Share

kenyataan pahit

Raut wajahnya berubah drastis, tidak seperti biasanya. Dia menatapku dengan penuh iba.

"Aku sudah memaafkan segalanya, Nak. Tak ada yang perlu kau khawatirkan," ujarnya. Semakin dia berbicara seperti itu, aku semakin yakin betapa besar rasa sakit yang dia rasakan, namun sepertinya dia telah berdamai dengan masa lalunya.

Aku merasa penyesalan mendalam.

"Aku meminta maaf, Bu, atas dosa yang telah dilakukan oleh kedua orang tuaku. Aku mohon ibu bisa memaafkan mereka," tangisku kembali pecah, terharu mendengar ucapan wanita yang memiliki hati malaikat ini.

Aku berpikir, bagaimana bisa dia begitu ikhlas memaafkan? Wajahnya juga terlihat jauh lebih muda dari usianya, mungkin karena ibunya Mas Fadlan memiliki hati yang tulus. Aku merenungi, berbeda dengan ibuku yang meski telah menggunakan skincare paling mahal sekalipun, tetap saja wajahnya tidak bercahaya. Apakah ini konsekuensi dari ketidakikhlasan hati yang tak mampu disembunyikan oleh mahalnya produk perawatan? Entahlah, hanya Tuhan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status