Share

59. Ilmu hitam

Penulis: Rossy Dildara
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Assalamualaikum, Umi. Bagaimana kabar Yunus?"

Suara itu menggema, mendadak menghentikan keheningan yang tadinya membungkus ruangan.

Umi Mae dan Yumna, yang sedang serius berbicara, langsung menoleh, menatap dua sosok yang baru saja memasuki ruangan. Mereka adalah Soni dan Ustad Hamdan, yang tiba-tiba hadir seperti angin segar di tengah kepenatan.

Soni, dengan tangan kanannya yang menenteng sebuah kantong berwarna merah, berisi dua rantang plastik segera menyerahkan apa yang dia bawa ke tangan Umi Mae.

"Walaikum salam, Son. Alhamdulillah... kamu dan Ustad Hamdan sudah sampai," jawab Umi Mae sambil tersenyum, saat melihat menantunya mencium punggung tangannya dengan penuh hormat.

"Si Yunus, apakah kondisinya semakin parah, Umi?" tanya Soni, suaranya bergetar, penuh kekhawatiran.

Matanya menatap intens ke arah pintu kaca, memerhatikan sosok adik iparnya yang tengah terbengong, memandangi dokter yang sedang berbicara dengan kedua mertuanya, seperti mencari jawaban dari pertanyaan yang ta
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Aku Tak Mau DiMadu   60. Malas berdebat

    "Ih, kok pakai undang dukun segala? Jangan ah, Pi! Serem!!" sahut Mami Soora tak setuju."Serem kenapa, Mi? Dia 'kan manusia juga seperti kita, bukan setan." Papi Yohan menjelaskan."Meskipun manusia juga tetap saja serem.""Maaf Pak Yohan," sela Ustad Hamdan berbicara dengan hati-hati. "Dukun itu aliran sesat, Pak. Percaya pada dukun sama saja seperti kita musyrik, menyekutukan Allah. Itu dosa besar, Pi.""Oohh benarkah Ustad?!" Papi Yohan sontak terkejut mendengar. "Maaf, kupikir nggak dosa. Karena aku mengira dukun itu seperti paranormal.""Beda, Pak. Dan sebaiknya dalam hal ini kita nggak perlu membawa-bawa dukun. Kita cukup meminta pertolongan kepada Allah saja karena hanya dialah yang dapat membantu kita.""Iya, Ustad." Papi Yohan mengangguk."Nanti sebelum tidur, minta Ustad Yunus untuk membaca surat Yasin dan do'a terhindar dari gangguan sihir, ya, Pak. Minta juga padanya untuk jangan lupa membaca dzikir, karena itu juga nggak kalah penting.""Memang ada, do'a terhindar dari s

  • Aku Tak Mau DiMadu   61. Nona Naya memperk*sa Bang Yunus

    Yumna terbelalak saat melihat apa yang dilakukan oleh suaminya. Namun, di balik kejutannya, dia merasakan kebahagiaan yang tak terbantahkan. Tanpa berpikir panjang, ciuman itu pun dia balas dengan penuh kehangatan.Ceklek~Tiba-tiba, pintu perlahan terbuka oleh Papi Yohan yang hendak masuk bersama Soni. Namun, mereka berdua sontak terkejut melihat pemandangan di dalam. Dengan terburu-buru, Papi Yohan segera menutup pintu kembali dan akhirnya mereka membatalkan niat mereka untuk masuk."Bisa-bisanya kita masuk disaat nggak tepat, Son?" ucap Papi Yohan dengan rasa malu yang menyelimuti dirinya. Padahal, seharusnya rasa malu itu dirasakan oleh pasangan yang ada di dalam."Iya, Pak. Tapi sepertinya mereka tadi nggak sadar kita masuk. Jadi aman lah, Pak." Soni memperhatikan mereka berdua melalui kaca pintu, terlihat jelas bahwa ciuman itu makin panas."Jangan dilihatin ah, Son! Nggak sopan!" Papi Yohan segera menarik tangan Soni dan membawanya duduk di kursi depan kamar itu. "Walau bagaiman

