"Kakakku."Eva bahkan tidak bangkit, hanya sedikit menundukkan kepala sebagai salam.Wah, begitu. Bibi Shanty langsung tidak senang, seolah menemukan titik untuk melancarkan serangan."Hehe! Benar-benar hebat. Bukan saja satu orang kenyang, tetapi semua anggota keluarga harus turut serta. Datang ke pesta ulang tahun malah bawa seluruh keluarga. Bagaimana? Fandy, kamu belum pernah makan hidangan mewah seperti ini? Saudara perempuanmu ini, sama saja seperti kamu, nggak sopan. Kami semua sudah datang, hanya kalian berdua yang duduk."Zoran lebih parah, langsung menunjuk keluar dengan tangan kanannya."Kalian berdua keluar, benar-benar memalukan. Irvan, kalau kamu masih bawa teman seperti ini ke acara publik, jangan salahkan Paman Zoran kalau kamu diusirnya dari Keluarga Jonathan."Setelah perkataan mereka, Fandy langsung menegakkan tubuhnya, memalingkan wajahnya ke arah Kak Eva yang kebetulan bertatapan dengannya dan berbicara dengan santai."Bisakah aku binasakan mereka?"Sambil menelan
Bagaimana mungkin Samuel tidak mengerti maksud anaknya. Tadi dia hanya terlalu terkejut. Siapa yang bisa menyangka, kakak angkat Fandy ini, bisa memberikan tekanan absolut terhadap Putri Agung."Tuan Fandy, aku mau bersulang pada kakakmu dengan segelas minuman."Paman Zoran bahkan tidak berani langsung menyebut Eva, hanya bisa melalui Fandy yang agak lebih familier."Maaf, Paman Zoran, kakakku nggak pernah minum alkohol."Sudah cukup jika Kak Eva bisa datang, kenapa pula memintanya berdiri dan minum bersama? Itu hal yang mustahil."Baiklah, kalau begitu aku minum dulu untuk berterima kasih atas kehadiran kalian, jangan segan-segan."Samuel sama sekali tidak peduli dengan hal ini. Dalam hatinya, dia rasanya sangat puas. Kalau Kak Zoran begitu hebat, kenapa orang besar yang kalian ajak malah bisa ditekan begitu saja oleh orang-orangku? Memang pantas!Paman Zoran dan Bibi Shanty menjadi murka. Sayangnya, mereka tidak berani melampiaskan amarah. Bahkan Aurora pun rela menahan emosi dan per
Mia tersenyum dan tidak mengatakan apa-apa. Dia tahu betul, tanpa Fandy, jangankan masalah pernikahannya dengan Jeno, hanya masalah Mi Asam Pedas saja, tidak akan semudah itu.Untuk memulai usaha, perlu berurusan dengan banyak dengan banyak pihak. Dengan bantuan kakak perempuan Jeno, semuanya menjadi begitu lancar. Namun kemudahan ini, kalau bukan karena Fandy, apakah itu turun dari langit?"Nana, kamu pergi dulu, aku nanti sendiri yang akan ke bandara."Kata-kata Fandy yang tiba-tiba membuat Mia merasa sedikit aneh. Namun, ketika melihat seseorang berjalan mendekat dengan aura yang mengintimidasi, Mia mengerti."Hmm, beberapa hari lagi aku akan kembali ke ibu kota provinsi, nanti aku akan menghubungi Arnold, kita berkumpul lagi."Hampir saja Mia pergi, tetapi tatapan dingin yang berkilau di mata Ardi langsung dilontarkan kepada Fandy."Ikut aku!"Kata-kata Ardi terdengar tegas, tetapi Fandy hanya tampak tenang."Kita ini kenal dekat sekali?"Ardi bahkan langsung memajukan serangan. Me
