Home / Romansa / All About Love / Hubungan Keluarga

Share

Hubungan Keluarga

Author: Selay Rahmi
last update Last Updated: 2021-09-02 07:40:23

Bandara Incheon, Korea Selatan

Author pov

"Bandara ini benar-benar ramai. Seakan tak pernah sepi, malah semakin ramai," gumam seorang gadis berambut hitam sebahu yang berjalan pelan sembari mendorong trolinya. Kepalanya tak berhenti menoleh ke kanan dan ke kiri, melihat suasana bandara kesayangannya yang selalu ramai.

Bruuukkk!

Tiba-tiba seorang wanita muda tertabrak trolinya yang dipenuhi dua koper ukuran sedang dan dua tas jinjing. Kelihatannya sungguh berat.

"Aw!"

Terdengar suara wanita muda itu mengaduh sakit seraya melihat sikunya yang terasa sakit.

"Maaf, maaf, Nona. Aku sungguh minta maaf."

Park Jiyeon mendongakkan kepalanya, menatap gadis yang tiba-tiba menabraknya dengan troli berat itu. Posisinya yang terjatuh di atas lantai, membuatnya harus mengangkat kepala untuk dapat melihat si pelaku yang sedang meminta maaf.

Gadis berambut hitam itu membuka kacamata hitamnya. Ini merupakan bentuk kesopanan pada orang yang ditabraknya tadi.

"Kau...Yu Nara?" ucap Jiyeon lirih. Ia tak yakin kalau nama yang baru saja diucapkan itu adalah nama gadis yang sepertinya ia kenal.

Gadis penabrak itu mengerutkan keningnya, menyipitkan mata, menajamkan penglihatannya. "Park Jiyeon?"

Jiyeon melongo, heran dan tak percaya. Orang yang menabraknya adalah Yu Nara. Teman SMP nya dulu.

"Ah, maaf, aku benar-benar minta maaf, Jiyeon. Kau tidak apa-apa, kan?" Nara membantu Jiyeon berdiri dan melihat tubuh langsing temannya itu, memeriksa apakah ada luka.

"Aku baik-baik saja. Hanya...sikuku agak linu. Tapi tidak apa-apa." Jiyeon membenahi pakaiannya yang sedikit lusuh akibat terjatuh ke lantai.

Nara mengangkat 2 koper dan 2 tas jinjingnya ke atas troli, menata seperti sedia kala.

"Senang bertemu denganmu lagi, Park Jiyeon. Tapi...maaf karena situasinya benar-benar buruk. Seharusnya kau berhati-hati." Nara masih merasa bersalah pada Jiyeon.

"Ah, tidak apa-apa. Sungguh, tidak ada yang perlu dicemaskan. Tidak ada luka sama sekali." Jiyeon berusaha tersenyum saat bicara pada Yu Nara agar temannya itu tidak terus-menerus merasa bersalah.

Mereka berdua berjalan mencari kolega masing-masing yang mungkin saja sudah sampai di bandara untuk menjemput mereka.

"Yu Nara!"

Terdengar seseorang memanggil Nara dengan suara lantang sekali.

Nara langsung menoleh ke arah sumber suara. "Ish! Kenapa memanggilku dengan suara yang keras sekali," gerutu Nara.

Jiyeon yang mendengarnya terkikik geli. "Itu siapa?"

"Kakakku. Menggelikan sekali dia memanggilku dengan suara seperti itu. Lihatlah! Semua orang menoleh ke arahku." Nara mendengus kesal dan beranjak dari tempatnya pelan-pelan.

Jiyeon mengikuti Nara dari belakang karena mereka belum berpamitan.

Seorang pemuda berbadan jangkung berdiri dengan selembar kertas bertuliskan nama Yu Nara.

"Memalukan!" Nara mengambil kertas itu dan merobeknya. "Suaramu...tak bisakah kau turunkan sedikit volume suaramu, Kak?"

Jiyeon menahan tawa. Ia menutup mulutnya agar tidak kelihatan kalau dirinya menahan tawa.

"Dokter Jiyeon?"

Eh? Jiyeon menatap tak percaya pada kakak Yu Nara. "K, kau...tahu tentang aku?"

"Wah, ternyata benar. Kau sangat cantik dan anggun. Tidak seperti adikku ini." Pemuda jangkung itu melihat Jiyeon dengan ekspresi terpana.

