Share

BAB 2

Author: Asda Witah busrin
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Savira Vishaka Yozita. Wanita berwajah manis dengan lesung pipi di wajahnya. Dia biasa dipanggil dengan nama Vira.

Vira terjebak dalam pernikahan tanpa cinta. Tiga tahun bersama, dia tak kunjung bisa meruntuhkan dinginnya hati seorang Hendra. Bukan inginnya menjalani pernikahan tak berdasar rasa. Apa mau dikata, garis takdir mengharuskannya melewati itu semua.

"Apa yang kau harapkan dari pernikahan ini, Vir?" Suara hendra melemah. Dia sangat hafal watak wanita cantik di depannya, Vira pantang mengalah.

Dibesarkan hanya oleh seorang ayah. Vira tumbuh menjadi gadis yang pantang menyerah. Pantang baginya menjadi seorang yang hanya bisa berpasrah.

"Tentu saja kebahagiaan, Mas. Bukankah bahagia adalah tujuan setiap keluarga?" Vira tersenyum lembut sambil meletakkan garpunya. Wanita itu telah menyelesaikan hidangan utamanya.

"Aku tidak mencintaimu, begitu pun dengan dirimu. Kau tidak mencintaiku. Apa kita bisa bahagia dengan itu?"

Vira mengangkat bahu. Tangannya terangkat memanggil pelayan. Saatnya hidangan penutup.

Pelayan wanita itu datang sambil membawa makanan penutup mereka. Panna Cotta. Vira tersenyum lebar melihat makanan yang hampir mirip dengan puding itu. Bentuknya yang menarik dilengkapi siraman saus karamel dengan buah strawberry di atasnya membuat makanan itu terlihat sangat menggoda.

"Per favore." Pelayan wanita mempersilakan.

"Grazie mille." Vira menjawab sopan. Terima kasih banyak.

Wanita berlesung pipi itu langsung menyendok panna cotta di depannya. Vira memejamkan mata sambil menggelengkan kepala pelan saat merasakan teksturnya yang lumer di mulut dengan cita rasa manis. Hidangan yang disajikan dalam keadaan dingin itu terasa sangat lezat. Makanan penutup yang sempurna untuk malam ini.

"Vir."

"Mas."

"Ayo kita saling melepaskan."

"Tidak semudah itu."

"Maksudmu?"

"Kau selalu bicara ingin melepaskanku bahkan sejak hari pertama kita menikah. Nyatanya? Hingga tiga tahun pernikahan ini kita jalani, takdir tetap membuat kita bersama."

"Aku memikirkan ibuku!"

"Juga mengikuti gengsimu, kan?" Vira tertawa kecil.

"Maksudmu?"

"Akui saja! Setiap ada acara kantor, kau dengan bangga membawaku sebagai gandengan. Kau tentu menyadari, banyak diantara kolega bisnismu yang diam-diam memperhatikanku, kan?" Sita tersenyum manis pada suaminya.

"Kau terlalu percaya diri!" Hendra membuang muka. Tersenyum mengejek.

"Aku sebenarnya memang menarik, Mas. Dasar kau saja yang sepertinya buta, hingga lebih memilih kerikil di jalanan dibandingkan dengan permata di etalase toko."

"Apa kau setidak seberharga itu, Vir? Sampai-sampai dijadikan pembayar hutang oleh keluargamu sendiri?" Hendra tersenyum sinis menatap istrinya.

Vira terdiam mendengar omongan Hendra.

"Ah! Aku lupa, wajar saja kau tidak ada harganya. Kau malah sebenarnya seperti tidak punya keluarga, kan? Ayah yang kau sayangi tiba-tiba berubah sejak menikah lagi? Lelaki b*jingan itu lebih memilih menyelamatkan anak tirinya dibandingkan dirimu anak kandungnya." Hendra akhirnya mengeluarkan unek-uneknya setelah sekian lama.

Lelaki itu sungguh muak dengan pernikahan mereka. Karena menikahi Vira, dia harus berpisah dengan kekasih hatinya. Padahal hubungan mereka sudah sangat dekat, bahkan hampir sampai pada tahap lamaran.

