Beranda / Romansa / All About Love / Kenangan Masa Lalu

Share

Kenangan Masa Lalu

Penulis: Selay Rahmi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-02 07:41:49

Jiyeon pov

Rumah ini bentuknya memang sama seperti dulu, sebelum aku dan ibu pergi dari sini. Aku berharap suasana di rumah ini tidak sepi seperti makam. Tapi ternyata, aku merasa begitu kesepian di sini. Meskipun ada kak Mina dan bibi Han. Pagi ini bibi Han membuatkan sarapan nasi goreng dengan sosis bakar dilumuri saos sambal dan mayones. Lembut sekali ku rasakan makanan itu di lidahku. Justru makanan masakan bibi Han ini yang membuatku hangat di rumah sebesar istana presiden ini. Mungkin karena dua tahun aku sama sekali tidak merasakan masakan rumah. Ya, sejak ibuku meninggal, aku tidak pernah lagi makan masakan rumah.

Ya Tuhan... Tiba-tiba aku teringat ibu. Masih sangat jelas di ingatanku saat ibu menyiapkan sarapan untukku sewaktu kami di Jerman. Masa-masa itu tidak akan terjadi lagi. Aku...tidak bisa bertemu ibu lagi.

Suasana di ruang makan yang begitu hening membuat lamunanku bebas terbang ke manapun. Memori itu terputar kembali. Ketika ibu memutuskan pergi dari rumah ini dan membawaku pulang ke rumahnya di Jerman. Pertengkaran hebat yang terjadi diantara ayah dan ibu mampu membuat ibu terpuruk dan akhirnya memutuskan hengkang dari rumah ini.

Kenapa mereka harus bertengkar?

Sejak kecil aku sama sekali tidak merasakan kehangatan keluarga yang utuh. Kebahagiaanku terpecah, terbengkalai. Saat aku bahagia bersama ibu, aku juga ingin ada ayahku. Tapi hal itu tidak terjadi.

“Hei, Park Jiyeon!”

Suara itu...

Aku tersadar dari lamunanku. Ku lihat kak Mina sudah duduk di sampingku dengan sebuah ponsel di tangan kanannya. Ia tersenyum nakal padaku.

“A, ada apa, Kak?” tanyaku bingung karena kakakku menatapku tanpa berkedip.

“Lihat ini!”

Tiba-tiba ia menunjukkan video call dengan seseorang padaku.

“A, apa ini?” tanyaku masih bingung.

“Dasar bodoh!” Terdengar suara seseorang yang sangat ku kenal. Aku melirik ke arah ponsel kak Mina yang disodorkan padaku. Mataku melotot melihat seseorang yang mengatakan aku bodoh tadi.

“Kim Jaehwan! Kau! Kurang ajar kau mengataiku lagi, hah?”

Kak Mina tertawa terbahak-bahak mendengar aku dan Jaehwan bertengkar seperti kucing dan tikus.

“Sedang apa kau di ponsel kakakku? Pengganggu!” Aku berteriak kesal melihat pemuda yang ku cintai ada di ponsel kakakku.

Ya, Jaehwan adalah suamiku. Akan tetapi kami benar-benar unik. Terkadang kami mesra, tapi kami sering mengejek satu sama lain. Sering bertengkar dan membuat kesal. Aku dibuat kesal lagi oleh Kim Jaehwan, suamiku tercinta.

Klik!

Aku mematikan panggilan video itu. Sungguh, kesal bercampur rindu melihat paras Jaehwan.

“Kenapa dimatikan?” tanya kak Mina.

“Untuk apa dilanjutkan? Dia akan terus membuatku kesal,” jawabku yang memang sudah merasa kesal.

“Bagaiman kabar Jaehwan di sana? Apakah dia belum menikah?”

Deg!

Aku menoleh ke arah kak Mina. Hatiku bertanya, kenapa dia menanyakan hal itu? “Setahuku belum, Kak. Tapi aku tidak tahu, apakah dia punya kekasih atau tidak.” Hatiku merasa ada yang menusuknya sedikit.

Kak Mina tersenyum. Ia seperti tengah mengingat sesuatu yang indah.

“Kenapa...kakak bertanya seperti itu?”

“Kau tahu, tidak? Jaehwan itu cinta pertamaku.”

Deg!

Kali ini, bukan hanya sedikit. Tapi aku merasa hatiku tertusuk pisau hingga setengah. Aku menelan ludahku pelan. Ya Tuhan... Apakah kak Mina masih mencintai Jaehwan? Tapi dia adalah suamiku.

