Tepat pukul tiga, pintu kamar pengantin Retha dan Abhi di ketuk. Dengan malas Abhi membuka matanya dan melepaskan pelukannya dari tubuh Retha. Dia melihat jam di tangannya.
"Pantas sudah jam tiga. " batinnya.
Abhi lalu membangunkan Retha, yang masih terlelap. Mungkin karena terlalu nyaman tidur di dalam dekapan Abhi.
"Retha, bangun. Sepertinya MUA sudah datang ini sudah jam tiga. " Abhi membangunkan Retha dengan membelai lembut pipinya.
Retha menggeliatkan badannya dan mulai membuka mata. Hal pertama kali yang ia lihat adalah, wajah tampan suami barunya.
"Cepat mandi, aku akan membukakan pintu. "
Retha mengangguk, dan tanpa bicara sepatah kata pun dia langsung beranjak ke kamar mandi. Abhi membenarkan pakaiannya yang kusut, lalu ia berjalan menuju pintu membukakan pintu untuk seseorang yang sedari tadi mengetuk pintu kamarnya. Siapa lagi pelakunya kalah bukan sang mama.
"Retha mana? " tanya mama Erina ketika berada di dalam kamar anak
Di tengah acara resepsi, pembawa acara memberikan sebuah informasi kepada seluruh para tamu undangan yang hadir. Kalau aDan dari mempelai pria akan memberikan hadiah pernikahan untuk sang kakak yang sangat disayanginya itu.Jihan naik ke atas panggung bersama Vano yang selalu mengikutinya. Dan Jihan tidak keberatan akan hal itu. Ia lalu mengambil Mic dari pembawa acara."Untuk mas Abhi, kakakku yang sangat aku cintai dan sayangi. Selamat menempuh hidup baru, dengan seorang wanita yang sudah menjadi pilihanmu. Yang sudah mencairkan hatimu yang beku. Yang sudah mengembalikan nafsu makanmu yang telah lama mati. " Jihan terkekeh geli setelah mengatakan kalimat terakhirnya. Diikuti kekehan dari sang mama dan papa."Kita semua pasti tau, siapapun yang pernah mengajak kakakku menghadiri jamuan makan, pasti tidak akan pernah melihat mas Abhi makan barang sesendokpun. Bukan karena dia tidak mau makan atau karena dia tidak menghargai kalian. Tapi itu semua karena gangguan
"Reth... bolehkah aku...." Kata Abhi dengan ragu, dan menggigit bibir bawahnya.Retha yang mengerti arah pembicaraan Abhi pun mengangguk malu."Sudah sewajarnya aku melayanimu malam ini, mas. " kata Retha dengan tertunduk malu.Abhi mengangkat dagu Retha agar tidak tertunduk dan menatap matanya."Apa kau siap? "Retha mengangguk sebagai jawaban.Abhi menyusuri tiap jengkal wajah Retha. Wajah yang selalu mengganggu pikirannya beberapa waktu terakhir. Mulai dari keningnya, dia menyingkirkan anak rambut yang mengganggu penglihatanya. Sungguh dia tidak menyangka istrinya itu ternyata sangat cantik dengan rambut terurai yang selalu tersembunyi dibalik hijab yang selalu menutup kepalanya."Kamu cantik sekali, sayang. " Abhi tak sungkan lagi memanggil istrinya dengan panggilan sayang. Agar mereka lebih terlihat mesra.Wajah Retha memerah saat mendengar Abhi memanggilnya sayang. Baru kali ini dia mendapat panggilan dan pujian seperti i
Sepasang pengantin baru itu masih bergelung dibawah selimut walau matahari sudah meninggi. Tapi tak mengganggu tidur mereka sama sekali. Mereka juga melewatkan sarapannya, karena terlalu lelah walau hanya sekedar membuka mata.Abhi mengernyitkan matanya yang masih terpejam, karena merasa terganggu dengan sinar matahari yang masuk mmelalui celah jendela kamarnya. Dibukanya matanya perlahan, dan terlihat keadaan kamar yang Sudah terang benderang. Abhi menggerayangi atas nakas untuk mengambil ponselnya, dan dlihatnya waktu sudah menunjukkan pukul sebelas siang."Pantas saja udah terang banget gini. Laper lagi. " gumamnya.Iya menoleh ke samping kanannya, dan dilihatnya sang istri masih terlelap. Ingin membangunkan tapi tidak tega. Tapi perut sudah tidak bisa di ajak kompromi lagi karena lapar.Abhi segera menghubungi pihak hotel untuk mengantarkan makan siang ke kamarnya, sebelum membangunkan istrinya."Sayang.... bangun. Udah siang ini... "Re
