Langkah mereka semakin mantap saat keluar dari gua, dan Zhen merasakan kekuatan yang baru didapatnya mengalir dalam tubuhnya, seolah energi itu tidak hanya mengisi tubuhnya, tetapi juga menyatu dengan jiwanya. Sebelum ini, ia sering merasa seperti ada sesuatu yang menghalanginya untuk mencapai potensi penuhnya, sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Namun sekarang, ia merasa lebih kuat, lebih siap dari sebelumnya. Ada sensasi aneh, seperti ada kekuatan besar yang menunggu untuk dilepaskan, namun Zhen tahu bahwa kekuatan itu harus dikendalikan.“Apakah kita benar-benar siap?” tanya Lin Hai, suara penuh tekad namun masih terbalut keraguan. Matanya menatap Zhen, mencoba mencari jawaban pada ekspresi wajahnya yang penuh perubahan.Zhen menarik napas dalam-dalam, menatap langit yang mulai gelap. “Kita tidak punya pilihan. Kita harus siap,” jawabnya, suara tegas yang berusaha menenangkan dirinya dan Lin Hai. “Kekuatan ini—ini bukan hanya tentang bertarung. Ini tentang lebih da
Waktu di lembah itu terasa tidak lagi sama. Di balik kabut tebal yang membalut setiap sudut, Zhen dan teman-temannya merasa terikat dalam perasaan yang kompleks. Kekuatan baru yang mereka rasakan bukan hanya sekedar hasil dari latihan atau proses yang panjang, tapi lebih pada pengenalan diri yang lebih mendalam. Setiap langkah yang mereka ambil membawa mereka lebih dekat ke masa depan yang penuh ketidakpastian.Zhen menoleh ke Yulan, yang masih berdiri di dekat altar, menatap kristal yang kini lebih redup cahayanya. Rasanya seperti ada sesuatu yang tertinggal, sesuatu yang belum terungkap sepenuhnya. Dia bisa merasakan gelombang kekuatan yang datang dari dalam tubuhnya, kekuatan yang kini terhubung dengan Inti Kegelapan, tetapi tak seharusnya ia membiarkannya menguasai dirinya. Ia harus memimpin, harus mengendalikan kekuatan ini, bukan sebaliknya."Yulan," Zhen memecah keheningan, suaranya bergetar karena tekanan yang begitu besar. "Apa yang sebenarnya kita hadapi? Apa ini hanya ujian
Zhen berdiri di depan pintu besar markas klan, matanya menatap ke depan, menembus kabut yang menggantung di luar. Rasa cemas yang terus menghantui dirinya perlahan-lahan berubah menjadi tekad yang lebih kuat. Tidak ada lagi yang bisa menghentikannya. Perjuangan yang ada di depan mata bukan sekadar tentang mengalahkan musuh, tetapi tentang mengendalikan takdir mereka, dan bahkan lebih jauh lagi, tentang masa depan klan mereka.Namun, meski tekad itu membara dalam dirinya, ia tidak bisa menghindari kenyataan bahwa ancaman yang mereka hadapi jauh lebih besar dari yang mereka bayangkan sebelumnya. Sekte Bayangan Darah yang muncul dengan kekuatan gelap, hanya sebagian kecil dari teka-teki besar yang harus mereka pecahkan. Ada kekuatan yang lebih tua, lebih kuat, yang bersembunyi di balik semua ini, dan mereka harus siap menghadapinya.Zhen tahu bahwa saat ini, seluruh klan menantikan kepemimpinan yang tegas, bukan hanya dari kata-kata, tetapi juga dari tindakan. Namun, ada satu hal yang ti
