Share

Aku dan Wanita-wanita Simpanan Suamiku
Aku dan Wanita-wanita Simpanan Suamiku
Author: Asda Witah busrin

BAB 1

Author: Asda Witah busrin
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Kau dengar ini!" Vira mengacungkan telunjuk tepat di depan mata wanita kedua suaminya itu.

Kedua? Vira mendecih dalam hati. Bisa saja wanita di hadapannya ini adalah wanita ke tiga, ke empat bahkan mungkin wanita ke lima suaminya.

"Gaji Mas Hendra sebagai seorang General Manajer di salah satu perusahaan ternama dalam negeri memang cukup besar. Tiga puluh lima juta perbulan." Mata wanita di hadapan Vira membesar. Vira tersenyum sinis melihat wajah mata duitan itu.

"Namun besar gajinya itu, berbanding lurus juga dengan besar pengeluarannya." Wanita di hadapan Vira mendengus. Seolah mengatakan aku tidak peduli dengan pengeluaran kalian.

"Kau dengar ini, heh! Kau dengar baik-baik biar kau paham!" Sekali lagi Vira menunjuk wajah wanita cantik di hadapannya.

"Untuk bayar angsuran rumah sepuluh juta rupiah, baru lunas sekitar tujuh tahun lagi. Angsuran mobil lima juta rupiah, baru lunasl tiga tahun lagi. Gaji pembantu dan supir enam juta rupiah, jatah bulanan orangtua dan mertua enam juta rupiah, uang makan sehari-hari empat juta rupiah, SPP dan jajan anak tiga juta rupiah." Vira menarik napas dalam setelah mendaftar semua pengeluaran.

"Sisa uang satu juta rupiah. Kau mau sisa uang satu juta itu kita bagi dua? Sebulan kita hanya dijatah masing-masing lima ratus ribu. Mau?" Vira menatap tajam wanita di depannya.

Wanita berbaju merah ketat membentuk badan itu terlihat salah tingkah. Jadi Mas Hendra sebenarnya tidak punya sisa gaji yang banyak lagi? Wanita itu membatin.

Sementara Vira tertawa puas dalam hati. Pasti wanita ini akan berpikir belasan kali lagi untuk terus maju mendekati suaminya. Wanita ini benar-benar payah. Dia bahkan tidak tahu apa jabatan Hendra di kantor. Yang dia tahu hanya uangnya saja. Vira berkali-kali menggelengkan kepala.

"Saya permisi dulu ke toilet, Mbak." Wanita itu bergegas berdiri.

"Hei! Ini, bawa sekalian tas tanganmu. Pergilah. Aku tahu kau sebenarnya ingin kabur. Biar aku yang membayar minuman ini untukmu." Vira menyerahkan tas tangan wanita itu.

Wanita berbaju merah itu segera menyambar tas tangannya, kemudian berjalan cepat keluar dari restoran khas Italia tempat mereka janji bertemu.

Bukan, bukan janji bertemu dengan Vira. Tetapi janji bertemu dengan Hendra, lelaki yang dikenalnya tiga bulan yang lalu. Namun entah bagaimana ceritanya, justru istri lelaki itu yang datang menemuinya.

Vira menarik napas panjang. Wanita berwajah manis dengan dua lesung pipi itu bernapas lega. Perlahan dia menyender pada sandaran kursi cafe. Dua puluh satu. Nomor meja yang dipesan suaminya untuk makan malam romantis, bersama dengan wanita simpanannya.

Ya, wanita simpanan yang baru saja diusirnya.

Vira memperhatikan keadaan restoran. Ini pertama kalinya dia datang kemari.

"Romantis juga Mas Hendra mengajak wanita m*rahan seperti itu makan malam ke tempat ini." Bisiknya pelan.

"Atau wanita itu yang memilihnya agar bisa merasakan makan malam mewah, kemudian berfoto dan memamerkannya di sosial media agar terlihat seperti sosialita?" Vira tertawa kecil dengan pemikirannya sendiri.

