Rumi menatap ke arah Alex, menggeleng pelan, mengatakan jika dia pun tidak tahu apa yang sedang terjadi.
"tidak ada!" ucap Rumi,"Tidak ada, apa maksud kamu? Siapa pria ini?" Tanya Alex lagi dengan lebih tinggi dari sebelumnya, selain ekspresi marah yang di tunjukkan Alex, Rumi pun melihat ada ekspresi bingung di sana."Tidak tahu!" Jawab Rumi jujur, karena dia memang tidak tahu siapa pria yang sedang menarik tangannya."Kamu!" Bentak Alex marah. Merasa Rumi sedang mempermainkannya."Lepaskan dia, bodoh! Dia calon istriku!" Ucap Alex pada pria itu, sambil menarik tangan Rumi yang berada dalam genggaman pria itu.Namun pria itu, ternyata menggenggam Rumi dengan kuat, hingga tidak mudah Alex lepaskan. Alex menatap pria itu dengan wajah penuh amarah, pria ini ternyata tidak main-main, batin Alex, mengetahui begitu kuatnya pria itu menggenggam tangan Rumi.Namun pria itu malah tersenyum sinis "Sudah ku bilang batalkan pernikahan kalian! Sekarang dia calon istriku!" Ulang pria itu lagi."Jangan bercanda kamu!""Aku bukan orang yang suka bercanda!" Bentak pria itu, sambil menatap Alex tajam, lalu kemudian menarik tangan Rumi, untuk terus mengikutinya.Alex kembali menghadang langkah pria itu. Alex tentu saja tidak mungkin membiarkan Rumi di ambil oleh pria lain di depan matanya."Lepaskan dia bodoh!" Teriak Alex, sambil melayangkan sebuah pukulan pada pria kurang ajar itu.Rumi menjerit melihat itu. Rumi melihat pria itu tidak bergeming walau sudah terkena Bogeman Alex. Kemudian Rumi melihat pria itu menoleh dan menatap tajam ke arah Alex, Dia mendekati Alex dengan tatapan penuh amarah dan wajahnya terlihat begitu menyeramkan."Jika tanganku sedang tidak terluka, bisa di pastikan dirimu hancur saat ini juga! Baik, aku akan membiarkan dia pergi saat ini, namun jika kita bertemu lagi, kamu tidak akan bisa mencegah aku untuk membawanya pergi!" Ancam pria itu. Pria itu sesaat menatap Rumi, seakan-akan mengingat bagaimana wajah Rumi, Rumi sedikit merinding juga di tatap seperti itu.Alex menatap tajam Rumi, sepeninggalan pria itu. Dia menarik Rumi mendekat ke arahnya, kemudian mencengkram kedua bahu Rumi dengan kuat, hingga Rumi meringis kesakitan, Rumi menatap Alex, baru kali ini dia melihat kemarahan di mata Alex padanya."Katakan padaku, siapa pria itu! Dan jangan bohong!" Bentak Alex."Aku benar-benar tidak tahu, siapa pria itu! Aku bertemu kemarin, dan dia terluka karena aku, dia ingin aku bertanggung jawab!" Jawab Rumi jujur."Bertanggung jawab bagaimana?" teriak Alex, yang terlihat mulai tidak nyaman dengan situasi ini."Aku sudah membawanya ke dokter kemarin, namun dia minta aku merawat dan tinggal bersamanya, sampai dia sembuh," lanjut Rumi."Brengsek!" Teriak Alex.Rumi melihat Siska mendekati Alex, lalu menyentuh dan menggenggam tangan Alex, lalu berkata dengan lembut "tenanglah ka, dia sudah pergi!" Rumi melihat Alex menarik nafas panjang mendengar ucapan Siska.Alex menatap Rumi sekali lagi lalu melepaskan cengkraman tangan kanan nya, yang masih menempel di bahu Rumi, sambil mendengus kesal."Jika sampai bertemu dengannya lagi, aku akan menghabisinya!" ucap Alex.***Rumi menatap dirinya di cermin, melihat penampilan dirinya di cermin. Rumi ingat dulu dia begitu bahagia menggunakan kebaya pengantin ini, karena sebentar lagi dia akan menikah dan menjadi istri Alex. Namun sekarang perasaan seperti itu tidak ada, yang ada di kepala dia sekarang memikirkan bagaimana cara nya membatalkan pernikahan ini."Tok, tok, tok!""Masuk!" Ucap Rumi pelan, tanpa bertanya siapa yang datang, karena dia tahu yang datang pasti Siska. Siska menjemputnya, untuk segera bertemu dengan Alex yang sedang menunggu nya di bawah untuk mengucapkan ijab kobul pernikahan.Rumi melihat Siska tersenyum padanya, walau bibir Siska tersenyum, Rumi tahu di dalam hati Siska, pasti berpikir buruk pada nya."Ka Alex dan para tamu sudah menunggu kita!" Ucap Siska."Iya,"Rumi pun segera keluar bersama Siska untuk menemui Alex dan penghulu yang akan menikahkan mereka.Rumi berjalan perlahan menuju tempat pernikahan, sambil terus berpikir apa yang