lihat lihat dong!" kesal Raissa menepuk nepuk kedua tangannya yang kotor.

"Sorry, gua gak lihat lo," ucap seorang pemuda mengulurkan tangan pada Raissa.

Raissa mendongak dan melihat wajah tersebut yang familiar menurutnya.

"Ayo, bangun," katanya masih dengan mengelurkan tangan.

Raissa menerima uluran tersebut, lalu membersihkan pakaiannya yang kotor akibat debu. Setelahnya, Ia menelisik wajah tersebut kembali memutar memorinya untuk mengingat apa benar ia mengenal pemuda dihadapannya itu.

"Lo gak papa?"

"Lo! lo yang waktu itu ngejatuhin barang barang gue di toko buku kan!" tanya Raissa sedikit kesal.

"Oh ya? Sorry," ucapnya.

"Kalo cuma dengan kata maaf semua kesalahan bisa dihapus, penjara gak akan ada isinya," ujar Raissa.

"Setuju. Tapi, lo seharusnya gak benci sama orang yang ngelakuin kesalahan. Karena, lo gak pernah tau alasan dibalik itu, apa yang ia tanggung, sehingga nyebabin masalah itu." Pemuda tersebut berkata dengan ekspresi yang sulit diartikan.

Raissa tertegun, Ia kehilangan kata katanya.

"Gua Zevan, sekolah disini juga. Seneng kenal lo... Raissa," ucapnya setelah melihat tag nama di seragam yang Raissa kenakan.

Related chapters

  • All about Raissa   Sewot

    Raissa dan Zara berjalan menuju area pemakaman Razzan, membawa satu keranjang bunga berwarna warni untuk mereka tabur diatas peristirahatan Razzan nantinya.Zara menjemput Raissa sepulang sekolah, dan sekarang mereka diantar oleh supir Zara ke tempat itu."Eh, Rai kamu udah kesini sehabis pemakaman?" tanya Zara pada Raissa yang berada di belakangnya."Belum, kenapa Ka--"Ucapan Raissa menggantung melihat ke arah makam Razzan. Diatas makam Razzan bertabur bunga bunga yang masih segar, sepertinya seseorang baru saja berkunjung."Lho? Siapa yang abis kesini?" heran Raissa."Tante Shana, Kali." Zara berkata dengan menatap Raissa."Gak mungkin, tante ada dirumah terus kok, pasti juga bakal ngajak aku kalo kesini," ujar Raissa."Ya udah, gak usah di pikirin."Zara dan Raissa sedikit membersihkan rumput

    Last Updated : 2021-10-16
  • All about Raissa   Masih Masa Orientasi

    "Kak Zara!" Teriak Raissa, lalu segera berlari mendekat pada Zara. "Hi Rai," senyumnya. "Kak, aku uku udah Izin sama Tante, katanya terserah Aku." Raissa dan Zara berjalan ke bersama ke Aula sekolah. "Oh ya? Bagus dong," ucapnya. "Eits!" Raissa dan Zara menghentikan langkah ketika Farell menghadang jalan mereka ditengah pintu masuk Aula. "Apa lagi sih." Raissa memutar bola matanya malas. "Kenapa Rell?" tanya Zara pada Farell. "Gua gak ada perlu sama lo Zar, silahkan masuk." Farell mempersilahkan Zara, Ia menurut saja meninggalkan Raissa setelah menepuk bahunya, menyuruh Ia tenang. "Ada apa?" tanya Raissa dengan malas. Farell tak menjawab, Ia menarik Raissa untuk pergi menjauh dari keramaian, Raissa hanya mengikuti langkah Farell dengan malas.