Malam itu, setiba di rumah dan melihat banyak hidangan di meja, Fitri menatap pembantu dengan bingung."Apa ada tamu yang akan datang?"Pembantu tersenyum."Nggak tahu, perintah dari kakek agar siapkan semua makanan ini."Kakekku? Fitri menganggap bahwa mungkin ada teman kakeknya yang akan datang berkunjung. Selain itu, Fitri tidak bisa memikirkan alasan lain."Fitri, kamu sudah kembali. Cepat cuci tangan, lalu temani kakek minum-minum."Tuan Besar Rick turun ke lantai, wajahnya penuh senyum, seperti menemukan semangat baru. Fitri langsung terdiam."Kakek, ada apa yang membuatmu begitu senang?""Kita makan sambil berbincang saja."Setelah kakeknya membuka sebotol anggur merah, Fitri menuangkan anggur untuknya. Fitri merasa mustahil kalau dirinya tidak penasaran."Sekarang bisa diceritakan?"Ternyata meja penuh dengan makanan ini bukan karena ada yang datang, tetapi hanya karena Tuan Besar Rick sedang dalam suasana hati yang baik."Hmm, masalahku yang terbesar teratasi, bukankah itu pan
"Ya, tunggu sampai kamu kembali dari Lembah Pengobatan, kita akan hidup bersama."Setelah tertegun agak lama, Fandy baru bertanya."Kamu serius? Nggak ada masalah dengan kakekmu?""Hmm, kakekku sudah bilang nggak akan halangi kita lagi. Alasan pastinya aku juga nggak tahu. Pokoknya, dia sudah setuju."Wah! Fandy sangat terharu, dia memang ada perasaan terhadap Fitri. Jika bisa menyelesaikan masalah dengan Nyonya Besar Hera tanpa harus membawa kematian, itu suatu keberuntungan.Saat berikutnya, tanpa ragu dia langsung menggendong Fitri sambil berputar kegirangan. Fitri tidak melawan.Setelah bertahun-tahun berjuang untuk karier, sudah saatnya mencari tempat berlabuh. Lagi pula, sekarang sudah menjadi Jenderal Perang Ferin, tidak mungkin naik lebih tinggi lagi. Kini, yang didambakan Fitri adalah bisa mendapat keduanya, karier dan cinta.Setelah bertemu dengan Wira, mereka berdua naik pesawat menuju sebuah kota. Sudah ada orang yang menunggu di bandara, lalu mereka langsung naik mobil men
Orang yang berjalan mendekat adalah Patrick."Hehe, sepertinya Lembah Pengobatan sudah berkembang selama ini."Fandy tertawa. Racunnya tidak begitu canggih, tapi pasti bukan sesuatu yang bisa terdeteksi, lalu dibuang begitu saja."Jadi, kamu mengakui bahwa kamu racuni aku?"Patrick melangkah maju, senyum di wajahnya sudah benar-benar menghilang.Patrick tidak pernah menyangka, sebagai seorang jenius kecil di Lembah Pengobatan, dia bisa diracuni tanpa disadarinya. Jika bukan karena kebetulan dia mengantarkan sesuatu untuk seorang Tetua Tertinggi, dia benar-benar sudah mati sekarang.Tanpa menjawab pertanyaan itu, Fandy menoleh kepada Wira yang sejak tadi diam tidak berkata apa-apa."Sepertinya, bawa aku ke sini untuk selesaikan masalah adalah alasan palsu, dan yang sebenarnya adalah untuk tangani aku, ya?"Wira menghela napas."Fandy, maafkan aku, aku nggak bisa bantu. Meracuni orang dari Lembah Pengobatan berarti melawan seluruh Lembah Pengobatan! Kalau bukan karena tiba-tiba ada keter
Begitulah, Fandy berjalan sambil membeli banyak makanan enak. Dia memang lapar, sementara Patrick hanya bisa menggertakkan gigi seperti pelayan yang terus-menerus membayar.Setibanya di depan sebuah aula besar, Fandy tidak perlu berpikir lagi untuk mengetahui di mana dia berada. Dari pandangan penuh semangat Patrick, dia tahu bahwa di dalam aula adalah tempat sang Ketua Lembaga."Apa kamu percaya, orang yang akhirnya mati tetap akan kamu, tunggu saja."Bagaimana mungkin Patrick percaya kata-kata seperti itu, dia hanya tersenyum sinis dan masuk.Di dalam aula, dua baris kursi Master Agung teratur dengan rapi. Sudah ada orang yang duduk di sana. Wira juga berjalan dan duduk di kursi guru Tertinggi yang satu-satunya kosong.Sedangkan orang paruh baya di bagian atas, seharusnya adalah Ketua Lembaga Pengobatan."Pak Ketua! Inilah Fandy, orang yang di hadapan Tim Penegak Hukum menyerang aku dan diam-diam kasih aku racun, pemuda bejat itu."Setelah itu, Patrick berdiri di samping. Kali ini di