Zhen merasakan hawa panas yang menyengat tubuhnya. Dunia sekitarnya berputar, seolah segala sesuatu menjadi kabur. Setiap detik terasa seperti pertempuran antara hidup dan mati, dan kegelapan yang mengelilinginya semakin mengancam untuk menelannya. Namun, di dalam kekosongan itu, ada satu hal yang jelas: dia tidak bisa menyerah.Pemimpin Sekte Bayangan Darah, dengan wajah dingin dan senyum yang penuh penghinaan, menatap Zhen seolah-olah dia sudah memenangi pertempuran ini. Tetapi Zhen tahu bahwa ini belum berakhir. Setiap kekuatan yang dia miliki, setiap helaan napas yang dia ambil, adalah tanda bahwa perjuangan belum selesai."Dunia ini penuh dengan kegelapan, Ling Zhen," suara pemimpin itu bergetar dalam udara, menembus kesunyian yang mencekam. "Dan kalian—orang-orang seperti kalian—hanya akan membuatnya semakin gelap. Tidak ada tempat untuk cahaya di dunia ini."Zhen menatapnya dengan tajam, menekan pedangnya lebih erat. "Kegelapan itu ada, tapi bukan berarti kita harus menyerah pa
Zhen berdiri di atas medan pertempuran yang sunyi, meski di sekelilingnya terhampar tubuh-tubuh bayangan yang telah runtuh. Angin berhembus kencang, melambangkan kemenangan sementara yang baru saja ia raih. Namun, di dalam dirinya, ia tahu bahwa ini belum berakhir. Kegelapan masih mengintai, dan mereka yang masih hidup di Sekte Bayangan Darah akan terus mengejarnya hingga titik darah penghabisan.Tubuh Zhen terasa lelah, namun semangatnya tidak surut. Ia merasakan getaran energi yang masih mengalir deras dalam dirinya—energi yang ia pelajari untuk kendalikan selama ini. Kekuatannya bertambah jauh melebihi batasannya yang sebelumnya, namun ia tidak bisa beristirahat. Ia harus tetap waspada.“Zhen…” suara ibunya, Yulan, terdengar memanggilnya dari kejauhan, mengalihkan perhatian Zhen dari medan pertempuran. Ia menoleh ke belakang, melihat ibunya yang melangkah mendekat dengan wajah penuh kecemasan.“Ibu, hati-hati,” kata Zhen, dengan suara yang penuh peringatan. Meski pertempuran sudah
Zhen berdiri tegak di tengah medan pertempuran yang sunyi, matanya masih menatap sosok pemimpin Sekte Bayangan Darah yang kini tergeletak tak berdaya di tanah. Namun, meskipun musuh utama mereka telah tumbang, Zhen merasa ada sesuatu yang masih mengganggu dalam hatinya. Sebuah perasaan yang tidak bisa dijelaskan sepenuhnya, tapi ia tahu itu menandakan bahwa ujian mereka belum berakhir."Ibu..." Zhen berbalik, menatap Yulan yang mendekat. Ibunya tampak lelah, tetapi kekuatan dan kebijaksanaan masih terpancar jelas dalam matanya. Yulan mengangguk pelan, seolah mengerti apa yang dipikirkan Zhen.“Ini baru permulaan, Zhen. Kegelapan yang mereka bawa lebih besar dari yang kita bayangkan,” kata Yulan dengan nada serius. "Apa yang telah kita lihat hanyalah puncak dari gunung es. Masih ada banyak hal yang tersembunyi di balik bayangan mereka."Zhen menghela napas panjang. Ia tahu kata-kata ibunya benar, namun ia merasa kelelahan yang mendalam setelah melalui begitu banyak pertempuran. Tubuhny
Zhen menggenggam pedangnya erat-erat, tubuhnya masih terasa sakit akibat dampak dari serangan Manifestasi Kegelapan. Namun, matanya tidak bergeming. Sebuah keputusan bulat telah tercipta dalam dirinya. Ia tidak akan mundur. Kegelapan ini harus dihancurkan, dan hanya dengan menghadapi ketakutan dalam dirinya, ia bisa menemukan kekuatan yang sesungguhnya.Sosok Manifestasi Kegelapan berdiri kokoh di tengah medan pertempuran, senyum kegelapan mengembang di wajahnya yang menakutkan. “Kalian tidak akan bisa mengalahkanku, Zhen. Kegelapan ini lebih dalam dari yang bisa kalian pahami. Bahkan cahaya yang kalian bawa akan terkubur dalamnya.”Zhen menatap sosok itu dengan penuh keteguhan. Ia bisa merasakan aura kekuatan yang luar biasa menyelimuti Manifestasi Kegelapan, namun ia tahu bahwa musuh ini bukan hanya berupa kekuatan fisik. Ini adalah ujian batin, pertarungan melawan ketakutan dan keraguan dalam dirinya sendiri."Ibu," kata Zhen pelan, menoleh ke arah Yulan yang berdiri di sampingnya,