“Aku sempat syok saat dia memutuskan untuk pindah sekolah ke Jerman. Waktu kau pindah ke sana bersama ibu, aku hampir ingin ikut kalian. Tapi ayah terus saja mempertahankan aku. Ayah tidak ingin aku pergi dari rumah ini bersama kalian.” Panjang lebar Kak Mina menjelaskan padaku. Kini dia tengah mengambil segelas susu dan meminumnya sedikit.

Hah!

Kenyataan apa lagi ini? Kenapa jadi seperti ini? Apakah mungkin kalau Jaehwan akan meninggalkanku? Ya Tuhan... Seandainya aku bisa mengatakan yang sebenarnya pada Kak Mina. Apa yang harus aku lakukan? Semoga dia telah melupakan Jaehwan dan tidak mencintainya lagi.

Aku membayangkan Jaehwan meninggalkanku sendiri. Hanya dia yang bisa membuatku tertawa. Akankah Tuhan mengambil orang yang ku cintai satu persatu? Ah, tidak mungkin. Itu tidak mungkin. Jaehwan sangat mencintaiku. Dia bahkan telah menikah denganku. Ya, meskipun secara sembunyi-sembunyi.

“Kau tidak apa-apa, Jiyeon?” Kak Mina menyentuh tanganku yang mengeluarkan keringat dingin.

Sontak aku pun kaget, segera ku buyarkan lamunanku. “Ah, itu...anu... A, aku tidak apa-apa, Kak.” Aku menarik tanganku.

Otakku sedang berpikir sesuatu yang berlebihan. Mengkhayal tentang yang akan terjadi jika Kak Mina mengejar Jaehwan lagi. Aku takut sekali. Tidak bisa, aku tidak bisa berada di tempat ini lebih lama lagi. “Maaf, Kak. Aku ke kamar dulu ya. Ada sesuatu yang harus aku beritahukan pada temanku di Jerman. Jadi...aku akan mengambil ponsel di kamar dulu.” Secepat mungkin aku beranjak dari kursi yang ku duduki. Aku tidak ingin berlama-lama di ruang makan bersama kak Mina. Hatiku sakit.

Author POV

Jiyeon berjalan menuju kamarnya yang terletak di lantai dua dengan kaki yang lemas, seakan tidak mampu menopang tubuhnya yang langsing itu. Ketika hendak melangkahkan kaki menapaki anak tangga paling bawah, Jiyeon sedikit melamun. Ia berhenti. Lagi-lagi dalam pikirannya, sesuatu yang belum pasti terjadi telah membayang-bayanginya. Ketakutannya kali ini berlebihan. Mungkin karena Jiyeon pernah kehilangan seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya dan dia tidak ingin kehilangan itu terjadi lagi. Dia tidak ingin kehilangan Jaehwan.

Kaki kanan Jiyeon melangkah tanpa ia sadari.

Dug!

Kakinya tersandung anak tangga pertama yang ada di depannya. Beruntung Jiyeon tidak terjatuh karena tangan kirinya memegang kayu yang menjulur ke atas mengikuti arah tangga itu hingga ke lantai dua. Lamunannya buyar.

“Astaga, apa yang terjadi padaku?” lirihnya pada diri sendiri. Ia baru sadar bahwa sedari tadi dirinya melamun dan menyebabkan kaki kanannya tersandung saat hendak menaiki anak tangga itu. Jiyeon mengusap wajahnya, berusaha sadar terhadap apa yang akan dia lakukan. “Baiklah, fokus. Itu tidak akan terjadi. Jaehwan tidak mungkin pergi.” Kali ini dengan semangat, Jiyeon berjalan di atas tangga yang menghubungkan lantai satu dengan lantai dua, di mana kamar cantiknya berada.

Ceklek!

Knop pintu kamar berhasil dibuka. Jiyeon mendorong benda keras berwarna coklat tua itu kemudian menutupnya kembali setelah dirinya masuk ke dalam kamar. Sebuah kamar yang cantik, secantik si empunya. Sebuah ranjang ukuran king size berada di tengah ruangan. Sprei, bantal, guling, dan selimut berwarna pink. Sedangkan dinding dan lantainya berwarna putih. Perabotan yang berjejer rapi di kamar itu pun berwarna pink dan putih. Ya, warna pink memang sangat disukai oleh perempuan yang feminin seperti Jiyeon.

