Home / Young Adult / All about Raissa / Insiden memalukan

Share

Insiden memalukan

Author: Dinsss
last update Last Updated: 2021-09-12 17:15:04

Masa libur kelulusan sekolah sudah habis, tiba saatnya bagi para pelajar untuk bersiap kembali bersekolah.

Kini Raissa tengah berada di toko buku, Ia sedang akan membeli peralatan untuk bersiap masuk ke sekolah menengah atas.

Selama liburan sekolah Ini, Ia hanya menghabiskan waktu untuk membantu Shana membuat kue ditokonya. Ia bosan dengan rutinitas hariannya itu.

Ia akan masuk di Sekolah Vidatra, sekolah yang sama dengan Zara.

Kini, Ia memilih buku tulis untuk Ia beli. Raissa tak ingin lagi buku bersampul barbie atau hal hal yang berhubungan dengan anak kecil lagi.

"Ini aja deh," putusnya setelah lama melihat lihat.

Toko yang menyediakan peralatan belajar, buku buku pelajaran, novel, dan juga segala macam buku itu kini telah ramai dipenuhi pengunjung dengan mayoritas pelajar.

Ia mengambil buku bersampul dominan hitam, setelahnya, Ia segera membawa keranjang belanjaannya untuk membayarnya di kasir.

Raissa selesai mengantri, Ia akan menaruh belanjaannya di atas meja kasir namun seseorang mendahuluinya.

"Eh."

"Sorry, gua buru buru. Boleh gua duluan?" tanya seorang laki laki seusianya menaruh sepack alat tulis lengkap di meja kasir.

"Maaf, gue juga buru buru," ucap Raissa.

"Gua beneran harus cepet, please." Mohonnya pada Raissa.

Raissa akhirnya mengizinkannya untuk mendahuluinya walaupun Ia sedikit kesal.

Laki laki sebayanya itu berbalik setelah membayar. Namun, Ia tak sengaja menyenggol barang milik Raissa hingga berjatuhan.

"Sorry." ucapnya tak berniat menolong lalu segera pergi dari toko itu.

"Eh! Lo!" teriak Raissa.

Ia tersadar saat memperhatikan sekelilingnya dan mendapati orang orang menatapnya. Tak ingin bertambah malu, Raissa segera memunguti barang barangnya lalu lekas membayar. Setelahnya, Ia bergegas keluar dari toko itu.

"Sabar Raissa, jangan pikirin kejadian tadi" ucapnya menarik nafas panjang menenangkan diri sendiri.

Ia berjalan ke parkiran, Ia tak enak pada tantenya, Shana. Ia telah menunggunya terlalu lama.

"Maaf tan, Raissa kelamaan ya?" tanya Raissa seraya menutup pintu mobil Shana.

"Lumayan, kamu ngapain aja sih di dalem?"

"Itu tuh tan, tadi ada cowok ngeselin banget. Masa dia gak mau antri. Terus, abis dia jatuhin barang barang bukannya nolongin malah pergi" ucapnya dengan nada kesal.

"Sudah sudah, masih pagi jangan cemberut gitu," ucap Shana lalu Ia menyalakan mesin mobilnya dan beranjak pergi dari toko peralatan pelajar tersebut.

"orang kek gitu tuh Tan, ngeselin banget. Mana rame banget lagi." Keluhnya.

"Kamu juga salah Raissa, kenapa gak dari kemaren? besok udah sekolah, jelas aja tokonya rame." Shana menggeleng gelengkan kepalanya.

Raissa memikirkan mengenai indahnya masa masa bersekolah di sekolah menengah atas seperti yang Ia baca di cerita cerita novel.

Apakah kisahnya juga akan indah?. Apalagi Vidatra itu kan sekolah yang populer, memikirkan akan mendapat teman baru, dan juga memulai hidup baru membuatnya bersemangat.

Sesampainya dirumah, Raissa segera turun membawa barang barangnya. Begitu juga dengan Shana, Ia segera ke toko untuk menata bahan bahan untuk membuat kue yang bari saja Ia beli.

Raissa meletakkan peralatan barunya di atas kasurnya lalu menutup pintunya rapat rapat. Ia tak ingin diganggu.