Nara memukul kakaknya. "Hei, apa maksudmu?"

"Kenalkan, aku Yu Hanbin." Kakak Yu Nara mengulurkan tangannya, bermaksud ingin berjabat tangan dengan Jiyeon. "Aku teman Jaehwan."

Deg!

Teman Jaehwan?

"Benarkah? Kau teman Kim Jaehwan?"

Hanbin tersenyum. "Tentu saja. Aku mengetahui tentangmu dari Jaehwan. Ia banyak cerita padaku. Kalian seperti pasangan, selalu bersama-sama. Tapi...kenapa Jaehwan tidak ikut denganmu?"

Baru kali ini Jiyeon kenal dengan pemuda bernama Yu Hanbin. Dia heran, bagaimana bisa Jaehwan mempunyai teman seperti Hanbin?

"Ah, itu...Dia harus menyelesaikan ujiannya dulu sebelum kembali ke Korsel."

.....

Hanbin mengangguk pelan. “Oh, jadi begitu...”

“Oh ya, bagaimana kalau kami mengantarmu pulang, Jiyeon?” Nara antusias sekali membawa Jiyeon dengan mobil mereka dan mengantarnya pulang.

Hanbin tampak sumringah mendengar ide adiknya. Ia juga setuju pada pendapat Nara. “Sini, kopermu ku masukkan dalam bagasi. Sedangkan koper Nara ku masukkan jok paling belakang.” Hanbin pun semangat mengangkat dan memasukkan koper-koper milik kedua gadis itu ke dalam mobil.

Jiyeon yang merasa sungkan, sungguh, tidak enak rasanya jika harus menyusahkan orang lain seperti saat ini. “Mm...sebaiknya aku menunggu ayah atau kakakku saja. Aku benar-benar tidak ingin menyusahkan kalian.”

“Hei, apa yang kau katakan? Tidak ada yang disusahkan. Anggap saja ini adalah bentuk permintaan maaf dariku karena kejadian tadi.” Nara menjelaskan maksud kebaikannya. Ia yang merasa sangat bersalah karena tadi menabrak Jiyeon dengan troli yang super berat. “Ayolah, Jiyeon. Jika kau menolak, aku tidak akan bisa tidur tiga malam.”

Kedua mata Jiyeon terbelalak mendengar kata-kata Nara. Pikirnya, sungguh, kakak beradik ini membuatnya merasa terhibur. Lucu sekali. “Baiklah. Aku ikut kalian.”

.....

Sebuah mobil berhenti di depan rumah mewah dengan dua orang penjaga berseragam hitam di sisi kanan dan kiri pintu gerbang yang tingginya sekitar lima meter. Pagar besi tinggi itu tampak sedikit menyeramkan. Tak berbeda dengan pagar besi yang ada di lembaga pemasyarakatan alias penjara.

Mobil hitam yang ditumpangi tiga orang dari bandara itu, kini menunggu para penjaga membukakan pintunya.

“Maaf, ada perlu apa?” tanya seorang penjaga, sebelum ia membukakan pintu gerbang itu.

Jiyeon membuka jendela mobil dan melihat penjaga itu. “Permisi, kau mengenalku, tidak?” Ia tak yakin bahwa penjaga itu hafal dengan wajahnya, putri kedua pemilik rumah mewah itu. “Aku Park Jiyeon. Apakah ayah dan kakakku di rumah?”

Setelah mendengar pertanyaan dari Jiyeon, barulah penjaga itu sadar bahwa putri bungsu tuan Park sudah tiba di rumah.

“Baiklah, silahkan masuk.” Sesegera mungkin, penjaga itu membuka pintu gerbang yang terbuat dari besi dan dicat warna hitam bak pagar yang ada di penjara.

Mobil keluarga Yu yang ditumpangi Jiyeon melaju pelan memasuki halaman luas nan indah. Taman bunga menghiasi pandangan mereka sejak masuk melewati pintu gerbang. Rumput-rumput yang telah dipotong rapi menambah indah taman di halaman rumah mewah itu. Beragam jenis bunga ditanam dan tumbuh subur. Terdapat kolam ikan Koi asli Jepang yang terletak di bagian bawah pot-pot bunga mawar.