Ekspresi Patrick berubah-ubah. Dalam ingatannya, Ketua Lembaga selalu merupakan orang yang tegas dan cepat dalam bertindak. Namun, mengapa hari ini dia mengadili Fandy dengan cara yang sangat rumit seperti ini?Setelah memasang ponsel, Fandy sedikit menggelengkan kepalanya."Aku masih mau tanya, bagaimana kalian bisa yakin bahwa aku yang beri racun kepada Patrick? Apa kalian sudah selidiki perbuatan Patrick?"Ketua Lembaga tampak tanpa ekspresi, pria tua itu terkekeh sinis."Lembah Pengobatan sudah ada selama bertahun-tahun. Siapa pun yang tahu tentang kami pasti sudah jelas reputasi kami. Patrick sebagai muridku, perilakunya nggak ada masalah, selalu ingat untuk selamatkan orang, apa masih perlu diselidiki?""Untuk masalah racun yang kamu sebutkan, berdasarkan karakter muridku, kalau katanya kamu pelakunya, maka ya sudah pasti, itu kamu!"Fandy tertawa."Nggak kusangka, inilah Lembah Pengobatan yang melahirkan banyak dokter genius. Kalau pendiri lembaga tahu, mungkin dia akan bangkit
Ini baru benar-benar masuk ke pokok permasalahan, Tetua Tertinggi Dontino adalah tetua yang paling senior, bahkan tidak ada yang tahu berapa usianya sekarang. Bahkan dalam perayaan besar Lembah Pengobatan, dia tidak akan muncul, bagaimana mungkin dia datang hanya untuk seseorang yang asal-usulnya tidak jelas seperti Fandy?Kalau ada orang yang mengaku mengenal Dontino lagi, apakah beliau harus datang untuk memverifikasinya secara langsung? Sungguh sebuah lelucon.Patrick yang berdiri di sana, sama sekali tidak khawatir. Dia mengerti bahwa apa yang dilakukan Ketua Lembaga ini terkait dengan kejadian lima tahun yang lalu. Selain itu, juga karena Fandy mengenal Jenderal Perang Ferin. Namun, itu sudah tidak penting lagi, kematian Fandy sudah pasti.Kurang dari sepuluh menit, Ketua Lembaga muncul kembali. Namun kali ini, dia tidak duduk kembali di tempat semula, melainkan berdiri tidak jauh dari Fandy."Selamat datang, Tetua Tertinggi!"Semua tetua buru-buru berdiri dengan ekspresi terkejut
Ekspresi Patrick berubah-ubah. Dalam ingatannya, Ketua Lembaga selalu merupakan orang yang tegas dan cepat dalam bertindak. Namun, mengapa hari ini dia mengadili Fandy dengan cara yang sangat rumit seperti ini?Setelah memasang ponsel, Fandy sedikit menggelengkan kepalanya."Aku masih mau tanya, bagaimana kalian bisa yakin bahwa aku yang beri racun kepada Patrick? Apa kalian sudah selidiki perbuatan Patrick?"Ketua Lembaga tampak tanpa ekspresi, pria tua itu terkekeh sinis."Lembah Pengobatan sudah ada selama bertahun-tahun. Siapa pun yang tahu tentang kami pasti sudah jelas reputasi kami. Patrick sebagai muridku, perilakunya nggak ada masalah, selalu ingat untuk selamatkan orang, apa masih perlu diselidiki?""Untuk masalah racun yang kamu sebutkan, berdasarkan karakter muridku, kalau katanya kamu pelakunya, maka ya sudah pasti, itu kamu!"Fandy tertawa."Nggak kusangka, inilah Lembah Pengobatan yang melahirkan banyak dokter genius. Kalau pendiri lembaga tahu, mungkin dia akan bangkit