Hanya karena menghormati wanita yang selama ini berjuang sendirian membesarkannya. Hendra menuruti keinginan ibunya untuk menikahi Vira.

Karena hal itu pula lah, Hendra melampiaskan kekesalannya pada Vira dengan menjalin hubungan dengan banyak wanita. Entah sudah berapa belas wanita yang menjadi simpanannya selama tiga tahun pernikahan mereka.

"Seharusnya kau prihatin, Mas." Vira mengambil gelas air minum di atas meja. Menyesapnya beberapa tegukan untuk menetralisir dentum di dadanya.

Dingin air terasa menyentuh bibirnya. Mengalir ke lidah, merambat ke kerongkongan, untuk kemudian sampai di tempat yang Vira tidak bisa lagi merasakan dingin air itu.

Tidak. Dia tidak boleh terlihat lemah di depan suaminya.

"Prihatin?" Hendra mengerutkan kening. Bingung dengan respon Vira yang terlihat biasa-biasa saja. Bahkan istrinya itu terlihat santai menyesap minumannya.

Bukankah seharusnya wanita itu terlihat sedikit terpukul dengan ucapannya? Hendra malah berharap istrinya itu tersinggung dengan apa yang tadi dikatakannya.

"He'em." Vira membuat gerakan yang menggemaskan. Pelan dia meletakkan kembali gelas air minum ke atas meja.

"Bukankah seharusnya kau kasihan melihat seorang gadis teraniaya? Gadis muda yang seharusnya mempunyai masa depan cerah, terpaksa harus menikah karena menanggung kesalahan adik tirinya." Vira menggeleng.

"Gadis itu bahkan semakin teraniaya, karena setelah menikah suaminya tetap tidak bisa mencintainya. Bahkan cenderung bersikap dingin dan sering merendahkannya. Oi alangkah malang nian nasib gadis itu." Vira kembali menggelengkan kepalanya pelan.

"Mengingat semua hal itu, bukankah seharusnya kau prihatin dengan nasib gadis itu, Mas? Ya, itu juga kalau kau punya hati. Tetapi sepertinya kau tidak punya, sih, makanya gampang saja bagimu berbuat sesukanya." Vira tertawa kecil sambil menutup mulutnya.

Ck! Hendra berdecak sebal.

"Kau sungguh tidak punya harga diri sampai harus mengemis agar dikasihani, Vir? Dasar wanita tidak tahu malu!"

"Hei! Kenapa aku harus malu dengan suamiku sendiri?" Vira mengedipkan sebelah matanya sambil tersenyum manis. Wajah itu terlibat sangat ayu dengan kedua lesung pipi yang menghiasinya.

"Dasar perempuan g*la!" Hendra mendengus sebal. Niatnya ingin membuat Vira kesal dan menangis, malah senjata makan tuan. Jadi dia yang semakin kesal sendiri.

"Kau tidak mau panna cotta itu, Mas? Sini, biar kuhabiskan!" Vira menjulurkan tangannya, hendak mengambil makanan Hendra. Tetapi lelaki itu bergerak cepat mengamankannya.

"Yeeeee, kirain mas tidak mau." Vira memonyongkan bibirnya.

Wanita itu menarik napas pelan. Dadanya terasa sesak mengingat semua ucapan Hendra. Suaminya itu benar. Dia sungguh tidak ada harganya di mata keluarga.

Vira dibesarkan tanpa kasih sayang seorang ibu. Sang bunda mengucapkan selamat tinggal, dihari kelahiran putrinya itu. Malangnya nasib bayi mungil itu. Jangankan merasakan hangat pelukan dari sang ibu, bahkan mencicip setetes air susu ibu pun dia tak diberi waktu.

Sejak saat itu Vira dibesarkan oleh Ayahnya. Hari-harinya bahagia walau tanpa kehadiran sang bunda. Ayah menjadi gambaran sempurna, sosok cinta pertama yang dia rasa.