“Wah, luar biasa. Penataan taman dan halaman yang elegan dan asri. Benar-benar bagus.” Nara kagum melihat taman rumah yang seindah milik keluarga Park. Lahan satu hektar hanya untuk membuat halaman dan taman seindah itu. “Taman di rumahmu bagus sekali, Jiyeon. Benar-benar membuatku takjub.”

Jiyeon hanya tersenyum tipis. Ia juga baru melihatnya. Dulu, halaman rumah keluarganya berbeda sekali dengan yang sekarang. Ia akui, taman di halaman itu sangat bagus. Seandainya dulu halaman itu tampak seperti sekarang, mungkin ia akan lebih betah tinggal di sini. Tidak harus pindah ke Jerman bersama ibunya.

Mobil yang dikendarai Yu Hanbin berhenti 50 meter di depan pintu rumah mewah nan elegan milik keluarga Park. Sejenak, Jiyeon menatap rumah itu sebelum dia turun dari mobil.

“Sudah enam tahun aku tidak pulang ke rumah ini. Ada beberapa perbedaan dengan rumah lama yang ku tinggalkan saat itu,” kata Jiyeon lirih. Kedua bola mata bulat itu mulai berkaca-kaca.

Hanbin dan Nara menatap Jiyeon iba. Merekq tidak menyangka kalau Jiyeon tinggal di Jerman selama enam tahun tanpa pulang ke Korsel satu kali pun.

“Turunlah, aku akan membawakan kopermu,” kata Hanbin, memecah keheningan di dalam mobil mewah miliknya itu. Kemudian ia membuka bagasi dan mengeluarkan koper milik Jiyeon.

Jiyeon dan Nara keluar dari mobil.

“Terimakasih atas tumpangannya. Kalian baik sekali. Maaf kalau merepotkan.” Jiyeon masih merasa sungkan atas tumpangan yang diberikan oleh Nara dan kakaknya.

“Hei, jangan seperti itu. Kita adalah teman. Kau temanku sejak SMP. Kau juga selalu baik padaku, Jiyeon. Jadi sudah seharusnya aku baik padamu.” Nara melempar senyum ramah pada Jiyeon. Sedetik kemudian, gadis itu memeluk Jiyeon sebagai tanda pertemanan. “Masuklah! Aku dan kakakku pamit pulang, ya. Semoga lain waktu kita bisa bertemu lagi.”

Jiyeon membalas senyum Nara dan mengangguk pelan. “Terimakasih untuk kalian. Hati-hati di jalan.”

Nara dan Hanbin kembali ke dalam mobil. Mereka pun melambaikan tangan pada Jiyeon.

.....

Park Jiyeon masih berdiri di depan pintu. Putri tuan Park yang cantik itu masih tak percaya bahwa dirinya kini berada di rumah ayahnya yang sudah lama ia tinggalkan. Jiyeon menarik nafas dalam, memejamkan kedua matanya. Sejurus kemudian, ia melangkahkan kaki mendekati pintu rumah berwarna coklat yang terbuat dari kayu.

Ting tong!

Jiyeon memencet bel rumah. Tak lama kemudian, seseorang membuka pintu dengan pelan.

Ceklek!

Pintu terbuka. Seorang wanita paruh baya nampak berdiri di balik pintu, menatap Jiyeon dengan mata berbinar-binar.

“Nona Jiyeon?”

Jiyeon tidak menyangka bahwa asisten rumah tangga di rumah ayahnya masih tetap sama seperti dulu. “Bibi Han...” ucap Jiyeon lirih. Dengan sigap, Jiyeon memeluk wanita itu. Ya, wanita yang sudah mengasuhnya, merawatnya sejak ia masih bayi.

“Apa kabar, Bibi Han?” tanya Jiyeon seraya melepaskan pelukannya.

Wanita yang dipanggil dengan nama bibi Han itu mengusap airmatanya. “Baik, baik sekali.” Ia mengusap rambut Jiyeon dan menatap gadis cantik itu dari ujung kepala sampai ujung kaki. “Kau sudah dewasa, Nona Jiyeon.”

Jiyeon mengangguk. “Ya, aku sudah dewasa. Kini aku kembali agar bisa berkumpul bersama ayah dan kakak. Oh iya, di mana ayah dan kakak, Bi?” tanya Jiyeon yang mulai melangkahkan kaki menyusuri ruang tamu rumah mewah itu.

“Kau mencariku?”