Begitulah, Fandy berjalan sambil membeli banyak makanan enak. Dia memang lapar, sementara Patrick hanya bisa menggertakkan gigi seperti pelayan yang terus-menerus membayar.Setibanya di depan sebuah aula besar, Fandy tidak perlu berpikir lagi untuk mengetahui di mana dia berada. Dari pandangan penuh semangat Patrick, dia tahu bahwa di dalam aula adalah tempat sang Ketua Lembaga."Apa kamu percaya, orang yang akhirnya mati tetap akan kamu, tunggu saja."Bagaimana mungkin Patrick percaya kata-kata seperti itu, dia hanya tersenyum sinis dan masuk.Di dalam aula, dua baris kursi Master Agung teratur dengan rapi. Sudah ada orang yang duduk di sana. Wira juga berjalan dan duduk di kursi guru Tertinggi yang satu-satunya kosong.Sedangkan orang paruh baya di bagian atas, seharusnya adalah Ketua Lembaga Pengobatan."Pak Ketua! Inilah Fandy, orang yang di hadapan Tim Penegak Hukum menyerang aku dan diam-diam kasih aku racun, pemuda bejat itu."Setelah itu, Patrick berdiri di samping. Kali ini di
Orang yang berjalan mendekat adalah Patrick."Hehe, sepertinya Lembah Pengobatan sudah berkembang selama ini."Fandy tertawa. Racunnya tidak begitu canggih, tapi pasti bukan sesuatu yang bisa terdeteksi, lalu dibuang begitu saja."Jadi, kamu mengakui bahwa kamu racuni aku?"Patrick melangkah maju, senyum di wajahnya sudah benar-benar menghilang.Patrick tidak pernah menyangka, sebagai seorang jenius kecil di Lembah Pengobatan, dia bisa diracuni tanpa disadarinya. Jika bukan karena kebetulan dia mengantarkan sesuatu untuk seorang Tetua Tertinggi, dia benar-benar sudah mati sekarang.Tanpa menjawab pertanyaan itu, Fandy menoleh kepada Wira yang sejak tadi diam tidak berkata apa-apa."Sepertinya, bawa aku ke sini untuk selesaikan masalah adalah alasan palsu, dan yang sebenarnya adalah untuk tangani aku, ya?"Wira menghela napas."Fandy, maafkan aku, aku nggak bisa bantu. Meracuni orang dari Lembah Pengobatan berarti melawan seluruh Lembah Pengobatan! Kalau bukan karena tiba-tiba ada keter
"Ya, tunggu sampai kamu kembali dari Lembah Pengobatan, kita akan hidup bersama."Setelah tertegun agak lama, Fandy baru bertanya."Kamu serius? Nggak ada masalah dengan kakekmu?""Hmm, kakekku sudah bilang nggak akan halangi kita lagi. Alasan pastinya aku juga nggak tahu. Pokoknya, dia sudah setuju."Wah! Fandy sangat terharu, dia memang ada perasaan terhadap Fitri. Jika bisa menyelesaikan masalah dengan Nyonya Besar Hera tanpa harus membawa kematian, itu suatu keberuntungan.Saat berikutnya, tanpa ragu dia langsung menggendong Fitri sambil berputar kegirangan. Fitri tidak melawan.Setelah bertahun-tahun berjuang untuk karier, sudah saatnya mencari tempat berlabuh. Lagi pula, sekarang sudah menjadi Jenderal Perang Ferin, tidak mungkin naik lebih tinggi lagi. Kini, yang didambakan Fitri adalah bisa mendapat keduanya, karier dan cinta.Setelah bertemu dengan Wira, mereka berdua naik pesawat menuju sebuah kota. Sudah ada orang yang menunggu di bandara, lalu mereka langsung naik mobil men
Malam itu, setiba di rumah dan melihat banyak hidangan di meja, Fitri menatap pembantu dengan bingung."Apa ada tamu yang akan datang?"Pembantu tersenyum."Nggak tahu, perintah dari kakek agar siapkan semua makanan ini."Kakekku? Fitri menganggap bahwa mungkin ada teman kakeknya yang akan datang berkunjung. Selain itu, Fitri tidak bisa memikirkan alasan lain."Fitri, kamu sudah kembali. Cepat cuci tangan, lalu temani kakek minum-minum."Tuan Besar Rick turun ke lantai, wajahnya penuh senyum, seperti menemukan semangat baru. Fitri langsung terdiam."Kakek, ada apa yang membuatmu begitu senang?""Kita makan sambil berbincang saja."Setelah kakeknya membuka sebotol anggur merah, Fitri menuangkan anggur untuknya. Fitri merasa mustahil kalau dirinya tidak penasaran."Sekarang bisa diceritakan?"Ternyata meja penuh dengan makanan ini bukan karena ada yang datang, tetapi hanya karena Tuan Besar Rick sedang dalam suasana hati yang baik."Hmm, masalahku yang terbesar teratasi, bukankah itu pan