  • Aku Tak Mau DiMadu   62. Sama-sama mau

    Tut!Setelah panggilan itu terputus, Bunda Noni dengan cepat meraih tangan suaminya dan membawanya keluar rumah. Kecemasan dan kebingungan terpancar jelas dari wajahnya. Bagaimana mungkin? Bagaimana mungkin Naya, anak mereka, melakukan hal yang begitu mengerikan?"Apa yang terjadi, Bun? Siapa yang menelepon tadi dan mau ke mana kita sekarang?" Ayah Cakra ikut bingung melihat istrinya yang tampak tergesa-gesa."Pihak rumah sakit jiwa yang menelepon, Yah. Mereka bilang kita harus segera ke sana.""Tapi kenapa Bunda terlihat cemas? Apa ada sesuatu yang terjadi terhadap Naya?" Ayah Cakra buru-buru menyalakan mesin mobilnya, kemudian melaju pergi."Pihak rumah sakit mengabarkan kalau Naya memperk*sa Yunus, Yah. Eh, maksudnya Sandi.""Memperk*sa?!" Ayah Cakra tampak lebih bingung dari sebelumnya. "Yang benar saja, Bun? Dan sebenarnya ... Sandi ini siapa? Kenapa dia ada bersama Naya?""Sandi itu keponakannya si Yunus, Yah. Selama ini ... dia sudah cukup banyak membantu Bunda," jawab Bunda Non

  • Aku Tak Mau DiMadu   63. Tolong lindungi suamiku

    "Astaghfirullahallazim... Naya melakukannya sekaligus merekamnya juga, Dok? Tapi pakai apa dia merekamnya?" Suara Ayah Cakra terdengar gemetar, tampaknya dia masih dalam keadaan terkejut yang mendalam.Seandainya saja Naya tidak tengah berada dalam cengkeraman gangguan mental, Ayah Cakra pasti akan menumpahkan amarahnya tanpa ampun."Apakah Naya meminjam hape milik salah satu perawat di sini, Dok?" Bunda Noni menimpali, penasaran. Dia tahu, selama masa perawatan, Naya tidak diperkenankan memegang ponsel."Bukan merekam lewat hape, Bu. Tapi ada rekaman CCTV yang berhasil mengabadikan aksi Nona Naya," jawab Dokter dengan tenang.Mereka, Ayah Cakra dan Bunda Noni, seperti terpaku mendengar penjelasan itu."Boleh kami melihat rekaman itu, Dok?" Ayah Cakra bertanya dengan suara yang hampir tak terdengar."Tentu saja, Pak," Dokter itu mengangguk. Dengan gerakan lambat, dia menggeserkan sebuah laptop yang sejak tadi berada di atas meja, lalu memutar rekaman itu dan memperlihatkan kepada merek

  • Aku Tak Mau DiMadu   64. Memberinya pelajaran

    "Ada tamu, Bu," ucap Mami Soora yang menyibak sedikit gorden rumah, memerhatikan seorang pria turun dari mobil yang terparkir di depan."Tamu??" Umi Mae mengerutkan keningnya, kemudian melihat dari arah jendela. "Evan?!"Ternyata tamu yang dimaksud Mami Soora itu adalah Evan—adik dari Ustad Yunus. Segera, Umi Mae membuka pintu rumahnya dengan gemetar dan pria itu melangkah menghampiri."Assalamualaikum, Umi," ucap Evan dengan sopan, seraya mencium punggung tangan Uminya, sementara Umi Mae langsung mengusap puncak rambutnya dengan penuh kasih sayang."Walaikum salam," jawab Umi Mae dengan suara yang penuh kehangatan, lalu bertanya, "kamu libur kerja hari ini, Van?""Iya, Umi." Evan mengangguk perlahan, mengulurkan tangannya yang menentang plastik hitam seraya menatap ke arah pintu dengan ekspresi cemas. "Aku diberitahu Bang Soni kalau Bang Yunus kena guna-guna. Jadi aku ke sini."Segera, Evan masuk ke dalam rumah dengan hati yang berdebar, sebelum Umi Mae merespons ucapannya. Umi Mae j