Tempat itu cukup luas, dengan dekorasi yang didominasi warna merah membuatnya memiliki kesan hangat dan elegan. Selain itu, view lampu-lampu dari gedung-gedung tinggi diiringi alunan musik Italia membuat suasana malam itu terasa sangat menyenangkan.

"Selamat malam, Sayang." Satu suara lelaki yang sangat Vira kenal menyapa dari belakang.

Tidak lama kemudian, terasa bibir lelaki itu menyentuh pipi sebelah kanannya. Sebuket bunga mawar merah dengan kesan mewah diletakkannya di meja sebelah kiri Vira.

Lelaki itu kemudian berjalan menuju kursi di seberang kursi Vira. Dengan senyum yang sangat lebar lelaki itu kemudian duduk dengan bahasa tubuh yang sangat menawan. Gagah dan tampan. Kesan pertama yang dilihat orang, saat memandang sosok pria itu.

Senyum lelaki berwajah tampan itu mendadak hilang saat melihat siapa wanita yang duduk di depannya. Keningnya mengkerut. Sesaat kemudian pria itu menarik napas panjang dan menghembuskannya kencang-kencang.

"Selamat malam, suamiku." Vira menyapa lebih dulu sambil tersenyum manis pada lelaki berwajah masam yang duduk di hadapannya. Kedua lesung pipi Vira tercetak sempurna. Sedap dipandang mata.

"Apa yang kau katakan pada Livia?" Hendra menatap Vira dengan tatapan mematikan.

"Hei! Santai. Bahkan makanan pembuka pun belum disajikan oleh pelayan." Vira tertawa kecil menatap suaminya yang seperti singa kehilangan anak.

Hendra mengatupkan rahangnya rapat-rapat saat pelayan menyajikan makanan pembuka.

"Selamat menikmati makanan pembuka, Tuan dan Nyonya Hendra." Pelayan mempersilahkan.

"Terima kasih." Vira mengangguk sopan pada pelayan yang menjawabnya dengan sedikit membungkukkan badan.

"Bruschetta." Vira mengangguk sambil menyebutkan nama makanan itu.

Bruschetta, hidangan tradisional Italia yang terbuat dari potongan roti panggang dengan topping potongan sayur dan daging cincang, yang diolesi bawang putih, minyak zaitun, dan bumbu lainnya. Sangat menggugah selera.

Vira dengan santai mulai menyantap makanan di hadapannya. Wanita itu terlihat sangat anggun. Dari cara makannya, dapat dipastikan dia berasal dari keluarga kaya yang terhormat. Berkelas. Kesan pertama yang ditangkap, saat melihat penampilan dan gerak-gerik Vira.

"Apa yang kau katakan pada Livia?" Suara Hendra kembali terdengar setelah mereka terdiam cukup lama. Tidak sedikitpun lelaki itu menyentuh makanannya.

Vira terkekeh mendengar pertanyaan yang kembali diulang oleh suaminya itu.

"Makanlah. Ini sangat sedap. Restoran Italia ini memang pilihan yang tepat untuk menghabiskan waktu bersama." Vira tersenyum manis sambil menunjuk piring di hadapan Hendra dengan garpu yang dipegangnya.

"Vira!"

"Jadi nama jal*ngmu itu Livia?" Vira tertawa kecil melihat wajah tampan Hendra yang memerah.

"Aku tidak mengatakan apa-apa. Dia tiba-tiba menawarkan padaku untuk duduk di kursi yang ditempatinya. Setelah itu wanita jal*ngmu pergi dengan sendirinya." Vira berkata lembut diakhiri dengan kedipan mata di ujung kalimatnya.

Hendra menghembuskan napas dengan kencang. Lelaki itu paham, semakin dia emosi menghadapi Vira, semakin istrinya itu merasa senang mempermainkan amarahnya.

Hendra melonggarkan dasi yang dia kenakan. Lehernya seperti tercekik. Entah ini sudah yang ke berapa kalinya Vira melakukan hal seperti ini selama pernikahan mereka.

"Berhenti mengganggu kesenanganku, Vir!" Hendra menatap tajam pada Vira yang sedang membersihkan mulut. Wanita itu telah menyelesaikan hidangan pembukanya.