Namun semua berubah saat usianya menginjak sepuluh tahun. Ayahnya memilih menikah kembali dengan seorang janda. Wanita itu juga membawa anak yang usianya hanya berbeda tiga tahun dibawah Vira. Sejak saat itu semua berubah. Vira merasa tersisihkan, dari kehidupan bahagia yang terpampang di depan matanya.

Puncaknya tiga tahun yang lalu, Vira dikorbankan karena kesalahan adik tirinya itu. Dia dipaksa menikah dengan lelaki yang belum pernah ditemuinya sama sekali. Tanpa kata. Tanpa aba-aba. Mimpinya direnggut. Harapannya tercerabut. Dia tidak diberi kesempatan bahkan untuk bertanya. Dalam diam, Vira terpaksa menjalani semua.

Karena itulah, kini wanita itu mati-matian mempertahankan rumah tangganya. Berpura pernikahannya bahagia, walau sebenarnya bagaikan menggenggam bara. Dia ingin membuat keluarganya tahu, mereka salah membuangnya dulu. Vira ingin membuat ibu dan saudara tirinya menyesal karena telah mengorbankannya.

"Jangan ganggu wanita-wanitaku, Vir! Ini peringatan terakhirku untukmu." Hendra menatap tajam wanita yang duduk di hadapannya.

"Kalau tetap kugangggu?"

"Aku akan membuatmu menyesal karena telah mengganggu Kesenanganku." Hendra berkata dingin. Kesabarannya hampir habis menghadapi Vira.

"Hei! Asal kau tahu, bahkan sejak hari pertama pernikahan kita pun aku sudah menyesal. Jadi jangan ancam aku dengan kata penyesalan." Vira terkekeh menatap wajah tampan suaminya yang membatu.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ria Fella
bagus. aku suka tokoh wanita yang kuat
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Aku dan Wanita-wanita Simpanan Suamiku   BAB 3

    "Dasar wanita g*la!” Hendra terus menggerutu sepanjang perjalanan menuju kantor. Sejak kemarin, dia benar-benar sudah putus komunikasi dengan Livia. Wanita itu memblokir semua akses untuk berhubungan dengannya. Mulai dari telepon, aplikasi mengirim pesan sampai ke akun media sosial.Rasa kesalnya sudah diubun-ubun. Livia menghilang seperti ditelan bumi karena Vira. Entah apa yang terjadi di antara wanita simpanan dan istrinya itu tadi malam hingga Livia seakan enggan kenal lagi dengannya."Argh!" Hendra memukul kemudi mobil. Lelaki itu benar-benar dibuat sakit kepala oleh tingkah istrinya. Dia bergegas menginjak rem saat lampu lalu lintas berganti menjadi merah.Hendra sangat membenci Vira. Dalam pandangannya, Vira hanyalah wanita yang tidak punya harga diri karena dijadikan pembayar hutang oleh orangtuanya. Malangnya, karena itu dia ikut kecipratan sial. Hubungannya dengan Arlin yang sudah terjalin cukup lama harus kandas. Kisah cinta dengan wanita pujaan hatinya itu berakhir begit

    Last Updated : 2024-10-29
  • Aku dan Wanita-wanita Simpanan Suamiku   BAB 4

    "Waaaaaah, masak apa ini menantu kesayangan mama?" Mama Lily tersenyum lebar melihat meja makan penuh dengan masakan."Eh, Mama? Sudah bangun?" Vira menyapa riang mertuanya yang baru saja masuk ke dapur. Sepagi ini wanita itu sudah memasak berbagai macam makanan."Sudah dong. Tadinya mama mau masak, kangen dapur. Eh lagi-lagi sudah keduluan sama menantu mama yang rajin ini." Mama Lily tertawa sambil duduk di salah satu kursi."Loh? Mama tidak bilang mau masak, tahu begitu kan Vira bisa bangun agak siangan." Vira dan Mama Lily tertawa bersama mendengar jawaban Vira."Kamu persis ibumu, Vir. Beruntung sekali Hendra bisa menikah denganmu." Mama Lily memperhatikan Vira yang dengan cekatannya memindahkan dan menata masakan di meja makan.Vira tersenyum. Wanita itu tidak tahu mana yang dikatakan mertuanya itu persis dengan ibunya. Dia bahkan tidak sempat merasakan pelukan bundanya walau hanya sedetik saja."Ibumu dulu pintar sekali memasak. Bahkan setiap ada kegiatan yang berhubungan dengan

