Orang yang berjalan mendekat adalah Patrick."Hehe, sepertinya Lembah Pengobatan sudah berkembang selama ini."Fandy tertawa. Racunnya tidak begitu canggih, tapi pasti bukan sesuatu yang bisa terdeteksi, lalu dibuang begitu saja."Jadi, kamu mengakui bahwa kamu racuni aku?"Patrick melangkah maju, senyum di wajahnya sudah benar-benar menghilang.Patrick tidak pernah menyangka, sebagai seorang jenius kecil di Lembah Pengobatan, dia bisa diracuni tanpa disadarinya. Jika bukan karena kebetulan dia mengantarkan sesuatu untuk seorang Tetua Tertinggi, dia benar-benar sudah mati sekarang.Tanpa menjawab pertanyaan itu, Fandy menoleh kepada Wira yang sejak tadi diam tidak berkata apa-apa."Sepertinya, bawa aku ke sini untuk selesaikan masalah adalah alasan palsu, dan yang sebenarnya adalah untuk tangani aku, ya?"Wira menghela napas."Fandy, maafkan aku, aku nggak bisa bantu. Meracuni orang dari Lembah Pengobatan berarti melawan seluruh Lembah Pengobatan! Kalau bukan karena tiba-tiba ada keter
Begitulah, Fandy berjalan sambil membeli banyak makanan enak. Dia memang lapar, sementara Patrick hanya bisa menggertakkan gigi seperti pelayan yang terus-menerus membayar.Setibanya di depan sebuah aula besar, Fandy tidak perlu berpikir lagi untuk mengetahui di mana dia berada. Dari pandangan penuh semangat Patrick, dia tahu bahwa di dalam aula adalah tempat sang Ketua Lembaga."Apa kamu percaya, orang yang akhirnya mati tetap akan kamu, tunggu saja."Bagaimana mungkin Patrick percaya kata-kata seperti itu, dia hanya tersenyum sinis dan masuk.Di dalam aula, dua baris kursi Master Agung teratur dengan rapi. Sudah ada orang yang duduk di sana. Wira juga berjalan dan duduk di kursi guru Tertinggi yang satu-satunya kosong.Sedangkan orang paruh baya di bagian atas, seharusnya adalah Ketua Lembaga Pengobatan."Pak Ketua! Inilah Fandy, orang yang di hadapan Tim Penegak Hukum menyerang aku dan diam-diam kasih aku racun, pemuda bejat itu."Setelah itu, Patrick berdiri di samping. Kali ini di
Ekspresi Patrick berubah-ubah. Dalam ingatannya, Ketua Lembaga selalu merupakan orang yang tegas dan cepat dalam bertindak. Namun, mengapa hari ini dia mengadili Fandy dengan cara yang sangat rumit seperti ini?Setelah memasang ponsel, Fandy sedikit menggelengkan kepalanya."Aku masih mau tanya, bagaimana kalian bisa yakin bahwa aku yang beri racun kepada Patrick? Apa kalian sudah selidiki perbuatan Patrick?"Ketua Lembaga tampak tanpa ekspresi, pria tua itu terkekeh sinis."Lembah Pengobatan sudah ada selama bertahun-tahun. Siapa pun yang tahu tentang kami pasti sudah jelas reputasi kami. Patrick sebagai muridku, perilakunya nggak ada masalah, selalu ingat untuk selamatkan orang, apa masih perlu diselidiki?""Untuk masalah racun yang kamu sebutkan, berdasarkan karakter muridku, kalau katanya kamu pelakunya, maka ya sudah pasti, itu kamu!"Fandy tertawa."Nggak kusangka, inilah Lembah Pengobatan yang melahirkan banyak dokter genius. Kalau pendiri lembaga tahu, mungkin dia akan bangkit
