Di rumah Retha, semua orang sudah berkumpul. Mama Erina yang sejak siang berada di sana pun sangat antusias dengan makan malam kali ini. Ia sudah mengakrabkan diri dengan bu Hasna, ibunya Retha. Pak Pram juga sudah bertemu lagi dengan sahabat lamanya itu. Mereka berbincang di ruang tengah sambil duduk lesehan di lantai beralaskan karpet agar terjalin keakraban kedua keluarga.
Ini semua adalah saran Jihan, karena menurut nya kalau duduk di bawah itu suasana kekeluargaan akan Tercipta. Kalau duduk di meja makan, kesannya terlalu resmi. Begitulah saran Jihan dengan semua ide nakal nya. Dia memang mencetuskan ini semua agar telihat suasana akrab dua keluarga seperti orang yang mau lamaran. Dalam hati dia terkikik geli dengan semua pemikirannya yang akan mengerjai kakaknya itu habis - habisan.
Retha sengaja duduk di sebelah adiknya dan Vano yang duduk dipangkuan Danu, sedangkan Jihan duduk di sebelah Retha. Semua sudah diatur matang oleh Jihan. Dia benar-benar melakukan pra
Makan malam pun usai, mereka kembali berbincang hangat di ruangan itu. Keakraban semakin terjalin saat dua sahabat lama itu akan berbesanan. Yang akan mempererat hubungan kekeluargaan mereka."Aku nggak nyangka Pram, kita akan jadi besan. " Pak Pradipta tertawa renyah."Kau benar, aku juga tidak menyangka. Persahabatan kita akan berlanjut . " kata pak Pram juga.Para orang tua sedang membicarakan masalah pernikahan kedua anak mereka, menentukan hari dan tempat penyelenggaraan pesta pernikahan Meski status anak mereka janda dan duda , tapi mereka patut merayakannya kerena pernikahan saat ini melibatkan hati dan dua sahabat lama.Mereka akan mengambil kesempatan ini, untuk mengadakan reuni bersama teman-teman lainnya nanti.Abhi sedang berbicara berdua dengan Jihan dia butuh sebuah penjelasan tentang kejadian tadi. Apakah ini ulah Jihan semata atau ada campur tangan pihak lain."Katakan pada, mas. Tentang tadi, mas butuh penjelasan, Jihan. " todong Ab
Abhi sudah masuk kerja seperti biasanya. Namun sikapnya Tidak seperti biasa, dia masuk kerja dengan senyuman penuh yang tersungging di bibirnya. Membuat semua rekan dan karyawannya bertanya-tanya, apa yang sudah terjadi kepada pimpinan mereka. Tidak masuk selama beberapa hari, saat masuk dia memberikan senyuman yang manis sekali kepada semua para karyawannya.Tidak ada yang tau, apa yang membuat Abhi berubah seperti itu. Hanya Abhi sendiri yang tau. Dia bahagia karena akhirnya dia akan memiliki Retha seutuhnya dalam waktu dekat dan yang membuatnya bahagia saat ini adalah dia akan mendapatkan bekal makan siang lagi dari Retha. Setelah semalam Retha berjanji akan mengirimkan bekal makan siang lagi mulai besok sampai hari pernikahan mereka.Di ruang kerja, Abhi duduk di kursi kebesarannya. Ingin fokus, tapi hati dan pikirannya tidak bisa di ajak kompromi. Dia lalu mengambil ponselnya ingin mengirimkan sebuah pesan kepada Retha, tapi dia ragu. Daripada dia penasaran akhirn
Setelah makan malam, Abhi dan Retha pergi ke sebuah mall, Abhi berencana membelikan Retha sebuah cincin dan set perhiasan untuk pernikahannya. Memang sedikit demi sedikit harus dipersiapkan untuk acara pernikahan mereka. Sedangkan masalah WO sudah di tangani mama Erina, karena mama Erina lah yang paling exited dengan acara pernikahan Abhi. Tak lupa Bu Dian yang sudah di anggap sebagai ibu angkat Retha ikut serta dalam persiapan acara pernikahan Abhi dan Retha.Mereka sudah sampai di sebuah outlet perhiasan langganan mama Erina. Abhi sudah menceritakan pada Retha kalau hari ini mereka akan membeli perhiasan. Awalnya Retha menolak, karena baginya cincin lamaran kemarin saja sudah cukup. Tapi bagi Abhi itu belum cukup, karena saat itu yang menyiapkannya bukan dia sendiri melainkan mamanya.Dengan terpVano akhirnya Retha menerima semua permintaan Abhi. Walau menurutnya itu sangat berlebihan.Saat memilih perhiasan, Abhi minta ijin ke toilet sebentar."Kamu pi