  • Aku Tak Mau DiMadu   65. Salah orang

    Ada sesuatu yang begitu unik dan menarik tentang Evan, sebuah keahlian yang tidak dimiliki oleh banyak orang.Dia memiliki sejumput kemampuan mistis, sebuah warisan pengetahuan yang diajarkan oleh bosnya, seorang dukun yang dihormati. Karena itu, tidak heran jika dia bisa melakukan hal-hal yang tampaknya tidak mungkin."Lho, Van ... apa yang kamu lakukan? Kenapa dia pingsan?" Soni, yang tampak terkejut dengan situasi yang berlangsung, memanggil Evan. Dengan cepat, dia melompat keluar dari mobil dan berlari mendekati Evan."Aku nggak apa-apain dia kok, Bang," Evan membantah dengan tenang, menggelengkan kepalanya dengan tegas. "Aku hanya menyentuh wajahnya sebentar, dan tiba-tiba dia pingsan.""Bau terasi kali tangan si Evan, mangkanya sampai pingsan begitu tu satpam," Papi Yohan, yang baru saja turun dari mobil, mencoba menebak."Sepertinya, aku memang habis makan sambel terasi tadi, Pak." Evan tersenyum lebar, seolah menyetujui perkataan Papi Yohan."Nah 'kan. Pantes aja. Ya sudah... s

  • Aku Tak Mau DiMadu   66. Mengawinkan mereka

    "Salah orang?" Dokter itu mengerutkan dahi. Tampak bingung dengan perkataan Ayah Cakra. "Maksudnya gimana, Pak?""Yang diperkosa Naya itu—""Bukannya dulu sudah pernah aku kasih tau ya, Dok?" Bunda Noni dengan cepat menyela ucapan suaminya, lalu menatap ke arah dokter. "Kalau seorang pria yang dianggap Yunus itu adalah Sandi. Mereka dua orang yang berbeda, jadi itu 'kan sama saja seperti salah orang.""Oh iya juga ya, Bu." Dokter baru teringat. Dia mengangguk. "Maaf, saya sepertinya lupa. Tapi terlepas dari itu ... semuanya sudah terjadi. Jadi saya nggak bisa apa-apa, semuanya terserah Ibu dan Bapak. Selaku orang tua dari Nona Naya.""Berarti Naya sama Sandi harus menikah, Bun," ucap Ayah Cakra, mengusulkan kepada sang istri."Kok sama Sandi? Jangan ah, Yah! Bunda nggak setuju!" sahut Bunda Noni cepat dengan gelengan kepala."Tapi semuanya sudah terjadi, Bun. Dan Naya sekarang sudah nggak perawan karena Sandi. Kita udah nggak bisa apa-apa kecuali mengawinkan mereka.""Kalau suatu hari

  • Aku Tak Mau DiMadu   67. Kamu harus bertanggung jawab!

    "Oh maaf, aku sampai lupa membuatkan kalian minuman." Sari langsung berdiri, lalu kembali bertanya. "Bapak dan Ibu mau minum apa? Kopi apa teh?""Cuaca panas begini enaknya sih es jeruk, Bu," sahut Ayah Cakra cepat seraya mengusap lehernya. Dapat dia rasakan tenggorokannya begitu kering kerontang."Maaf, kalau es jeruk nggak ada, Pak. Paling bisa es teh manis.""Kok bisa, es jeruk nggak ada? Kan tinggal bikin.""Jeruknya kebetulan nggak ada, Pak. Serbuk jeruk pun aku nggak punya.""Dasar mis—" Sedikit lagi, Ayah Cakra akan mengucapkan kata 'Miskin' tapi untungnya, dengan cepat Bunda Noni menyela."Udah sih, Yah, nggak apa-apa es teh manis juga. Lagian tujuan kita ke sini bukan mau numpang minum, tapi mau ngobrolin masalah penting.""Masalahnya ... Ayah haus, Bun." Ayah Cakra menatap istrinya, dengan masih menyentuh leher. "Kalau kering begini tenggorokan, bagaimana bisa Ayah bercerita?""Ya udah, aku buatkan es teh manis saja ya, Pak. Di mana-mana tamu itu nggak boleh protes, masih unt