Jiyeon mencari ponselnya di atas nakas yang terletak dekat ranjang tidurnya.

Ponselnya mati.

“Baterainya habis?” gumam Jiyeon kesal. Kenapa saat dibutuhkan, ponsel ini malah mati karena kehabisan baterai. Akhirnya dengan kesal, ia langsung menge-charge ponsel itu dan merebahkan tubuh kurusnya di atas ranjang. Ia tidak ingin mengingat kata-kata Mina tentang masa lalunya dengan Jaehwan. Mungkin Mina adalah masa lalu Jaehwan. Tetapi sekarang, Jaehwan adalah miliknya. Pemuda itu adalah suaminya.

Jiyeon merenung, memikirkan apa yang akan ia lakukan besok? Ya, dia harus bicara dengan ayah nya untuk menempatkan dirinya di rumah sakit terbaik di negeri ginseng itu. Kedua tangan Jiyeon terangkat di depan matanya. Ia memperhatikan sepuluh jari-jarinya. Apakah tangan itu sanggup menyembuhkan orang yang memiliki penyakit jantung? Bagaimana jika gagal dan orang-orang meninggal karena dirinya? Ah tidak. Tidak boleh menjadi orang yang pesimis, pikir Jiyeon. Dia adalah dokter yang selalu berusaha membantu kesembuhan pasien. Dokter bukan dewa atau Tuhan. Jadi ketika gagal, itu memang sudah takdir Tuhan. Dia hanya manusia biasa.

.....

Sore hari.

Pukul enam sore, Tuan Park menginjakkan kaki di rumah mewahnya. Setelah dua minggu pria paruh baya itu melakukan perjalanan bisnis, akhirnya sore itu dia bisa pulang ke rumah.

Ketika memasuki ruang tamu, Tuan Park melihat Jiyeon tengah asyik membaca buku kedokteran miliknya. Ia sama sekali tidak menyadari bahwa ayahnya sudah pulang dari luar kota.

“Kenapa kau tidak menelepon ayah ketika sampai di rumah?” tanya Tuan Park pada putri bungsunya yang masih fokus membaca buku itu.

Jiyeon mendengar pertanyaan Tuan Park dengan jelas. Lalu ia mendongakkan kepalanya, melihat ayahnya sudah berdiri dengan jarak tujuh meter dari tempat duduknya. “Ayah sudah pulang?” Ia beranjak dari tempat duduknya dan segera memeluk ayahnya yang bahkan belum istirahat sama sekali. “Aku sangat merindukan ayah.”

Tuan Park tersenyum. “Aku juga merindukanmu, Putriku.”

“Aku menunggu ayah pulang. Aku kira kalau ayah akan pulang seminggu lagi. Ada yang ingin aku bicarakan dengan ayah. Ini sangat penting.”

“Baiklah. Putri ayah sekarang sudah dewasa sehingga memiliki masalah yang sangat penting untuk dibicarakan dengan ayahnya.”

Jiyeon tersenyum. “Aku akan siapkan air hangat untuk mandi ayah. Ayah bisa makan dulu. Ada Kak Mina di meja makan. Mungkin dia sengaja menunggu ayah di sana.”

Tanpa menjawab, Tuan Park melepas pelukan Jiyeon dengan pelan kemudian berjalan menuju ruang makan. Perutnya terasa lapar sekali karena lelahnya perjalanan jauh.

Sedangkan Jiyeon, segera pergi ke kamar ayahnya untuk menyiapkan air hangat. Hal itu juga sering dilakukan oleh Jiyeon ketika ibunya masih hidup.

FLASHBACK

Tiga tahun yang lalu.

Ceklek!

Seorang wanita paruh baya membuka knop pintu dengan sisa tenaga yang dimiliki. Wanita yang sering dipanggil dengan nama Nyonya Park itu baru saja pulang dari rumah sakit, tempatnya bekerja setiap hari. Ya, Nyonya Park adalah seorang dokter spesialis syaraf yang cukup terkenal di kota Berlin. Kemampuannya membantu kesembuhan pasien berpenyakit kronis tidak bisa disepelekan. Hampir semua diagnosa dan cara ia menangani pasien tepat sasaran. Ratusan orang yang memiliki penyakit syaraf atau yang berhubungan dengan syaraf sudah berhasil ia bantu kesembuhannya.