Mia tersenyum dan tidak mengatakan apa-apa. Dia tahu betul, tanpa Fandy, jangankan masalah pernikahannya dengan Jeno, hanya masalah Mi Asam Pedas saja, tidak akan semudah itu.Untuk memulai usaha, perlu berurusan dengan banyak dengan banyak pihak. Dengan bantuan kakak perempuan Jeno, semuanya menjadi begitu lancar. Namun kemudahan ini, kalau bukan karena Fandy, apakah itu turun dari langit?"Nana, kamu pergi dulu, aku nanti sendiri yang akan ke bandara."Kata-kata Fandy yang tiba-tiba membuat Mia merasa sedikit aneh. Namun, ketika melihat seseorang berjalan mendekat dengan aura yang mengintimidasi, Mia mengerti."Hmm, beberapa hari lagi aku akan kembali ke ibu kota provinsi, nanti aku akan menghubungi Arnold, kita berkumpul lagi."Hampir saja Mia pergi, tetapi tatapan dingin yang berkilau di mata Ardi langsung dilontarkan kepada Fandy."Ikut aku!"Kata-kata Ardi terdengar tegas, tetapi Fandy hanya tampak tenang."Kita ini kenal dekat sekali?"Ardi bahkan langsung memajukan serangan. Me
Bagaimana mungkin Samuel tidak mengerti maksud anaknya. Tadi dia hanya terlalu terkejut. Siapa yang bisa menyangka, kakak angkat Fandy ini, bisa memberikan tekanan absolut terhadap Putri Agung."Tuan Fandy, aku mau bersulang pada kakakmu dengan segelas minuman."Paman Zoran bahkan tidak berani langsung menyebut Eva, hanya bisa melalui Fandy yang agak lebih familier."Maaf, Paman Zoran, kakakku nggak pernah minum alkohol."Sudah cukup jika Kak Eva bisa datang, kenapa pula memintanya berdiri dan minum bersama? Itu hal yang mustahil."Baiklah, kalau begitu aku minum dulu untuk berterima kasih atas kehadiran kalian, jangan segan-segan."Samuel sama sekali tidak peduli dengan hal ini. Dalam hatinya, dia rasanya sangat puas. Kalau Kak Zoran begitu hebat, kenapa orang besar yang kalian ajak malah bisa ditekan begitu saja oleh orang-orangku? Memang pantas!Paman Zoran dan Bibi Shanty menjadi murka. Sayangnya, mereka tidak berani melampiaskan amarah. Bahkan Aurora pun rela menahan emosi dan per
"Kakakku."Eva bahkan tidak bangkit, hanya sedikit menundukkan kepala sebagai salam.Wah, begitu. Bibi Shanty langsung tidak senang, seolah menemukan titik untuk melancarkan serangan."Hehe! Benar-benar hebat. Bukan saja satu orang kenyang, tetapi semua anggota keluarga harus turut serta. Datang ke pesta ulang tahun malah bawa seluruh keluarga. Bagaimana? Fandy, kamu belum pernah makan hidangan mewah seperti ini? Saudara perempuanmu ini, sama saja seperti kamu, nggak sopan. Kami semua sudah datang, hanya kalian berdua yang duduk."Zoran lebih parah, langsung menunjuk keluar dengan tangan kanannya."Kalian berdua keluar, benar-benar memalukan. Irvan, kalau kamu masih bawa teman seperti ini ke acara publik, jangan salahkan Paman Zoran kalau kamu diusirnya dari Keluarga Jonathan."Setelah perkataan mereka, Fandy langsung menegakkan tubuhnya, memalingkan wajahnya ke arah Kak Eva yang kebetulan bertatapan dengannya dan berbicara dengan santai."Bisakah aku binasakan mereka?"Sambil menelan