Jiyeon menoleh ke arah seseorang yang tiba-tiba bertanya padanya. “Kak Mina!” Melihat sang kakak yang siap memeluknya, Jiyeon lari untuk segera memeluk gadis cantik berambut pendek yang ia panggil kakak.

“Adikku sudah dewasa. Ah, aku kalah cantik, nih.” Mina menggoda Jiyeon.

“Bagiku kakak yang tercantik,” kata Jiyeon yang masih nyaman berpelukan dengan sang kakak.

.....

Bersambung

Related chapters

  • All About Love   Kenangan Masa Lalu

    Jiyeon pov Rumah ini bentuknya memang sama seperti dulu, sebelum aku dan ibu pergi dari sini. Aku berharap suasana di rumah ini tidak sepi seperti makam. Tapi ternyata, aku merasa begitu kesepian di sini. Meskipun ada kak Mina dan bibi Han. Pagi ini bibi Han membuatkan sarapan nasi goreng dengan sosis bakar dilumuri saos sambal dan mayones. Lembut sekali ku rasakan makanan itu di lidahku. Justru makanan masakan bibi Han ini yang membuatku hangat di rumah sebesar istana presiden ini. Mungkin karena dua tahun aku sama sekali tidak merasakan masakan rumah. Ya, sejak ibuku meninggal, aku tidak pernah lagi makan masakan rumah. Ya Tuhan... Tiba-tiba aku teringat ibu. Masih sangat jelas di ingatanku saat ibu menyiapkan sarapan untukku sewaktu kami di Jerman. Masa-masa itu tidak akan terjadi lagi. Aku...tidak bisa bertemu ibu lagi. Suasana di ruang makan yang begitu hening membuat lamunanku bebas terbang ke manapun. Memori itu terputar kembali. Ketika ibu memutuskan

    Last Updated : 2021-09-02
  • All About Love   Jadilah Dirimu

    Tap! Tap! Tap! Suara langkah Jiyeon terdengar hingga radius 10 meter. Ia berjalan mencari ayahnya di ruang makan yang terletak tepat di dekat tangga. Ayah tersayangnya sedang duduk di kursi dan menyantap makan malam itu. Jiyeon ingin mendekati dan mengatakan kepada ayahnya bahwa air hangat sudah siap digunakan untuk mandi. Tapi sejurus kemudian, ia memilih diam. Membungkam mulutnya karena pada saat ia tiba di ruang makan, ayah dan kakaknya, Mina, sedang membicarakan sesuatu yang serius. Jiyeon mendekati meja makan dengan langkah pelan. Supaya tidak mengganggu mereka berdua yang tengah serius membahas masalah perusahaan. “Jika bukti sudah ada di tangan kita, untuk apa lagi menundanya, Ayah?” Mina tampak sedikit emosi saat membahas masa depan perusahaan dengan ayahnya. Tuan Park terlihat santai sambil menikmati sushi yang tertata rapi di atas piringnya. Sedangkan Jiyeon, duduk dan diam di kursi bagian pojok seraya memperhatikan dua anggota keluarganya.

    Last Updated : 2021-09-02
  • All About Love   Dokter Kim yang Baik

    Keesokan hari. Jiyeon sengaja bangun jam enam pagi untuk menyiapkan sarapan bersama bibi Han di dapur kesayangan wanita yang mengasuhnya sejak masih bayi itu. Jiyeon membantu bibi Han menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk memasak makanan. Ia biasa melakukan pekerjaan seperti itu saat masih tinggal di Jerman, tentunya bersama ibu tercinta ketika mendiang masih hidup. Jiyeon meminta bibi Han untuk tidak sungkan padanya. Jika membutuhkan sesuatu, bibi Han panggil saja Jiyeon. Pasti gadis itu akan datang membawakan sesuatu yang diminta. Sayur mayur telah disiapkan, daging sapi telah diiris sesuai kebutuhan bibi Han, bumbu-bumbu disiapkan juga oleh Jiyeon sehingga bibi Han semakin mudah dan cepat menyelesaikan tugas memasak di dapur. Bibi Han sendiri sangat menyayangi Jiyeon seperti putri kandungnya. Sedari kecil, Jiyeon adalah gadis yang ringan tangan. Dia suka membantu siapapun selagi dia bisa melakukan pekerjaan itu. Sudah lama bib