“Ibu, istirahatlah sebentar. Aku siapkan air hangat untuk Ibu mandi, ya.” Jiyeon memberikan secangkir teh hangat untuk ibunya tersayang. Ia tahu betapa lelahnya sang ibu saat pulang dari rumah sakit. Pekerjaan ibunya bukanlah pekerjaan ringan, bukan pula pekerjaan yang bisa dilakukan dengan sembarangan.

Dengan semangat, Jiyeon menyiapkan air hangat, pasta gigi, hingga handuk untuk ibunya. “Ibu, apakah Ibu juga memerlukan pakaian ganti yang bisa ku siapkan?”

Jiyeon menghentikan langkahnya menuju kamar ibunya. Ia menoleh ke arah wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu.

“Tidak usah. Ibu bisa menyiapkannya sendiri.”

“Baiklah. Air hangat, pasta gigi, dan handuknya sudah siap. Ibu mandilah dulu. Aku akan menyiapkan makan malam untuk Ibu. Kebetulan tadi siang aku belanja bersama Jaehwan untuk membeli keperluan dapur yang habis.” Jiyeon mendekati ibunya dan membantu wanita itu berdiri. “Ayo, Ibu. Malam semakin larut.”

FLASHBACK END

.....

Bersambung

Bab terkait

  • All About Love   Jadilah Dirimu

    Tap! Tap! Tap! Suara langkah Jiyeon terdengar hingga radius 10 meter. Ia berjalan mencari ayahnya di ruang makan yang terletak tepat di dekat tangga. Ayah tersayangnya sedang duduk di kursi dan menyantap makan malam itu. Jiyeon ingin mendekati dan mengatakan kepada ayahnya bahwa air hangat sudah siap digunakan untuk mandi. Tapi sejurus kemudian, ia memilih diam. Membungkam mulutnya karena pada saat ia tiba di ruang makan, ayah dan kakaknya, Mina, sedang membicarakan sesuatu yang serius. Jiyeon mendekati meja makan dengan langkah pelan. Supaya tidak mengganggu mereka berdua yang tengah serius membahas masalah perusahaan. “Jika bukti sudah ada di tangan kita, untuk apa lagi menundanya, Ayah?” Mina tampak sedikit emosi saat membahas masa depan perusahaan dengan ayahnya. Tuan Park terlihat santai sambil menikmati sushi yang tertata rapi di atas piringnya. Sedangkan Jiyeon, duduk dan diam di kursi bagian pojok seraya memperhatikan dua anggota keluarganya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02
  • All About Love   Dokter Kim yang Baik

    Keesokan hari. Jiyeon sengaja bangun jam enam pagi untuk menyiapkan sarapan bersama bibi Han di dapur kesayangan wanita yang mengasuhnya sejak masih bayi itu. Jiyeon membantu bibi Han menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk memasak makanan. Ia biasa melakukan pekerjaan seperti itu saat masih tinggal di Jerman, tentunya bersama ibu tercinta ketika mendiang masih hidup. Jiyeon meminta bibi Han untuk tidak sungkan padanya. Jika membutuhkan sesuatu, bibi Han panggil saja Jiyeon. Pasti gadis itu akan datang membawakan sesuatu yang diminta. Sayur mayur telah disiapkan, daging sapi telah diiris sesuai kebutuhan bibi Han, bumbu-bumbu disiapkan juga oleh Jiyeon sehingga bibi Han semakin mudah dan cepat menyelesaikan tugas memasak di dapur. Bibi Han sendiri sangat menyayangi Jiyeon seperti putri kandungnya. Sedari kecil, Jiyeon adalah gadis yang ringan tangan. Dia suka membantu siapapun selagi dia bisa melakukan pekerjaan itu. Sudah lama bib

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-01
  • All About Love   Selamat Datang

    “Baik,” jawab dua orang, seorang laki-laki dan seorang perempuan yang duduk di depan Jaehwan dengan kepala terus tertunduk. Jaehwan merasa heran. Kondisi kakek Hong pasti akibat pengaruh kedua orang ini. Pasti mereka telah mengatakan sesuatu pada laki-laki tua itu. “Sebenarnya apa yang telah kalian lakukan pada kakek Hong?” selidik Jaehwan yang merasa curiga bahwa kakek Hong mendapat tekanan atau ancaman dari keluarganya. “Dokter Kim...” Perawat yang duduk di samping Jaehwan berusaha menghentikan pertanyaan pemuda itu. Ia merasa bahwa pertanyaan seperti itu tidak layak keluar dari mulut seorang dokter. “Biarkan saja. Aku harus tahu apa yang terjadi.” Masih tetap menatap dua orang di depannya. “Jawab pertanyaanku! Apakah kalian tidak ingin kakek Hong sembuh?” “Dokter Kim, tolong jangan seperti ini,” pinta perawat itu. Jika petinggi rumah sakit mengetahui bahwa ada seorang dokter baru melakukan interogasi pada keluarga pasien seperti itu maka Ja