Retha tidak bisa tidur malam ini karena dia memikirkan permintaan Danil tadi sore yang menginginkannya dan suaminya untuk datang menemui istrinya. Retha merasa ada sesuatu yang penting yang ingin di sampaikan Vio padanya dan suami.Abhi masuk ke dalam kamar setelah membantu Jihan menyelesaikan tugas kuliahnya. Sekarang Abhi dan Jihan memang tinggal bersama dengan Retha. Setetah menikah dengan kakaknya Retha tidak mengijinkan Jihan untuk tinggal di kost. Karena tidak pantas rasanya kalau sang kakak membiarkan adiknya tinggal di tempat kost. Padahal banyak kamar kosong di rumah. Vano memutuskan tidur dengan Danu. Setelah di beri pengertian para orang tua, kalau setelah papa dan mamanya menikah maka Vano sudah harus berani tidur sendiri jika pengen segera punya adik.Dilihatnya sang istri masih belum tidur dan masih melamun. Abhi mendekat ke arah istrinya itu, lalu duduk di samping ranjangnya."Kenapa belum tidur?" Tanya Abhi yang menyingkirkan anak rambut d wajah
Tanah merah itu masih basah. Walau tidak ada isak tangis di sana. Namun semua berharap ia yang tidur di dalam sana mendapat ketenangan, tidak merasakan kesakitan lagi dan di terima disisiNya.Hari itu, setelah Vio dinyatakan meninggal Abhi dan Retha membantu Danil untuk mengurusi pemakamannya. Siapa yang menyangka kurang lebih dua minggu lalu, wanita yang Abhi temui di rapat perusahaan dengan gaya perfectionist dan angkuh itu kini sudah terkapar di dalam keranda. Padahal Abhi akan memberinya pelajaran setelah ia menyelesaikan cuti pernikahan. Tapi ternyata Tuhan berkata lain, dan Dia yang lebih dulu memberikan hukuman kepada Vio.Usia memang tidak ada yang tau kapan berakhirnya. Penyakit juga tidak ada yang tau kapan dia datang dan menggerogoti tubuh kita. Maka selalu bersyukur dengan usia dan kesehatan yang kita miliki.Abhi dan Retha ikut mengantarkan Vio ke pemakaman, setelah semua prosesi dilakukan di rumah sakit. Danil sendiri tidak menyangka kalau vio akan
Bu Ayu, Danil dan Dila masih berada di ruang keluarga, mereka sedang mencari jalan keluar untuk masalah Dila. Karena akan sangat memalukan jika melahirkan tanpa seorang suami."Katakan kepada Ibu, siapa pria terakhir yang tidur sama kamu atau pria yang sering tidur sama kamu. Yang nggak pake pengaman." Sakit rasanya, saat bu Ayu mengatakan semua itu kepada anaknya.Dila terisak mendengar pertanyaan ibunya itu."Katakan Dil... " Danil pun bertanya dengan lembut, karena saat ini Dila butuh dukungan bukan kecaman."Pacar Dila, bu, mas. ""Siapa? " tanyaa Danil penuh penekanan."Temen kampus aku. " kata Danil sambil menunduk."Hubungi dia suruh kemari besok, atau kita yang akan datang ke rumahnya besok. " Danil akhirnya mengambil keputusan.Saat ini hanya dia yang bekerja sendiri mengurusi keluarganya yang sedang goyah. Kalau tanya kakaknya Bagus, dia tidak bisa diharapkan karena sedang mabuk janda jadi tidak pernah pulang ke rumah