    Last Updated : 2021-11-01
  • All About Love   Selamat Datang

    “Baik,” jawab dua orang, seorang laki-laki dan seorang perempuan yang duduk di depan Jaehwan dengan kepala terus tertunduk. Jaehwan merasa heran. Kondisi kakek Hong pasti akibat pengaruh kedua orang ini. Pasti mereka telah mengatakan sesuatu pada laki-laki tua itu. “Sebenarnya apa yang telah kalian lakukan pada kakek Hong?” selidik Jaehwan yang merasa curiga bahwa kakek Hong mendapat tekanan atau ancaman dari keluarganya. “Dokter Kim...” Perawat yang duduk di samping Jaehwan berusaha menghentikan pertanyaan pemuda itu. Ia merasa bahwa pertanyaan seperti itu tidak layak keluar dari mulut seorang dokter. “Biarkan saja. Aku harus tahu apa yang terjadi.” Masih tetap menatap dua orang di depannya. “Jawab pertanyaanku! Apakah kalian tidak ingin kakek Hong sembuh?” “Dokter Kim, tolong jangan seperti ini,” pinta perawat itu. Jika petinggi rumah sakit mengetahui bahwa ada seorang dokter baru melakukan interogasi pada keluarga pasien seperti itu maka Ja

    Last Updated : 2021-11-01
  • All About Love   Lee Namju yang Licik

    Malam hari begitu cepat menghampiri. Perputaran waktu yang cepat berlalu membuat banyak orang merasakan kepenatan dan kelelahan yang berlebih. Seharian bekerja, tak terasa malam sudah tiba. Ketika beristirahat pada malam hari pun, dengan cepatnya pagi sudah tiba. Begitu seterusnya. Hari ini Park Jiyeon memang belum aktif bekerja di RS. Dia hanya membantu Jaehwan menganalisa keadaan beberapa pasien. Sebagai dokter spesialis yang keahliannya di atas keahlian dokter biasa, dia harus bersikap profesional. Membantu Jaehwan pun sudah membuatnya menambah pengalaman di bidang kedokteran. Tapi malam ini, badannya terasa pegal-pegal dan ingin sekali lekas berbaring di ranjang kesayangannya. Jiyeon berjalan gontai menuju tempat parkir mobil. Malam ini Jaehwan tak menemaninya sampai pulang ke rumah. Laki-laki tampan penghuni hatinya itu mendapat panggilan ayahnya untuk segera pulang karena ada sesuatu yang penting. Jiyeon melihat keadaan sekelilingnya, sepi. Diliriknya arloji ma

    Last Updated : 2021-11-01
  • All About Love   Mina Tidak Terima

    Auhor POV Seorang laki-laki berpostur tubuh tinggi, kekar, leher jenjang, dan bersurai hitam dengan kacamata hitam terpasang menutup total kedua netranya – keluar dari sebuah mobil Ferrari keluaran terbaru. Masih mengenakan kacamata hitamya, laki-laki itu membenahi jas abu terang yang melekat di badan atletisnya. Beberapa detik kemudian, sepasang kaki jenang berjalan lurus menuju pintu masuk rumah sakit terlihat sepi. Baginya, rumah sakit sama dengan kantor dan tempat umum lainnya. Di tempat itu, dia juga bisa bertransaksi. Di halaman parkir, rupanya mobil mewah milik keluarga Park baru saja tiba dengan laju pelan. Park Jiyeon dan Park Mina duduk di jok bagian depan. Mina yang berada di belakang kemudi, sesekali melirik Jiyeon yang nampak tenang tak bergeming sedikit pun. Tak butuh waktu lama, mobil yang membawa dua gadis bermarga Park itu telah sukses parkir di bagian depan, bersebelahan dengan mobil laki-laki yang ba

    Last Updated : 2021-11-01
  • All About Love   Kenikmatan itu

    Halaman rumah sakit Diamond Group terlihat sedikit ramai dibanding hari-hari sebelumnya. Cuaca hangat saat ini membuat banyak pasien ingin menikmati sinar matahari yang dapat menyehatkan tubuh dengan kandungan vitamin D. Beberapa pasien berjemur di bawah sinar matahari pagi ini didampingi keluarga ataupun tenaga kesehatan. Di pagi yang hangat itu, seorang laki-laki dengan setelan jas abu terang dan dasi berwarna hitamnya sedang berjalan keluar dari rumah sakit dengan kekesalan dan kekecewaan memuncak di hatinya.Lee Namju tak bisa melupakan setiap kata yang keluar dari mulut Mina beberapa menit yang lalu. “Baiklah, kita tunjukkan siapa yang akan menang,” katanya lirih sembari mengenakan kacamata hitamnya sebelum berjalan menyusuri halaman rumah sakit. Enam langkah dari teras rumah sakit, Namju melihat sosok gadis yang akhir-akhir ini mencuri perhatiannya. Park Jiyeon terlihat tengah asyik mengobrol dengan dua orang pasien di halaman samping rumah sakit. Ia masih m