Selesai mempersiapkan peralatan sekolahnya, Raissa membaringkan diri di ranjangnya. Ia tiba tiba terpikir untuk menelpon Zara ingin menanyakan beberapa hal.

Raissa mengambil ponselnya san segera mengetik nama Zara, setelahnya Ia menekan 'panggil' di layar ponselnya dan tak lama kemudian panggilan itu tersambung.

"Hai, Kak Zara. Aku ganggu gak?"

"Gak kok, ada apa Rai?" jawab Zara di seberang telepon.

"Kak, aku excited banget, jantung aku rasanya mau copot."

"Hahaha, kamu ini bisa aja. Tenang aja, aku panitia palang merah remaja, jadi bisa ketemu kamu besok di orientasi sekolah."

"Yes!, Ya udah deh, Kak. Aku mau lanjut siapin keperluan aku terus bantuin tante Shana, bye Kak."

"Bye Rai"

Raissa mematikan panggilan itu, Ia memeriksa persiapannya untuk kedua kali untuk esok hari, setelahnya Ia segera mandi lalu bergegas ke toko Shana untuk membantunya.

"Tan, ada yang bisa Raissa bantu?" ucapnya.

"Kebetulan, ada pesenan kue yang harus tante anter, kamu bisa ikut buat pegangin kan?" tanya Shana seraya memasukkan kue yang akan Ia antar ke kotak kue.

"Jauh?"

"Gak kok, tapi agak beresiko kalo ditaro dibelakang," ucapnya.

"Ya udah, ayok." Raissa bersemangat.

Ia membawa kue itu, membawanya menuju mobil milik Shana. Shana membukakan pintu untuk Raissa masuk, kembali ke tokonya untuk mengunci toko itu, lalu segera duduk di kursi kemudinya.

"Tan, kita kapan ke rumah nenek sama kakek?" tanya Raissa pada Shana yang tengah mengemudi.

"Kamu kangen saya mereka?"

"Iya dong, masa tante gak kangen Ayah sama Ibu sendiri?" ujarnya membuat Shana terkekeh.

"Ya kangen dong, nanti deh, kalo kamu liburan sekolah kita kesana."

Orang tua Shana yang tak lain adalah Nenek dan Kakek dari Raissa tinggal di daerah yang cukup jauh. Dulu, Shana ikut tinggal dengan sang Kakak, orang tua dari Raissa ke kota tersebut dan akhirnya menetap.

Kota yang mereka tinggali sekarang sudah sangat modern, sedangkan orang tua Shana tinggal di daerah yang masih terbilang desa. Butuh waktu selama sehari semalam perjalanan untuk kesana.

"Masih lama, tapi gak papa deh," ucap Raissa.

Mereka telah berkendara selama lima belas menit, Shana menghentikan memasuki pagar sebuah rumah dan mematikan mesin mobil tersebut.

Ia segera berlari ke sisi sebelah mobil, membuka pintu lalu segera mengambil alih kue tart di tangan Raissa.

Raissa keluar, Ia mengibas ngibaskan tangannya yang terasa kebas karena memegangi kue sepanjang jalan.

"Maaf ya, kamu capek ya?" tanya Shana.

"Gak kok tan, sini aku aja yang bawa."

"Tante aja, pencet bel rumahnya."

"Oke!" Raissa bersemangat, Ia sedikit berlari ke depan pintu rumah tersebut dan segera memencet bel rumah itu.

Tak lama, pintu rumah tersebut terbuka dan menampakkan seorang wanita dengan senyum manisnya.

"Eh, Shana. Ayo silahkan masuk." wanita tersebut mempersilahkan.

Ia masuk ke rumahnya diikuti dengan Shana dan Raissa. Shana memberikan kue yang Ia pegang, dan segera duduk setelah tuan rumah mempersilahkan.

"Tunggu sebentar ya," ucapnya lalu pergi dari ruang tamu tersebut.

"Itu tante Raini, langganan tante. Dia punya anak laki laki ganteng lho," ucap Shana.

"Terus, kenapa?" datar Raissa malas.

"Ya gak papa."

Mereka menghentikan pembicaraan, saat Raini kembali dengan membawa sebuah amplop dan memberikannya pada Shana.

"Terimakasih ya, Shana. Padahal ini mendesak, tapi kamu mau menyempatkan," ucap Raini seraya mendudukkan dirinya.

