Rutinitasku selalu sama setiap pagi, bangun pagi dan salat subuh kemudian membersihkan kamarku lalu turun menyiapkan sarapan. Jika sudah selesai memasak maka aku akan membangunkan anak-anak lalu memandikan mereka dan membantu mereka merapikan seragam.Kami akan sarapan bersama lalu berpencar menuju aktivitas masing-masing. Suamiku berangkat dari pagi ke kantornya karena ada rapat internal antara auditor dan akuntan yang lagi lagi membahas tentang proyek dan korupsi, penyelewengan dana yang berhasil kuungkap. Dalam seminggu aku banyak sekali menemukan kejanggalan dan berhasil mengungkap semuanya. Aku berhasil menyingkirkan orang-orang yang tidak jujur dan para pegawai korup. Tapi hanya satu yang belum benar-benar tuntas, perkara si pelacur yang yang terus menempel pada suamiku. "Kau mau berangkat denganku?" Tawar suamiku sebelum pergi aku hanya memandang wajahnya menatap Apakah ia benar-benar tulus atau hanya formalitas saja menawarkan di depan anak-anak. Aku tersenyum lalu mengge
Entah kenapa tidak ada yang berani melawan perkataanku, usai mengancam seperti itu semua orang terdiam dan menundukkan kepalanya.Rapat pun berakhir, suamiku meminta untuk rapat dihentikan agar tidak semakin rusuh dengan pertengkaran dan perdebatan. Setelah orang-orang pergi, ras Mas Revan meminta asisten pribadinya untuk membayar seseorang agar tetap mengawasi mereka. Dia juga meminta agar orang-orang yang protes tadi untuk diawasi transaksi keuanganya, siapa tahu mereka memindahkan uang yang sudah mereka curi ke dalam bentuk aset lain. "Rupanya, kau mulai terpengaruh dengan tindakanku dan melakukan hal yang sama seperti yang kulakukan," ucapku pada suamiku."Ya, aku akan mendukung semua tindakan yang akan melindungi perusahaan," ucapnya yang pada akhirnya mengalah."Lalu kenapa wanita itu masih ada di sini?" tanyaku. Wanita berpakaian celana panjang dengan blazer hitam itu nampak terintimidasi dengan penampilanku yang lebih anggun dan elegan darinya. Aku menggunakan rok span cok
Ayah mertua mengatur perjumpaannya dengan gundik suamiku, dia membuat wanita itu tidak punya pilihan lain selain datang ke rumah mertua dengan sendirinya. Ayah memintaku untuk mengawasi dari ruang sebelah sementara dia sendiri akan bicara kepada wanita yang sangat terobsesi jadi menantu komisaris itu.Tak lama kemudian ailin datang, dia datang dengan gaun merah dan sepatu hak tinggi. Mengucapkan salam dan membungkuk kepada ayah mertua lalu ayah mempersilahkan dia duduk."Apa kau tahu kenapa saya mengundangmu?""Tidak Pak, tapi semoga itu baik.""Oh, tentu, apa yang kulakukan sebagai komisaris selalu atas niat yang baik, tapi tergantung sudut pandang orang yang menilainya," ujar ayah dengan santai. Lelaki bertubuh tinggi dengan garis wajah yang mirip-mirip Mas Revan, serta rambutnya yang keperakan itu, menatap Ailin dengan senyum penuh wibawa, sementara wanita itu sedikit heran dan gugup."Aku tau kau menjalin hubungan dengan anakku.""... tapi aku yakin kau sudah tahu kan kalau dia