    Last Updated : 2021-11-01
  • All About Love   Jebakan untuk Jiyeon?

    Keesokan harinya, ponsel Jiyeon tak henti-hentinya berdering hingga memekakkan telinga. Dalam keadaan setengah sadar, ia melihat nama Mina di layar ponselnya. Pagi sekali kakaknya menelepon. Ini pasti karena ia tidak pulang ke rumah kemarin malam. Ya ampun, dirinya sudah dewasa tapi masih diperlakukan seperti anak kecil. Jiyeon yang masih dalam keadaan bugil dan dibalut dengan selimut tebal milik Jaehwan akhirnya menjawab telepon dari kakaknya.“Ada apa?” tanyanya dengan suara parau karena baru saja membuka mata dari lelapnya tidur.“Kau di mana?” tanya Mina. Bukannya menjawab pertanyaan Jiyeon, dia malah balik bertanya.“Aku tidur di rumah teman. Kemarin malam ada pesta kecil-kecilan untuk merayakan pasien kami yang berhasil sembuh dan sekarang sudah bisa meninggalkan rumah sakit. Aku hendak pulang tapi malam sudah larut. Jadi, aku putuskan tidur di rumah teman. Tenanglah, Kak. Aku baik-baik saja. Hari ini aku masuk siang. Jadwalku

    Last Updated : 2021-11-01

Latest chapter

  • All About Love   Masalah yang Menjenuhkan

    “Kafe Lony dekat Busan Tower, jam 10 pagi.”Jiyeon langsung menghentikan langkahnya, menoleh ke arah kanan, mendapati Mina sedang bicara padanya dengan gaya melipat lengan bersilang di depan dada. Ia pun menghela nafas kasar karena di saat lelah malah melihat pemandangan yang membuatnya jenuh.“Tolong, jangan sekarang. Aku sudah lelah,” pinta Jiyeon yang tidak ingin kekesalannya semakin bertambah hanya karena kata-kata Mina. Sejujurnya, ia sedang tidak ingin berbicara dengan siapapun dan membicarakan apapun karena kondisi tubuh dan psikisnya sedang lemah. “Tolonglah, Kak,” pintanya lagi dengan wajah seperti kertas kusut.Mina melangkah mendekati Jiyeon yang berdiri tepat di depan pintu. “Katakan saja itu pada Lee Namju. Aku akan menunggunya di sana.”Ternyata yang diucapkan Mina tadi adalah lokasi dan waktu yang dia tentukan untuk bertemu dengan Park Siwoo. Jiyeon hanya mengangguk paham dan segera melangkah

  • All About Love   Keberuntungan

    “Bagaimana rasanya, Kak? Sakit, bukan?” Sebenarnya Jiyeon tidak bermaksud melukai hati Mina. Dia hanya ingin Mina merasakan apa yang saat ini dia rasakan. Kesialan yang menimpa Mina karena perbuatan Namju merupakan kesedihan bagi Jiyeon. Tapi Mina malah memintanya berbaikan dengan Namju dan mendekatinya untuk kepentingan perusahaan. Itu artinya Mina ingin menggali luka lama di hati Jiyeon dengan mempertemukan dirinya dan Lee Namju. Mina hanya memandang ke arah Jiyeon tanpa mengatakan sepatah kata. Dia tahu kalau adiknya juga merasakan sakit yang ia rasakan. Jiyeon adalah satu-satunya adik yang selalu mengerti dirinya. “Kalau sudah tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, aku pamit. Katakan saja padaku kapan dan di mana kalian akan menemui orang itu.” Sesaat kemudian Jiyeon beranjak dari kursi empuk yang didudukinya. Detik terakhir sebelum ia membalikkan badan, dapat dilihatnya ekspresi wajah Mina yang tampak sedih. .... Setelah Jiyeon meninggalkan ruang