"Tidak apa apa, Tante, Shana senang membuatnya." Shana tersenyum.

"Oh iya, kamu Raissa ya? sudah besar ya sekarang," ucapnya membuat Raissa tersenyum manis.

"Kamu kelas berapa sekarang?"

"Baru akan masuk kelas satu SMA, Tante."

"Oh ya? Di sekolah mana?"

"Vidatra," jawabnya.

"Wah, anak tante juga bersekolah disana," ujarnya, "Sebentar ya, tante panggilin. Siapa tahu kalian bisa berteman."

"Farell, Farell sini sebentar sayang!" Raini berteriak memanggil sang anak.

"Ya, Ma. Bentar!"

Tak lama, seorang remaja laki laki muncul dihadapan mereka, Ia memakai boxer pendek hitam berpolkadot putih dan bertelanjang dada. Tengah mengeringkan rambut basahnya menggunakan handuk.

"Aaaa!" teriak Raissa langsung menutupi wajahnya dengan tangannya.

Farell yang menyadari ada seorang gadis di ruangan itu segera berlari ke balik dinding untuk menyembunyikan tubuhnya.

"Mama sudah bilang kan! jangan kebiasaan keluar kamar seperti itu!" teriak Raini.

"Mama gak bilang kalo lagi ada tamu!" protes Remaja bernama Farell tersebut menyembulkan kepalanya dari balik dinding.

"Sudah, sana pake pakaian kamu!" ucap sang Ibu dengan nada kesal. Segera setelah itu Farell berlalu dari ruangan itu dengan sedikit berlari melewati mereka.

Sang Ibu, Raini, menggeleng gelengkan kepalanya melihat tingkah anak laki lakinya.

"Aduh, maaf banget ya. Farell emang agak susah diatur." Raini merasa tak enak dengan Shana dan Raissa.

"Gak papa kok tante, namanaya juga anak anak," ucap Shana, Raissa hanya tersenyum kikuk.

Bahkan Ia tak pernah melihat Razzan, sang kakak seperti itu dirumahnya.

"Raissa, tante harap kamu maklum ya. Dia itu sedikit nakal, tante juga berharap kamu bisa berteman dengan Farell untuk menjaganya dari pergaulan yang kurang baik di sekolah." Raini berkata dengan tulus.

"Baik, Tante," ucapnya dengan tersenyum.

"Ya sudah, Kami berdua pamit ya, Tante. Ada yang harus Shana urus." Shana berpamitan dan segera berdiri diikuti oleh Raissa.

Raini mengantar Shana dan Raissa ke luar rumahnya, Raissa membuka jendela mobilnya dan tersenyum untuk terakhir kali sebelum mobil itu meninggalkan rumah tersebut.

"Gimana? bener kan tante bilang. Anaknya Tante Raini itu ganteng," Shana menoleh pada Raissa disela acara menyetirnya.

"Iya sih, tapi aneh," ucap Raissa dengan nada tak suka. Shana hanya tertawa mendengar pernyataan Raissa lalu kembali mengemudi.

Related chapters

  • All about Raissa   Masa Orientasi Sekolah

    Burung berkicau di senin pagi, Raissa terbangun karena alarmnya berbunyi sangat nyaring memekakan telinga."Here we go," ucapnya segera bangun dari tempat tidur.Raissa mengambil handuknya dan segera memasuki kamar mandi dalam kamar. Membersihkan dirinya, bersiap untuk hari pertamanya sekolah di SMA.Lima belas menit berlalu, Ia telah mengenakan seragam putih abu abunya dengan rambut ikat dua mengggunakan pita meraj putih seperti warna Bendera Indonesia."Tante!" Sapanya pada Shana dengan penuh semangat."Aduh aduh, yang mau udah SMA. Kamu cantik pake seragam itu." Shana menata makanan di meja makan untuk mereka sarapan."Hehe, iya dong cantik. Ponakan Tante Shana," ucapnya berbangga diri membuat Shana tersenyum."Ya udah, sarapan dulu. Habis itu tante anterin sekolah," ujar Shana.Merdka berdua duduk di meja makan, m