Dila memasukkan beberapa pakaiannya ke dalam tas dan beberapa benda yang ingin dia bawa. Saat ini keadaan rumah cukup sepi. Danil yang sudah keluar dari rumah setelah sarapan tadi, Bagus yang masih tidur dan ibunya yang sedang ke pasar untuk belanja. Dengan berjalan mengendap, Dila keluar dari rumah ibunya setelah menulis pesan untuk orang rumah.Dila segera naik taksi online yang sudah dia pesan. Dan menuju tempat dimana dia akan bertemu dengan pria yang akan menolongnya. Sesampainya di kafe, Dila segera masuk dan mencari tempat yang nyaman untuk ngobrol dengan Agus nama pria yang akan membantunyaSetelah beberapa saat menunggu, akhirnya Agus datang dengan seorang wanita paruh baya. Dila berdiri dan segera menyalami wanita paruh baya itu dan Agus."Dila, kenalkan. Ini ibuku. " kata Agus dengan santai.Tubuh Dila menegang saat mendengar siapa wanita di hadapannya itu."Bu, ini wanita yang aku bicarakan dengan ibu tadi.""Jadi, kamu sekarang
Saat ini Dila sudah berada di rumah Agus, rumah yang akan menjadi tempat tinggalnya selama kehamilan hingga melahirkan. Bu Maria menempatkan Dila si sebuah kamar pembantu, yang terletak di belakang rumah, bersama satu pembantu lain yang berusia paruh baya bi Lilis namanya.Bu Maria mengenalkan Dila kepada bi Lilis sebagai pembantu di rumahnya. Tapi dia minta ke pembantu lamanya itu untuk membatasi pekerjaan Dila karena dia sedang hamil. Bu Maria tidak ingin di sebut wanita kejam yang menyiksa wanita Hamil.Setelah mengenalkan Dila pada bi Lilis, bu Maria segera meninggalkan mereka berdua di dapur."Suaminya kemana neng, kok lagi hamil malah kerja. " tanya Bi Lilis yang merasa penasaran.Dila hanya menggeleng, dia bingung mau menjawab apa, karena dia memang tidak punya suami.Bi Lilis mengernyit tak mengerti dengan respon Dila saat ditanya masalah suami. Akhirnya bi Lilis pun tidak bertanya lagi. Mungkin gadis ini punya masalah dengan keluarganya. B
Satu minggu telah berlalu sejak kepergian Dila, Agus bahkan sudah mencarinya kemana-mana. Tapi tidak juga ketemu, menyesal, iya. Karena dia tidak bisa menjaga seseorang yang mungkin saja sedang mengandung anaknya. Agus bahkan sudah mencarinya ke rumah orang tua Dila tapi tidak juga ketemu. Ibunya sendiri tidak tau dimana anaknya itu berada.Panggilan telpon masuk membuyarkan lamunan Agus tentang Dila yang sudah menghilang selama beberapa hari. Dia melihat nomor siapa yang sudah menghubungi nya. Dan ternyata yang menghubunginya adalah pihak rumah sakit. Agus langsung mengangkat panggilan telpon itu."Hallo selamat siang. '" Siang Pak, kami dari pihak rumah sakit meminta anda untuk segera ke rumah sakit kami. Untuk mengetahui hasil tes yang anda minta. "Mendengar itu mata agus terbelalak, ia bahkan sudah melupakan tes DNA itu."Baik saya akan segera kesana. ' jawab Agus dengan wajah tegang dan segera menuju rumah sakit.Hari ini dia benar-be
"Dila... " lirih Danil.Dila yang berjalan menunduk tanpa melihat kedepan pun tidak tau kalau ada Danil di depannya.Hingga dia terus berjalan danBruk...Tubuh Dila menabrak tubuh seseorang didepannya."Maaf." ucap Dila, lalu dia mendongakkan kepala dan melihat sosok orang yang ditabraknya. Matanya membulat saat melihat siapa yang sudah dia tabrak."M... mas Danil. Kenapa ada disini? " Dila terkejut dengan adanya Danil di hadapannya."Dila... kamu juga kenapa disini?" tanya Danil pura-pura tidak tau."A.. A.. ku... "Pintu pagar terbuka, dan Abhi keluar."Ada apa Danil? " Abhi memulai sandiwaranya."Tuan Abhi, saya mau menyerahkan berkas ini kepada anda. " ujar Danil dengan menyerahkan sebuah map kepada Abhi."Oh, ya... Terima Danil. Apa kau mau masuk? ""Ti.. tidak usah tuan, saya harus bicara dengan adik saya. "Kening Abhi mengernyit melihat Dila yang tertunduk. "Jadi dia adikmu? "D