harus di lakukan olehnya agar pernikahan ini batal.Rumi menatap para undangan dan kemudian Alex yang sudah berada di tempat seharusnya. Alex terlihat gagah dan tampan dengan jas yang saat ini dia pakai."Bagaimana aku bisa kabur, dari sini? Tempat ini begitu penuh!" Pikir Rumi."Bagaimana aku bisa lari dengan menggunakan pakaian seperti ini," batin Rumi lagi, otaknya benar-benar di isi oleh pikiran bagaimana dia pergi dari pernikahan ini.Dalam hati Rumi berdoa semoga ada yang membawa lari dirinya dari pernikahan ini.Rumi memperlambat langkahnya, berharap sesuatu akan terjadi dan membatalkan pernikahan ini dan menyelamatkan dirinya."Ada apa sih, ka? Jangan bilang kakak sekarang ragu, menikah," ucap Siska. Rumi menatap Siska sesaat. Rumi tidak menjawab apapun kemudian pandangan matanya lurus ke depan ke arah Alex yang sedang melihat ke arahnya.Rumi merasa sedikit lemas, ketika di akhirnya duduk juga di kursi yang memang di sediakan untuk nya.Rumi melihat ke arah penghulu yang sudah duduk di hadapannya. Rumi rasanya ingin berbisik pada penghulu itu, untuk membatalkan pernikahan ini.Rumi mengangkat kepalanya sedikit untuk melihat siapa orang yang dapat dia minta untuk menolongnya, membawa lari dirinya dari tempat ini.Rumi menatap penghulu yang sekarang sedang bicara dengan Alex, entah apa yang mereka bicara kan, Rumi sudah tidak bisa berkonsentrasi, keringat dingin mulai keluar dari pori-pori kulitnya, karena merasa tegang.Rumi melihat tangan Alex dan tangan penghulu sudah saling berjabat tangan. Rumi berdoa dalam hati sekali lagi, agar Tuhan mengirimkan seseorang untuk menggagalkan pernikahan ini bagaimana pun caranya.Rumi memejamkan matanya, melihat pak penghulu mulai menggerakkan kedua bibirnya. Rumi menjadi tegang, tapi dia ingat saat itu Alex salah mengucapkan ijab kobul nya, dan benar saja pak penghulu baru saja meminta Alex mengulangi ijab kobul nya.Rumi melihat ke arah Alex yang sedang bersiap untuk mengucapkan ijab kobul yang kedua. Rumi kembali menegang karena tahu kali ini Alex berhasil mengucapkan ijab kobul nya.Pernikahan Rumi yang outdoor memungkinkan Rumi melihat keadaan sekitarnya, tiba-tiba mata Rumi tertancap pada seseorang, yang juga sedang menatap ke arahnya.Rumi seketika berdiri lalu berteriak pada orang itu "sayang!"Rumi telah membuat semua yang ada di sana terkejut dan mengalihkan perhatiannya ke arah Rumi memandang. Rumi segera berjalan ke arah orang tersebut, lalu memeluknya."Tolonglah aku, aku tidak mau menikah dengannya!" Bisik Rumi pada pria yang sedang di peluk nya.Merasa tidak ada respon dari pria itu, Rumi melepaskan pelukannya, lalu menatap pria itu dengan ekspresi sedih "please, tolonglah aku!" ucap Rumi pelan.Rumi menatap pria itu sekali lagi, dengan tatapan minta tolong. Bahkan sampai meneteskan air matanya. Rumi terkejut saat Alex memanggil namanya, dia menatap ke arah pria itu lagi."Rumi!" teriak Alex lagi.Rumi menoleh ke arah Alex yang sedang berjalan mendekat, Rumi mengeratkan pegangan tangannya pada pria itu, melihat pria itu hanya diam, Rumi segera bersembunyi di belakang punggung pria itu, dia benar-benar tidak mau melihat Alex lagi."Kamu!" Ucap Alex, saat mengenal siapa pria yang berdiri di depannya. Pria itu tersenyum pada Alex "Akhirnya kita bertemu lagi! Seperti kataku, saat kita bertemu lagi, aku pasti akan membawanya pergi!" Ucap pria itu.Alex, langsung menggeram marah, mendengar itu. Dia langsung mendekati pria itu, lalu menarik kerah baju pria itu dengan kuat."Coba saja jika bisa!" Tantang Alex.Rumi memberanikan diri memperlihatkan wajahnya dari balik punggung pria itu, membuat Alex menatap ke arah nya dengan tajam. Bagaimana mungkin Rumi bisa lari dari pernikahan dan