    Last Updated : 2021-09-12
  • All about Raissa   Truth or Dare

    Andhin keluar dari kamar mandi di kamar Raissa, Ia baru saja selesai membersihkan dirinya. Kini Ia memakai pakaian yang Raissa pinjamkan padanya."Seger banget," ucap Andhin."Iya, karena tadi abis keringetan banget di sekolah, abis mandi rasanya seger." Raissa duduk di ranjangnya."Eh, tapi lo beneran udah Izin sama orang tua lo?" tanya Raissa pada Andhin yang tengah melihat lihat isi dari kamar Raissa."Udah, tenang aja. Mereka juga gak bakal nyariin kali. Gue udah gede." Andhin berkata seraya mengotak atik aksesoris pajangan di meja belajar Raissa."Emang dasarnya lo sih, suka keluyuran kayak gak punya rumah aja." Raissa berujar membuat Andhin menatapnya tak terima."Eh, gue anak rumahan tau, seminggu paling keluar rumah buat main tuh tujuh kali." Perkataan Andhin sukses membuat Raissa melemparkan sebuah bantal padanya. Lalu mereka tertawa setelah itu.

    Last Updated : 2021-10-15
  • All about Raissa   Masa Orientasi 2

    Hari ini adalah hari kedua masa pengenalan sekolah di SMA Vidatra. Sekarang, setelah pelatihan baris berbaris selesai, murid baru disuguhkan dengan penampilan penampilan dari setiap ekstrakulikuler dan juga Organisasi yang berada di sekolah Itu."Baiklah, kita akan saksikan penamilan dari band SMA Vidatra," ucap Pak Sugeng, selaku pembina ekstrakulikuler.Seluruh siswa baru yang tengah duduk di aula SMA Vidatra, bersorak sorai. Menyambut kedatangan beberapa orang yang naik ke atas panggung aula."Okay, apa kabar semuanya?" tanya sang vokalis perempuan yang dijawab dengan suara riuh oleh para murid baru."Baik, Kak!""Bagus, semangat banget ya," ucapnya."Kalian, harus banget jadi bagian dati kita kita, band SMA Vidatra. Yang berminat, nanti habis ini langsung daftar Ya!" ujarnya bersemangat."Okay, sekarang, kita akan bawain lagu dari Cha

    Last Updated : 2021-10-15
  • All about Raissa   Sewot

    Raissa dan Zara berjalan menuju area pemakaman Razzan, membawa satu keranjang bunga berwarna warni untuk mereka tabur diatas peristirahatan Razzan nantinya.Zara menjemput Raissa sepulang sekolah, dan sekarang mereka diantar oleh supir Zara ke tempat itu."Eh, Rai kamu udah kesini sehabis pemakaman?" tanya Zara pada Raissa yang berada di belakangnya."Belum, kenapa Ka--"Ucapan Raissa menggantung melihat ke arah makam Razzan. Diatas makam Razzan bertabur bunga bunga yang masih segar, sepertinya seseorang baru saja berkunjung."Lho? Siapa yang abis kesini?" heran Raissa."Tante Shana, Kali." Zara berkata dengan menatap Raissa."Gak mungkin, tante ada dirumah terus kok, pasti juga bakal ngajak aku kalo kesini," ujar Raissa."Ya udah, gak usah di pikirin."Zara dan Raissa sedikit membersihkan rumput

    Last Updated : 2021-10-16
  • All about Raissa   Masih Masa Orientasi

    "Kak Zara!" Teriak Raissa, lalu segera berlari mendekat pada Zara. "Hi Rai," senyumnya. "Kak, aku uku udah Izin sama Tante, katanya terserah Aku." Raissa dan Zara berjalan ke bersama ke Aula sekolah. "Oh ya? Bagus dong," ucapnya. "Eits!" Raissa dan Zara menghentikan langkah ketika Farell menghadang jalan mereka ditengah pintu masuk Aula. "Apa lagi sih." Raissa memutar bola matanya malas. "Kenapa Rell?" tanya Zara pada Farell. "Gua gak ada perlu sama lo Zar, silahkan masuk." Farell mempersilahkan Zara, Ia menurut saja meninggalkan Raissa setelah menepuk bahunya, menyuruh Ia tenang. "Ada apa?" tanya Raissa dengan malas. Farell tak menjawab, Ia menarik Raissa untuk pergi menjauh dari keramaian, Raissa hanya mengikuti langkah Farell dengan malas.