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-01
  • All About Love   Lee Namju yang Licik

    Malam hari begitu cepat menghampiri. Perputaran waktu yang cepat berlalu membuat banyak orang merasakan kepenatan dan kelelahan yang berlebih. Seharian bekerja, tak terasa malam sudah tiba. Ketika beristirahat pada malam hari pun, dengan cepatnya pagi sudah tiba. Begitu seterusnya. Hari ini Park Jiyeon memang belum aktif bekerja di RS. Dia hanya membantu Jaehwan menganalisa keadaan beberapa pasien. Sebagai dokter spesialis yang keahliannya di atas keahlian dokter biasa, dia harus bersikap profesional. Membantu Jaehwan pun sudah membuatnya menambah pengalaman di bidang kedokteran. Tapi malam ini, badannya terasa pegal-pegal dan ingin sekali lekas berbaring di ranjang kesayangannya. Jiyeon berjalan gontai menuju tempat parkir mobil. Malam ini Jaehwan tak menemaninya sampai pulang ke rumah. Laki-laki tampan penghuni hatinya itu mendapat panggilan ayahnya untuk segera pulang karena ada sesuatu yang penting. Jiyeon melihat keadaan sekelilingnya, sepi. Diliriknya arloji ma

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-01
  • All About Love   Mina Tidak Terima

    Auhor POV Seorang laki-laki berpostur tubuh tinggi, kekar, leher jenjang, dan bersurai hitam dengan kacamata hitam terpasang menutup total kedua netranya – keluar dari sebuah mobil Ferrari keluaran terbaru. Masih mengenakan kacamata hitamya, laki-laki itu membenahi jas abu terang yang melekat di badan atletisnya. Beberapa detik kemudian, sepasang kaki jenang berjalan lurus menuju pintu masuk rumah sakit terlihat sepi. Baginya, rumah sakit sama dengan kantor dan tempat umum lainnya. Di tempat itu, dia juga bisa bertransaksi. Di halaman parkir, rupanya mobil mewah milik keluarga Park baru saja tiba dengan laju pelan. Park Jiyeon dan Park Mina duduk di jok bagian depan. Mina yang berada di belakang kemudi, sesekali melirik Jiyeon yang nampak tenang tak bergeming sedikit pun. Tak butuh waktu lama, mobil yang membawa dua gadis bermarga Park itu telah sukses parkir di bagian depan, bersebelahan dengan mobil laki-laki yang ba

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-01
  • All About Love   Kenikmatan itu

    Halaman rumah sakit Diamond Group terlihat sedikit ramai dibanding hari-hari sebelumnya. Cuaca hangat saat ini membuat banyak pasien ingin menikmati sinar matahari yang dapat menyehatkan tubuh dengan kandungan vitamin D. Beberapa pasien berjemur di bawah sinar matahari pagi ini didampingi keluarga ataupun tenaga kesehatan. Di pagi yang hangat itu, seorang laki-laki dengan setelan jas abu terang dan dasi berwarna hitamnya sedang berjalan keluar dari rumah sakit dengan kekesalan dan kekecewaan memuncak di hatinya.Lee Namju tak bisa melupakan setiap kata yang keluar dari mulut Mina beberapa menit yang lalu. “Baiklah, kita tunjukkan siapa yang akan menang,” katanya lirih sembari mengenakan kacamata hitamnya sebelum berjalan menyusuri halaman rumah sakit. Enam langkah dari teras rumah sakit, Namju melihat sosok gadis yang akhir-akhir ini mencuri perhatiannya. Park Jiyeon terlihat tengah asyik mengobrol dengan dua orang pasien di halaman samping rumah sakit. Ia masih m

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-01
  • All About Love   Jebakan untuk Jiyeon?