Merasa diancam akan dicabut haknya sebagai ahli waris perusahaan dan namanya akan dicoret dari kartu keluarga membuat Mas revan terbelalak, dia tak percaya bahwa ayah bisa semarah ini padanya."Mas, jika ayahmu sangat marah dan kau terancam kehilangan segalanya maka sebaiknya kau ikuti saja perkataan beliau," ucap Ailien.Masa revan membingkai wajah kekasihnya dengan ekspresi sedih, mereka saling berpandangan mata, tatapan mereka bertautan dengan dalam, lalu mereka kemudian berpelukan. Aku yang menyaksikan itu dari balik kaca ruang koleksi musik ayah mertua, hanya menahan perasaan sakit dan kecemburuan di hatiku. Ya Tuhan, bagaimana bisa suamiku begitu tergila-gila pada kekasihnya tanpa memikirkan kalau dia sudah punya istri dan dua orang anak. Memang dimensi cinta antara keluarga dan kekasih itu berbeda, tapi tetap saja, seharusnya seseorang memprioritaskan keluarganya, karena keluargalah yang akan mengurus di saat-saat sulit dan sakit. Hanya keluarga yang paling mengerti keadaan d
Suamiku pulang pukul 09.00 malam, Entah kenapa dari jam 05.00 sore tadi, sejak aku meninggalkan dia di rumah ayahnya dia baru pulang jam segini. "Kau baru pulang?""Jika kau baru menyaksikan keberadaanku, maka itu artinya aku baru pulang. Kenapa kau banyak bertanya!" Dia membentakku sambil melepaskan pakaian dan melemparnya.Ah, dia benar benar bengis."Apa kau sudah makan?" Ku tanyai lelaki yang membuka lemari dan mengambil kaos baru kalau memakainya lagi. "Apa aku terlihat sudah makan? apa aku punya istri dan rumah lain yang bisa kugunakan untuk istirahat dan makan?" Dia menunjuk dirinya sendiri dengan mata melotot kepadaku. Aku hanya menggeleng pelan.Ingin kujawab kalau dia bisa saja pulang ke rumah pacarnya, tapi sudahlah, aku tidak akan memperpanjang pertengkaran, karena dia akan semakin membenciku. Aku sedang dalam tahap berusaha mempertahankan keluarga dan mendapatkan kasih sayang suamiku dan aku tidak ingin semua usaha itu gagal. "Apa yang kau tunggu, ambilkan makanan unt
Besok pagi.Aku terbangun dan melakukan aktivitas tanpa sedikitpun membangunkan Mas Revan. Biar saja, ntar dia akan terlambat atau panik ketinggalan waktu, aku tak peduli. Perlakuannya semalam benar-benar membuatku tidak habis pikir dan merasa seperti binatang saja. Aku diperkosa olehnya tanpa izin dan perlakuan yang baik."Ayo anak-anak kita berangkat Bunda akan mengantar kalian," ucapku begitu Kami bertiga selesai sarapan."Ayah bagaimana? Apa kita tidak akan membangunkannya ayah bisa terlambat!""Biar saja, ayah bisa mengurus dirinya sendiri."Kami naik ke atas mobil lalu, perlahan aku menyurutkan kendaraanku itu keluar dari garasi, kemudian meluncur pergi.*Tak mau sebenarnya diri ini pusing-pusing lagi tentang kelakuan suamiku dan cinta pertamanya itu. Juga tak mau terus membuat luka ini terlalu menganga, mengingat betapa kasar perlakuannya semalam ketika ingin menjamah istrinya sendiri. Dalam tuntunan Islam seorang suami saat mendekati istri, harus mendekatinya dengan lembut da
"Tunggu hei, apa yang kau rencanakan, kenapa kau begitu, aku akan mencabut tracker itu dari mobilku!""Seratus kali pun kau cabut, 100 kali lagi aku akan memasangnya."*Menjelang pukul 02.00 siang aku turun ke lobi utama untuk menyambut tamu yang datang dari Thailand, mereka telah melihat katalog dan portofolio pekerjaan kami, sehingga mereka tertarik untuk melakukan kerja sama dengan perusahaan kami.Perusahaan pembangunan dan kontraktor itu telah menguji kualitas produk yang kami ekspor, jadi mereka ingin kami jadi pemasok baja utama untuk setiap proyek yang mereka kerjakan. Kau sambut lelaki yang berbahasa Inggris itu, lalu staf ku membawa kami menuju ruang tamu yang khusus digunakan untuk menyambut tamu-tamu penting. Kujamu dengan baik dan kuajak bercakap-cakap tentang bisnis dan apa hal yang potensial digarap dalam masa penuh persaingan ini. Lelaki itu banyak bertanya padaku tentang sejarah perusahaan dan bagaimana cara kerja perusahaan kami sehingga bisa jadi unggul dan jad