Dila pulang ke rumahnya dengan wajah di tekuk, sungguh tidak sedap dipandang mata. Ibu Ayu yang melihat anaknya seperti itupun jadi bertanya-tanya, sebenarnya apa yang terjadi. Tadi Dila berangkat dengan senyuman penuh di wajahnya, tapi sekarang kenapa pulang-pulang wajahnya jadi seperti itu? "Kamu kenapa Dil?" tanya bu Ayu yang sedang nonton televisi dengan Maya dan Arum. "Aku lagi kesel nih bu. " "Kesel kenapa? " "Tadi waktu aku ke mall bareng anak-anak aku ketemu Retha. " "Retha? mantan istrinya Danil? " Dila mengangguk. "Aku ketemu dia di toko berlian bu. " "Apa... " pekik Bu Ayu dan Maya yang sedang mencuri dengar pembicaraan Dila dan ibunya. "Bagaimana bisa? " tanya bu Ayu kemudian. Dila menggedikkan bahunya. "Dia kesana dengan seorang pria, tampan sekali. " Kata Dila dengan membayangkan wajah Abhi yang tampan. "Apa kamu nggak salah liat, Dil. Mana ada pria mau sama wanita miskin dan dekil
Retha saat ini sedang bersama bapak dan ibunya yang akan kembali ke kampung setelah berada di rumah Retha selama satu minggu urusan mereka untuk memasukkan Danu ke kampus juga sudah selesai. Di kota ini, Mereka mendapat banyak kejutan saat berada di sini. Selain bertemu dengan sahabat lama, Mereka juga mendapati anaknya yang dilamar anak dari sahabatnya itu. Orang tua Retha sangat bahagia. Mereka berjanji akan kembali ke kota dua atau tiga hari sebelum acara pernikahan diadakan. Karena mereka harus mengurus sawah dan ternak mereka.Tidak enak sama kakaknya kalau harus menitipkan sawah dan hewan ternak terlalu lama. Karena kakaknya sendiri memiliki hewan ternak yang cukup banyak. Abhi dan Retha saat ini sedang mengantarkan bapak dan Ibu ke terminal. Pak Pram tidak ingin di antarkan sopir Abhi karena tidak mau merepotkan sahabatnya. Lebih baik mereka naik bus saja dan menikmati perjalanan mereka. "Sampai di sini saja nak, Abhi. Terimakasih karena sudah mengantar
Danil yang saat itu sedang makan siang dengan rekan kerjanya di sebuah rumah makan tiba-tiba wajahnya berubah menggelap sejak kedatangan sepasang kekasih, salah satunya adalah orang yang sangat Danil kenal, Retha. Mereka terlihat sangat mesra, bahkan tidak sungkan-sungkan menunjukkan kemesraan mereka di tempat umum. Padahal semua itu, bukanlah yang sebenarnya. Yang sebenarnya, Abhi tidak bisa makan tanpa suapan dari Retha. Memang terlihat aneh dan manja, tapi itulah yang terjadi. Hanya melalui tangan Retha Abhi bisa makan, dan hanya bisa makan masakan Retha juga. Danil mengepalkan kedua tangannya, dia merasa sangat kesal dengan apa yang dia lihat di depan matanya. Dulu Retha tidak pernah bersikap seperti itu padanya. Dia hanya diam dan menurut saja , tapi tidak dengan apa yang dilihat nya sekarang. "Bro, pulang yuk. Jam makan siang udah mau habis. " ajak temannya itu pada Danil. "Kalian duluan deh, aku masih ada urusan. " Danil menolak ajakan temannya
Persiapan Pernikahan Abhi dan Retha hanya tinggal satu minggu lagi. Saat ini, Abhi dan Retha sedang menjalani proses pingitan. Dimana Retha harus berdiam diri di rumahnya selama satu minggu ini, hingga H-1 dia akan diboyong ke hotel tempat acara pernikahan mereka diadakan. Sedangkan untuk Abhi, dia akan tetap bekerja di kantornya. Tapi di larang untuk pergi ke rumah Retha. Abhi sempat protes, namun tidak dihiraukan kedua orang tuanya, bahkan dia menggunakan alasan makanan tapi tetap saja tidak diijinkan bertemu. Bahkan mereka punya solusi tentang makanan Abhi. Yaitu, tiap makan siang dan malam akan ada orang yang mengambilkan makanan dari rumah Retha untuk Abhi. Abhi lemas dibuatnya karena semua tradisi ini yang membuatnya tidak bisa berkutik. Untuk satu minggu ini, Pak Pradipta akan mengajak Abhi datang ke perusahaannya untuk di kenalkan kepada seluruh petinggi perusahaan dan para karyawan, sebagai CEO baru mereka dan akan menjadi penerus Pradipta group. Per
Danil menghubungi Vio saat makan siang, mereka berjanji untuk makan siang di kafe depan perusahaan. Karena mereka ingin membicarakan masalah yang serius, apalagi kalau bukan tentang CEO baru mereka. Sekitar lima belas menit Danil menunggu, akhirnya Vio datang juga dengan wajah panik dan pucat. "Akhirnya kamu datang juga, sayang. " kata Danil menarik kursi untuk Vio. "Tau nggak, aku rasanya sesak banget di dalam tadi. " "Aku juga... Aku tidak menyangka ternyata dia adalah putra pak Pradipta. " ucap Danil dengan raut wajah masih tidak percaya. "Benar, aku juga tidak percaya kalau dia adalah anak pak Pradipta. Dan sekarang menjadi CEO baru kita. Apa yang harus kita lakukan sekarang? " tanya Vio setelah bicara panjang lebar. "Memangnya apa yang bisa kita lakukan. Kita hanya bisa menerim kenyataan kalau dia adalah atasan kita sekarang, pemimpin tertinggi di perusahaan tempat kita bekerja. " ujar Danil dengan nada penuh emosi. Mereka