"Ya, tunggu sampai kamu kembali dari Lembah Pengobatan, kita akan hidup bersama."Setelah tertegun agak lama, Fandy baru bertanya."Kamu serius? Nggak ada masalah dengan kakekmu?""Hmm, kakekku sudah bilang nggak akan halangi kita lagi. Alasan pastinya aku juga nggak tahu. Pokoknya, dia sudah setuju."Wah! Fandy sangat terharu, dia memang ada perasaan terhadap Fitri. Jika bisa menyelesaikan masalah dengan Nyonya Besar Hera tanpa harus membawa kematian, itu suatu keberuntungan.Saat berikutnya, tanpa ragu dia langsung menggendong Fitri sambil berputar kegirangan. Fitri tidak melawan.Setelah bertahun-tahun berjuang untuk karier, sudah saatnya mencari tempat berlabuh. Lagi pula, sekarang sudah menjadi Jenderal Perang Ferin, tidak mungkin naik lebih tinggi lagi. Kini, yang didambakan Fitri adalah bisa mendapat keduanya, karier dan cinta.Setelah bertemu dengan Wira, mereka berdua naik pesawat menuju sebuah kota. Sudah ada orang yang menunggu di bandara, lalu mereka langsung naik mobil men
Orang yang berjalan mendekat adalah Patrick."Hehe, sepertinya Lembah Pengobatan sudah berkembang selama ini."Fandy tertawa. Racunnya tidak begitu canggih, tapi pasti bukan sesuatu yang bisa terdeteksi, lalu dibuang begitu saja."Jadi, kamu mengakui bahwa kamu racuni aku?"Patrick melangkah maju, senyum di wajahnya sudah benar-benar menghilang.Patrick tidak pernah menyangka, sebagai seorang jenius kecil di Lembah Pengobatan, dia bisa diracuni tanpa disadarinya. Jika bukan karena kebetulan dia mengantarkan sesuatu untuk seorang Tetua Tertinggi, dia benar-benar sudah mati sekarang.Tanpa menjawab pertanyaan itu, Fandy menoleh kepada Wira yang sejak tadi diam tidak berkata apa-apa."Sepertinya, bawa aku ke sini untuk selesaikan masalah adalah alasan palsu, dan yang sebenarnya adalah untuk tangani aku, ya?"Wira menghela napas."Fandy, maafkan aku, aku nggak bisa bantu. Meracuni orang dari Lembah Pengobatan berarti melawan seluruh Lembah Pengobatan! Kalau bukan karena tiba-tiba ada keter
Begitulah, Fandy berjalan sambil membeli banyak makanan enak. Dia memang lapar, sementara Patrick hanya bisa menggertakkan gigi seperti pelayan yang terus-menerus membayar.Setibanya di depan sebuah aula besar, Fandy tidak perlu berpikir lagi untuk mengetahui di mana dia berada. Dari pandangan penuh semangat Patrick, dia tahu bahwa di dalam aula adalah tempat sang Ketua Lembaga."Apa kamu percaya, orang yang akhirnya mati tetap akan kamu, tunggu saja."Bagaimana mungkin Patrick percaya kata-kata seperti itu, dia hanya tersenyum sinis dan masuk.Di dalam aula, dua baris kursi Master Agung teratur dengan rapi. Sudah ada orang yang duduk di sana. Wira juga berjalan dan duduk di kursi guru Tertinggi yang satu-satunya kosong.Sedangkan orang paruh baya di bagian atas, seharusnya adalah Ketua Lembaga Pengobatan."Pak Ketua! Inilah Fandy, orang yang di hadapan Tim Penegak Hukum menyerang aku dan diam-diam kasih aku racun, pemuda bejat itu."Setelah itu, Patrick berdiri di samping. Kali ini di