    Last Updated : 2021-10-17
  • All about Raissa   Anak Kepala Sekolah

    "Balikin punya kakak, Raissa!""Gak mau, wleee." Raissa mengejek Razzan yang sedang mengejarnya.Mereka tengah berkejar kejaran di dalam rumah, Raissa menjahili Razzan dengan mengambil buku hariannya."Raissa, Kakak beneran marah ya!""Silahkan," ucap Raissa santai, mereka terhalang oleh meja makan dan berdiri berhadapan."Raissa!" teriak Razzan."Zara, hari ini lo cantik banget." Raissa membaca sedikit isi dari tulisan Razzan di buku itu membuat Razzan mengejarnya lagi dan kini Ia mendapatkan Raissa."Kamu jahil banget sih!""Jangan! Lepasin! Kakak! hahaha" Raissa tertawa karena Razzan menggelitiknya."Tante!" teriak Raissa dengan suara sangat keras membuat Shana menghampiri mereka."Eh, kalian ini apa apaan," ucapnya. "Razzan, lepasin adek kamu."Razzan

    Last Updated : 2021-10-18
  • All about Raissa   Kejadian di Pantai

    "Makasih," ucap Raissa pada Farell seraya mengembalikan helm yang telah Ia pakai."Sama sama."Raissa diam, begitu juga dengan Farell. itu berlangsung hingga hampir satu menit membuat Raissa mengerutkan dahinya."Nungguin apa?" tanya Raissa."Sana masuk," ucapnya. "Atau lo mau gua mampir?""Gak!" Raissa segera berbalik dan masuk ke rumahnya, tak melihat kepada Farell sama sekali dan langsung menutup pintu."Cih." Farell terkekeh, Ia menyimpan helm yang Ia pegang di belakang motor, lalu segera pergi dari halaman rumah Raissa."Ish, lama lama darah tinggi gue," ucap Raissa mengintip dari balik tirai jendela."Kamu lagi apa?""Astaga!" Raissa terkaget. "Tante ngagetin Raissa aja!" ujarnya."Orang tante nanya baik baik." Tante Shana memasang wajah malasnya."I

    Last Updated : 2021-10-19
  • All about Raissa   Kelas Baru

    Pagi hari di SMA Vidatra, siswa siswi mulai berdatangan untuk menjalani rutinitas belajar seperti semula.Murid baru pun akhirnya dapat melakukan aktifitas belajar normal setelah masa orientasi selesai.Raissa melambaikan tangan pada Shana, lalu sang Tante segera pergi dari tempat itu. Raissa berjalan dengan senyuman di bibirnya, Ia bersemangat untuk bersekolah."Rai!" Sebuah panggilan membuat Raissa mengedarkan matanya untuk mencari siapa yang memanggilnya."Aduh, kenapa harus ketemu dia pagi pagi sih," gumam Raissa dengan sedikit menunduk.Zevan lah yang memanggilnya, dan kini berlari kearah Raissa. Raissa masih merasa sedikit merasa canggung, karena insiden buah kelapa yang jatuh di pantai kemarin."Iya?" katanya."Ayo masuk bareng," ucap Zevan, Raissa mengangguk, lalu mereka berjalan beriringan memasuki gerbang sekolahnya.&nbs

    Last Updated : 2021-10-20
  • All about Raissa   Hampir Saja

    "Hi Rai, Hi Andhin."Zevan menyapa Raissa dan Andhin yang baru saja keluar dari pintu kelasnya."Eh hi," sapa balik Andhin seraya melambaikan tangannya pada Zevan dengan kebingungan."Dia Zevan," ucap Raissa memperkenalkan Zevan pada Andhin."Kok lo bisa kenal sama cowok cowok ganteng di sekolah ini sih?" Andhin menarik Raissa dan berbisik padanya."Sstt!" ucap Raissa meletakkan jari telunjuk di bibirnya untuk menyuruh Andhin diam.Zevan mengerutkan dahinya melihat kedua gadis itu."Hehe, ada apa?" tanya Raissa pada Zevan setelahnya."Mau ke kantin bareng?" tawarnya."Mau!" Andhin menjawab berantusis membuat Raissa memandangnya datar."Dia ngajak gue, bukan lo!""Andhin juga boleh ikut kalo mau," ucapnya dengan tersenyum."Tuh kan! Sew