Ini baru benar-benar masuk ke pokok permasalahan, Tetua Tertinggi Dontino adalah tetua yang paling senior, bahkan tidak ada yang tahu berapa usianya sekarang. Bahkan dalam perayaan besar Lembah Pengobatan, dia tidak akan muncul, bagaimana mungkin dia datang hanya untuk seseorang yang asal-usulnya tidak jelas seperti Fandy?Kalau ada orang yang mengaku mengenal Dontino lagi, apakah beliau harus datang untuk memverifikasinya secara langsung? Sungguh sebuah lelucon.Patrick yang berdiri di sana, sama sekali tidak khawatir. Dia mengerti bahwa apa yang dilakukan Ketua Lembaga ini terkait dengan kejadian lima tahun yang lalu. Selain itu, juga karena Fandy mengenal Jenderal Perang Ferin. Namun, itu sudah tidak penting lagi, kematian Fandy sudah pasti.Kurang dari sepuluh menit, Ketua Lembaga muncul kembali. Namun kali ini, dia tidak duduk kembali di tempat semula, melainkan berdiri tidak jauh dari Fandy."Selamat datang, Tetua Tertinggi!"Semua tetua buru-buru berdiri dengan ekspresi terkejut
Fandy menangkupkan kedua tangannya, memberi hormat."Senior, Anda memang punya pandangan yang tajam."Alasan dia melakukan gerakan yang sama dua kali adalah karena dia telah mereset Kartu Kehidupan, dan Dontino tentu saja langsung melihatnya.Bagaimana mungkin dia tidak mengerti, bahwa pria di depannya ini adalah murid dari Master Medis? Karena Kartu Kehidupan hanya bisa direset oleh dua orang, jelas Fandy bukan Master Medis yang dia kenal."Tetua Tertinggi, apa Anda benar-benar kenal dia?"Sementara Ketua Lembaga merasa ada yang tidak beres, hadirin lain juga tampak sangat terkejut. Siapa yang bisa mengira, Fandy ternyata mengenal Tetua Tertinggi itu.Terutama Patrick, membelalakkan matanya. Dia adalah orang yang paling tidak bisa menerima kenyataan ini. Jika Tetua Tertinggi menyetujui, maka Fandy bisa keluar dengan aman dari Lembah Pengobatan? Lalu, bagaimana diri Patrick bisa membalas dendam?Dalam tatapannya muncul kilatan warna campuran, Dontino menatap Ketua Lembaga."Ngomong-ngo
Sosok tua yang tampak penuh kasih ini, kini menunjukkan kekuatan mutlaknya pada posisi itu, membuat yang lain tidak berani menghela napas. Bahkan Ketua Lembaga pun gemetar, takut dirinya ikut terlibat.Mereka terkejut melihat Dontino begitu membela Fandy, dan makin penasaran dengan keberanian Tetua Ketiga, yang berani menantang Tetua Tertinggi yang sangat dihormati ini demi melindungi muridnya. Apakah dia sudah gila?Namun, Tetua Ketiga tidak menunjukkan rasa takut sama sekali, malah menatap Dontino dan menyahutnya."Lalu bagaimana kalau aku nggak pilih keduanya?""Hmm?" Saat Dontino mengernyit, sebuah suara terdengar."Kakak, sudah bertapa bertahun-tahun, kenapa amarahmu malah makin besar?"Seorang pria tua lainnya muncul. Meskipun rambutnya juga putih, tetapi semangat dan energi yang dimilikinya jauh lebih baik dibandingkan Dontino."Selamat datang, Tetua Tertinggi Kedua!"Semua orang segera memberi hormat. Panggilan tersebut membuat Fandy mengerti siapa yang baru datang, ternyata se
Semua orang yang ada di sana terdiam seperti patung. Siapa sangka, seorang Tetua Tertinggi yang selama ini tidak ikut campur dalam urusan dunia dan terkesan baik hati, Dontino, tiba-tiba akan membunuh seseorang.Apalagi, dia melakukannya di depan Tetua Tertinggi Kedua, sungguh luar biasa dan tak terduga.Bahkan Fandy pun terkejut.Patrick bahkan ternganga, menatap kosong ke arah tempat yang tidak jauh dari sana. Di mana gurunya tadi masih berteriak beberapa menit yang lalu, tetapi sekarang tidak ada satu pun tulang yang utuh."Kakak! Kamu keterlaluan!"Wajah Tetua Tertinggi Kedua tampak sangat muram. Dia juga tidak menyangka saudara seperguruannya tiba-tiba membunuh seseorang."Keterlaluan? Apa kamu sudah lupa masa-masa kita bersama Guru saat awal berdirinya Lembah Pengobatan? Taktik rendah seperti itu berani kamu mainkan di hadapanku? Bukankah dia yang cari mati sendiri? Kesempatan sudah diberikan, tapi dia yang menolaknya."Setelah mendengar kata-kata itu, Tetua Tertinggi Kedua baru