Setelah pertempuran yang epik, Zhen dan Yulan berdiri di atas tanah yang kini bebas dari bayangan kegelapan. Kehilangan tenaga membuat mereka terengah-engah, tetapi di mata mereka terpancar sebuah cahaya baru, harapan yang tak akan padam. Kegelapan telah hancur, namun di dalam diri Zhen, ada rasa penasaran yang tak bisa ia abaikan.“Apakah ini benar-benar akhir, Ibu?” tanya Zhen, matanya menatap horizon yang luas, tempat kegelapan yang tadi melanda kini telah tergantikan oleh cahaya yang terang.Yulan berdiri di sampingnya, merenung. “Ini bukan akhir, Zhen. Setiap kemenangan seperti ini hanya membuka jalan untuk ujian yang lebih besar. Kamu telah membuktikan bahwa kamu mampu mengatasi kegelapan, tetapi apakah kamu siap untuk menghadapi apa yang akan datang?”Zhen menggenggam pedangnya lebih erat. “Aku akan siap. Aku sudah menyiapkan diriku untuk segala kemungkinan. Apa pun yang datang, aku tidak akan mundur.”Yulan tersenyum, melihat keteguhan hati anaknya yang luar biasa. Namun, di d
Zhen melangkah keluar dari Kota Kabut Hitam, meninggalkan jejak perjalanannya yang penuh dengan pertempuran dan pengalaman berharga. Dengan poin kontribusi yang ia kumpulkan, ia telah mendapatkan berbagai sumber daya yang memperkuat kemampuan alkemis dan kultivasinya. Namun, perjalanan ini belum berakhir—justru semakin mendekati puncaknya.Langit Ketiga masih menyimpan banyak misteri. Kota-kota besar, sekte-sekte kuno, dan kekuatan tersembunyi yang belum pernah ia temui menantinya. Namun, satu hal yang paling menarik perhatiannya adalah Kota Suci Alkemis, tempat para alkemis terbaik berkumpul dan tempat legenda tentang Pil Keabadian berasal.Bersama Bai Yue, yang kini selalu berada di sisinya, Zhen menatap cakrawala yang luas.> Bai Yue: "Langit Ketiga begitu luas… Apakah kau siap menaklukkannya?"Zhen (tersenyum tipis): "Aku harus. Tidak ada jalan mundur."---Sementara itu, di dalam Kota Suci Alkemis, para tetua agung sedang membahas peristiwa besar yang akan datang. Ramalan Surgawi
Di bawah sinar bulan yang pucat, Zhen, Bai Yue, dan Wen Ling berdiri dalam kepungan bandit. Sekitar dua puluh orang bersenjata mengepung mereka, dengan Bai Tu—pemimpin mereka—berdiri di tengah, menatap Zhen dengan tatapan penuh rasa percaya diri.> Bai Tu (tertawa kecil): "Aku sudah lama mendengar namamu, Zhen. Kau benar-benar bodoh telah datang ke tempat ini tanpa persiapan."Zhen tetap tenang, memegang Pedang Petir Surgawi dengan erat.> Zhen: "Kau yakin aku tidak datang dengan persiapan?"Bai Tu menyeringai, lalu melambaikan tangannya.> Bai Tu: "Hancurkan mereka!"Para bandit langsung melompat ke depan dengan senjata terangkat.Zhen mengaktifkan Teknik Langkah Petir, tubuhnya berubah menjadi kilatan cahaya biru. Dalam sekejap, ia muncul di belakang salah satu bandit dan menebasnya dengan cepat.Srekk!Darah menyembur saat salah satu bandit jatuh tanpa sempat menyadari apa yang terjadi.> Wen Ling (melompat mundur): "Mereka bukan lawan sembarangan!"Bai Yue mengangkat tangannya, me