Ekspresi Patrick berubah-ubah. Dalam ingatannya, Ketua Lembaga selalu merupakan orang yang tegas dan cepat dalam bertindak. Namun, mengapa hari ini dia mengadili Fandy dengan cara yang sangat rumit seperti ini?Setelah memasang ponsel, Fandy sedikit menggelengkan kepalanya."Aku masih mau tanya, bagaimana kalian bisa yakin bahwa aku yang beri racun kepada Patrick? Apa kalian sudah selidiki perbuatan Patrick?"Ketua Lembaga tampak tanpa ekspresi, pria tua itu terkekeh sinis."Lembah Pengobatan sudah ada selama bertahun-tahun. Siapa pun yang tahu tentang kami pasti sudah jelas reputasi kami. Patrick sebagai muridku, perilakunya nggak ada masalah, selalu ingat untuk selamatkan orang, apa masih perlu diselidiki?""Untuk masalah racun yang kamu sebutkan, berdasarkan karakter muridku, kalau katanya kamu pelakunya, maka ya sudah pasti, itu kamu!"Fandy tertawa."Nggak kusangka, inilah Lembah Pengobatan yang melahirkan banyak dokter genius. Kalau pendiri lembaga tahu, mungkin dia akan bangkit
Ini baru benar-benar masuk ke pokok permasalahan, Tetua Tertinggi Dontino adalah tetua yang paling senior, bahkan tidak ada yang tahu berapa usianya sekarang. Bahkan dalam perayaan besar Lembah Pengobatan, dia tidak akan muncul, bagaimana mungkin dia datang hanya untuk seseorang yang asal-usulnya tidak jelas seperti Fandy?Kalau ada orang yang mengaku mengenal Dontino lagi, apakah beliau harus datang untuk memverifikasinya secara langsung? Sungguh sebuah lelucon.Patrick yang berdiri di sana, sama sekali tidak khawatir. Dia mengerti bahwa apa yang dilakukan Ketua Lembaga ini terkait dengan kejadian lima tahun yang lalu. Selain itu, juga karena Fandy mengenal Jenderal Perang Ferin. Namun, itu sudah tidak penting lagi, kematian Fandy sudah pasti.Kurang dari sepuluh menit, Ketua Lembaga muncul kembali. Namun kali ini, dia tidak duduk kembali di tempat semula, melainkan berdiri tidak jauh dari Fandy."Selamat datang, Tetua Tertinggi!"Semua tetua buru-buru berdiri dengan ekspresi terkejut
Fandy menangkupkan kedua tangannya, memberi hormat."Senior, Anda memang punya pandangan yang tajam."Alasan dia melakukan gerakan yang sama dua kali adalah karena dia telah mereset Kartu Kehidupan, dan Dontino tentu saja langsung melihatnya.Bagaimana mungkin dia tidak mengerti, bahwa pria di depannya ini adalah murid dari Master Medis? Karena Kartu Kehidupan hanya bisa direset oleh dua orang, jelas Fandy bukan Master Medis yang dia kenal."Tetua Tertinggi, apa Anda benar-benar kenal dia?"Sementara Ketua Lembaga merasa ada yang tidak beres, hadirin lain juga tampak sangat terkejut. Siapa yang bisa mengira, Fandy ternyata mengenal Tetua Tertinggi itu.Terutama Patrick, membelalakkan matanya. Dia adalah orang yang paling tidak bisa menerima kenyataan ini. Jika Tetua Tertinggi menyetujui, maka Fandy bisa keluar dengan aman dari Lembah Pengobatan? Lalu, bagaimana diri Patrick bisa membalas dendam?Dalam tatapannya muncul kilatan warna campuran, Dontino menatap Ketua Lembaga."Ngomong-ngo
Sosok tua yang tampak penuh kasih ini, kini menunjukkan kekuatan mutlaknya pada posisi itu, membuat yang lain tidak berani menghela napas. Bahkan Ketua Lembaga pun gemetar, takut dirinya ikut terlibat.Mereka terkejut melihat Dontino begitu membela Fandy, dan makin penasaran dengan keberanian Tetua Ketiga, yang berani menantang Tetua Tertinggi yang sangat dihormati ini demi melindungi muridnya. Apakah dia sudah gila?Namun, Tetua Ketiga tidak menunjukkan rasa takut sama sekali, malah menatap Dontino dan menyahutnya."Lalu bagaimana kalau aku nggak pilih keduanya?""Hmm?" Saat Dontino mengernyit, sebuah suara terdengar."Kakak, sudah bertapa bertahun-tahun, kenapa amarahmu malah makin besar?"Seorang pria tua lainnya muncul. Meskipun rambutnya juga putih, tetapi semangat dan energi yang dimilikinya jauh lebih baik dibandingkan Dontino."Selamat datang, Tetua Tertinggi Kedua!"Semua orang segera memberi hormat. Panggilan tersebut membuat Fandy mengerti siapa yang baru datang, ternyata se