Sunyi! Keheningan yang terasa, membuat Ketua Lembaga dan yang lainnya merasa seperti disambar petir, masing-masing berdiri terdiam saling berpandangan.Nama Master Medis sudah cukup menakutkan. Namun, ternyata sang idola mereka, pendiri Dokter Genius Agung, juga menjadi seorang dokter pengobatan tradisional berkat bimbingan dari Master Medis. Tidak heran Dontino begitu memperhatikan Fandy, sekarang semuanya jelas.Dengan kata-kata itu, dua orang yang mati hari ini memang tidak salah.Tiba-tiba! Tubuh Ketua Lembaga bergetar hebat, dia memikirkan sebuah pertanyaan yang sangat menakutkan.Jika pendiri Dokter Genius Agung sudah meninggal bertahun-tahun yang lalu, dan murid besarnya, alias Dontino sudah sepantaran, lalu bagaimana dengan Master Medis?Di jalan pulang, Fandy sedang makan sosis. Karena makanan Lembah Pengobatan yang enak, dia membeli banyak, dan akan memberikannya kepada Arnold, Fitri, dan yang lainnya untuk dicoba."Tuan Fandy, ada sedikit masalah di depan, aku akan turun seb
Setelah hening beberapa saat, pria paruh baya yang berbicara dulu menatap kotak tersebut dan mengusap dagunya."Dari apa yang kamu katakan, kurasa itu mungkin saja. Menurut catatan nenek moyang kita, begitu kotak dibuka, barang di dalam otomatis terbang. Bisa jadi mereka menginginkan barang ajaib seperti itu.""Omong kosong! Kalau nggak, kenapa kita menginginkan potret peninggalan nenek moyang kita saat itu, bukannya membuka kotak dan mengambil gambar yang sudah jadi? Takutnya isi catatan itu menjadi kenyataan dan kalau terbang, itu namanya rugi besar."Setelah berbicara, pria berbaju hitam itu menjilat bibirnya."Kalau benar-benar berhasil, nggak sia-sia bagi kita bersaudara untuk membunuh enam orang idiot dalam keluarga. Ini juga butuh banyak usaha."Brak!Pintu tiba-tiba terbuka dan embusan angin kencang menerpa mereka. Kedua pria berbaju hitam itu pingsan sebelum sempat bereaksi. Setelah dilihat lagi, hanya kotak di atas meja yang hilang dan yang lainnya masih sama.Tentu saja Fand
"Fandy, cepat kemari!"Setelah melihat Fandy keluar, Edrick menyambutnya. Edrick sungguh gembira hari ini. Putranya semata wayangnya sudah sembuh. Selain itu, dia dan Helen tidak bisa memiliki anak kedua, jadi apa yang terjadi hari ini benar-benar sebuah penentuan nasib di keluarga mereka.Jadi, ucapan terima kasih tidak akan terlalu berlebihan bagi Fandy, mereka pun mengobrol dengan sangat gembira."Maaf, aku harus pulang lebih awal karena ada keadaan darurat."Fandy tampak ingin membuktikan bahwa dirinya tidak berbohong. Mereka pun bergegas bangun."Baiklah, kalau begitu kamu sibuk saja dulu. Lain kali kita akan bertemu lagi."Alasannya adalah karena Fandy baru saja merasakan Tulang Naga Sejati. Tidak ada yang dapat dibandingkan dengan Tulang Naga Sejati, jadi Fandy tentu harus segera pergi untuk mengejarnya. Kalau tidak, begitu berada di luar jangkauan penginderaan, hampir mustahil untuk menemuinya secara kebetulan di lain waktu.Setelah keluar dari vila dan berbelok di sudut dan me