  • All About Love   Jiyeon VS Namju

    Pagi berubah menjadi siang. Suasana sepi yang membosankan membuat Jiyeon harus membolak-balikkan badannya, menemukan posisi tidur yang nyaman untuk tubuhnya. Tidak bisa, dia tidak bisa tidur dengan semudah itu. Pikiran yang masih memikirkan hal-hal lain membuat Jiyeon harus terjaga seorang diri di apartemen Jaehwan.“Aku harus memikirkan cara untuk menghubungi Namju hari ini,” lirihnya. Ia tidak ingin terjebak dalam masalah yang bukan urusannya. Mungkin masalah perusahaan harus didahulukan karena rumah sakit adalah bagian dari perusahaan keluarganya. Jadi, masalah perusahaan adalah prioritasnya saat ini.Baiklah, harus segera selesai, batinnya. Tak lama kemudian, Jiyeon meraih ponsel yang ia letakkan di atas nakas, di samping tempat tidur. Dicarinya nomor ponsel Namju yang sengaja tidak disimpan dalam kontak ponsel itu.Tuuuut! Tuuuut!Jiyeon pun langsung menghubungi Namju dan membuat rencana bertemu dengan laki-laki super licik itu.&l

  • All About Love   Dua Masalah Rumit

    Pukul 9 malam, suasana RS Diamond Group nampak sepi. Terlebih di lorong lantai satu yang notabennya diisi banyak ruang petinggi RS dan dokter-dokter senior. Seorang wanita bertubuh ideal, langsing dan tinggi semampai, dengan langkah kakinya bak model catwalk terkenal, terlihat lesu dan murung. Lelah, letih, dan kesal, itulah yang dirasakan wanita bernama Park Jiyeon itu.Langkah gontainya mengundang seorang pemuda yang selalu menjadi prioritas dalam hidupnya, Kim Jaehwan, berlari ke arahnya dan menuntun lengan kurus itu agar Jiyeon bisa berjalan dengan benar.“Ada apa denganmu?” tanya Jaehwan yang merasa ada sesuatu pada Jiyeon. “Apa yang terjadi di sana?” tanyanya lagi.Jiyeon hanya menggeleng. Bukan tidak ingin menjelaskan apa yang terjadi padanya tadi, tapi dia tidak memiliki daya untuk berkata-kata lagi. Wajah cantik itu kini nampak pucat, matanya terlihat cekung, dan terkadang ia memejamkan mata karena lelah.Melihat kondisi i

  • All About Love   Jebakan untuk Jiyeon?

    Keesokan harinya, ponsel Jiyeon tak henti-hentinya berdering hingga memekakkan telinga. Dalam keadaan setengah sadar, ia melihat nama Mina di layar ponselnya. Pagi sekali kakaknya menelepon. Ini pasti karena ia tidak pulang ke rumah kemarin malam. Ya ampun, dirinya sudah dewasa tapi masih diperlakukan seperti anak kecil. Jiyeon yang masih dalam keadaan bugil dan dibalut dengan selimut tebal milik Jaehwan akhirnya menjawab telepon dari kakaknya.“Ada apa?” tanyanya dengan suara parau karena baru saja membuka mata dari lelapnya tidur.“Kau di mana?” tanya Mina. Bukannya menjawab pertanyaan Jiyeon, dia malah balik bertanya.“Aku tidur di rumah teman. Kemarin malam ada pesta kecil-kecilan untuk merayakan pasien kami yang berhasil sembuh dan sekarang sudah bisa meninggalkan rumah sakit. Aku hendak pulang tapi malam sudah larut. Jadi, aku putuskan tidur di rumah teman. Tenanglah, Kak. Aku baik-baik saja. Hari ini aku masuk siang. Jadwalku