    Keesokan harinya, ponsel Jiyeon tak henti-hentinya berdering hingga memekakkan telinga. Dalam keadaan setengah sadar, ia melihat nama Mina di layar ponselnya. Pagi sekali kakaknya menelepon. Ini pasti karena ia tidak pulang ke rumah kemarin malam. Ya ampun, dirinya sudah dewasa tapi masih diperlakukan seperti anak kecil. Jiyeon yang masih dalam keadaan bugil dan dibalut dengan selimut tebal milik Jaehwan akhirnya menjawab telepon dari kakaknya.“Ada apa?” tanyanya dengan suara parau karena baru saja membuka mata dari lelapnya tidur.“Kau di mana?” tanya Mina. Bukannya menjawab pertanyaan Jiyeon, dia malah balik bertanya.“Aku tidur di rumah teman. Kemarin malam ada pesta kecil-kecilan untuk merayakan pasien kami yang berhasil sembuh dan sekarang sudah bisa meninggalkan rumah sakit. Aku hendak pulang tapi malam sudah larut. Jadi, aku putuskan tidur di rumah teman. Tenanglah, Kak. Aku baik-baik saja. Hari ini aku masuk siang. Jadwalku

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-01
  • All About Love   Dua Masalah Rumit

    Pukul 9 malam, suasana RS Diamond Group nampak sepi. Terlebih di lorong lantai satu yang notabennya diisi banyak ruang petinggi RS dan dokter-dokter senior. Seorang wanita bertubuh ideal, langsing dan tinggi semampai, dengan langkah kakinya bak model catwalk terkenal, terlihat lesu dan murung. Lelah, letih, dan kesal, itulah yang dirasakan wanita bernama Park Jiyeon itu.Langkah gontainya mengundang seorang pemuda yang selalu menjadi prioritas dalam hidupnya, Kim Jaehwan, berlari ke arahnya dan menuntun lengan kurus itu agar Jiyeon bisa berjalan dengan benar.“Ada apa denganmu?” tanya Jaehwan yang merasa ada sesuatu pada Jiyeon. “Apa yang terjadi di sana?” tanyanya lagi.Jiyeon hanya menggeleng. Bukan tidak ingin menjelaskan apa yang terjadi padanya tadi, tapi dia tidak memiliki daya untuk berkata-kata lagi. Wajah cantik itu kini nampak pucat, matanya terlihat cekung, dan terkadang ia memejamkan mata karena lelah.Melihat kondisi i

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-02

Bab terbaru

  • All About Love   Masalah yang Menjenuhkan

    “Kafe Lony dekat Busan Tower, jam 10 pagi.”Jiyeon langsung menghentikan langkahnya, menoleh ke arah kanan, mendapati Mina sedang bicara padanya dengan gaya melipat lengan bersilang di depan dada. Ia pun menghela nafas kasar karena di saat lelah malah melihat pemandangan yang membuatnya jenuh.“Tolong, jangan sekarang. Aku sudah lelah,” pinta Jiyeon yang tidak ingin kekesalannya semakin bertambah hanya karena kata-kata Mina. Sejujurnya, ia sedang tidak ingin berbicara dengan siapapun dan membicarakan apapun karena kondisi tubuh dan psikisnya sedang lemah. “Tolonglah, Kak,” pintanya lagi dengan wajah seperti kertas kusut.Mina melangkah mendekati Jiyeon yang berdiri tepat di depan pintu. “Katakan saja itu pada Lee Namju. Aku akan menunggunya di sana.”Ternyata yang diucapkan Mina tadi adalah lokasi dan waktu yang dia tentukan untuk bertemu dengan Park Siwoo. Jiyeon hanya mengangguk paham dan segera melangkah

  • All About Love   Keberuntungan

    “Bagaimana rasanya, Kak? Sakit, bukan?” Sebenarnya Jiyeon tidak bermaksud melukai hati Mina. Dia hanya ingin Mina merasakan apa yang saat ini dia rasakan. Kesialan yang menimpa Mina karena perbuatan Namju merupakan kesedihan bagi Jiyeon. Tapi Mina malah memintanya berbaikan dengan Namju dan mendekatinya untuk kepentingan perusahaan. Itu artinya Mina ingin menggali luka lama di hati Jiyeon dengan mempertemukan dirinya dan Lee Namju. Mina hanya memandang ke arah Jiyeon tanpa mengatakan sepatah kata. Dia tahu kalau adiknya juga merasakan sakit yang ia rasakan. Jiyeon adalah satu-satunya adik yang selalu mengerti dirinya. “Kalau sudah tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, aku pamit. Katakan saja padaku kapan dan di mana kalian akan menemui orang itu.” Sesaat kemudian Jiyeon beranjak dari kursi empuk yang didudukinya. Detik terakhir sebelum ia membalikkan badan, dapat dilihatnya ekspresi wajah Mina yang tampak sedih. .... Setelah Jiyeon meninggalkan ruang