    Last Updated : 2021-10-17
  • All about Raissa   Anak Kepala Sekolah

    "Balikin punya kakak, Raissa!""Gak mau, wleee." Raissa mengejek Razzan yang sedang mengejarnya.Mereka tengah berkejar kejaran di dalam rumah, Raissa menjahili Razzan dengan mengambil buku hariannya."Raissa, Kakak beneran marah ya!""Silahkan," ucap Raissa santai, mereka terhalang oleh meja makan dan berdiri berhadapan."Raissa!" teriak Razzan."Zara, hari ini lo cantik banget." Raissa membaca sedikit isi dari tulisan Razzan di buku itu membuat Razzan mengejarnya lagi dan kini Ia mendapatkan Raissa."Kamu jahil banget sih!""Jangan! Lepasin! Kakak! hahaha" Raissa tertawa karena Razzan menggelitiknya."Tante!" teriak Raissa dengan suara sangat keras membuat Shana menghampiri mereka."Eh, kalian ini apa apaan," ucapnya. "Razzan, lepasin adek kamu."Razzan

    Last Updated : 2021-10-18
  • All about Raissa   Kejadian di Pantai

    "Makasih," ucap Raissa pada Farell seraya mengembalikan helm yang telah Ia pakai."Sama sama."Raissa diam, begitu juga dengan Farell. itu berlangsung hingga hampir satu menit membuat Raissa mengerutkan dahinya."Nungguin apa?" tanya Raissa."Sana masuk," ucapnya. "Atau lo mau gua mampir?""Gak!" Raissa segera berbalik dan masuk ke rumahnya, tak melihat kepada Farell sama sekali dan langsung menutup pintu."Cih." Farell terkekeh, Ia menyimpan helm yang Ia pegang di belakang motor, lalu segera pergi dari halaman rumah Raissa."Ish, lama lama darah tinggi gue," ucap Raissa mengintip dari balik tirai jendela."Kamu lagi apa?""Astaga!" Raissa terkaget. "Tante ngagetin Raissa aja!" ujarnya."Orang tante nanya baik baik." Tante Shana memasang wajah malasnya."I

    Last Updated : 2021-10-19
  • All about Raissa   Kelas Baru

    Pagi hari di SMA Vidatra, siswa siswi mulai berdatangan untuk menjalani rutinitas belajar seperti semula.Murid baru pun akhirnya dapat melakukan aktifitas belajar normal setelah masa orientasi selesai.Raissa melambaikan tangan pada Shana, lalu sang Tante segera pergi dari tempat itu. Raissa berjalan dengan senyuman di bibirnya, Ia bersemangat untuk bersekolah."Rai!" Sebuah panggilan membuat Raissa mengedarkan matanya untuk mencari siapa yang memanggilnya."Aduh, kenapa harus ketemu dia pagi pagi sih," gumam Raissa dengan sedikit menunduk.Zevan lah yang memanggilnya, dan kini berlari kearah Raissa. Raissa masih merasa sedikit merasa canggung, karena insiden buah kelapa yang jatuh di pantai kemarin."Iya?" katanya."Ayo masuk bareng," ucap Zevan, Raissa mengangguk, lalu mereka berjalan beriringan memasuki gerbang sekolahnya.&nbs

    Last Updated : 2021-10-20

Latest chapter

  • All about Raissa   Apa Harus?

    Raissa berada pada kantin sekolah Vidatra. Ia bersama dengan Farell, laki-laki itu menyeret Raissa dari rumahnya pagi pagi sekali."Kalo lo gak makan, gua gak izinin lo ke kelas." Farell mengancam."Lo ngeselin banget sih," kesal Raissa, menatap Farell datar."Siapa suruh lo buat gua nunggu, kemana lo kemarin?" tanya Farell meng-interogasi Raissa."Siapa yang nyuruh lo nunggu?" Raissa berkata dengan nada sewot sembari menyantap roti bakar yang telah Ia pesan."Lo?!" Farell menunjuk tepat didepan wajah Raissa."Ah!"Farell memekik keras ketika Raissa menggigir jari telunjuknya."Jangan nunjuk-nunjuk gue," Raissa berkata santai, memandangi Farell yang mengelus elus jari telunjuknya."Parah banget lo!" ujar Farell, sedang Raissa hanya tersenyum."Kenapa? mau bales? nih, gigit nih