Instrumen lagu Ti amo d’Umberto Tozzi mulai dimainkan. Live music itu terdengar memenuhi ruangan. Membuat suasana menjadi lebih nyaman. Andai tidak sedang berdebat dengan Hendra, mungkin saja Vira akan menggerakkan badannya pelan ke kiri dan ke kanan, mengikuti irama musik. Restoran khas Italia yang dipilih Hendra ini memang terkenal sangat bagus.

"Berhenti mengganggu kesenanganmu?" Vira mengulangi kalimat Hendra.

"Bagaimana aku bisa berhenti jika melakukan itu adalah kesenanganku?" Vira tertawa kecil menatap Hendra yang terlihat sangat frustasi.

Percakapan mereka terhenti saat pelayan kembali datang menghidangkan makanan utama. Spaghetti ala bolognese. Vira mengangguk melihat pilihan menu yang dipesan Hendra. Spaghetti yang dihidangkan dengan saus daging cincang dan ditaburi keju parmesan parut itu terlihat sangat menggugah selera.

"Berhenti mengganggu wanitaku, Vir. Atau …."

"Atau apa?" Cepat saja Vira memotong ucapan Hendra, suaminya.

"Atau aku akan menendangmu jauh-jauh dari kehidupanku!"

"Lakukan kalau kau bisa." Vira tersenyum manis menampakkan kedua lesung pipinya.

Istrinya dengan santai mulai menyantap hidangan utama. Sementara Hendra menatapnya dengan wajah membatu. Wanita yang menggunakan dress semi formal berwarna hijau toska itu terlihat sangat rileks menikmati makan malam mereka.

"Makanlah, Yang." Vira dengan nada manja menunjuk piring di hadapan Hendra dengan garpu ditangannya.

Lelaki berwajah tampan itu mendengus sebal.

Sementara Vira tertawa dalam hati melihat tampang gusar suaminya.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Anggra
jdi ingat adegan layangan putus
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Aku dan Wanita-wanita Simpanan Suamiku   BAB 2

    Savira Vishaka Yozita. Wanita berwajah manis dengan lesung pipi di wajahnya. Dia biasa dipanggil dengan nama Vira. Vira terjebak dalam pernikahan tanpa cinta. Tiga tahun bersama, dia tak kunjung bisa meruntuhkan dinginnya hati seorang Hendra. Bukan inginnya menjalani pernikahan tak berdasar rasa. Apa mau dikata, garis takdir mengharuskannya melewati itu semua."Apa yang kau harapkan dari pernikahan ini, Vir?" Suara hendra melemah. Dia sangat hafal watak wanita cantik di depannya, Vira pantang mengalah.Dibesarkan hanya oleh seorang ayah. Vira tumbuh menjadi gadis yang pantang menyerah. Pantang baginya menjadi seorang yang hanya bisa berpasrah."Tentu saja kebahagiaan, Mas. Bukankah bahagia adalah tujuan setiap keluarga?" Vira tersenyum lembut sambil meletakkan garpunya. Wanita itu telah menyelesaikan hidangan utamanya."Aku tidak mencintaimu, begitu pun dengan dirimu. Kau tidak mencintaiku. Apa kita bisa bahagia dengan itu?"Vira mengangkat bahu. Tangannya terangkat memanggil pelaya

    Last Updated : 2024-10-29
  • Aku dan Wanita-wanita Simpanan Suamiku   BAB 3

    "Dasar wanita g*la!” Hendra terus menggerutu sepanjang perjalanan menuju kantor. Sejak kemarin, dia benar-benar sudah putus komunikasi dengan Livia. Wanita itu memblokir semua akses untuk berhubungan dengannya. Mulai dari telepon, aplikasi mengirim pesan sampai ke akun media sosial.Rasa kesalnya sudah diubun-ubun. Livia menghilang seperti ditelan bumi karena Vira. Entah apa yang terjadi di antara wanita simpanan dan istrinya itu tadi malam hingga Livia seakan enggan kenal lagi dengannya."Argh!" Hendra memukul kemudi mobil. Lelaki itu benar-benar dibuat sakit kepala oleh tingkah istrinya. Dia bergegas menginjak rem saat lampu lalu lintas berganti menjadi merah.Hendra sangat membenci Vira. Dalam pandangannya, Vira hanyalah wanita yang tidak punya harga diri karena dijadikan pembayar hutang oleh orangtuanya. Malangnya, karena itu dia ikut kecipratan sial. Hubungannya dengan Arlin yang sudah terjalin cukup lama harus kandas. Kisah cinta dengan wanita pujaan hatinya itu berakhir begit