Semua orang yang ada di sana terdiam seperti patung. Siapa sangka, seorang Tetua Tertinggi yang selama ini tidak ikut campur dalam urusan dunia dan terkesan baik hati, Dontino, tiba-tiba akan membunuh seseorang.Apalagi, dia melakukannya di depan Tetua Tertinggi Kedua, sungguh luar biasa dan tak terduga.Bahkan Fandy pun terkejut.Patrick bahkan ternganga, menatap kosong ke arah tempat yang tidak jauh dari sana. Di mana gurunya tadi masih berteriak beberapa menit yang lalu, tetapi sekarang tidak ada satu pun tulang yang utuh."Kakak! Kamu keterlaluan!"Wajah Tetua Tertinggi Kedua tampak sangat muram. Dia juga tidak menyangka saudara seperguruannya tiba-tiba membunuh seseorang."Keterlaluan? Apa kamu sudah lupa masa-masa kita bersama Guru saat awal berdirinya Lembah Pengobatan? Taktik rendah seperti itu berani kamu mainkan di hadapanku? Bukankah dia yang cari mati sendiri? Kesempatan sudah diberikan, tapi dia yang menolaknya."Setelah mendengar kata-kata itu, Tetua Tertinggi Kedua baru
Setelah tertegun sejenak, Mona kembali berkata."Tentu saja dia berbakat! Hasil pemeriksaan denyut nadi yang dilakukan oleh Dokter Yohan sama persis dengan yang dikatakan oleh Kak Fandy, apakah ini semua nggak cukup? Selain itu, Dokter Yohan bahkan bilang kalau dia nggak bisa menyembuhkan penyakit ini, kenapa Anda masih nggak percaya?"Ternyata benar jika ayahnya mengetahui tindakan Eric, Mona benar-benar merasa kecewa."Tutup mulutmu! Apakah kamu nggak lihat mobil Rido sudah datang? Cepat minggir."Mona hampir meneteskan air matanya, dia tidak pernah disukai oleh ayahnya dan sudah memendam hal ini untuk waktu yang lama. Tidak disangka ayahnya akan menunjukkan rasa tidak sukanya dengan begitu terang-terangan hari ini.Apakah ini semua karena dia adalah seorang perempuan yang tidak berhak mewarisi posisi kepala keluarga, tapi malah dimanja oleh Kakek?Eric yang berada tidak jauh dari sana tersenyum dingin, sambil berkata dalam hati, 'Dasar bodoh, tidak disangka kamu mengadu pada Ayah? T
Fandy merasa tidak senang setelah mendengar ini, dia menatap ketiga anak muda dengan ekspresi menghina di wajah mereka."Apakah ini cara Keluarga Yanato menyambut tamu?"Eric masih berkata dengan sombong seperti biasanya."Kamu nggak berhak ikut campur bagaimana Keluarga Yanato menyambut tamu. Kalau kamu memang hebat, biarkan kami menyingkir dengan tulus, nggak usah bicara omong kosong."Fandy menatap Mona setelah mencibir."Dia kakakmu, 'kan? Suruh dia minta maaf padaku atau aku akan pergi sekarang. Apakah menurut kalian sembarangan orang berhak mencurigai kemampuanku?"Mona merasa cemas, tidak menyangka masalah akan menjadi seperti ini."Kak Fandy, tunggu sebentar."Kata 'sembarangan orang' yang diucapkan oleh Fandy membuat Eric marah."Huh, nggak disangka kamu bersikap searogan ini di kediaman Keluarga Yanato? Kamu mau aku minta maaf? Nggak masalah! Minta maaflah padaku, kalau nggak kamu nggak akan bisa keluar dari sini."Masih belum ada senior yang muncul sampai sekarang, terlihat