Hari ini, Dila kembali menemui Retha di rumahnya. Dia ingin membicarakan masalah tempat tinggalnya. Meski ragu, takut dan malu tapi dia harus melakukannya. Karena bagaimanapun dia membutuhkan tempat tinggal saat ini. Untuknya dan untuk anak didalam kandungnya.Setelah melihat mobil Abhi keluar dari pekarangan rumahnya, Dila segera memanggil Retha yang masih berada di depan rumahnya."Mbak."Retha yang merasa dipanggil pun segera menoleh, dan dilihatnya Dila yang berdiri di depan pagar. Ada rasa iba dihatinya saat melihat keadaan Dila. Andai saja dulu Dila tidak jahat padanya, mungkin saja Retha tidak akan bersikap tega seperti ini."Ada apa? masuklah. " Retha mengatakannya dengan nada dingin. Dia tidak ingin terlalu memberi hati kepada orang-orang yang sudah menyakitinya dulu.Dila masuk dengan wajah tertunduk malu. dan menghampiri Retha. lalu duduk berhadapan dengannya."Ada apa, ?" tanya Retha dengan nada datar."Tentang semalam, ap
"Dila... "Sebuah suara yang sangat Dila kenal itu menyapanya. Dila langsung menoleh ke asal suara."Mbak Maya? " ucap Dila dengan tergagap."Kamu lagi ngapain disini. " tanya Maya yang melihat wajah sendu mantan adik iparnya itu.Dila mencoba tersenyum dengan pVano. "Nggak apa-apa mbak, aku hanya sedang jalan-jalan. " ujar Dila berbohong."Mbak Maya sedang apa di sini? " tanya Dila balik."Aku sedang menemani Arum jalan-jalan dan bermain. " kata Maya sambil menunjuk Arum yang sedang bermain.Dila tersenyum melihat keponakannnya sedang berlarian mengejar gelembung sabun.Tiba-tiba perut Dila berbunyi, dan Tanpa sengaja Maya langsung melihat ke arah perut Dila. Matanya terbelalak saat melihat perut Dila yang membesar."Ya Ampun Dila. Ini Apa? " pekiknya dengan suara lirih."Kamu hamil? " tanya lagi.Dan dijawab Dila dengan anggukan."Apa kamu sudah menikah. " tanya Maya lagi degan berbisik.Dan
Agus berlari mencari Dila, dimana dia di rawat dan mendapat tindakan medis. Hingga seseorang menunjukkan ruang operasi, dan dia segera bergegas kesana. Agus akan merasa bersalah jika sampai teejadi apa-apa pada bayi dalam kandungan Dila. Apalagi jika itu anaknya.Beberapa dokter akan masuk ke ruang operasi bersama dokter yang memeriksa kandungan Dila tadi. Dan dia tampak heran karena ada Agus disana."Dokter, tolong selamatkan Dila dan anaknya. " pinta Agus kepada para dokter."Kami akan berusaha yang terbaik tuan, permisi. " beberapa dokter dan perawat itu segera masuk keruangan operasi dan melakuakan tindakan kepada Dila."Kasihan keadaannya sampai seperti ini. " kata seorang dokter yang menatap kasihan kepada Dila."Dia baru saja periksa di tempatku, dokter. Dan dia tampak bahagia saat mendengar bayinya kembar .Tapi kita bertemu lagi dalam keadaan seperti ini. "Semua orang di sana menghembuskan nafas nya setelah mendengar penuturan salah