    Last Updated : 2024-10-29
  • Aku dan Wanita-wanita Simpanan Suamiku   BAB 4

    "Waaaaaah, masak apa ini menantu kesayangan mama?" Mama Lily tersenyum lebar melihat meja makan penuh dengan masakan."Eh, Mama? Sudah bangun?" Vira menyapa riang mertuanya yang baru saja masuk ke dapur. Sepagi ini wanita itu sudah memasak berbagai macam makanan."Sudah dong. Tadinya mama mau masak, kangen dapur. Eh lagi-lagi sudah keduluan sama menantu mama yang rajin ini." Mama Lily tertawa sambil duduk di salah satu kursi."Loh? Mama tidak bilang mau masak, tahu begitu kan Vira bisa bangun agak siangan." Vira dan Mama Lily tertawa bersama mendengar jawaban Vira."Kamu persis ibumu, Vir. Beruntung sekali Hendra bisa menikah denganmu." Mama Lily memperhatikan Vira yang dengan cekatannya memindahkan dan menata masakan di meja makan.Vira tersenyum. Wanita itu tidak tahu mana yang dikatakan mertuanya itu persis dengan ibunya. Dia bahkan tidak sempat merasakan pelukan bundanya walau hanya sedetik saja."Ibumu dulu pintar sekali memasak. Bahkan setiap ada kegiatan yang berhubungan dengan

    Last Updated : 2024-10-29
  • Aku dan Wanita-wanita Simpanan Suamiku   BAB 5

    "Vir."Vira yang sedang serius merapikan tanaman hias menoleh pada Mama Lily. selepas sarapan tadi, mereka langsung ke depan. Seperti biasa, setiap akhir pekan Mama Lily dah Vira akan asyik mengurus tanaman hias. Sementara Hendra memilih membaca surat kabar di teras sambil mendengarkan percakapan mereka."Iya, Ma?" tanya Vira sambil tangannya kembali sibuk memotong daun-daun bunga yang mulai menguning."Kamu sudah halangan belum bulan ini?"Vira mengerutkan kening mendengar pertanyaan Mama Lily. Tumben mertuanya itu bertanya tentang hal yang sangat pribadi."Baru saja selesai dua hari yang lalu. Kenapa, Ma?""Nah! Pas itu, Hen!" Mama Lily memukul kaki Hendra yang duduk di kursi belakangnya dengan menggunakan gunting untuk merapikan taman hias."Aduh! Apa sih, Ma?" Hendra mengelus kakinya yang tadi dipukul Mama Lily. Lelaki itu meletakkan koran yang sedari tadi dibacanya."Itu Vira baru selesai halangan." Mama Lily menoleh ke belakang. Mengedipkan sebelah mata pada anak laki-laki sema

    Last Updated : 2024-10-29
  • Aku dan Wanita-wanita Simpanan Suamiku   Benalu

    Dering ponsel Vira terdengar dari dalam kamar. Wanita cantik nan manis itu bergegas masuk ke dalam. Berjalan cepat menuju kasur, tempat dia meletakkan ponselnya tadi sebelum menggoda Hendra."Ck!" Vira berdecak sebal saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya.Lama dia menimbang akan diangkat atau tidak sampai dering ponselnya berhenti sendiri. Namun, tidak lama kemudian ponselnya kembali berdering. Membuat Vira menarik napas panjang."Halo." Singkat saja Vira menyapa."Dari mana saja, Vir? Jangan sok sibuk deh. Susah sekali setiap mau dihubungi!" Suara di seberang sana terdengar."Heh! Memangnya aku tidak ada kerjaan? Asal kau tahu, kegiatanku banyak! Tidak setiap detik ponsel ini kupegang!" Vira menggertakkan gigi menahan kesal."Alah! Kegiatan apa? Sok-sokan saja kamu itu. Jangan mentang-mentang sudah jadi istri orang berduit dan hidup enak kamu lupa keluargamu sendiri!""Keluarga? Sejak kapan kita menjadi keluarga?" Vira tertawa sinis mendengar ucapan Zahra, istri ayahnya.