    Last Updated : 2024-10-29
  • Aku dan Wanita-wanita Simpanan Suamiku   BAB 5

    "Vir."Vira yang sedang serius merapikan tanaman hias menoleh pada Mama Lily. selepas sarapan tadi, mereka langsung ke depan. Seperti biasa, setiap akhir pekan Mama Lily dah Vira akan asyik mengurus tanaman hias. Sementara Hendra memilih membaca surat kabar di teras sambil mendengarkan percakapan mereka."Iya, Ma?" tanya Vira sambil tangannya kembali sibuk memotong daun-daun bunga yang mulai menguning."Kamu sudah halangan belum bulan ini?"Vira mengerutkan kening mendengar pertanyaan Mama Lily. Tumben mertuanya itu bertanya tentang hal yang sangat pribadi."Baru saja selesai dua hari yang lalu. Kenapa, Ma?""Nah! Pas itu, Hen!" Mama Lily memukul kaki Hendra yang duduk di kursi belakangnya dengan menggunakan gunting untuk merapikan taman hias."Aduh! Apa sih, Ma?" Hendra mengelus kakinya yang tadi dipukul Mama Lily. Lelaki itu meletakkan koran yang sedari tadi dibacanya."Itu Vira baru selesai halangan." Mama Lily menoleh ke belakang. Mengedipkan sebelah mata pada anak laki-laki sema

    Last Updated : 2024-10-29
  • Aku dan Wanita-wanita Simpanan Suamiku   Benalu

    Dering ponsel Vira terdengar dari dalam kamar. Wanita cantik nan manis itu bergegas masuk ke dalam. Berjalan cepat menuju kasur, tempat dia meletakkan ponselnya tadi sebelum menggoda Hendra."Ck!" Vira berdecak sebal saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya.Lama dia menimbang akan diangkat atau tidak sampai dering ponselnya berhenti sendiri. Namun, tidak lama kemudian ponselnya kembali berdering. Membuat Vira menarik napas panjang."Halo." Singkat saja Vira menyapa."Dari mana saja, Vir? Jangan sok sibuk deh. Susah sekali setiap mau dihubungi!" Suara di seberang sana terdengar."Heh! Memangnya aku tidak ada kerjaan? Asal kau tahu, kegiatanku banyak! Tidak setiap detik ponsel ini kupegang!" Vira menggertakkan gigi menahan kesal."Alah! Kegiatan apa? Sok-sokan saja kamu itu. Jangan mentang-mentang sudah jadi istri orang berduit dan hidup enak kamu lupa keluargamu sendiri!""Keluarga? Sejak kapan kita menjadi keluarga?" Vira tertawa sinis mendengar ucapan Zahra, istri ayahnya.

    Last Updated : 2024-10-29
  • Aku dan Wanita-wanita Simpanan Suamiku   Tangisan

    "Kenapa bukan ayah sendiri yang menghubungiku?!""Oh, itu, eeeee, jadi begini, Vir ….""Biar nanti aku yang menghubungi ayah." Vira cepat memotong omongan Zahra. Dia kasihan karena pasti istri ayahnya itu kebingungan mencari alasan."Vir! Vira! Ja …."Vira langsung memutus sambungan telepon tanpa mempedulikan Zahra yang masih berteriak memanggil namanya.Ponsel Vira kembali berdering. Wanita itu berdecak sebal saat melihat nama di layar. Istri ayahnya itu benar-benar menyebalkan! Dia akhirnya mematikan ponsel dan membanting alat komunikasi itu ke kasur.Wanita itu terlihat kesal. Jadi, uang kebutuhan untuk pengobatan ayahnya yang selama ini dia kirim dipergunakan oleh ibu dan saudara tirinya? Sebegitu sayang ayahnya pada mereka. Lelaki itu bahkan rela memangkas pengobatan hanya agar istri dan anak tirinya bisa hidup enak. Vira menutup wajah dengan kedua tangan. Bahunya tiba-tiba bergetar. Vira menangis. Menyesali kenapa nasib buruk ini harus menimpa dirinya. Apa gunanya hidup bergeli

