Aku tak menyangka, akan mengalami malam yang begitu tak terlupakan tepat di malam pengantinku. Disaat harusnya aku dan Dio mereguk nikmatnya malam pertama.Mas Juna lagi-lagi melakukan kekacauan itu semua dalam kondisi mabuk berat. Dia tak terima aku akhirnya menikah lagi.Karena kejadian malam itu Dio harus mendapatkan 5 jahitan di pelipisnya, juga badannya penuh dengan lebam. Keesokan harinya pun kami masih harus memberikan kesaksian di kantor polisi. Selama beberapa hari ini kami bukannya menikmati suasana sebagai pengantin baru. Melainkan sibuk mengurusi kejadian di malam pengantin tersebut. Tak kuduga, kasus ini berkembang makin besar. Mas Juna ternyata selama ini telah menjadi buronan polisi, karena di duga sebagai pengedar narkoba.2 hari setelah kejadian polisi menggerebek rumah Mas Juna. Dan ditemukan barang bukti sabu-sabu seberat 1 kg. Ibu dan Ismi tak henti menangis tak percaya akan kenyataan itu. Kudengar mereka sempat mengamuk dan menghalangi penggeledahan saat polis
Sudah 3 bulan sejak penangkapan Mas Juna di penjara, ia di vonis bersalah dan mendapat hukuman 20 tahun penjara, cukup ringan di banding tuntutan jaksa yang menuntut hukuman mati atas dirinya. Karena hukuman bagi pengedar narkoba memanglah sangat berat.Tiba-tiba di komplekku ada keributan. Bi Nina menutmruhku dan Dio untuk melihat apa yang terjadi, karena katanya menyangkut dengan keluarga mantanku lagi.Ternyata pihak Bank akan menyegel rumah yang di tempati Ismi dan Ibunya. Mereka sudah menunggak 4 bulan lebih cicilan. Ismi dan ibu di paksa untuk segera meninggalkam rumah.Tentu saja mereka berontak tak terima."Ini rumah anakku, kau tak boleh mengambilnya. Huhu.. huhu.. Juna.. kenapa kau melakukan ini pada Ibu...!" Ratapnya ditengah penggusuran.Ismi pun tak kalah kacau. Ia sampai duduk-dudk dibawah tanah meratapi semuanya.Ibu dibawa Kak Tari untuk tinggal di rumahnya. Tapi ia tidak bisa membawa Ismi serta, karena rumahnya tak akan cukup menampungnya, kilahnya.Dio yang mengetahu
Kukira dengan menjadi Istri Mas Juna semua akan lebih mudah. Karena selama ini dia begitu bertanggung jawab membiayai hidupku dan anak-anak tanpa pernah mengeluh sekalipun. Mas Juna lelaki baik yang begitu tulus padaku.Makanya saat Ibunya memaksa kami untuk menikah aku menuruti saja dengan senang hati.Namun semua tidak berjalan sesuai yang aku harapkan. Bahkan di minggu-minggu pertama pernikahanku pun dia selalu membanding-bandingkan aku dengan Aruni mantan istrinya dulu.Apalagi di tambah Mas Juna yang harus kena PHK, di bulan pertama kami menikah karena perusahaannya bangkrut. Sehingga sama sekali tak ada pemasukan apa pun saat itu. Sedangkan pengeluaran tetap seperti biasanya.Mas Juna meminta aku berhemat, demi bisa bertahan hidup. Namun apa yang bisa aku kurangi lagi? Semua sudah seperti biasanya. Aku sudah mencoba se-menghemat mungkin. Tak mungkin kan aku menghentikan susu formula anak-anak, bisa-bisa mereka tantrum. Atau mengurangi biaya makan sehari-hari, masa iya anak-anak
Aku tak menyangka di perumahan ini aku bisa bertemu lagi dengan Dio. Lelaki yang selalu aku sesali kenapa tak bisa memilikinya.Dio pernah berniat serius padaku. Namun sayang ketika itu aku sudah bertunangan dengan Mas Gilang. Lalu saat Mas Gilang sudah meninggal, kami pernah cukup intens lagi berhubungan. Dio masih belum menikah. Dio nampak perhatian padaku anak-anakku. Sering dia mengunjungiku dan mengajak anak-anak bermain. Ia dulu juga rutin mengirimkan uang untuk biaya anak-anak yang telah menjadi yatim katanya.Kukira hubungan kami akan berlanjut lagi. Tapi tidak. Ia lalu hilang begitu saja bagai ditelan bumi.Lalu tanpa diduga kami akhirnya bertemu lagi di perumahan sini. Betapa aku senang sekali bisa dekat lagi dengannya. Namun ternyata sebuah kenyataan lainnya menamparku, Dio bersama Aruni. Entah mereka punya hubungan apa. Karena mereka terlihat begitu dekat. Sampai suatu hari, Arsy anak Aruni dan Mas Juna sakit. Semua orang di komplek ini mengajak untuk menjenguknya di rum