  • All About Love   Jiyeon VS Namju

    Pagi berubah menjadi siang. Suasana sepi yang membosankan membuat Jiyeon harus membolak-balikkan badannya, menemukan posisi tidur yang nyaman untuk tubuhnya. Tidak bisa, dia tidak bisa tidur dengan semudah itu. Pikiran yang masih memikirkan hal-hal lain membuat Jiyeon harus terjaga seorang diri di apartemen Jaehwan.“Aku harus memikirkan cara untuk menghubungi Namju hari ini,” lirihnya. Ia tidak ingin terjebak dalam masalah yang bukan urusannya. Mungkin masalah perusahaan harus didahulukan karena rumah sakit adalah bagian dari perusahaan keluarganya. Jadi, masalah perusahaan adalah prioritasnya saat ini.Baiklah, harus segera selesai, batinnya. Tak lama kemudian, Jiyeon meraih ponsel yang ia letakkan di atas nakas, di samping tempat tidur. Dicarinya nomor ponsel Namju yang sengaja tidak disimpan dalam kontak ponsel itu.Tuuuut! Tuuuut!Jiyeon pun langsung menghubungi Namju dan membuat rencana bertemu dengan laki-laki super licik itu.&l

  • All About Love   Dua Masalah Rumit

    Pukul 9 malam, suasana RS Diamond Group nampak sepi. Terlebih di lorong lantai satu yang notabennya diisi banyak ruang petinggi RS dan dokter-dokter senior. Seorang wanita bertubuh ideal, langsing dan tinggi semampai, dengan langkah kakinya bak model catwalk terkenal, terlihat lesu dan murung. Lelah, letih, dan kesal, itulah yang dirasakan wanita bernama Park Jiyeon itu.Langkah gontainya mengundang seorang pemuda yang selalu menjadi prioritas dalam hidupnya, Kim Jaehwan, berlari ke arahnya dan menuntun lengan kurus itu agar Jiyeon bisa berjalan dengan benar.“Ada apa denganmu?” tanya Jaehwan yang merasa ada sesuatu pada Jiyeon. “Apa yang terjadi di sana?” tanyanya lagi.Jiyeon hanya menggeleng. Bukan tidak ingin menjelaskan apa yang terjadi padanya tadi, tapi dia tidak memiliki daya untuk berkata-kata lagi. Wajah cantik itu kini nampak pucat, matanya terlihat cekung, dan terkadang ia memejamkan mata karena lelah.Melihat kondisi i

  • All About Love   Jebakan untuk Jiyeon?

    Keesokan harinya, ponsel Jiyeon tak henti-hentinya berdering hingga memekakkan telinga. Dalam keadaan setengah sadar, ia melihat nama Mina di layar ponselnya. Pagi sekali kakaknya menelepon. Ini pasti karena ia tidak pulang ke rumah kemarin malam. Ya ampun, dirinya sudah dewasa tapi masih diperlakukan seperti anak kecil. Jiyeon yang masih dalam keadaan bugil dan dibalut dengan selimut tebal milik Jaehwan akhirnya menjawab telepon dari kakaknya.“Ada apa?” tanyanya dengan suara parau karena baru saja membuka mata dari lelapnya tidur.“Kau di mana?” tanya Mina. Bukannya menjawab pertanyaan Jiyeon, dia malah balik bertanya.“Aku tidur di rumah teman. Kemarin malam ada pesta kecil-kecilan untuk merayakan pasien kami yang berhasil sembuh dan sekarang sudah bisa meninggalkan rumah sakit. Aku hendak pulang tapi malam sudah larut. Jadi, aku putuskan tidur di rumah teman. Tenanglah, Kak. Aku baik-baik saja. Hari ini aku masuk siang. Jadwalku