Dari gosip yang Imelda ceritakan kepadanya, pihak lain seharusnya merasakannya saat Zofar meninggal."Aku rasa perkataanmu percuma saja."Imelda sedikit cemas."Bukan begitu. Aku selalu merasa ada yang aneh. Zofar mungkin benar-benar mengalami kecelakaan. Kalau nggak, bagaimana mungkin berita seperti itu menyebar begitu saja? Kalau Zofar benar-benar mengalami kecelakaan, Keluarga Madius mungkin akan sangat marah. Bagaimanapun, Zofar adalah jenius terkuat di Keluarga Madius selama bertahun-tahun."Tidak ada diskusi lebih lanjut mengenai topik ini karena seorang pria paruh baya masuk."Kamu sakit apa?"Memang jika ada petugas yang cantik atau tampan, sikap orang yang datang akan jauh lebih baik."Perutku agak sakit.""Kalau begitu, silakan duduk."Fandy berpura-pura mengukur denyut nadi pasien dan kemudian berbicara."Hanya diare biasa. Aku akan memberimu dua suntikan. Minum obat saja di rumah. Besok pasti akan sembuh."Pria paruh baya itu awalnya tampak ragu, tapi setelah Fandy memberin
Suara Ganos penuh dengan rasa tidak berdaya dan memohon. Entah mengapa, Fandy bahkan mendengar sedikit ketakutan di dalamnya."Kak, apa sebenarnya maksudmu? Aku benar-benar nggak paham."Apa maksudnya jangan menemui Jenifer? Rasanya aneh sekali."Jangan tanya aku lagi. Lagi pula, kamu sudah berjanji padaku. Pak Burhan juga seorang saksi, juga bilang nggak akan bertemu Jenifer lagi. Hutang budi sebelumnya sudah dibalaskan. Bisakah kamu melakukannya? Aku butuh jaminanmu."Mungkinkah Jenifer melarikan diri? Tampaknya ini adalah satu-satunya penjelasan."Aku pasti akan melakukan apa yang aku janjikan padamu. Kalaupun Jenifer benar-benar menemukanku, aku nggak akan menemuinya dan akan menghindarinya."Setelah menerima balasan ini, Ganos merasa sedikit lega."Baiklah, aku harap kamu ingat apa yang kamu katakan."Mereka benar-benar memberi orang perasaan aneh, seolah-olah ada rahasia besar di antara mereka.Ketika tiba di klinik, Imelda sudah membuka pintu. Imelda mengenakan gaun yang menutup
"Enak sekali. Lain kali aku harus minta lagi pada Naning."Tidak lama setelah selesai makan, bel pintu berbunyi. Ternyata Erin, tetangga baru yang cantik di vila nomor dua.Setelah keluar, ternyata Erin membawa sesuatu."Aku nggak tahu harus memberikan apa pada tetanggaku. Aku suka menggambar, jadi ini untukmu."Kertas yang digulung itu benar-benar tampak seperti lukisan."Terima kasih, jangan terlalu sungkan.""Nggak apa-apa," kata Erin lagi."Bisakah kamu lihat sekarang saja? Beri aku saran. Meskipun aku bukan seorang profesional, aku sangat menyukai aspek ini.""Ya!"Setelah melihatnya sekilas, ekspresi Fandy berubah."Hebat sekali! Kita baru bertemu sekali, kamu sudah bisa menggambar seperti ini?"Erin bertanya dengan gugup."Lumayan?""Ini lebih dari sekadar bagus, ini menakjubkan. Kamu benar-benar berbakat."Setelah mengerti maksudnya, Erin pergi dan Fandy kembali ke rumah. Cahaya tidak memengaruhi persepsinya, tapi dengan hiasan cahaya, lukisan itu juga menunjukkan beberapa perb
Pakaian Imelda saat ini begitu menarik sehingga kebanyakan pria, apalagi yang kulitnya terluka, tidak bisa menahannya.Seragam perawat berwarna putih terlihat begitu cocok dengan kulitnya. Ada tiga tombol di bagian atas tubuh, jadi tidak banyak ruang yang dapat ditutup. Ditambah dengan payudaranya yang besar, tentu saja mempunyai dampak yang lebih besar.Tubuh bagian bawahnya benar-benar menggoda. Rok ini panjangnya hanya sampai paha, dipadukan dengan stoking hitam idaman pria. Tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa ini adalah sebuah fantasi besar.Lima menit kemudian, Imelda masuk lagi."Kalian ini aneh sekali. Dia kesakitan sekali sampai wajahnya penuh keringat, tapi masih mau meminta nomor WhatsApp-ku?"Raut wajah Fandy terlihat suram."Kak! Apa begini penampilanmu saat kerja?"Fandy menunduk, di sisi lain Imelda berputar-putar."Kenapa? Kamu dokter, aku perawat. Apa pakaianku salah?"Sudut mulutnya berkedut beberapa kali, Fandy langsung ke pokok permasalahan."Kalau begitu aku ta
