Abhi sebagai mempelai pria sudah bersiap di ball room hotel didampingi papanya pak Pradipta dan beberapa orang saksi di sana yang akan menyaksikan acara sakral akad nikah antara Abhi dan Retha. Ia berhadapan langsung dengan pak Prambudi sebagai wali nikahnya Retha dan dengan penghulu di sampingnya yang sedang sibuk mempersiapkan berkas pernikahan mereka.
Tak lama Retha datang dengan di dampingi ibu dan ibu mertuanya serta Jihan dan Vano. Kedua ibu itu mendudukkan Retha di samping Abhi, yang sedang tegang menantikan prosesi yang akan ia jalani. Padahal inini bukan pertama kalinya bagi Abhi. Tapi tetap saja,ketegangan mewarnai wajah Abhi. Wajahnya semakin menegang saat melihat sosok wanita cantik yang sudah beberapa hari ini tidak ia temui. Retha terlihat semakin cantik dan anggun saat memakai riasan di wajahnya dan gaun putih yang sangat indah. Karena selama ini, baik Abhi dan semua orang hanya melihat Retha tampil polos tanpa make up. Kini dihari pernikahan nya, aura kecantik
Tepat pukul tiga, pintu kamar pengantin Retha dan Abhi di ketuk. Dengan malas Abhi membuka matanya dan melepaskan pelukannya dari tubuh Retha. Dia melihat jam di tangannya."Pantas sudah jam tiga. " batinnya.Abhi lalu membangunkan Retha, yang masih terlelap. Mungkin karena terlalu nyaman tidur di dalam dekapan Abhi."Retha, bangun. Sepertinya MUA sudah datang ini sudah jam tiga. " Abhi membangunkan Retha dengan membelai lembut pipinya.Retha menggeliatkan badannya dan mulai membuka mata. Hal pertama kali yang ia lihat adalah, wajah tampan suami barunya."Cepat mandi, aku akan membukakan pintu. "Retha mengangguk, dan tanpa bicara sepatah kata pun dia langsung beranjak ke kamar mandi. Abhi membenarkan pakaiannya yang kusut, lalu ia berjalan menuju pintu membukakan pintu untuk seseorang yang sedari tadi mengetuk pintu kamarnya. Siapa lagi pelakunya kalah bukan sang mama."Retha mana? " tanya mama Erina ketika berada di dalam kamar anak
Di tengah acara resepsi, pembawa acara memberikan sebuah informasi kepada seluruh para tamu undangan yang hadir. Kalau aDan dari mempelai pria akan memberikan hadiah pernikahan untuk sang kakak yang sangat disayanginya itu.Jihan naik ke atas panggung bersama Vano yang selalu mengikutinya. Dan Jihan tidak keberatan akan hal itu. Ia lalu mengambil Mic dari pembawa acara."Untuk mas Abhi, kakakku yang sangat aku cintai dan sayangi. Selamat menempuh hidup baru, dengan seorang wanita yang sudah menjadi pilihanmu. Yang sudah mencairkan hatimu yang beku. Yang sudah mengembalikan nafsu makanmu yang telah lama mati. " Jihan terkekeh geli setelah mengatakan kalimat terakhirnya. Diikuti kekehan dari sang mama dan papa."Kita semua pasti tau, siapapun yang pernah mengajak kakakku menghadiri jamuan makan, pasti tidak akan pernah melihat mas Abhi makan barang sesendokpun. Bukan karena dia tidak mau makan atau karena dia tidak menghargai kalian. Tapi itu semua karena gangguan
"Reth... bolehkah aku...." Kata Abhi dengan ragu, dan menggigit bibir bawahnya.Retha yang mengerti arah pembicaraan Abhi pun mengangguk malu."Sudah sewajarnya aku melayanimu malam ini, mas. " kata Retha dengan tertunduk malu.Abhi mengangkat dagu Retha agar tidak tertunduk dan menatap matanya."Apa kau siap? "Retha mengangguk sebagai jawaban.Abhi menyusuri tiap jengkal wajah Retha. Wajah yang selalu mengganggu pikirannya beberapa waktu terakhir. Mulai dari keningnya, dia menyingkirkan anak rambut yang mengganggu penglihatanya. Sungguh dia tidak menyangka istrinya itu ternyata sangat cantik dengan rambut terurai yang selalu tersembunyi dibalik hijab yang selalu menutup kepalanya."Kamu cantik sekali, sayang. " Abhi tak sungkan lagi memanggil istrinya dengan panggilan sayang. Agar mereka lebih terlihat mesra.Wajah Retha memerah saat mendengar Abhi memanggilnya sayang. Baru kali ini dia mendapat panggilan dan pujian seperti i