"Apa papa dan mama akan tetap sayang sama Vano kalau kalian punya adik bayi? " tanya Vano dengan wajah sendu kepada kedua orang tuanya."Tentu saja sayang, mama akan tetap sayang sama Vano. Vano kan juga anak mama, kenapa Vano tanya seperti itu? ""Nggak apa-apa ma, Vano hanya takut mama sama papa nggak sayang Vano lagi setelah punya adik bayi. "Abhi lalu mengangkat Vano dan mendudukkan dipangkuannya."Apa boleh papa jelasin porsi kasih sayang antara Vano dengan adik bayi? " tanya Abhi hati-hati sebelum bicara. Karena dia tau Vano memiliki sisi sensitif jika membicarakan masalah kasih sayang.Vano mengangguk."Vano... nanti jika perhatian mama kepada adik lebih banyak dibandingkan kepada Vano, Vano tidak boleh merasa kesal atau bilang kalau mama dan papa pilih kasih atau apapun yang Vano pikirkan. ""Kenapa pa? ""Karena adik bayi membutuhkan banyak perhatian dari mama. Adik bayi kan masih kecil, belum bisa apa-apa. Bisanya cu
"Bagaimana keadaan istri saya dokter. " tanya Abhi saat melihat seorang dokter keluar dari ruang tindakan."Maaf tuan, saya tidak bisa memastikan. Tapi jika dilihat dari gejalanya sepertinya istri anda sedang hamil. Sebaiknya anda memeriksakannya langsung ke dokter kandungan untuk memastikan. " dokter memberitahu hasil pemeriksaannya."Apa? Hamil? " Abhi merasakan sangat terkejut mendengar apa yang di katakan dokter barusan.Dokter mengangguk untuk memastikan kabar yang ia sampaikan.Keterkejutan Abhi berubah menjadi senyum bahagia yang terpancar di bibirnya."Dokter apa boleh saya menemui istri saya? ""Silahkan, tuan. Setelah cairan infusnya habis anda bisa membawa istri anda memeriksakan diri ke dokter kandungan. " ujar dokter lali ia pergi meninggalkan Abhi yang akan menemui istrinya.Abhi masuk ke ruangan dengan senyuman penuh dibibirnya. Ia menatap Retha yang masih terbaring dengan penuh haru, Abhi langsung berhambur memeluk ist
Setelah kepergian ketiga orang tidak tau diri itu, Abhi dan semua orang kembali masuk ke dalam rumah. Setelah sebelumnya Danu mengunci pagar. Retha segera ke dapur dan mengambil kan air dingin untuk meredakan amarah suaminya."Minum dulu mas. " Retha menyodorkan minuman itu kepada suaminya."Terima kasih. " Abhi langsung menegak habis minuman yang diberikan istrinya itu."Maafkan aku, aku sangat marah tadi. " ujar Abhi kepada semua orang."Nggak apa-apa mas. Kami mengerti. ""Tentu saja, mas Abhi marah. Kalau rumahnya dibuat seenaknya sendiri sama orang lain, apalagi mereka hanya seorang pembantu yang di tugaskan membantu dan menjaga rumah ini. Eh, malah dibuat kayak rumah sendiri. Emang dasar pembantu nggak ada akhlak. " Jihan masih saja mengomel karena ulah pembantu kakaknya itu."Memangnya sudan berapa lama, mas Abhi nggak mengunjungi rumah ini? " tanya Retha."Ya terakhir kesini, sebelum kenal kamu. Setelah kenal dan deket sama ka
Akhir pekan ini Abhi mengajak keluarga kecilnya untuk pergi ke rumah impianAbhi, termasuk Jihan dan Danu yang ikut serta. Urusan pekerjaan di rumah, Retha serahkan kepada Lusi orang kepercayaannya. Jadi Retha tidak akan di pusingkan dengan pekerjaan jika dia sedang pergi dengan keluarganya.Abhi ingin keluarga kecilnya tau, rumahnya yang dia bangun setahun terakhir ini dan akan menjadi rumah masa depan keluarga mereka kelak. Satu jam perjalanan mereka tempuh, untuk sampai ke rumah impian Abhi. Letaknya memang jauh dari perkotaan karena Abhi menginginkan suasana yang tenang dan nyaman."Nah, Kita sampai. " ucap Abhi saat mobilnya memasuki rumah yang besar dengan halaman yang luas."Waahhhh, gede banget rumahnya pa. " Vano terkagum-kagum melihat penampakan rumah papanya itu.Abhi hanya tersenyum mendengar celetukan Vano. Dia membantu Danu membawa barang bawaan yang mereka bawa. Rencananya mereka akan menginap dua hari disana."Siapa yang jaga rumah d