    Last Updated : 2024-10-29
  • Aku dan Wanita-wanita Simpanan Suamiku   Awal Petaka

    "Bagaimana, Ma?" Gadis berbando coklat itu menatap mamanya dengan tatapan antusias."Ck!" Rahma berdecak sebal."Tambah belagu saja itu si Vira." Wanita dengan lipstick merah menyala itu menghentakkan sebelah kakinya. "Duh! Kenapa lagi dia, Ma?" Silmi menghempaskan badannya bersandar pada sandaran sofa. Wajahnya terlihat sangat kesal."Ya biasa, pamer kehidupan mewahnya." Rahma ikut menyandarkan tubuhnya seperti Silmi."Ck! Kapan dia transfer?" Silmi menoleh, melihat ibunya yang seperti sedang termenung memikirkan sesuatu."Entah. Katanya mau memastikan ke papamu dulu.""Ih! Nyebelin banget sih. Mentang-mentang sudah jadi istri orang kaya. Dia begitu kan karena aku juga!" Silmi melipat kedua tangannya di depan dada."Aduh!" Silmi memegang kepalanya yang terasa sakit karena digetok oleh Rahma."Jangan bicara seperti itu. Habis kamu sampai papa mendengar omonganmu." Rahma melotot ke arah Silmi."Ya, kan memang karena Silmi, Ma." Gadis berambut panjang itu menjawab pelan."Diamlah! Ibu

    Last Updated : 2024-10-29
  • Aku dan Wanita-wanita Simpanan Suamiku   Awal Petaka (2)

    "Permisi." Pak Heru mengajak kedua pengawal berbadan kekar yang sedari tadi berdiri di belakangnya. "Saya masih berbaik hati karena memandang Vira, Pak Aksa. Atau saya punya penawaran bagus, biarkan Vira menjadi istri ketiga saya, maka semuanya saya anggap selesai." Pak Heru tersenyum lebar sambil mengedipkan sebelah mata pada Vira.Vira hanya tersenyum lebar menanggapi kedipan Pak Heru, membuat kedua lesung pipinya terlihat jelas."Dah, Vira." Pak Heru mencium jari telunjuk dan jari tengahnya, kemudian melambaikannya pada Vira. Wanita berlesung pipi itu hanya mengangguk sedikit pada Pak Heru.Hening. Lima menit berlalu dalam keadaan bisu di ruang tamu itu. Silmi menggigit bibir, sementara Rahma berkali-kali menghela napas."Kau kemanakan uang sebesar itu, Sil?" Suara berat Ayah Aksa akhirnya terdengar."Pa." Rahma bersuara.Ayah Aksa bergegas mengangkat tangan saat melihat Rahma akan meneruskan ucapannya. "KAU KEMANAKAN?!"Silmi langsung terisak mendengar bentakan dari Ayah Aksa."

    Last Updated : 2024-10-29
  • Aku dan Wanita-wanita Simpanan Suamiku   Wanita Dalam Mimpi Hendra

    "Arlin."Samar telinga Vira mendengar suara orang mengucapkan satu nama."Arlin."Antara sadar dan tidak, Vira terbangun dari tidurnya. Dia mengucek mata, kemudian menggeliat sambil menyibakkan selimut tebal yang menutupi tubuhnya. Wanita itu kemudian duduk diantara keremangan kamar."Arlin. Maaf." Kali ini suara itu diiringi dengan isakan kecil.Vira bergerak pelan mengambil air minum dalam gelas yang terletak di atas nakas samping tempat tidurnya. Dia meneguk air dengan nikmat, sejuk terasa membasahi tenggorokannya yang kering karena pendingin ruangan menyala maksimal."Ini bukan inginku." Suara yang terdengar semakin tersedu-sedu.Wanita berwajah manis itu menarik napas panjang. Ini bukan pertama kalinya dia terbangun di tengah malam karena igauan Hendra, suaminya.Selama tiga tahun pernikahan mereka, hampir setiap malam Vira terjaga karena mendengar suara Hendra yang sesenggukan menahan tangis.Arlin.Satu nama yang selalu Hendra sebut dalam setiap mimpinya yang diiringi isakan ta