Bab terbaru

  • Aku Tak Mau DiMadu   82. END

    Yumna menahan rasa sakit dan mencoba menjelaskan, "Bukan, Umi. Ini bukan karena habis jatuh. Aku merasakan sakit perut yang luar biasa dan ada darah. Aku takut ada yang nggak beres dengan bayiku." Umi Mae merasa jantungnya berdebar kencang mendengar penjelasan Yumna. Dia segera memegang tangan Yumna dengan penuh kasih sayang. "Tenang, Nak. Kita akan segera sampai ke rumah sakit dan mereka akan merawatmu dengan baik. Semuanya akan baik-baik saja," Umi Mae mencoba memberikan dukungan dan ketenangan pada Yumna. Dalam perjalanan yang penuh kekhawatiran, Ustad Yunus mengemudikan mobil dengan hati-hati dan cepat. Dia berusaha tetap tenang dan fokus pada tujuan mereka, yaitu membawa Yumna ke rumah sakit dengan segera. Dalam hati, Ustad Yunus berdoa dengan penuh harap agar Yumna dan bayi mereka dalam keadaan yang aman. Dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan selalu berada di samping Yumna, memberikan dukungan dan cinta yang tak terbatas. * * Sampai di rumah sakit, mereka

  • Aku Tak Mau DiMadu   81. Jangan panik!

    "Iya, Nay. Bunda malah punya buktinya kalau memang kamu nggak percaya," kata Bunda Noni dengan nada sedih. "Bukti aku memperk*sa Sandi, Bun?" "Iya." Bunda Noni merogoh tasnya dan mengeluarkan ponselnya. Dengan hati yang berat, dia membuka rekaman CCTV yang masih dia simpan. "Ini adalah rekaman CCTV digudang rumah sakit, Nay." "Gudang rumah sakit?" Naya menatap layar ponsel itu dengan campuran kecemasan dan penasaran. Rekaman dimulai dengan suasana yang biasa di dalam gudang rumah sakit. Namun, ketika adegan yang menggambarkan tindakan tidak senonoh yang dilakukan oleh Naya kepada Sandi muncul di layar, Naya merasa dunianya hancur. Tidak! Dia tidak bisa percaya apa yang dia lihat. Tidak mungkin dia melakukan hal semengerikan itu. Dia merasa mual dan ingin menolak kenyataan yang ada di hadapannya. Namun, bukti yang jelas dan tak terbantahkan memperkuat semua yang Bunda Noni katakan. Naya merasa terjebak dalam kebenaran yang tidak bisa dia pungkiri. "Menjijikkan, Bun! Itu menjijikk

  • Aku Tak Mau DiMadu   80. Sudah jadi istri orang lain

    Setelah mendengar penjelasan dari Soni, Yumna Akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah. Dalam lubuk hatinya yang terdalam, dia benar-benar merasa tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Soni. Namun, Yumna sendiri tak memiliki bukti yang kuat jika benar pria itu berbohong. Apalagi Ustad Yunus pun ikut meyakinkannya kalau semua ucapan sang kakak ipar adalah benar. Jadi mau tidak mau, mungkin Yumna akan mencoba untuk menerima meskipun hanya sepenuh hati. *** Di tempat berbeda. Setelah menghubungi pihak rumah sakit, Bunda Noni diminta untuk membawa Naya ke sana, supaya bisa diperiksa secara jelas tentang kondisinya. Sandi sendiri memilih tidak ikut bersama mereka, karena memang itu atas permintaan Bunda Noni. Dia tidak mau Naya histeris lagi dan berefek pada kondisi mentalnya. Bunda Noni ingin yang terbaik untuk anaknya, ingin melihatnya sembuh. Setelah setengah jam diperiksa dan berkonsultasi kepada Dokternya Naya, akhirnya dokter itu memiliki jawaban yang akan dijelaskanny

  • Aku Tak Mau DiMadu   79. Dia bukan Yunus!