    Last Updated : 2024-10-29
  • Aku dan Wanita-wanita Simpanan Suamiku   Tangisan

    "Kenapa bukan ayah sendiri yang menghubungiku?!""Oh, itu, eeeee, jadi begini, Vir ….""Biar nanti aku yang menghubungi ayah." Vira cepat memotong omongan Zahra. Dia kasihan karena pasti istri ayahnya itu kebingungan mencari alasan."Vir! Vira! Ja …."Vira langsung memutus sambungan telepon tanpa mempedulikan Zahra yang masih berteriak memanggil namanya.Ponsel Vira kembali berdering. Wanita itu berdecak sebal saat melihat nama di layar. Istri ayahnya itu benar-benar menyebalkan! Dia akhirnya mematikan ponsel dan membanting alat komunikasi itu ke kasur.Wanita itu terlihat kesal. Jadi, uang kebutuhan untuk pengobatan ayahnya yang selama ini dia kirim dipergunakan oleh ibu dan saudara tirinya? Sebegitu sayang ayahnya pada mereka. Lelaki itu bahkan rela memangkas pengobatan hanya agar istri dan anak tirinya bisa hidup enak. Vira menutup wajah dengan kedua tangan. Bahunya tiba-tiba bergetar. Vira menangis. Menyesali kenapa nasib buruk ini harus menimpa dirinya. Apa gunanya hidup bergeli

    Last Updated : 2024-10-29
  • Aku dan Wanita-wanita Simpanan Suamiku   Awal Petaka

    "Bagaimana, Ma?" Gadis berbando coklat itu menatap mamanya dengan tatapan antusias."Ck!" Rahma berdecak sebal."Tambah belagu saja itu si Vira." Wanita dengan lipstick merah menyala itu menghentakkan sebelah kakinya. "Duh! Kenapa lagi dia, Ma?" Silmi menghempaskan badannya bersandar pada sandaran sofa. Wajahnya terlihat sangat kesal."Ya biasa, pamer kehidupan mewahnya." Rahma ikut menyandarkan tubuhnya seperti Silmi."Ck! Kapan dia transfer?" Silmi menoleh, melihat ibunya yang seperti sedang termenung memikirkan sesuatu."Entah. Katanya mau memastikan ke papamu dulu.""Ih! Nyebelin banget sih. Mentang-mentang sudah jadi istri orang kaya. Dia begitu kan karena aku juga!" Silmi melipat kedua tangannya di depan dada."Aduh!" Silmi memegang kepalanya yang terasa sakit karena digetok oleh Rahma."Jangan bicara seperti itu. Habis kamu sampai papa mendengar omonganmu." Rahma melotot ke arah Silmi."Ya, kan memang karena Silmi, Ma." Gadis berambut panjang itu menjawab pelan."Diamlah! Ibu

    Last Updated : 2024-10-29
  • Aku dan Wanita-wanita Simpanan Suamiku   Awal Petaka (2)

    "Permisi." Pak Heru mengajak kedua pengawal berbadan kekar yang sedari tadi berdiri di belakangnya. "Saya masih berbaik hati karena memandang Vira, Pak Aksa. Atau saya punya penawaran bagus, biarkan Vira menjadi istri ketiga saya, maka semuanya saya anggap selesai." Pak Heru tersenyum lebar sambil mengedipkan sebelah mata pada Vira.Vira hanya tersenyum lebar menanggapi kedipan Pak Heru, membuat kedua lesung pipinya terlihat jelas."Dah, Vira." Pak Heru mencium jari telunjuk dan jari tengahnya, kemudian melambaikannya pada Vira. Wanita berlesung pipi itu hanya mengangguk sedikit pada Pak Heru.Hening. Lima menit berlalu dalam keadaan bisu di ruang tamu itu. Silmi menggigit bibir, sementara Rahma berkali-kali menghela napas."Kau kemanakan uang sebesar itu, Sil?" Suara berat Ayah Aksa akhirnya terdengar."Pa." Rahma bersuara.Ayah Aksa bergegas mengangkat tangan saat melihat Rahma akan meneruskan ucapannya. "KAU KEMANAKAN?!"Silmi langsung terisak mendengar bentakan dari Ayah Aksa."