Setelah Nardo bereaksi kembali, Fandy dan Yolanda sudah berjalan menjauh."Sialan! Waktuku sudah terbuang dengan sia-sia!"Nardo sudah tidak lagi tertarik dengan Yolanda. Dia memiliki dua prinsip dalam memainkan wanita, yang pertama adalah wanita itu harus cantik dan memiliki bentuk tubuh yang indah, yang kedua adalah wanita itu harus perawan meskipun tidak terlalu cantik.Yolanda bukanlah wanita yang cantik sampai bisa membuat jantungnya berdetak dengan cepat, tapi Yolanda pandai merawat dirinya, sungguh disayangkan.Setelah memasuki taksi, jantung Yolanda masih berdetak dengan cepat."Apakah masalah ini sudah berakhir?"Yolanda mengangguk."Benar, aku sudah cari tahu kesukaan Nardo. Seharusnya nggak akan ada masalah lagi di masa depan. Tapi maafkan aku karena bertindak seperti itu tanpa kasih tahu kamu sebelumnya."Huh, Fandy mendesah di dalam hati. Jelas-jelas dia mendapat keuntungan dari hal ini, tapi malah Yolanda yang meminta maaf."Nggak apa-apa, selama kamu bisa terbebas dari m
Jangan jadi pacar? Saat Fandy sedang kebingungan, dia mendengar Yolanda yang sedang menundukkan kepalanya berkata dengan suara yang rendah."Ja ... jadi suami."Fandy mengerjapkan matanya."Apa bedanya dengan pacar?"Yolanda memberanikan dirinya untuk mendongak, lalu berkata."Dia merasa masih ada kesempatan kalau kamu jadi pacarku, tapi dia nggak akan bisa melakukan apa pun kalau kamu jadi suamiku."Ternyata seperti itu, bijaksana juga."Baiklah."Di pintu domestik bandara Kota Taro, orang yang sedang berlalu-lalang tidak bisa menahan diri untuk melirik seorang pria.Terdapat dua baris orang berpakaian hitam yang sedang berdiri dengan tegak, selain itu terdapat seorang pemuda yang sedang memegang buket bunga mawar yang besar di bagian tengah depan. Rambutnya disisir ke belakang yang membuatnya terlihat sangat tampan. Terlihat jelas jika dia sedang menunggu seseorang.Orang-orang yang memiliki tatapan yang tajam melihat bahwa jam tangan yang dikenakan oleh orang itu adalah jam tangan P
"Mona tanya kapan kamu bisa ke sana?""Saat ini, penyembuhan penyakit adalah prioritas utama. Karena kita sudah sepakat, mana mungkin ditunda lebih lama lagi?"Ini Tulang Naga Sejati Keempat, jangan sampai kehilangannya, mana mungkin berani membuang-buang waktu.Meskipun tampaknya tidak ada risiko, masih belum jelas apa yang akan terjadi ketika benar-benar tiba di Keluarga Yanato, jadi Fandy membutuhkan sesuatu untuk meningkatkan kemungkinan mendapatkan Tulang Naga Sejati."Aragon, apa kamu punya informasi kontak Sofian dari Keluarga Griz?""Punya."Aragon sedikit bingung. Mungkinkah ini ada hubungannya dengan Sofian?"Telepon dia, katakan padanya aku akan kembali ke rumah Keluarga Yanato sore ini. Jangan khawatir tentang hal lain.""Baiklah, Kak Fandy, sekarang aku akan melakukannya."Setelah mengucapkan selamat tinggal kepada Fitri, Fandy menaiki pesawat sendirian. Aragon tidak berencana untuk pergi ke sana. Aragon dan Mona adalah teman dekat, akan canggung jika terlihat oleh orang l
Orang yang duduk di sofa itu adalah Ardi dari Keluarga Ilyas, jadi Fandy yang mengatakan hal seperti itu."Hidup atau matiku nggak ada hubungannya denganmu."Ardi berdiri, matanya dipenuhi dengan amarah."Bagaimanapun juga kamu adalah garis keturunan terakhir Paman Yuhdi yang tersisa di dunia ini. Selama masih ada jalan, aku nggak akan membiarkanmu mati."Tanpa diduga, Fandy mempersilakan dan tidak mengatakan apa-apa lagi."Huh! Kamu bahkan nggak tahu betapa mengerikannya Kak Ronald! Aku hanya memberitahumu satu hal. Entah apa yang diinginkan Kak Ronald, kamu harus memberikannya padanya dalam waktu yang terbatas, kalau nggak, kamu akan benar-benar mati dengan sangat menyedihkan."Ardi tahu karakter Fandy, pasti tidak menganggap serius kata-kata Kak Ronald, jadi menemukan kesempatan untuk datang ke ibu kota provinsi secara langsung.Tidak bisa lagi membalas kebaikan Paman Yuhdi, jadi hanya bisa mengalihkannya ke Fandy.Namun, Fandy masih tidak mengatakan apa-apa dan bahkan membuka pintu