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Aku dan Wanita-wanita Simpanan Suamiku   ENDING

    Vira mengangguk. Kedua lesung pipinya tercetak jelas.Manis. Hendra membatin."Boleh aku tahu kenapa kau bisa bertahan setelah sekian lama? Bahkan kau masih tetap menerimaku kembali, setelah semua kesalahan yang kulakukan secara sengaja dan sadar." Hendra membelai rambut Vira yang tergerai. Wangi. Aroma mint yang sangat dia sukai."Karena aku juga belum bisa menjadi istri yang baik bagimu, Mas. Aku menyadari, dulu niatku salah. Aku terlalu berambisi membuatmu menerima kehadiranku agar bisa membungkam Silmi dan mamanya.” vira tertawa kecil mengingat masa itu. Masa-masa perjuangan saat dia hampir setiap minggu menemui wanita Hendra yang selalu berbeda.“Seiring berjalannya waktu, aku mulai mengerti tidak semua hal bisa berjalan sesuai dengan keinginanku. Satu yang kusadari, harusnya aku tidak memaksakan diri agar kau menerimaku.” Vira memiringkan tubuhnya menghadap Hendra. Tangannya menyentuh pipi Hendra pelan.Sungguh, hatinya terasa hangat. Ini pertama kalinya mereka bicara seintim i

  • Aku dan Wanita-wanita Simpanan Suamiku   Menuju Ending 2

    Kabar terakhir yang dia dengar, ada upaya dari beberapa pihak yang berusaha memberikan jaminan bebas untuk Arlin. Setidaknya, dia bisa bebas walau berstatus sebagai tahanan kota. Namun, Vira tidak ambil pusing. Wanita itu sudah cukup puas bisa membuat wanita itu merasakan sempitnya ruang penjara walau hanya beberapa hari.Dari awal dia sudah tahu, Arlin tidak akan mungkin mendekam dalam penjara selama itu. Tujuannya hanya satu, membersihkan namanya dan membuat mata Hendra terbuka bahwa wanita itu tidak selemah pikirannya selama ini. Dia berharap, dengan semua yang dilakukan Arlin selama ini, suaminya bisa melupakan rasa bersalahnya pada wanita itu.“Kenapa Vira minta maaf? Bahkan detik ini, Bunda sudah tidak punya muka untuk bertemu denganmu, Nak.”Sasa yang membawa gelas minuman dan Sesa yang membawa piring berisi makanan ringan terhenti langkahnya saat akan memasuki kamar. Mereka urung masuk saat mendengar suara tangisan ibunya.Mata mereka ikut basah. Ini pertama kalinya ibu mere

  • Aku dan Wanita-wanita Simpanan Suamiku   Menuju Ending 1

    “Kak Vira?” Gadis berusia sembilan belas tahun itu sedikit terkejut saat melihat siapa yang tadi mengetuk pintu rumah mereka.“Siapa, Sa?” Seorang gadis yang berusia sama muncul dari balik hordeng pembatas ruangan. Wajah mereka tampak sama. Serupa pinang dibelah dua.“Halo, Sasa, Sesa?” Vira tersenyum lebar melihat dua saudara kembar itu. Mata mereka membulat karena terkejut.“Bunda ada?” Vira kembali bertanya karena Sasa dan Sesa hanya diam dan mematung memperhatikannya.“Ada, masuklah.” Sasa akhirnya menyingkir dari pintu, memberi jalan pada Vira dan Hendra.Hendra memperhatikan rumah itu. Ruangannya terlihat bersih dan rapi walau ukurannya tidak terlalu besar. Sofa sederhana dengan bentuk leter L dan meja kaca memenuhi ruangan itu. Televisi berukuran tiga puluh dua inch terletak tepat di depan sofa.Di dinding terpasang beberapa bingkai foto. Salah satu foto menarik perhatian Hendra. Terlihat enam orang sedang berpose, tiga wanita dan tiga pria dengan latar belakang bangunan yang m