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Aku dan Wanita-wanita Simpanan Suamiku   ENDING

    Vira mengangguk. Kedua lesung pipinya tercetak jelas.Manis. Hendra membatin."Boleh aku tahu kenapa kau bisa bertahan setelah sekian lama? Bahkan kau masih tetap menerimaku kembali, setelah semua kesalahan yang kulakukan secara sengaja dan sadar." Hendra membelai rambut Vira yang tergerai. Wangi. Aroma mint yang sangat dia sukai."Karena aku juga belum bisa menjadi istri yang baik bagimu, Mas. Aku menyadari, dulu niatku salah. Aku terlalu berambisi membuatmu menerima kehadiranku agar bisa membungkam Silmi dan mamanya.” vira tertawa kecil mengingat masa itu. Masa-masa perjuangan saat dia hampir setiap minggu menemui wanita Hendra yang selalu berbeda.“Seiring berjalannya waktu, aku mulai mengerti tidak semua hal bisa berjalan sesuai dengan keinginanku. Satu yang kusadari, harusnya aku tidak memaksakan diri agar kau menerimaku.” Vira memiringkan tubuhnya menghadap Hendra. Tangannya menyentuh pipi Hendra pelan.Sungguh, hatinya terasa hangat. Ini pertama kalinya mereka bicara seintim i

  • Aku dan Wanita-wanita Simpanan Suamiku   Menuju Ending 2

    Kabar terakhir yang dia dengar, ada upaya dari beberapa pihak yang berusaha memberikan jaminan bebas untuk Arlin. Setidaknya, dia bisa bebas walau berstatus sebagai tahanan kota. Namun, Vira tidak ambil pusing. Wanita itu sudah cukup puas bisa membuat wanita itu merasakan sempitnya ruang penjara walau hanya beberapa hari.Dari awal dia sudah tahu, Arlin tidak akan mungkin mendekam dalam penjara selama itu. Tujuannya hanya satu, membersihkan namanya dan membuat mata Hendra terbuka bahwa wanita itu tidak selemah pikirannya selama ini. Dia berharap, dengan semua yang dilakukan Arlin selama ini, suaminya bisa melupakan rasa bersalahnya pada wanita itu.“Kenapa Vira minta maaf? Bahkan detik ini, Bunda sudah tidak punya muka untuk bertemu denganmu, Nak.”Sasa yang membawa gelas minuman dan Sesa yang membawa piring berisi makanan ringan terhenti langkahnya saat akan memasuki kamar. Mereka urung masuk saat mendengar suara tangisan ibunya.Mata mereka ikut basah. Ini pertama kalinya ibu mere

  • Aku dan Wanita-wanita Simpanan Suamiku   Menuju Ending 1

    “Kak Vira?” Gadis berusia sembilan belas tahun itu sedikit terkejut saat melihat siapa yang tadi mengetuk pintu rumah mereka.“Siapa, Sa?” Seorang gadis yang berusia sama muncul dari balik hordeng pembatas ruangan. Wajah mereka tampak sama. Serupa pinang dibelah dua.“Halo, Sasa, Sesa?” Vira tersenyum lebar melihat dua saudara kembar itu. Mata mereka membulat karena terkejut.“Bunda ada?” Vira kembali bertanya karena Sasa dan Sesa hanya diam dan mematung memperhatikannya.“Ada, masuklah.” Sasa akhirnya menyingkir dari pintu, memberi jalan pada Vira dan Hendra.Hendra memperhatikan rumah itu. Ruangannya terlihat bersih dan rapi walau ukurannya tidak terlalu besar. Sofa sederhana dengan bentuk leter L dan meja kaca memenuhi ruangan itu. Televisi berukuran tiga puluh dua inch terletak tepat di depan sofa.Di dinding terpasang beberapa bingkai foto. Salah satu foto menarik perhatian Hendra. Terlihat enam orang sedang berpose, tiga wanita dan tiga pria dengan latar belakang bangunan yang m