    Last Updated : 2021-10-21
  • All about Raissa   Perpustakaan Rumah Zevan

    Raissa duduk dengan gelisah dikamarnya, Ia memandangi ponselnya dengan bimbang. Apakah dia harus menghubungi Zevan atau tidak.Tadi sepulang sekolah, Ia tahu dari teman temannya bahwa Zevan tidak mengikuti pelajaran seusai istirahat. Ia pulang entah karena apa.Raissa meminta nomor Zevan dari teman temannya, Ia ingin menghubunginya menanyakan apa yang terjadi. Namun, apakah pantas? Bagaimana jika itu menyangkut urusan pribadinya.Raissa tak tahan lagi, Ia mengambil ponsel diatas ranjang disampingnya. Segera Ia memencet kontak nomor Zevan dan memanggilnya.Tut... Tut... Tut...Raissa menunggu panggilan tersebut diangkat, dan tak sampai se-menit. Kini seseorang dari seberang telepon mengangkat suaranya."Halo?""Halo, Zevan. Ini gue Raissa," ucap Raissa dengan cepat."Kenapa Rai?""Lo tadi pulang? L

    Last Updated : 2021-10-22
  • All about Raissa   Masih di Rumah Zevan

    Raissa dan Zevan kini berada dikebun belakang rumah Zevan. Tempat itu sangat sejuk dengan ditumbuhi beraneka ragam bunga. Bahkan, ada beberapa sayuran dan buah yang ditanam disana."Gue betah banget disini," ucap Raissa tersenyum seraya menghirup udara segar di tempat itu."Lo bisa kesini setiap saat kalo lo mau. Gua seneng lo disini." Zevan tersenyum tulus."Asem, tapi enak!" ujar Raissa tak menggubris ucapan Zevan. Ia memakan buah strowberry yang telah ia petik dan dicuci."Lo suka banget mengabaikan orang lain." Zevan berucap datar. Ia ikut memakan strowberry di atas meja, yang memisahkan Raissa dan dirinya."Bukan suka mengabaikan, tapi... gue nyimpen energi buat dipergunakan pada hal yang lebih penting." Raissa berkata santai, masih asik memakan buah dihadapannya."Ck." Zevan berdecak."Den Zevan, Non, ini minumannya," ucap seorang a

    Last Updated : 2021-10-23

Latest chapter

  • All about Raissa   Apa Harus?

    Raissa berada pada kantin sekolah Vidatra. Ia bersama dengan Farell, laki-laki itu menyeret Raissa dari rumahnya pagi pagi sekali."Kalo lo gak makan, gua gak izinin lo ke kelas." Farell mengancam."Lo ngeselin banget sih," kesal Raissa, menatap Farell datar."Siapa suruh lo buat gua nunggu, kemana lo kemarin?" tanya Farell meng-interogasi Raissa."Siapa yang nyuruh lo nunggu?" Raissa berkata dengan nada sewot sembari menyantap roti bakar yang telah Ia pesan."Lo?!" Farell menunjuk tepat didepan wajah Raissa."Ah!"Farell memekik keras ketika Raissa menggigir jari telunjuknya."Jangan nunjuk-nunjuk gue," Raissa berkata santai, memandangi Farell yang mengelus elus jari telunjuknya."Parah banget lo!" ujar Farell, sedang Raissa hanya tersenyum."Kenapa? mau bales? nih, gigit nih