  • All about Raissa   Masih di Rumah Zevan

    Raissa dan Zevan kini berada dikebun belakang rumah Zevan. Tempat itu sangat sejuk dengan ditumbuhi beraneka ragam bunga. Bahkan, ada beberapa sayuran dan buah yang ditanam disana."Gue betah banget disini," ucap Raissa tersenyum seraya menghirup udara segar di tempat itu."Lo bisa kesini setiap saat kalo lo mau. Gua seneng lo disini." Zevan tersenyum tulus."Asem, tapi enak!" ujar Raissa tak menggubris ucapan Zevan. Ia memakan buah strowberry yang telah ia petik dan dicuci."Lo suka banget mengabaikan orang lain." Zevan berucap datar. Ia ikut memakan strowberry di atas meja, yang memisahkan Raissa dan dirinya."Bukan suka mengabaikan, tapi... gue nyimpen energi buat dipergunakan pada hal yang lebih penting." Raissa berkata santai, masih asik memakan buah dihadapannya."Ck." Zevan berdecak."Den Zevan, Non, ini minumannya," ucap seorang a

  • All about Raissa   Perpustakaan Rumah Zevan

    Raissa duduk dengan gelisah dikamarnya, Ia memandangi ponselnya dengan bimbang. Apakah dia harus menghubungi Zevan atau tidak.Tadi sepulang sekolah, Ia tahu dari teman temannya bahwa Zevan tidak mengikuti pelajaran seusai istirahat. Ia pulang entah karena apa.Raissa meminta nomor Zevan dari teman temannya, Ia ingin menghubunginya menanyakan apa yang terjadi. Namun, apakah pantas? Bagaimana jika itu menyangkut urusan pribadinya.Raissa tak tahan lagi, Ia mengambil ponsel diatas ranjang disampingnya. Segera Ia memencet kontak nomor Zevan dan memanggilnya.Tut... Tut... Tut...Raissa menunggu panggilan tersebut diangkat, dan tak sampai se-menit. Kini seseorang dari seberang telepon mengangkat suaranya."Halo?""Halo, Zevan. Ini gue Raissa," ucap Raissa dengan cepat."Kenapa Rai?""Lo tadi pulang? L

  • All about Raissa   Hampir Saja

    "Hi Rai, Hi Andhin."Zevan menyapa Raissa dan Andhin yang baru saja keluar dari pintu kelasnya."Eh hi," sapa balik Andhin seraya melambaikan tangannya pada Zevan dengan kebingungan."Dia Zevan," ucap Raissa memperkenalkan Zevan pada Andhin."Kok lo bisa kenal sama cowok cowok ganteng di sekolah ini sih?" Andhin menarik Raissa dan berbisik padanya."Sstt!" ucap Raissa meletakkan jari telunjuk di bibirnya untuk menyuruh Andhin diam.Zevan mengerutkan dahinya melihat kedua gadis itu."Hehe, ada apa?" tanya Raissa pada Zevan setelahnya."Mau ke kantin bareng?" tawarnya."Mau!" Andhin menjawab berantusis membuat Raissa memandangnya datar."Dia ngajak gue, bukan lo!""Andhin juga boleh ikut kalo mau," ucapnya dengan tersenyum."Tuh kan! Sew

  • All about Raissa   Kelas Baru

    Pagi hari di SMA Vidatra, siswa siswi mulai berdatangan untuk menjalani rutinitas belajar seperti semula.Murid baru pun akhirnya dapat melakukan aktifitas belajar normal setelah masa orientasi selesai.Raissa melambaikan tangan pada Shana, lalu sang Tante segera pergi dari tempat itu. Raissa berjalan dengan senyuman di bibirnya, Ia bersemangat untuk bersekolah."Rai!" Sebuah panggilan membuat Raissa mengedarkan matanya untuk mencari siapa yang memanggilnya."Aduh, kenapa harus ketemu dia pagi pagi sih," gumam Raissa dengan sedikit menunduk.Zevan lah yang memanggilnya, dan kini berlari kearah Raissa. Raissa masih merasa sedikit merasa canggung, karena insiden buah kelapa yang jatuh di pantai kemarin."Iya?" katanya."Ayo masuk bareng," ucap Zevan, Raissa mengangguk, lalu mereka berjalan beriringan memasuki gerbang sekolahnya.&nbs