  • Aku dan Wanita-wanita Simpanan Suamiku   Tabir yang Terkuak

    “Vira mengatakan hubunganmu dan Mama Lily sedikit renggang karena kehadiran Om Winar?”Hendra mendengus. Dia memang mengabaikan Mama Lily belakangan ini. Menganggapnya tidak ada, agar wanita itu bisa merasakan bagaimana perasaan Papa Heru yang disebutnya sudah meninggal sekian lama.“Semua memang salah Papa, Hen. Papa juga sangat paham bagaimana kecewanya mamamu pada papa. Suami yang dia dampingi dari posisi nol, setelah berjaya justru menyeleweng. Itulah sebabnya kenapa papa menjauh, karena menghargai mamamu.” Papa Heru menarik napas panjang, menyesali kebodohannya selama ini.“Sejujurnya, waktu itu papa gelap mata. Namun, karena mengerti hancurnya perasaan mamamu dan menyadari kesalahan, papa langsung menerima keputusan pisah tanpa membawa sepeser pun harta yang kami kumpulkan bersama.” Angin sepoi-sepoi kembali berhembus, menggoyangkan rambut Hendra yang sudah agak panjang.“Bukan salah mamamu dia mengatakan papa sudah tiada, andai papa mau bisa saja papa datang menemuimu ke sana.

  • Aku dan Wanita-wanita Simpanan Suamiku   Pertemuan

    “Pa.” Vira melambaikan tangan pada lelaki yang sedang berdiri di samping saung. Sepertinya lelaki itu sedang menatap kedatangan mereka.Hendra mengerutkan kening mendengar Vira menyapa dengan “Pa”. Dia tertawa kecil sambil menggelengkan kepala. Tingkat percaya diri dan sok kenal istrinya memang patut diacungi jempol.“Vira.”Suara berat itu membuat Hendra mengangkat kepala. Vira? Mereka saling mengenal?Sekitar sepuluh meter dari saung, Hendra mematung. Walau lelaki itu menggunakan pakaian yang lusuh khas baju petani ke kebun, namun tidak menutupi wibawa seseorang yang baru saja menyapa istrinya itu.Seketika hati Hendra basah. Dia sangat mengenali sosok yang sedang menunggu kedatangan mereka itu. Walau rambutnya sudah beruban, lelaki itu masih terlihat tampan. Tubuhnya pun masih sangat gagah di usianya yang sudah tidak lagi muda.“Papa,” desis Hendra.Dia berusaha menegarkan langkah kakinya yang terasa bergetar. Jantungnya berdegup kencang sampai-sampai dia seperti bisa mendengar de

  • Aku dan Wanita-wanita Simpanan Suamiku   Mimpi

    Lelaki berbaju abu-abu dengan warna yang sudah pudar itu menoleh saat mendengar beberapa suara. Dia menghentikan sejenak aktivitas mencuci tangan dan kaki di pancuran bambu yang airnya mengalir jernih. Baru saja kemarin dia memasang pancuran bambu itu. Selama ini dia langsung menciduk airnya menggunakan gayung dari batok kelapa.Melihat rimbun rumpun bambu di ujung desa saat dia akan lewat menuju sawah, melintas pikirannya untuk membuat pancuran. Benar saja, ternyata pancuran ini lebih memudahkan aktivitasnya untuk mencuci tangan dan peralatan bekas makan.Lelaki itu baru saja menyelesaikan makan siangnya. Ikan nila bakar dan tumis kangkung menemani makan siangnya hari itu. Setelah dari pagi tenaganya terkuras karena membersihkan hama di antara padi dan membenarkan pematang, menu makanannya terasa sangat sedap menyapa lidah. Ditambah dengan angin sepoi-sepoi dan lengking burung elang yang terbang rendah mencari mangsa, menambah kenikmatannya makan di atas saung kecil di tengah sawah.