  • All About Love   Kenikmatan itu

    Halaman rumah sakit Diamond Group terlihat sedikit ramai dibanding hari-hari sebelumnya. Cuaca hangat saat ini membuat banyak pasien ingin menikmati sinar matahari yang dapat menyehatkan tubuh dengan kandungan vitamin D. Beberapa pasien berjemur di bawah sinar matahari pagi ini didampingi keluarga ataupun tenaga kesehatan. Di pagi yang hangat itu, seorang laki-laki dengan setelan jas abu terang dan dasi berwarna hitamnya sedang berjalan keluar dari rumah sakit dengan kekesalan dan kekecewaan memuncak di hatinya.Lee Namju tak bisa melupakan setiap kata yang keluar dari mulut Mina beberapa menit yang lalu. “Baiklah, kita tunjukkan siapa yang akan menang,” katanya lirih sembari mengenakan kacamata hitamnya sebelum berjalan menyusuri halaman rumah sakit. Enam langkah dari teras rumah sakit, Namju melihat sosok gadis yang akhir-akhir ini mencuri perhatiannya. Park Jiyeon terlihat tengah asyik mengobrol dengan dua orang pasien di halaman samping rumah sakit. Ia masih m

  • All About Love   Mina Tidak Terima

    Auhor POV Seorang laki-laki berpostur tubuh tinggi, kekar, leher jenjang, dan bersurai hitam dengan kacamata hitam terpasang menutup total kedua netranya – keluar dari sebuah mobil Ferrari keluaran terbaru. Masih mengenakan kacamata hitamya, laki-laki itu membenahi jas abu terang yang melekat di badan atletisnya. Beberapa detik kemudian, sepasang kaki jenang berjalan lurus menuju pintu masuk rumah sakit terlihat sepi. Baginya, rumah sakit sama dengan kantor dan tempat umum lainnya. Di tempat itu, dia juga bisa bertransaksi. Di halaman parkir, rupanya mobil mewah milik keluarga Park baru saja tiba dengan laju pelan. Park Jiyeon dan Park Mina duduk di jok bagian depan. Mina yang berada di belakang kemudi, sesekali melirik Jiyeon yang nampak tenang tak bergeming sedikit pun. Tak butuh waktu lama, mobil yang membawa dua gadis bermarga Park itu telah sukses parkir di bagian depan, bersebelahan dengan mobil laki-laki yang ba

  • All About Love   Lee Namju yang Licik

    Malam hari begitu cepat menghampiri. Perputaran waktu yang cepat berlalu membuat banyak orang merasakan kepenatan dan kelelahan yang berlebih. Seharian bekerja, tak terasa malam sudah tiba. Ketika beristirahat pada malam hari pun, dengan cepatnya pagi sudah tiba. Begitu seterusnya. Hari ini Park Jiyeon memang belum aktif bekerja di RS. Dia hanya membantu Jaehwan menganalisa keadaan beberapa pasien. Sebagai dokter spesialis yang keahliannya di atas keahlian dokter biasa, dia harus bersikap profesional. Membantu Jaehwan pun sudah membuatnya menambah pengalaman di bidang kedokteran. Tapi malam ini, badannya terasa pegal-pegal dan ingin sekali lekas berbaring di ranjang kesayangannya. Jiyeon berjalan gontai menuju tempat parkir mobil. Malam ini Jaehwan tak menemaninya sampai pulang ke rumah. Laki-laki tampan penghuni hatinya itu mendapat panggilan ayahnya untuk segera pulang karena ada sesuatu yang penting. Jiyeon melihat keadaan sekelilingnya, sepi. Diliriknya arloji ma

  • All About Love   Selamat Datang

    “Baik,” jawab dua orang, seorang laki-laki dan seorang perempuan yang duduk di depan Jaehwan dengan kepala terus tertunduk. Jaehwan merasa heran. Kondisi kakek Hong pasti akibat pengaruh kedua orang ini. Pasti mereka telah mengatakan sesuatu pada laki-laki tua itu. “Sebenarnya apa yang telah kalian lakukan pada kakek Hong?” selidik Jaehwan yang merasa curiga bahwa kakek Hong mendapat tekanan atau ancaman dari keluarganya. “Dokter Kim...” Perawat yang duduk di samping Jaehwan berusaha menghentikan pertanyaan pemuda itu. Ia merasa bahwa pertanyaan seperti itu tidak layak keluar dari mulut seorang dokter. “Biarkan saja. Aku harus tahu apa yang terjadi.” Masih tetap menatap dua orang di depannya. “Jawab pertanyaanku! Apakah kalian tidak ingin kakek Hong sembuh?” “Dokter Kim, tolong jangan seperti ini,” pinta perawat itu. Jika petinggi rumah sakit mengetahui bahwa ada seorang dokter baru melakukan interogasi pada keluarga pasien seperti itu maka Ja

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status