Epilog 2Betapa aku kesal pada Ismi. Aku menjadikannya istri dengan harapan bisa menghemat pengeluaran tapi ia malah tidak mengertindan terus menututku untuk memberinya uang. Padahal saat ini tempatku bekerja sebagai marketing di perusahaan otomotif perlahan mulai mengurangi gaji pegawainya karena penjualan yang terus merosot tajam.Ibu memberi saran agar aku menikahinya saja. Maka pengeluaran bulanan akan lebih hemat, dan aku pun akan ada yang mengurusi.Namun apa yang terjadi, setelah menikah dia malah terus mengeluh kekurangan uang. Baru saja sebulan menikah, pengeluaran sudah melebihi 6 juta. Aku tak habis pikir bagaimana cara Ismi mengelola keuangan. Sedangkan anak-anaknya pun belum ada yang sekolah.Gajiku yang hanya 5 juta sebulannya tentu tak akan mencukupi semuanya. Dari mana aku harus menutupi kekurangannya?Terpakasa aku harus pinjam sana sini walau harus menanggung malu. Sungguh rasanya lebih mudah saat kami tidak menikah seperti dulu.Hal ini juga membuatku rindu pada sos
"Kamu tahu ... apa yang menarik dari Bali?" tanya Dio saat kami sedang menatap sunset di pinggir pantai Seminyak, Bali.Langit tampak begitu indah dengan awan kemerahan yang begitu memanjakan mata berpadu dengan suara deburan ombak yang mengalun merdu membuat suasana hati menjadi tenang.Ini pertama kalinya bagiku menginjak tanah Bali. Sedari kecil Bali bagiku adalah tempat wisata yang tak terjangkau. Pun saat aku sudah mulai memiliki bisnis sendiri, rasanya tak ada waktu untuk sekedar berwisata seperti ini.Jadi saat Dio menawarkan untuk berbulan madu ke Eropa, aku menolak mentah-mentah dan memilih ke Bali saja karena belum pernah sama sekali melihat pantai Bali."Ya ... tentu saja semua ini, kan... pantainya, lautnya, sunsetnya dan... ragam budayanya," jawabku sambil menatap Dio yang tampak tampan dengan kemeja pantai berwarna jingga yang dibelinya di pedagang kaki lima sambil merebahkan badan di kursi santai."Bukan ... Bali selalu menarik karena penuh dengan kisah cinta. Coba liha
"Galuh ... kamu sedang apa di sini?" Dio seketika mendekat wanita dengan pakaian minim itu sambil tersenyum lebar. Wajahnya seketika berubah hangat. Lantas mereka pun saling berpelukan dan mencium pipi, tampak sangat akrab sekali.Sungguh ada sebersit rasa tak suka saat melihat Dio sangat dekat dengan wanita yang hanya memakai pakaian dalam saja itu. Aku saja yang wanita merasa risi dan malu melihatnya. Meski memang di Bali hal seperti itu sudah menjadi pemandangan yang biasa saja. Tapi ... aku tak pernah berharap akan melihat suamiku sendiri saling berpelukan dengan salah satu dari mereka."Aku baru saja landing dari Ausie kemarin, sebelum pulang aku ingin liburan dulu beberapa hari di sini," jawab wanita bernama Galuh itu sambil mengibaskan rambut pirang panjangnya."Dia siapa? Istrimu?" Wanita itu melirik ke arahku dengan tatapan sinis. Seakan ia tak suka menatapku."Ah... iya.. dia Aruni, istriku!" Dio seketika menarik lenganku, memintaku untuk mendekat. "Sayang, perkenalkan ini
"Kamu sudah cantik, kok, Sayang...." ucap Dio seraya melingkarkan tangannya di pinggangku yang sedang mematut diri di cermin sebelum kami beranjak pergi ke restoran untuk dinner bersama Galuh, sepupu sexynya itu.Aku masih menyimpan kesal pada Dio akan kejadian siang tadi. Maka kukibaskan saja lengannya dari pinggangku. Belum lagi aku juga malas ikut di dinner ini untuk bertemu dengan Galuh. Terbayang bagaimana nanti wanita itu akan menatapku.Tapi aku tak punya pilihan. Dio memaksaku untuk ikut. Dan aku juga tak mau kalau Dio hanya berduaan dengan Galuh, apalagi jika ternyata Galuh memakai pakaian sexy lagi seperti siang tadi.Dio memasang wajah cemberut saat dengan sengaja kulepaskan tangannya tadi. Tapi aku tahu dia tidak benar-benar marah. Lelaki itu lalu mengapit lenganku erat dan menuntunku untuk segera turun ke parkiran dan berangkat ke restoran."Semangat, Sayang... Makanan di restoran yang kita tuju itu, enak-enak, loh! Pokoknya, kita nikmati saja malam ini, ya!" Dio kembali