  • Aku dan Wanita-wanita Simpanan Suamiku   Vira VS Hendra (3)

    “Aamiin.” awak media serentak mengaminkan, membuat Vira tertawa renyah.“Silang pendapat antara saya dan suami hari ini bukan masalah besar. Akhir-akhir ini kami memang kurang intens berkomunikasi karena saya sibuk mengurus acara empat bulanan dan Mas Hendra sibuk dengan pekerjaannya. Sudah ya.” Vira melambaikan tangan sambil tersenyum dan melenggang masuk ke gedung.Hendra mencegat Vira begitu istrinya itu lewat di depannya. Dia menarik tangan Vira pelan dan mengajaknya masuk ke dalam salah satu ruangan kosong.“Apa yang kau lakukan di sini, Vir?” Hendra menatap Vira tajam.“Maksud, Mas?” Vira mundur selangkah, membuat jarak diantara mereka tidak terlalu dekat.“Sudah kukatakan jangan ikut campur masalah keluargaku!” Hendra mengepalkan tangan.“Fokus saja pada kehamilanmu dan kesehatan Ayah Aksa. Ini bukan ranahmu. Biar kuselesaikan dengan caraku. Mengerti?!”“Ikut campur bagaimana?” Vira menatap Hendra tenang. Sementara Hendra menatapnya dengan garang.“Kenapa kau membuat pernyataa

  • Aku dan Wanita-wanita Simpanan Suamiku   Vira VS Hendra (2)

    “Ibu Savira, kenapa anda datang terpisah dengan Pak Hendra? Kenapa kalian datang padahal sebelumnya tidak? Apakah ada hal penting terkait agenda sidang hari ini.”Vira hanya tersenyum mendengar rentetan pertanyaan dari wartawan. Dia terus berjalan lurus tanpa merasa perlu menjawab pertanyaan mereka.“Tadi Pak Hendra mengatakan kalian akan menempuh jalur kekeluargaan karena mempertimbangkan posisi Arlin sebagai pimpinan perusahaan sehingga menyangkut hajat hidup orang banyak. Bagaimana tanggapan anda?” Vira menghentikan langkah dan menoleh pada salah satu wartawan yang tadi bertanya. Dia mengerutkan kening mendengar pernyataan itu.“Bagaimana?” Vira balik bertanya.“Apakah anda akhirnya memutuskan hadir karena tidak mau suami anda kembali intens berhubungan dengan Bu Arlin yang dulu merupakan pacarnya?”Vira tersenyum mendengar pertanyaan kedua ini. Dia mengaitkan kacamata hitam di kerah baju bagian dadanya sebelum menjawab.“Jalur kekeluargaan? Jujur, kalau saya pribadi belum ada renc

  • Aku dan Wanita-wanita Simpanan Suamiku   Vira VS Hendra

    "Bagaimana agenda sidang hari ini, Pak Hendra? Apakah ada hal yang mendesak sehingga anda hadir? Beberapa sidang sebelumnya hanya kuasa hukum yang mewakili." Awak media langsung mengerumuni Hendra begitu lelaki itu keluar dari mobil.Hendra mengulas senyum pada wartawan yang mengikuti langkahnya. Kasus ini memang menarik perhatian publik karena dari awal Arlin sudah melempar bola kepada media. Seiring berjalannya persidangan, banyak fakta-fakta tersembunyi yang ikut mencuat, termasuk hubungan Arlin dan Hendra di masa lalu.Hal itu menarik perhatian masyarakat, karena terkuak hubungan Arlin dan Hendra bukan hanya sekedar rekan bisnis. Namun, lebih dari itu, mereka sempat berpacaran lama bahkan hampir bertunangan. Cinta mereka harus kandas karena Hendra dijodohkan dengan Vira.Romansa cinta mereka bertiga bahkan mengalahkan fokus pada kasus yang sedang berjalan. Animo masyarakat lebih tertarik untuk mengulik kisah asmara ketiganya.“Anda datang sendiri tanpa didampingi Ibu Savira? Apak

DMCA.com Protection Status