  • All about Raissa   Masih di Rumah Zevan

    Raissa dan Zevan kini berada dikebun belakang rumah Zevan. Tempat itu sangat sejuk dengan ditumbuhi beraneka ragam bunga. Bahkan, ada beberapa sayuran dan buah yang ditanam disana."Gue betah banget disini," ucap Raissa tersenyum seraya menghirup udara segar di tempat itu."Lo bisa kesini setiap saat kalo lo mau. Gua seneng lo disini." Zevan tersenyum tulus."Asem, tapi enak!" ujar Raissa tak menggubris ucapan Zevan. Ia memakan buah strowberry yang telah ia petik dan dicuci."Lo suka banget mengabaikan orang lain." Zevan berucap datar. Ia ikut memakan strowberry di atas meja, yang memisahkan Raissa dan dirinya."Bukan suka mengabaikan, tapi... gue nyimpen energi buat dipergunakan pada hal yang lebih penting." Raissa berkata santai, masih asik memakan buah dihadapannya."Ck." Zevan berdecak."Den Zevan, Non, ini minumannya," ucap seorang a

  • All about Raissa   Perpustakaan Rumah Zevan

    Raissa duduk dengan gelisah dikamarnya, Ia memandangi ponselnya dengan bimbang. Apakah dia harus menghubungi Zevan atau tidak.Tadi sepulang sekolah, Ia tahu dari teman temannya bahwa Zevan tidak mengikuti pelajaran seusai istirahat. Ia pulang entah karena apa.Raissa meminta nomor Zevan dari teman temannya, Ia ingin menghubunginya menanyakan apa yang terjadi. Namun, apakah pantas? Bagaimana jika itu menyangkut urusan pribadinya.Raissa tak tahan lagi, Ia mengambil ponsel diatas ranjang disampingnya. Segera Ia memencet kontak nomor Zevan dan memanggilnya.Tut... Tut... Tut...Raissa menunggu panggilan tersebut diangkat, dan tak sampai se-menit. Kini seseorang dari seberang telepon mengangkat suaranya."Halo?""Halo, Zevan. Ini gue Raissa," ucap Raissa dengan cepat."Kenapa Rai?""Lo tadi pulang? L

  • All about Raissa   Hampir Saja

    "Hi Rai, Hi Andhin."Zevan menyapa Raissa dan Andhin yang baru saja keluar dari pintu kelasnya."Eh hi," sapa balik Andhin seraya melambaikan tangannya pada Zevan dengan kebingungan."Dia Zevan," ucap Raissa memperkenalkan Zevan pada Andhin."Kok lo bisa kenal sama cowok cowok ganteng di sekolah ini sih?" Andhin menarik Raissa dan berbisik padanya."Sstt!" ucap Raissa meletakkan jari telunjuk di bibirnya untuk menyuruh Andhin diam.Zevan mengerutkan dahinya melihat kedua gadis itu."Hehe, ada apa?" tanya Raissa pada Zevan setelahnya."Mau ke kantin bareng?" tawarnya."Mau!" Andhin menjawab berantusis membuat Raissa memandangnya datar."Dia ngajak gue, bukan lo!""Andhin juga boleh ikut kalo mau," ucapnya dengan tersenyum."Tuh kan! Sew

  • All about Raissa   Kelas Baru

    Pagi hari di SMA Vidatra, siswa siswi mulai berdatangan untuk menjalani rutinitas belajar seperti semula.Murid baru pun akhirnya dapat melakukan aktifitas belajar normal setelah masa orientasi selesai.Raissa melambaikan tangan pada Shana, lalu sang Tante segera pergi dari tempat itu. Raissa berjalan dengan senyuman di bibirnya, Ia bersemangat untuk bersekolah."Rai!" Sebuah panggilan membuat Raissa mengedarkan matanya untuk mencari siapa yang memanggilnya."Aduh, kenapa harus ketemu dia pagi pagi sih," gumam Raissa dengan sedikit menunduk.Zevan lah yang memanggilnya, dan kini berlari kearah Raissa. Raissa masih merasa sedikit merasa canggung, karena insiden buah kelapa yang jatuh di pantai kemarin."Iya?" katanya."Ayo masuk bareng," ucap Zevan, Raissa mengangguk, lalu mereka berjalan beriringan memasuki gerbang sekolahnya.&nbs