  • All About Love   Kenikmatan itu

    Halaman rumah sakit Diamond Group terlihat sedikit ramai dibanding hari-hari sebelumnya. Cuaca hangat saat ini membuat banyak pasien ingin menikmati sinar matahari yang dapat menyehatkan tubuh dengan kandungan vitamin D. Beberapa pasien berjemur di bawah sinar matahari pagi ini didampingi keluarga ataupun tenaga kesehatan. Di pagi yang hangat itu, seorang laki-laki dengan setelan jas abu terang dan dasi berwarna hitamnya sedang berjalan keluar dari rumah sakit dengan kekesalan dan kekecewaan memuncak di hatinya.Lee Namju tak bisa melupakan setiap kata yang keluar dari mulut Mina beberapa menit yang lalu. “Baiklah, kita tunjukkan siapa yang akan menang,” katanya lirih sembari mengenakan kacamata hitamnya sebelum berjalan menyusuri halaman rumah sakit. Enam langkah dari teras rumah sakit, Namju melihat sosok gadis yang akhir-akhir ini mencuri perhatiannya. Park Jiyeon terlihat tengah asyik mengobrol dengan dua orang pasien di halaman samping rumah sakit. Ia masih m

  • All About Love   Mina Tidak Terima

    Auhor POV Seorang laki-laki berpostur tubuh tinggi, kekar, leher jenjang, dan bersurai hitam dengan kacamata hitam terpasang menutup total kedua netranya – keluar dari sebuah mobil Ferrari keluaran terbaru. Masih mengenakan kacamata hitamya, laki-laki itu membenahi jas abu terang yang melekat di badan atletisnya. Beberapa detik kemudian, sepasang kaki jenang berjalan lurus menuju pintu masuk rumah sakit terlihat sepi. Baginya, rumah sakit sama dengan kantor dan tempat umum lainnya. Di tempat itu, dia juga bisa bertransaksi. Di halaman parkir, rupanya mobil mewah milik keluarga Park baru saja tiba dengan laju pelan. Park Jiyeon dan Park Mina duduk di jok bagian depan. Mina yang berada di belakang kemudi, sesekali melirik Jiyeon yang nampak tenang tak bergeming sedikit pun. Tak butuh waktu lama, mobil yang membawa dua gadis bermarga Park itu telah sukses parkir di bagian depan, bersebelahan dengan mobil laki-laki yang ba

  • All About Love   Lee Namju yang Licik

    Malam hari begitu cepat menghampiri. Perputaran waktu yang cepat berlalu membuat banyak orang merasakan kepenatan dan kelelahan yang berlebih. Seharian bekerja, tak terasa malam sudah tiba. Ketika beristirahat pada malam hari pun, dengan cepatnya pagi sudah tiba. Begitu seterusnya. Hari ini Park Jiyeon memang belum aktif bekerja di RS. Dia hanya membantu Jaehwan menganalisa keadaan beberapa pasien. Sebagai dokter spesialis yang keahliannya di atas keahlian dokter biasa, dia harus bersikap profesional. Membantu Jaehwan pun sudah membuatnya menambah pengalaman di bidang kedokteran. Tapi malam ini, badannya terasa pegal-pegal dan ingin sekali lekas berbaring di ranjang kesayangannya. Jiyeon berjalan gontai menuju tempat parkir mobil. Malam ini Jaehwan tak menemaninya sampai pulang ke rumah. Laki-laki tampan penghuni hatinya itu mendapat panggilan ayahnya untuk segera pulang karena ada sesuatu yang penting. Jiyeon melihat keadaan sekelilingnya, sepi. Diliriknya arloji ma

  • All About Love   Selamat Datang

    “Baik,” jawab dua orang, seorang laki-laki dan seorang perempuan yang duduk di depan Jaehwan dengan kepala terus tertunduk. Jaehwan merasa heran. Kondisi kakek Hong pasti akibat pengaruh kedua orang ini. Pasti mereka telah mengatakan sesuatu pada laki-laki tua itu. “Sebenarnya apa yang telah kalian lakukan pada kakek Hong?” selidik Jaehwan yang merasa curiga bahwa kakek Hong mendapat tekanan atau ancaman dari keluarganya. “Dokter Kim...” Perawat yang duduk di samping Jaehwan berusaha menghentikan pertanyaan pemuda itu. Ia merasa bahwa pertanyaan seperti itu tidak layak keluar dari mulut seorang dokter. “Biarkan saja. Aku harus tahu apa yang terjadi.” Masih tetap menatap dua orang di depannya. “Jawab pertanyaanku! Apakah kalian tidak ingin kakek Hong sembuh?” “Dokter Kim, tolong jangan seperti ini,” pinta perawat itu. Jika petinggi rumah sakit mengetahui bahwa ada seorang dokter baru melakukan interogasi pada keluarga pasien seperti itu maka Ja

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status