Menjelang jam pulang,Sebenarnya aku belum makan siang karena begitu sibuknya menyiapkan acara dan menjamu klien dari Thailand tadi. Rasa lapar di perut ini semakin melilit ditambah setelah aku baru saja berdebat dengan Mas Revan.Aku pesan makanan lalu menunggu pesanan itu datang sambil memeriksa laporan keuangan. Pukul 02.30 sore, makanan itu datang, aku yang sudah tidak tahan lagi dengan rasa lapar langsung menyerbunya dan makan dengan lahap."Baru makan Bu?" tanya sari."Iya, saya lapar sekali.""Kenapa tidak pergi ke kantin atau pergi ke lounge istirahat khusus karyawan."Tempat yang dimaksud adalah tempat istirahat karyawan yang seperti taman indoor dengan lantai kayu dan desain yang cozy. Para karyawan bebas beristirahat, berbaring atau duduk dengan timnnya di tempat yang disediakan. Tempatnya nyaman dan dingin. "Jauh,di sini lebih cepat, aku juga ingin menyelesaikan tugas ini dan langsung pulang.""Baiklah, Bu."Tak lama setelah sehari kembali ke medianya mas Revan tiba
"Kau bertemu temanmu yang bernama Rudi itu?""iya," jawabku."kupikir kau akan bertemu dengan orang penting tapi ternyata kau hanya bertemu dengannya..." Mas Revan bersungut dengan cemberut sambil mendesahkan nafas dan menyandarkan punggungnya di kursi."Aku sedang membicarakan masalah bisnis dan restoran yang cukup strategis di dekat lokasi villa yang ada di daerah Timur kota ini. progress untuk bisnisnya cukup bagus hanya butuh sedikit investasi dan modal.""Aku suka kamu berbisnis tapi aku tidak sreg kau berbisnis dengannya.""kenapa?""ga suka aja.""ada alasan untuk segala sesuatu.""aku hanya tak nyaman.""Kau tak nyaman karena kau cemburu ataukah ada ketakutan lain, jika kau merasa bahwa lelaki itu akan menipuku itu tidak akan terjadi karena dia adalah sahabatku sejak lama, dia tidak akan lari kemana-mana karena jika dia melakukan kecurangan, aku pasti akan menghukumnya.""lelaki itu cukup tampan dan aku tidak mau terjadi fitnah dalam keluargaku.""bicara tentang ketampanan da
**di kantor, di jam istirahat."aku izin untuk keluar 1 jam makan siang dengan temanku.""siapa?""temanku., Kami ingin membicarakan bisnis. Apa kau membutuhkan detail setiap orang yang aku temui atau haruskah kau mengirimkan satu asisten bersamaku agar bisa melaporkan segalanya padamu?""kenapa perkataanmu terdengar sentimental?" suamiku mulai memasang wajah gusar dan kesal. "aku hanya khawatir bahwa kau mencurigai beberapa temanku padahal orang-orang yang aku temui adalah orang-orang yang tempo hari selalu bersamaku. mereka adalah teman-teman biasa teman arisan, sosialita dan beberapa teman bisnis.""tidak, jangan khawatir, pergilah.""terima kasih." aku melenggang keluar dari kantornya dengan santainya. Aku sengaja tidak memberitahu bahwa aku akan makan siang dengan sahabatku Rudi, mungkin sikapku terlampau egois ataukah aku memang sengaja untuk menguji sejauh apa dia mencintaiku dan cemburu dengan itu. aku tahu bahwa aku cemburuannya akan menciptakan prahara, tapi selagi aku t
"Eh, suamimu cemburuan juga ya...."sahabatku Rudi yang sudah kuambil kontaknya tiba tiba mengechat dan bicara begitu."hahaha, abaikan saja.'"Naluri laki-laki memang merasa tertantang saat melihat