Angin pagi bertiup lembut saat Zhen, Bai Yue, dan Wen Ling berjalan melewati gerbang sekte, memulai perjalanan mereka menuju Lembah Hitam.Lembah Hitam terletak ratusan kilometer dari Sekte Langit Ketiga, di perbatasan wilayah yang dikuasai oleh kelompok bandit terkenal—Serigala Hitam.> Bai Yue (menatap peta): "Jika kita terus berjalan tanpa henti, kita bisa mencapai lembah dalam dua hari."Zhen mengangguk.> Zhen: "Kita tidak tahu seberapa kuat bandit-bandit di sana. Kita harus tetap waspada."Wen Ling tampak sedikit gelisah.> Wen Ling: "Aku mendengar rumor bahwa pemimpin mereka, Bai Tu, dulunya adalah seorang murid dari sekte besar, tapi diusir karena membunuh rekan-rekannya sendiri."Zhen mengangkat alis.> Zhen: "Kalau benar begitu, berarti dia bukan musuh sembarangan."Bai Yue menghela napas.> Bai Yue: "Kita akan mengetahuinya begitu sampai di sana."Tanpa membuang waktu, mereka melanjutkan perjalanan.---Di tengah perjalanan, mereka harus melewati sebuah wilayah bernama Huta
Langit di atas Kota Kabut Hitam masih dipenuhi sisa-sisa energi pertempuran. Puing-puing bangunan berserakan, dan beberapa tempat masih dipenuhi asap hitam. Namun, meskipun kota ini baru saja mengalami serangan besar, mereka berhasil bertahan.Zhen, Bai Yue, dan Wen Ling berdiri di tengah reruntuhan, napas mereka masih terengah-engah setelah pertarungan sengit melawan Mo Jian.> Wen Ling (menghela napas): "Dia berhasil kabur... tapi setidaknya kita sudah menghancurkan pasukan iblisnya."Zhen tidak menjawab. Tatapannya masih tajam menatap titik di mana Mo Jian menghilang. Perasaan tidak enak menyelimuti hatinya.> Zhen (dalam hati): "Orang sepertinya tidak akan menyerah begitu saja. Ini pasti belum selesai..."Suara langkah kaki mendekat.Dari sudut jalan, pasukan penjaga kota yang tersisa mulai berdatangan. Salah satu dari mereka adalah seorang pria paruh baya dengan jubah berwarna hitam dan lambang Kota Kabut Hitam di dadanya.> Pria itu: "Aku Jenderal Hu Wei. Siapa kalian? Dan bagai
Kota Kabut Hitam masih bergema dengan suara pertempuran. Api berkobar di beberapa sudut, dan mayat-mayat berserakan di jalanan. Paviliun Iblis Merah telah membawa kehancuran besar, dan sekarang Zhen, Bai Yue, dan Wen Ling harus menghadapi pemimpinnya—Mo Jian.Mo Jian berdiri dengan santai di tengah reruntuhan, jubah ungunya berkibar ditiup angin malam. Tatapannya dingin, tetapi senyum di wajahnya menunjukkan rasa percaya diri yang tak tergoyahkan.> Mo Jian: "Kalian benar-benar berani melawanku? Bahkan tiga orang pun tidak cukup untuk menjatuhkanku."SWOOSH!Tiba-tiba, Bai Yue menghilang dari pandangan! Dalam sekejap, ia sudah muncul di belakang Mo Jian, pedangnya meluncur dengan kecepatan luar biasa!> Bai Yue: "Tebasan Langit Es!"ZRAAAAK!Sebuah gelombang energi es menerjang tubuh Mo Jian, membekukan udara di sekitarnya. Jalanan di bawah kaki mereka berubah menjadi lapisan es, dan suhu turun drastis.Namun, Mo Jian hanya terkekeh.> Mo Jian: "Menarik... tapi tidak cukup."CRACK!Ia
Zhen, Wen Ling, dan Shen Lao akhirnya meninggalkan reruntuhan Lembah Kegelapan. Mereka melintasi jalur berbatu yang dipenuhi kabut tebal, menuju kembali ke Kota Kabut Hitam. Akar Roh Suci kini berada di tangan Zhen, dan ia tahu bahwa benda ini bisa menjadi harapan terakhir kota yang hampir hancur karena kutukan Bai Yun.> Zhen (dalam hati): "Semoga kita tidak terlambat..."Namun, saat mereka mendekati gerbang kota, mereka dikejutkan oleh pemandangan yang mengerikan. Darah menggenang di jalanan, mayat-mayat para penjaga berserakan di tanah, dan bangunan utama kota tampak terbakar.> Wen Ling: "Tidak… apa yang terjadi di sini?! Baru beberapa hari kita pergi, tapi kota ini sudah jadi seperti neraka!"Shen Lao menghela napas panjang, tatapannya kelam.> Shen Lao: "Sepertinya kita sudah kedatangan tamu tak diundang..."Di tengah kota yang hancur, terlihat sekelompok orang berbaju hitam dengan lambang mata merah di dada mereka. Mereka berdiri di tengah jalan, mengelilingi seorang pria tua y