Fandy mengirim pesan WhatsApp bahwa ada sebuah film komedi yang sudah dirilis, bahkan memintanya menontonnya bersama dalam beberapa lagi. Namun, Fitri berkata tidak perlu, hari ini juga bisa."Apa kasusnya sudah selesai?"Fitri geram dengan masalah yang melibatkan puluhan anak ini. Secara logika Fitri sedang tidak berminat menonton film."Sudah terpecahkan, tapi aku nggak bisa memberitahumu detailnya."Sudah terpecahkan? Fandy mengerutkan kening. Dalang di balik kasus itu sudah dibunuh olehnya. Kasus ini akan selalu menjadi misteri. Bagaimana bisa terpecahkan? Aneh sekali."Orang itu sudah tertangkap, jadi ceritakan saja padaku. Kamu tahu aku bukan tipe orang yang menyebarkan rumor sembarangan."Rasa ingin tahu pun muncul hingga ke titik ekstrem. Fandy benar-benar ingin tahu, bahkan tidak peduli apa yang dipikirkan Fitri.Setelah ragu-ragu cukup lama, Fitri pun berbicara."Baiklah, seperti yang kamu katakan, kasusnya sudah selesai! Dalang di balik ini adalah Zenios, Tetua Tertinggi per
Fandy langsung tertarik, sebenarnya tidak tahu banyak tentang sembilan senior itu. Misalnya, Irana punya organisasi pembunuh, Kak Arni adalah penyanyi terkenal Caren dan seterusnya."Benarkah? Kalau begitu ceritakan lebih rinci."Pria paruh baya itu membuka mulutnya, lalu tiba-tiba teringat sesuatu dan menggelengkan kepalanya dengan kencang."Nggak! Aku hampir hancur! Dia kakakmu, kamu bahkan nggak tahu tentang itu, ini membuktikan kalau dia nggak mau kamu tahu. Jadi kalau aku mengatakannya agar kakakmu tahu, aku akan mati dengan mengenaskan!"Saat dia berbicara, matanya dipenuhi ketakutan."Kamu hanya bisa membunuhku, tapi Kak Bella akan membunuh semua anggota garis keturunanku. Nggak berlebihan kalau dia bisa melakukan segalanya."Ini .... Fandy tercengang. Apa Kak Bella begitu menakutkan?"Baiklah, kalau begitu, aku nggak akan memaksamu. Aku hanya ingin menjalani hidup normal. Setelah kejadian ini, Asosiasi Tetua akan kehilangan kehormatan di mataku, jadi aku akan mengampuni nyawamu
Plak!Ronald tertegun saat bagian belakang kepalanya ditepuk."Kapan aku pernah mengatakan hal seperti itu? Kamu memang pantas dipukul!"Ronald menyentuh bagian belakang kepalanya, sudut mulutnya pun berkedut beberapa kali. Celaka, kali ini Nona benar-benar serius.Lima menit kemudian, pria paruh baya itu jatuh dan berusaha keras untuk berdiri, tapi tubuhnya benar-benar di luar kendali, wajahnya sudah memar serta bengkak."Apa kamu benar-benar dalam Alam Penyempurnaan?"Pria paruh baya sudah benar-benar gila. Sejak melangkah ke Alam Pusaran Samudra, pria paruh baya itu punya harga diri yang mutlak. Tidak berani mengatakan bahwa dirinya benar-benar tak terkalahkan di antara rekan-rekannya, tapi yakin bahwa bisa menghadapi siapa pun.Siapa yang tahu saat itu semuanya akan runtuh. Kalau saja Fandy mempunyai jurus-jurus ampuh untuk mengalahkannya, itu tidak apa-apa, tapi Fandy hanya menggunakan tangan serta kakinya untuk menghajarnya dengan keras hingga hampir mati. Bukankah ini lucu? Sebe