orang lain menunjukkan ketertarikan dan kekagumannya secara langsung pada istri mereka. tapi aku tak menyangka kalau suamimu menunjukkannya dengan gamblang.""sudahlah, kau pun jangan merasa ditantang dengan sikapnya.""Buat apa... kalau aku ingin merebut orang maka aku akan melakukannya dengan cepat. Kau juga salah tahu ga sih.""salahku apa?""kau terlalu cantik di usiamu itu, malah kalau jalan dengan anakmu kau pasti dikira kakaknya.""Hei, aku baru empat puluhan.""Tapi kau berjuang sejak menikah dengan Revan, siapa yang tak tahu reputasi pria itu. kami para sahabatmu merasa geram dengan perlakuan dan perselingkuhan yang berlangsung selama belasan tahun itu. Heran ya, kenapa kamu bisa tahan.""demi keluarga.""demi keluarga apa demi uang?""dua duanya." aku meletakkan emot senyum di be
sekarang kami duduk di sebuah kedai minuman di pinggir pantai sambil tertawa dan bercengkrama bercerita tentang masa lalu di tahun 90-an, aku dan sahabatku itu banyak mengenal masa-masa konyol di saat kami masih SMA dulu. "Aku pernah dengar kalau istriku dan para sahabat-sahabatnya membicarakan tentang pria bernama Rudi. Tak kusangka Kalau hari ini aku bertemu denganmu secara langsung." Mas Revan mengaduk minumannya lalu meresapnya."oh ya? benarkah, kau sering membicarakanku dengan sahabat-sahabat kita?"aku melirik suamiku dan segera menggeleng cepat dan itu membuat mereka berdua, kedua lelaki itu tertawa padaku."kau tampan juga ya Rudi, ngomong-ngomong Apa usaha yang kau jalani...""aku menjalankan bisnis batubara milik keluarga di Kalimantan. by the way, kau juga tampan dan punya Aura seorang pemimpin yang hebat."suamiku hanya tertawa sambil menggelengkan kepalanya lalu berkedip kepada diri ini dan menunjukkan betapa hebatnya dia dapat pujian dari orang-orang di sekitarku.sok
Dua tahun berikutnya saat anak-anak sudah mulai lulus SMA dan Risa duduk di bangku kelas dua. aku dan suamiku menjalani kehidupan yang bahagia tanpa gangguan dari siapapun tidak pernah mendengar lagi kabar tentang Ailin atau perintilan tentang hidupnya.Aku merasakan ketentraman dan kedamaian menikmati peranku sebagai ibu rumah tangga sekaligus orang yang berwenang dalam perusahaan ayah mertua. ayam mertua yang saat ini sudah sepuh mulai sakit-sakitan sehingga aku lebih banyak menghabiskan waktu dengan anak-anak di rumahnya, suami lebih aktif dengan kegiatan bisnisnya Karena sekarang tumpuan harapan dan satu-satunya penggerak roda perusahaan hanya dia, hanya dia yang diambil keputusannya dan menjadi acuan banyak orang untuk bertindak.ayah mertua sudah menyerahkan segalanya kepada kami dan tidak lagi ambil bagian dalam keputusan perusahaan. "mau kuliah di mana setelah lulus?" tanya kakeknya pada Rian anak sulung kami."ingin kuliah bisnis manajemen di Australia kek atau bila memungkin
Mungkin ini bab terakhir saat aku ingin menceritakan hidupku yang penuh kebahagiaan tanpa kehadiran orang ketiga dalam Rumah tanggaku.Setelah beberapa tahun berlalu kami menjalani dengan penuh kebahagiaan dan keharmonisan itu mengalami perubahan drastis dalam kehidupan dan karirnya.Tanpa sengaja aku mendapati kabar itu ketika aku arisan besar-besaran para sosialita di kota ini. Aku tergabung di sana karena mendapatkan undangan dari istri seorang direktur perusahaan minyak, sekaligus kebetulan mengenal istri gubernur. Mereka mereka mengundangku dan menjadikan aku sebagai anggota organisasi mereka di mana aku mengikuti banyak kegiatan dan arisan. "Kau kenal wanita bernama Airin yang dulu bekerja di perusahaan mertuamu?" Tanya Mbak Fika seorang pebisnis batubara."Namanya cukup familiar," jawabku mencoba untuk bersikap normal dan mengabaikan fakta bahwa orang yang sedang ditanyakan adalah mantan kekasih suamiku.""Aku mengagumi bagaimana kau menyikapi wanita itu saat dia masih bersam