  • Aku dan Wanita-wanita Simpanan Suamiku   Tabir yang Terkuak

    “Vira mengatakan hubunganmu dan Mama Lily sedikit renggang karena kehadiran Om Winar?”Hendra mendengus. Dia memang mengabaikan Mama Lily belakangan ini. Menganggapnya tidak ada, agar wanita itu bisa merasakan bagaimana perasaan Papa Heru yang disebutnya sudah meninggal sekian lama.“Semua memang salah Papa, Hen. Papa juga sangat paham bagaimana kecewanya mamamu pada papa. Suami yang dia dampingi dari posisi nol, setelah berjaya justru menyeleweng. Itulah sebabnya kenapa papa menjauh, karena menghargai mamamu.” Papa Heru menarik napas panjang, menyesali kebodohannya selama ini.“Sejujurnya, waktu itu papa gelap mata. Namun, karena mengerti hancurnya perasaan mamamu dan menyadari kesalahan, papa langsung menerima keputusan pisah tanpa membawa sepeser pun harta yang kami kumpulkan bersama.” Angin sepoi-sepoi kembali berhembus, menggoyangkan rambut Hendra yang sudah agak panjang.“Bukan salah mamamu dia mengatakan papa sudah tiada, andai papa mau bisa saja papa datang menemuimu ke sana.

  • Aku dan Wanita-wanita Simpanan Suamiku   Pertemuan

    “Pa.” Vira melambaikan tangan pada lelaki yang sedang berdiri di samping saung. Sepertinya lelaki itu sedang menatap kedatangan mereka.Hendra mengerutkan kening mendengar Vira menyapa dengan “Pa”. Dia tertawa kecil sambil menggelengkan kepala. Tingkat percaya diri dan sok kenal istrinya memang patut diacungi jempol.“Vira.”Suara berat itu membuat Hendra mengangkat kepala. Vira? Mereka saling mengenal?Sekitar sepuluh meter dari saung, Hendra mematung. Walau lelaki itu menggunakan pakaian yang lusuh khas baju petani ke kebun, namun tidak menutupi wibawa seseorang yang baru saja menyapa istrinya itu.Seketika hati Hendra basah. Dia sangat mengenali sosok yang sedang menunggu kedatangan mereka itu. Walau rambutnya sudah beruban, lelaki itu masih terlihat tampan. Tubuhnya pun masih sangat gagah di usianya yang sudah tidak lagi muda.“Papa,” desis Hendra.Dia berusaha menegarkan langkah kakinya yang terasa bergetar. Jantungnya berdegup kencang sampai-sampai dia seperti bisa mendengar de

  • Aku dan Wanita-wanita Simpanan Suamiku   Mimpi

    Lelaki berbaju abu-abu dengan warna yang sudah pudar itu menoleh saat mendengar beberapa suara. Dia menghentikan sejenak aktivitas mencuci tangan dan kaki di pancuran bambu yang airnya mengalir jernih. Baru saja kemarin dia memasang pancuran bambu itu. Selama ini dia langsung menciduk airnya menggunakan gayung dari batok kelapa.Melihat rimbun rumpun bambu di ujung desa saat dia akan lewat menuju sawah, melintas pikirannya untuk membuat pancuran. Benar saja, ternyata pancuran ini lebih memudahkan aktivitasnya untuk mencuci tangan dan peralatan bekas makan.Lelaki itu baru saja menyelesaikan makan siangnya. Ikan nila bakar dan tumis kangkung menemani makan siangnya hari itu. Setelah dari pagi tenaganya terkuras karena membersihkan hama di antara padi dan membenarkan pematang, menu makanannya terasa sangat sedap menyapa lidah. Ditambah dengan angin sepoi-sepoi dan lengking burung elang yang terbang rendah mencari mangsa, menambah kenikmatannya makan di atas saung kecil di tengah sawah.