Bai Yun meraung keras, suaranya menggema hingga ke seluruh lembah. Aura darah mengalir dari tubuhnya, menciptakan tekanan besar yang membuat Zhen dan Wen Ling sulit bernapas.> Bai Yun: "DARAH! BERIKAN AKU DARAH KALIAN!!"Dalam sekejap, tubuh monster itu melesat ke depan dengan kecepatan yang tidak masuk akal untuk ukurannya.BOOM!Tanah di bawah mereka hancur akibat hentakan cakar Bai Yun. Zhen dan Wen Ling nyaris tidak bisa menghindarinya tepat waktu.> Zhen (dalam hati): "Kecepatannya bahkan lebih tinggi dari Xu Lie?! Makhluk ini… bukan hanya sekadar kutukan!"Zhen segera mengaktifkan Teknik Langkah Petir, meningkatkan kecepatannya hingga ia hampir menjadi bayangan yang bergerak di antara reruntuhan. Namun, Bai Yun dengan mudah mengikuti pergerakannya, seolah-olah bisa merasakan ke mana Zhen akan bergerak.> Wen Ling: "Kita tidak bisa menyerangnya secara langsung! Kita harus mencari celah!"Wen Ling segera mengangkat tangannya, menciptakan tiga bola api biru yang menyala-nyala.> W
Akar Roh Suci bergetar, memancarkan cahaya emas yang lembut. Aura kehidupan yang terpancar darinya begitu kuat hingga Zhen dan Wen Ling bisa merasakan Qi mereka pulih secara instan hanya dengan berdiri di dekatnya.Namun, sebelum mereka bisa mengambilnya, Shen Lao tiba-tiba mengangkat tangannya.> Shen Lao: "Tunggu. Sebelum kalian mengambilnya, ada sesuatu yang harus kalian ketahui."Zhen mengerutkan kening.> Zhen: "Apa maksudmu?"Shen Lao menatap mereka dengan mata serius.> Shen Lao: "Akar Roh Suci ini bukan sekadar obat biasa. Ini adalah inti kehidupan dari lembah ini. Jika kalian mengambilnya, keseimbangan tempat ini akan hancur."Wen Ling terkejut.> Wen Ling: "Tapi ini satu-satunya cara untuk menyelamatkan Kota Kabut Hitam!"Shen Lao menghela napas panjang.> Shen Lao: "Benar. Tapi kalian harus siap dengan konsekuensinya. Jika akar ini diambil, Lembah Kegelapan akan runtuh. Para roh yang terperangkap di sini akan bebas… dan beberapa dari mereka bukanlah makhluk baik."Zhen meny
Setelah mengalahkan dua Iblis Qi Yin, Zhen dan Wen Ling melanjutkan perjalanan ke pusat Lembah Kegelapan, tempat di mana Akar Roh Suci konon berada.Kabut hitam semakin tebal. Suasana mencekam, udara dipenuhi energi Yin yang menggerogoti Qi alami. Bahkan Wen Ling, yang memiliki Api Roh Suci, mulai merasa tubuhnya berat.> Wen Ling: "Tempat ini menghisap energi kita perlahan… Jika kita tidak cepat, kita bisa kehilangan kekuatan sebelum mencapai tujuan."> Zhen: "Aku punya sesuatu yang bisa membantu."Zhen merogoh kantong penyimpanannya dan mengeluarkan dua pil berwarna merah tua—Pil Penolak Yin.> Zhen: "Ini pil buatanku. Bisa menahan efek energi Yin untuk sementara."Wen Ling menerima pil itu dan langsung menelannya. Efeknya langsung terasa. Aura Yin yang mencekik tubuhnya berkurang drastis.> Wen Ling: "Kau benar-benar alkemis jenius, Zhen."Zhen hanya tersenyum tipis.---Setelah berjalan sekitar satu jam, mereka sampai di sebuah gerbang batu besar yang tertutup rapat. Di tengahnya,