  • All about Raissa   Kejadian di Pantai

    "Makasih," ucap Raissa pada Farell seraya mengembalikan helm yang telah Ia pakai."Sama sama."Raissa diam, begitu juga dengan Farell. itu berlangsung hingga hampir satu menit membuat Raissa mengerutkan dahinya."Nungguin apa?" tanya Raissa."Sana masuk," ucapnya. "Atau lo mau gua mampir?""Gak!" Raissa segera berbalik dan masuk ke rumahnya, tak melihat kepada Farell sama sekali dan langsung menutup pintu."Cih." Farell terkekeh, Ia menyimpan helm yang Ia pegang di belakang motor, lalu segera pergi dari halaman rumah Raissa."Ish, lama lama darah tinggi gue," ucap Raissa mengintip dari balik tirai jendela."Kamu lagi apa?""Astaga!" Raissa terkaget. "Tante ngagetin Raissa aja!" ujarnya."Orang tante nanya baik baik." Tante Shana memasang wajah malasnya."I

  • All about Raissa   Anak Kepala Sekolah

    "Balikin punya kakak, Raissa!""Gak mau, wleee." Raissa mengejek Razzan yang sedang mengejarnya.Mereka tengah berkejar kejaran di dalam rumah, Raissa menjahili Razzan dengan mengambil buku hariannya."Raissa, Kakak beneran marah ya!""Silahkan," ucap Raissa santai, mereka terhalang oleh meja makan dan berdiri berhadapan."Raissa!" teriak Razzan."Zara, hari ini lo cantik banget." Raissa membaca sedikit isi dari tulisan Razzan di buku itu membuat Razzan mengejarnya lagi dan kini Ia mendapatkan Raissa."Kamu jahil banget sih!""Jangan! Lepasin! Kakak! hahaha" Raissa tertawa karena Razzan menggelitiknya."Tante!" teriak Raissa dengan suara sangat keras membuat Shana menghampiri mereka."Eh, kalian ini apa apaan," ucapnya. "Razzan, lepasin adek kamu."Razzan

  • All about Raissa   Masih Masa Orientasi

    "Kak Zara!" Teriak Raissa, lalu segera berlari mendekat pada Zara. "Hi Rai," senyumnya. "Kak, aku uku udah Izin sama Tante, katanya terserah Aku." Raissa dan Zara berjalan ke bersama ke Aula sekolah. "Oh ya? Bagus dong," ucapnya. "Eits!" Raissa dan Zara menghentikan langkah ketika Farell menghadang jalan mereka ditengah pintu masuk Aula. "Apa lagi sih." Raissa memutar bola matanya malas. "Kenapa Rell?" tanya Zara pada Farell. "Gua gak ada perlu sama lo Zar, silahkan masuk." Farell mempersilahkan Zara, Ia menurut saja meninggalkan Raissa setelah menepuk bahunya, menyuruh Ia tenang. "Ada apa?" tanya Raissa dengan malas. Farell tak menjawab, Ia menarik Raissa untuk pergi menjauh dari keramaian, Raissa hanya mengikuti langkah Farell dengan malas.

  • All about Raissa   Sewot

    Raissa dan Zara berjalan menuju area pemakaman Razzan, membawa satu keranjang bunga berwarna warni untuk mereka tabur diatas peristirahatan Razzan nantinya.Zara menjemput Raissa sepulang sekolah, dan sekarang mereka diantar oleh supir Zara ke tempat itu."Eh, Rai kamu udah kesini sehabis pemakaman?" tanya Zara pada Raissa yang berada di belakangnya."Belum, kenapa Ka--"Ucapan Raissa menggantung melihat ke arah makam Razzan. Diatas makam Razzan bertabur bunga bunga yang masih segar, sepertinya seseorang baru saja berkunjung."Lho? Siapa yang abis kesini?" heran Raissa."Tante Shana, Kali." Zara berkata dengan menatap Raissa."Gak mungkin, tante ada dirumah terus kok, pasti juga bakal ngajak aku kalo kesini," ujar Raissa."Ya udah, gak usah di pikirin."Zara dan Raissa sedikit membersihkan rumput

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status