    "Bunda ... Bunda kenapa bawa dia ke sini??" Naya terkejut melihat kedatangan Sandi bersama Bunda Noni. Dia merasa ketakutan dan dengan refleks, dia membanting pintu. Braakkk!! "Astaghfirullahallazim, Nay! Apa yang terjadi?" Bunda Noni bingung dengan kejadian tersebut. Dia mencoba membuka pintu, namun pintu itu sudah dikunci dari dalam. "Pria asing itu... kenapa Bunda membawanya ke sini? Seharusnya Bunda membawanya langsung ke kantor polisi!" Naya mengungkapkan kekhawatirannya. Mendengar perkataan Naya, Bunda Noni menoleh ke arah Sandi, dan keduanya saling memandang. "Apa jangan-jangan yang dimaksud pria asing itu kamu, San? Tapi kenapa?" Bunda Noni bertanya bingung. "Aku nggak tau, Bun." Sandi menggelengkan kepala, juga bingung. "Tapi masa Naya nggak mengenalku?" "Itu dia masalahnya, San." Bunda Noni menghela napas, lalu mengetuk pintu kamarnya. "Naya sayang... Pria asing yang kamu maksud bukanlah orang jahat, tapi dia adalah suamimu, Yunus." "Bunda, ini aneh. Bunda pikir aku n

  • Aku Tak Mau DiMadu   78. Pria asing

    Meski diawal Sandi tak menginginkan hal ini terjadi, dan sempat berusaha untuk menolak. Tapi pada akhirnya, sebagai pria normal, dia berhasil luluh.Hasrat itu muncul saat terus menerus digoda, Sandi tak kuasa untuk menahan.**Keesokan harinya.Setelah melalui malam panjang penuh gairah, dengan perlahan-lahan Naya membuka matanya lalu menatap sekeliling ruangan.Sorot matanya pun berhenti pada Sandi yang tertidur pulas dengan bertelanjang dada di sampingnya, dan sontak membuat Naya membulatkan matanya, merasa terkejut."Kamu siapa? Kenapa kamu ada dikamarku?!" teriaknya yang langsung beranjak dari tempat tidur. Namun, kembali dia merasa terkejut mana kala melihat tubuhnya sendiri polos tanpa busana. "Astaghfirullahallazim!!""Ada apa, Nay? Kenapa kamu berisik sekali?" Sandi membuka matanya yang terasa berat, lalu menguceknya beberapa kali sembari menatap Naya. Perempuan itu terlihat panik, dia langsung berlari keluar kamar sambil menarik selimut yang menutupi tubuh Sandi.Braakkkk!

  • Aku Tak Mau DiMadu   77. Cobaan apa lagi ini?

    "Eemmm ... mereka ada kok, Nak," jawab Umi Mae, tapi tampak ragu-ragu."Di mana, Umi?""Di rumah Mbaknya Yunus.""Maksud Umi di rumahnya Mbak Sari?""Iya, ada di sana.""Lho kok bisa mereka ada di sana? Memangnya mereka sempat kabur dari rumah, ya?""Bukan kabur dari rumah, tapi mereka sengaja Umi titipin. Karena 'kan waktu itu Yunus sakit, kamu nggak fokus sama mereka. Umi juga 'kan ikut nemenin kamu di rumah sakit," jelas Umi sedikit gugup."Oohh begitu. Syukurlah ...." Yumna merasa lega. "Aku sampai berpikir mereka digoreng sama Umi, buat dijadikan lauk.""Mana mungkin Umi tega seperti itu. Lagi pula mereka 'kan ayam-ayam kesayanganmu.""Umi benar. Terima kasih ya, Umi ...." Yumna langsung memeluk wanita tua itu dengan penuh kasih sayang. "Udah bantu ngurusin Cia dan Cio. Maaf juga, kalau aku sempat su'uzon bahwa Umi menggoreng mereka.""Enggak masalah, Nak. Umi mengerti kok, kekhawatiranmu." Umi Mae mengusap pipi Yumna dengan lembut dan tersenyum."Ya udah, sekarang aku mau pergi