  • All about Raissa   Kejadian di Pantai

    "Makasih," ucap Raissa pada Farell seraya mengembalikan helm yang telah Ia pakai."Sama sama."Raissa diam, begitu juga dengan Farell. itu berlangsung hingga hampir satu menit membuat Raissa mengerutkan dahinya."Nungguin apa?" tanya Raissa."Sana masuk," ucapnya. "Atau lo mau gua mampir?""Gak!" Raissa segera berbalik dan masuk ke rumahnya, tak melihat kepada Farell sama sekali dan langsung menutup pintu."Cih." Farell terkekeh, Ia menyimpan helm yang Ia pegang di belakang motor, lalu segera pergi dari halaman rumah Raissa."Ish, lama lama darah tinggi gue," ucap Raissa mengintip dari balik tirai jendela."Kamu lagi apa?""Astaga!" Raissa terkaget. "Tante ngagetin Raissa aja!" ujarnya."Orang tante nanya baik baik." Tante Shana memasang wajah malasnya."I

  • All about Raissa   Anak Kepala Sekolah

    "Balikin punya kakak, Raissa!""Gak mau, wleee." Raissa mengejek Razzan yang sedang mengejarnya.Mereka tengah berkejar kejaran di dalam rumah, Raissa menjahili Razzan dengan mengambil buku hariannya."Raissa, Kakak beneran marah ya!""Silahkan," ucap Raissa santai, mereka terhalang oleh meja makan dan berdiri berhadapan."Raissa!" teriak Razzan."Zara, hari ini lo cantik banget." Raissa membaca sedikit isi dari tulisan Razzan di buku itu membuat Razzan mengejarnya lagi dan kini Ia mendapatkan Raissa."Kamu jahil banget sih!""Jangan! Lepasin! Kakak! hahaha" Raissa tertawa karena Razzan menggelitiknya."Tante!" teriak Raissa dengan suara sangat keras membuat Shana menghampiri mereka."Eh, kalian ini apa apaan," ucapnya. "Razzan, lepasin adek kamu."Razzan

  • All about Raissa   Masih Masa Orientasi

    "Kak Zara!" Teriak Raissa, lalu segera berlari mendekat pada Zara. "Hi Rai," senyumnya. "Kak, aku uku udah Izin sama Tante, katanya terserah Aku." Raissa dan Zara berjalan ke bersama ke Aula sekolah. "Oh ya? Bagus dong," ucapnya. "Eits!" Raissa dan Zara menghentikan langkah ketika Farell menghadang jalan mereka ditengah pintu masuk Aula. "Apa lagi sih." Raissa memutar bola matanya malas. "Kenapa Rell?" tanya Zara pada Farell. "Gua gak ada perlu sama lo Zar, silahkan masuk." Farell mempersilahkan Zara, Ia menurut saja meninggalkan Raissa setelah menepuk bahunya, menyuruh Ia tenang. "Ada apa?" tanya Raissa dengan malas. Farell tak menjawab, Ia menarik Raissa untuk pergi menjauh dari keramaian, Raissa hanya mengikuti langkah Farell dengan malas.

  • All about Raissa   Sewot

    Raissa dan Zara berjalan menuju area pemakaman Razzan, membawa satu keranjang bunga berwarna warni untuk mereka tabur diatas peristirahatan Razzan nantinya.Zara menjemput Raissa sepulang sekolah, dan sekarang mereka diantar oleh supir Zara ke tempat itu."Eh, Rai kamu udah kesini sehabis pemakaman?" tanya Zara pada Raissa yang berada di belakangnya."Belum, kenapa Ka--"Ucapan Raissa menggantung melihat ke arah makam Razzan. Diatas makam Razzan bertabur bunga bunga yang masih segar, sepertinya seseorang baru saja berkunjung."Lho? Siapa yang abis kesini?" heran Raissa."Tante Shana, Kali." Zara berkata dengan menatap Raissa."Gak mungkin, tante ada dirumah terus kok, pasti juga bakal ngajak aku kalo kesini," ujar Raissa."Ya udah, gak usah di pikirin."Zara dan Raissa sedikit membersihkan rumput

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status