  • Aku dan Wanita-wanita Simpanan Suamiku   Vira VS Hendra (3)

    “Aamiin.” awak media serentak mengaminkan, membuat Vira tertawa renyah.“Silang pendapat antara saya dan suami hari ini bukan masalah besar. Akhir-akhir ini kami memang kurang intens berkomunikasi karena saya sibuk mengurus acara empat bulanan dan Mas Hendra sibuk dengan pekerjaannya. Sudah ya.” Vira melambaikan tangan sambil tersenyum dan melenggang masuk ke gedung.Hendra mencegat Vira begitu istrinya itu lewat di depannya. Dia menarik tangan Vira pelan dan mengajaknya masuk ke dalam salah satu ruangan kosong.“Apa yang kau lakukan di sini, Vir?” Hendra menatap Vira tajam.“Maksud, Mas?” Vira mundur selangkah, membuat jarak diantara mereka tidak terlalu dekat.“Sudah kukatakan jangan ikut campur masalah keluargaku!” Hendra mengepalkan tangan.“Fokus saja pada kehamilanmu dan kesehatan Ayah Aksa. Ini bukan ranahmu. Biar kuselesaikan dengan caraku. Mengerti?!”“Ikut campur bagaimana?” Vira menatap Hendra tenang. Sementara Hendra menatapnya dengan garang.“Kenapa kau membuat pernyataa

  • Aku dan Wanita-wanita Simpanan Suamiku   Vira VS Hendra (2)

    “Ibu Savira, kenapa anda datang terpisah dengan Pak Hendra? Kenapa kalian datang padahal sebelumnya tidak? Apakah ada hal penting terkait agenda sidang hari ini.”Vira hanya tersenyum mendengar rentetan pertanyaan dari wartawan. Dia terus berjalan lurus tanpa merasa perlu menjawab pertanyaan mereka.“Tadi Pak Hendra mengatakan kalian akan menempuh jalur kekeluargaan karena mempertimbangkan posisi Arlin sebagai pimpinan perusahaan sehingga menyangkut hajat hidup orang banyak. Bagaimana tanggapan anda?” Vira menghentikan langkah dan menoleh pada salah satu wartawan yang tadi bertanya. Dia mengerutkan kening mendengar pernyataan itu.“Bagaimana?” Vira balik bertanya.“Apakah anda akhirnya memutuskan hadir karena tidak mau suami anda kembali intens berhubungan dengan Bu Arlin yang dulu merupakan pacarnya?”Vira tersenyum mendengar pertanyaan kedua ini. Dia mengaitkan kacamata hitam di kerah baju bagian dadanya sebelum menjawab.“Jalur kekeluargaan? Jujur, kalau saya pribadi belum ada renc

  • Aku dan Wanita-wanita Simpanan Suamiku   Vira VS Hendra

    "Bagaimana agenda sidang hari ini, Pak Hendra? Apakah ada hal yang mendesak sehingga anda hadir? Beberapa sidang sebelumnya hanya kuasa hukum yang mewakili." Awak media langsung mengerumuni Hendra begitu lelaki itu keluar dari mobil.Hendra mengulas senyum pada wartawan yang mengikuti langkahnya. Kasus ini memang menarik perhatian publik karena dari awal Arlin sudah melempar bola kepada media. Seiring berjalannya persidangan, banyak fakta-fakta tersembunyi yang ikut mencuat, termasuk hubungan Arlin dan Hendra di masa lalu.Hal itu menarik perhatian masyarakat, karena terkuak hubungan Arlin dan Hendra bukan hanya sekedar rekan bisnis. Namun, lebih dari itu, mereka sempat berpacaran lama bahkan hampir bertunangan. Cinta mereka harus kandas karena Hendra dijodohkan dengan Vira.Romansa cinta mereka bertiga bahkan mengalahkan fokus pada kasus yang sedang berjalan. Animo masyarakat lebih tertarik untuk mengulik kisah asmara ketiganya.“Anda datang sendiri tanpa didampingi Ibu Savira? Apak

DMCA.com Protection Status