  • Aku Tak Mau DiMadu   76. Nggak boleh su'uzon

    "Nggak boleh su'uzon, Dek. Nanti kita pulang langsung tanya aja ke Umi. Biar kamu nggak kepikiran yang enggak-enggak." Ustad Yunus menasehati. "Iya, iya." Yumna mengangguk. Setelah selesai makan siang, mereka langsung mencari kue bakpia yang Yumna inginkan. Menyelusuri setiap toko dan akhirnya membeli satu kotak yang berisi 12 buah rasa keju. "Bagaimana rasanya? Enak?" tanya Ustad Yunus, saat melihat istrinya baru saja mengunyah satu bakpia di tangannya. Mereka berdua kini sudah masuk lagi di dalam mobil. "Enggak, Mas." Yumna menggeleng, lalu memberikan kotak bakpia kepada Ustad Yunus. "Masa sih nggak enak? Terus kenapa itu kamu telan?" Merasa penasaran, Ustad Yunus pun mencobanya satu. "Ya jelas aku telan, orang udah ada dimulut. Nanti kalau dibuang Mas bilang mubazir." "Ya kalau memang kamu nggak suka banget, nggak usah dipaksa, Dek. Nggak apa-apa. Tapi menurut saya sih ini enak." Ustad Yunus mengunyah sambil meneliti rasanya, sebelum akhirnya dia telan. "Enggak ah, kejunya a

  • Aku Tak Mau DiMadu   75. Nyesel aku jadinya

    "Ya udah, biar nanti aku pikirkan dulu sekalian meminta izin sama bos. Kalau begitu aku pamit, assalamualaikum." "Walaikum salam," jawab Bunda Noni dan Naya berbarengan. Menatap Sandi yang keluar dari kamar. "Bunda tinggal dulu sebentar ya, Sayang. Bunda mau—" "Tunggu dulu sebentar, Bun!" Naya langsung menyentuh tangan Bunda Noni yang baru saja mengelus pucuk rambutnya, hendak pergi. "Kenapa?" "Setauku ... Bang Yunus itu kerja jadi marbot masjid deh, Bun." "Memang iya, terus kenapa?" Bunda Noni menatap bingung. Tak mengerti maksud Naya. "Tadi Bang Yunus ngomong mau minta izin. Memangnya orang kerja di masjid itu ada bos yang mengawasi ya, Bun? Setauku enggak deh." Naya menggeleng dengan raut bingung. Agak membingungkan menurutnya, dengan apa yang Sandi ucapkan tadi. "Oohh ... mungkin maksud Yunus bos itu pemilik masjidnya." Bunda Noni seakan memiliki banyak ide, untuk bisa menjawab pertanyaan dari sang anak. "Iya ... jadi 'kan sama saja, dia perlu meminta izin, Nay." "Iya kali

  • Aku Tak Mau DiMadu   74. Belum menghabiskan waktu

    Keesokan harinya.Di meja makan, Yumna, Ustad Yunus dan Umi Mae tengah menyantap nasi uduk.Wajah Yumna dan Ustad Yunus tampak segar sekali, Yumna juga begitu ceria hari ini seperti sedang bahagia."Mas mau nambah telor nggak? Biar aku ambilin," tawar Yumna dengan lembut menunjuk telor balado."Boleh, Dek." Ustad Yunus mengangguk, segera Yumna mengambilkan untuknya. "Terima kasih, ya, Dek.""Sama-sama Mas sayang," jawab Yumna. Perlahan, tangan Ustad Yunus terulur, lalu menyentuh pipinya dengan lembut dan mesra."Umi seneng deh, lihat kalian harmonis. Semoga seterusnya seperti ini, ya?" Melihat mereka berbahagia, tentulah Umi Mae ikut bahagia juga.Bahkan disetiap do'anya sehabis sholat, dia tak pernah absen untuk mendo'akan keutuhan rumah tangga Ustad Yunus dan Yumna, yang selalu diterpa banyak cobaan.Umi Mae yakin, cobaan itu pasti akan segera berlalu."Amin, Umi," sahut keduanya sembari tersenyum dengan saling memandang."Oh ya, Umi. Hari ini rencananya Mas Boy mau ngajakin aku cek

DMCA.com Protection Status