Apa semuanya sudah selesai dengan kepergian wanita itu? Aku rasa iya, meski ada masalah lain yang akan kuhadapi tapi tidak akan seberat aku menghadapi orang ketiga dalam rumah tangga. Kuncinya hanya satu jika ingin jadi pemenang pada suami yang suka berselingkuh, lebih banyak bersabar, lebih banyak mengendalikan emosi, tenang dan pertahankan apa yang kita miliki. Niscaya suatu hari suami akan kembali ke rumahnya dan pulang ke pelukan istri dan anak-anaknya.Aku percaya Tuhan sudah berada di pihakku dengan cara membiarkan wanita itu menyerah, lalu pergi dengan membawa amarah dan kekecewaannya.Aku yakin, episode panjang perselingkuhan selama 12 tahun sudah selesai. Ya, berakhir sampai di sini.Kurebahkan tubuhku di tempat tidur lalu kuselimuti diriku sendiri dan suami. Awak dingin dari penyejuk ruangan membuatku harus dekat-dekat dengannya dan dia pun mengembalikan badan untuk memberi tanggapan pada pelukanku."Apa semua konflik ini sudah selesai sekarang?""Aku rasa iya.""Syukurla
Keesokan hari.Setelah jam istirahat kantor aku dan Mas Revan menyebabkan waktu untuk pergi ke kantor di mana Ailin bekerja sebagai manajer utama. Sebenarnya perusahaan itu berbasis di Singapura, tapi karena mereka punya kantor cabang di Indonesia, maka wanita itu ditugaskan juga untuk mencari relasi bisnis dan proyek terbaru. "Kau yakin kita akan bertemu dengannya.""Untuk terakhir kalinya."Aku dan suamiku memasuki lobby utama kemudian pergi ke meja resepsionis dan bertanya di manakah ruangan Manager utama."Apa ibu Ailin ada di sini.""Maaf Bu, Ibu manajer kami tidak ada hari ini. Apa beliau tidak memberitahu Anda sebelum Anda membuat jadwal temu dengannya.""Kami datang tanpa ada jadwal temu.""Beliau ada penerbangan 1 jam lagi ke Singapura jadi mungkin anda tidak bisa bertemu dengannya hari ini.""Apa dia memutuskan kembali ke Singapura?""Ya, tugasnya sudah digantikan oleh manajer baru jadi beliau akan kembali ke kantor pusat.""Oh, baiklah."Kupandangi suamiku yang terlihat m
Menjelang pukul 03.00 sore putuskan untuk langsung saja pulang ke rumah, kukendarai mobilku lalu 10 menit kemudian aku tiba di rumah.Ku masukkan mobil ke garasi kemudian mematikan mesin lalu keluar dari sana dan pergi ke pintu utama. Di ruang keluargaku dapati Suamiku sedang berbaring dan dia masih mengenakan baju setelan jasnya."Apa kau baru tiba?""Dari tadi.""Kenapa tidak ganti baju?""Aku masih lelah... Pusing.""Oh, apa kau sudah makan?""Belum.""Tunggulah sebentar aku akan siapkan makanan."Aku bergegas pergi ke kamar utama untuk ganti baju kemudian cuci tangan dan mukaku lalu turun ke dapur untuk menyiapkan makanan.Saat aku kembali ke dapur lelaki itu bangkit dari posisi berbaring dan menetap diriku dengan tatapan lekat dari kursi tempat duduknya."Ada apa?""Tidak ada sayang, aku hanya ....""Ada apa?""Aku hanya merasa bersalah Dan teringat kembali atas peristiwa yang bertahun-tahun pernah kulakukan pada dirimu.""Sudahlah, jangan buka-buka lama yang akan membuat kita me