Sepasang pengantin baru itu masih bergelung dibawah selimut walau matahari sudah meninggi. Tapi tak mengganggu tidur mereka sama sekali. Mereka juga melewatkan sarapannya, karena terlalu lelah walau hanya sekedar membuka mata.Abhi mengernyitkan matanya yang masih terpejam, karena merasa terganggu dengan sinar matahari yang masuk mmelalui celah jendela kamarnya. Dibukanya matanya perlahan, dan terlihat keadaan kamar yang Sudah terang benderang. Abhi menggerayangi atas nakas untuk mengambil ponselnya, dan dlihatnya waktu sudah menunjukkan pukul sebelas siang."Pantas saja udah terang banget gini. Laper lagi. " gumamnya.Iya menoleh ke samping kanannya, dan dilihatnya sang istri masih terlelap. Ingin membangunkan tapi tidak tega. Tapi perut sudah tidak bisa di ajak kompromi lagi karena lapar.Abhi segera menghubungi pihak hotel untuk mengantarkan makan siang ke kamarnya, sebelum membangunkan istrinya."Sayang.... bangun. Udah siang ini... "Re
Retha tidak bisa tidur malam ini karena dia memikirkan permintaan Danil tadi sore yang menginginkannya dan suaminya untuk datang menemui istrinya. Retha merasa ada sesuatu yang penting yang ingin di sampaikan Vio padanya dan suami.Abhi masuk ke dalam kamar setelah membantu Jihan menyelesaikan tugas kuliahnya. Sekarang Abhi dan Jihan memang tinggal bersama dengan Retha. Setetah menikah dengan kakaknya Retha tidak mengijinkan Jihan untuk tinggal di kost. Karena tidak pantas rasanya kalau sang kakak membiarkan adiknya tinggal di tempat kost. Padahal banyak kamar kosong di rumah. Vano memutuskan tidur dengan Danu. Setelah di beri pengertian para orang tua, kalau setelah papa dan mamanya menikah maka Vano sudah harus berani tidur sendiri jika pengen segera punya adik.Dilihatnya sang istri masih belum tidur dan masih melamun. Abhi mendekat ke arah istrinya itu, lalu duduk di samping ranjangnya."Kenapa belum tidur?" Tanya Abhi yang menyingkirkan anak rambut d wajah
Tanah merah itu masih basah. Walau tidak ada isak tangis di sana. Namun semua berharap ia yang tidur di dalam sana mendapat ketenangan, tidak merasakan kesakitan lagi dan di terima disisiNya.Hari itu, setelah Vio dinyatakan meninggal Abhi dan Retha membantu Danil untuk mengurusi pemakamannya. Siapa yang menyangka kurang lebih dua minggu lalu, wanita yang Abhi temui di rapat perusahaan dengan gaya perfectionist dan angkuh itu kini sudah terkapar di dalam keranda. Padahal Abhi akan memberinya pelajaran setelah ia menyelesaikan cuti pernikahan. Tapi ternyata Tuhan berkata lain, dan Dia yang lebih dulu memberikan hukuman kepada Vio.Usia memang tidak ada yang tau kapan berakhirnya. Penyakit juga tidak ada yang tau kapan dia datang dan menggerogoti tubuh kita. Maka selalu bersyukur dengan usia dan kesehatan yang kita miliki.Abhi dan Retha ikut mengantarkan Vio ke pemakaman, setelah semua prosesi dilakukan di rumah sakit. Danil sendiri tidak menyangka kalau vio akan
Bu Ayu, Danil dan Dila masih berada di ruang keluarga, mereka sedang mencari jalan keluar untuk masalah Dila. Karena akan sangat memalukan jika melahirkan tanpa seorang suami."Katakan kepada Ibu, siapa pria terakhir yang tidur sama kamu atau pria yang sering tidur sama kamu. Yang nggak pake pengaman." Sakit rasanya, saat bu Ayu mengatakan semua itu kepada anaknya.Dila terisak mendengar pertanyaan ibunya itu."Katakan Dil... " Danil pun bertanya dengan lembut, karena saat ini Dila butuh dukungan bukan kecaman."Pacar Dila, bu, mas. ""Siapa? " tanyaa Danil penuh penekanan."Temen kampus aku. " kata Danil sambil menunduk."Hubungi dia suruh kemari besok, atau kita yang akan datang ke rumahnya besok. " Danil akhirnya mengambil keputusan.Saat ini hanya dia yang bekerja sendiri mengurusi keluarganya yang sedang goyah. Kalau tanya kakaknya Bagus, dia tidak bisa diharapkan karena sedang mabuk janda jadi tidak pernah pulang ke rumah
Dila memasukkan beberapa pakaiannya ke dalam tas dan beberapa benda yang ingin dia bawa. Saat ini keadaan rumah cukup sepi. Danil yang sudah keluar dari rumah setelah sarapan tadi, Bagus yang masih tidur dan ibunya yang sedang ke pasar untuk belanja. Dengan berjalan mengendap, Dila keluar dari rumah ibunya setelah menulis pesan untuk orang rumah.Dila segera naik taksi online yang sudah dia pesan. Dan menuju tempat dimana dia akan bertemu dengan pria yang akan menolongnya. Sesampainya di kafe, Dila segera masuk dan mencari tempat yang nyaman untuk ngobrol dengan Agus nama pria yang akan membantunyaSetelah beberapa saat menunggu, akhirnya Agus datang dengan seorang wanita paruh baya. Dila berdiri dan segera menyalami wanita paruh baya itu dan Agus."Dila, kenalkan. Ini ibuku. " kata Agus dengan santai.Tubuh Dila menegang saat mendengar siapa wanita di hadapannya itu."Bu, ini wanita yang aku bicarakan dengan ibu tadi.""Jadi, kamu sekarang