"Kamu cukup terkenal, baru saja muncul sudah membuat orang kecil ini ketakutan."Fandy melontarkan lelucon, tapi Bos Bani tidak berani mengabaikannya. Edrick hanya mengatakan satu hal. "Kalau Fandy nggak puas, maka Bos Bani bisa menghilang."Statusnya di Kota Hira memang bagus, tapi dibandingkan dengan Edrick, tidak berlebihan jika dikatakan Bani adalah seekor semut."Karena dia sudah menyinggung Tuan Fandy, aku akan membawanya pergi. Aku jamin Tuan Fandy akan puas."Lucky benar-benar ketakutan, tapi tidak berani untuk tidak memohon ampun, karena khawatir Fandy pasti akan memberi tahu orang lain, jika begitu maka masalahnya akan menjadi lebih besar.Siapa pun yang memprovokasi Bos Bani akan mengalami akhir yang menyedihkan, kadang-kadang bahkan seluruh keluarganya akan menderita juga."Jangan, jangan! Aku mohon."Air mata mengalir deras, Lucky belum selesai berbicara, tapi Fandy sudah melambaikan tangannya."Pergilah! Jangan lakukan itu lagi."Fandy benar-benar tidak punya energi untuk
Lucky merasa lega karena saat mobil Rolls-Royce itu langsung melaju pergi, semakin sedikit orang yang menonton kejadian itu. Lagi pula, siapa yang tidak punya teman kaya? Masih bisa diterima kalau hanya seperti ini."Naning, jangan kira setelah bersandiwara seperti ini, aku akan menganggap serius Fandy. Malam ini kamu setuju atau nggak?"Seolah takut Naning akan berpikir terlalu banyak, Lucky menunjuk ke arah Lamborghini sambil berkata."Asalkan kamu punya uang, kamu bisa menyewa mobil mewah ini. Apa kamu paham?"Sebelum Naning sempat menjawab, Fandy sudah meraih lengannya dan berjalan masuk ke dalam toko."Izinkan aku kenalkan teman padamu."Setelah melihat ini, Lucky sangat marah, tapi tidak yakin apakah Irvan asli atau palsu, jadi memilih untuk menunggu sampai Lamborghini pergi baru memberi Fandy pelajaran."Kak Aldo sedang berada di luar negeri, perasaannya selalu gelisah, tapi sudah menyiapkan hadiah. Hadiahnya akan segera tiba."Ketika Irvan memanggilnya Kak Aldo, Fandy tanpa sad
Awalnya, Lucky tidak pergi ke sana untuk membeli rumah, pergi ke sana untuk mendekatinya, jadi bisa menjaga jarak. Untungnya, Naning melakukan hal yang sama kepada setiap klien, jadi berhasil mengurungkan niat Lucky. Namun, kemunculan Fandy benar-benar menghancurkan keadaan ini.Setelah menggertakkan gigi dan berpikir sejenak, Naning setuju."Baiklah, aku akan pergi denganmu malam ini, tapi hanya itu saja."Lucky tersenyum. Sekarang kamu setuju, apa kamu masih bisa mengatur sisanya? Kamu juga tidak tahu apakah di minuman itu ada biusnya atau tidak?"Nggak perlu. Aku ingin banyak orang melindungi klinikku. Naning, pulanglah sekarang."Pada saat ini, suara Fandy menyela. Begitu melihat mata Lucky menjadi ganas, Naning merasa ketakutan."Kak Fandy, jangan khawatir. Aku punya rencanaku sendiri."Awalnya, dialah yang melibatkan Fandy dalam masalah ini. Jika memilih melarikan diri, Naning tidak akan bisa tidur dengan tenang lagi."Aku bilang nggak perlu ya nggak perlu."Wajah Lucky berubah m