Rumi tidak percaya sekarang dia berada dalam sebuah rumah yang sangat besar, dan juga mewah, walaupun rumah miliknya juga besar tapi tidak sebanding dengan rumah ini.Rumi menatap ke arah Biantoro yang sekarang sedang duduk santai sambil memainkan handphonenya. Dia terlihat sangat santai sekali, padahal masalah yang di hadapi mereka tidak kecil walau di bilang tidak terlalu besar juga, sekarang ini mereka sedang di kurung dalam sebuah kamar hanya berdua, hanya karena ini malam adalah malam pengantin mereka, walaupun sebenarnya bukan seperti itu."Hmmm!" Rumi berusaha menarik perhatian Biantoro, Rumi ingin mengganti pakaian, karena rasanya dia sudah tidak nyaman terus dalam balutan kebaya pengantin, dia ingin mandi namun ingat dia tidak membawa baju."Apa?" Tanya Biantoro tanpa menoleh ke arah Rumi, di masih fokus pada handphonenya."Aku mau mandi, apa kamu punya pakaian yang bisa aku pakai?" Tanya Rumi."Ambil saja dari lemariku, pilih sendiri, pakaian wanita aku tidak punya." Jawab
Biantoro langsung mengangkat Rumi, lalu membaringkan Rumi di atas tempat tidurnya, dan menutup tubuh Rumi rapat-rapat dengan selimut nya, tapi Rumi terlihat masih menggigil kedinginan juga.Biantoro akhirnya menghubungi pelayan untuk membawakan dirinya minuman hangat, untuk Rumi dan juga sarapan pagi ke kamar. Biantoro mengusap tangan Rumi dengan telapak tangannya biar Rumi merasa hangat.Bibir Rumi terlihat sangat pucat, mungkin ini karena dia kedinginan sepanjang malam, batin Biantoro. Biantoro jadi merasa sedikit bersalah melihat Rumi seperti sekarang, namun rasa itu segera dia tepis, ketika suara pintu kamarnya di ketuk dari luar."Masuk!" "Ini sarapan dan minuman hangatnya," ucap pelayan sambil melihat ke arah Rumi yang masih tertidur dengan bibir pucat."Pasti dia tidak tidur semalaman, habis di gempur oleh Tuan muda," batin pelayan itu, tersenyum dalam hati, ingat saat dia dulu menjadi pengantin baru. Diapun sampai sakit esok harinya."Pergilah!" Ucap Biantoro pada pelayannya,
Rumi menatap Biantoro, ada sesuatu yang ingin dia tanyakan. Namun entah mengapa rasanya sulit sekali membuka mulutnya, melihat wajah Biantoro yang dingin."Dengar. Seminggu lagi, kita akan mengadakan pesta pernikahan, nenek yang akan mempersiapkannya.""Bagaimana kita mengadakan pesta pernikahan, menikah saja belum." Protes Rumi."Kita ke KUA besok, kita menikah di sana secara diam-diam." Jawab Biantoro."Apa aku bisa menolak?" Tanya Rumi pelan.Biantoro mengangkat wajahnya, lalu menatap Rumi dengan dingin dan tatapan yang menusuk."Dengar kamu yang minta agar aku membawamu. Sekarang kamu harus menjalani konsekuensinya ikut dengan ku, dengan menikah denganku!" Ucap Biantoro dengan tegas."Ta_tapi!" "Tidak ada tapi-tapian. Lagi pula kita menikah hanya akan menikah kontrak saja!" Lanjut Biantoro."Menikah kontrak?""Iya, kita akan menikah hanya dalam jangka setahun saja, aku hanya ingin membuat nenek bahagia, dia sedang sakit!" Rumi terdiam mendengar itu, apa tidak masalah jika dia
"Kita, akan kehilangan warisan ayah, jika kakak belum menikah juga, saat itu," lanjut Siska.Rumi terdiam, lalu dia tersenyum dalam hati, sepertinya dia tidak perlu khawatir tentang hal itu, toh sekarang dia sudah menikah. Jadi dia tidak akan kehilangan warisan.Rumi berlagak tidak memperdulikan ucapan Siska barusan, dengan mengambil sesuatu yang dia perlukan dari dalam laci mejanya yang terkunci, setelah itu Rumi keluar lagi dari sana, meninggalkan Siska."Kakak mau kemana? Aku harus apa sekarang?" Teriak Siska, dengan wajah bingung."Tinggal saja di rumah itu, toh uang saku kamu tetap utuh selamanya," jawab Rumi."Tapi kakak, aku takut sendirian di rumah itu." melas Siska. Tingkah Siska ini benar-benar membuat Rumi muak."Minta saja Alex menemanimu, bukankah kamu suka padanya." Sarkas Rumi. Siska seketika mematung mendengar itu."Apa maksud kakak! Aku menyukai ka Alex karena dia baik, kakak jangan salah paham!" Protes Siska."Rumi!" Suara Alex terdengar jelas di telinga Rumi. Satu p
Hari ini Rumi berniat memberikan undangan pada Siska, undangan pesta pernikahan nya dengan Biantoro. Biantoro mengantarnya Samapi rumah, namun dia tidak ikut masuk, karena dia harus segera pergi ke kantor untuk rapat.Biantoro kesal, karena neneknya menyuruhnya untuk mengosongkan waktu sekitar seminggu setelah pernikahan, karena dia sudah memesan tempat untuk nya dan Rumi berbulan madu katanya. Rencana neneknya itu, berimbas pada Biantoro yang harus sibuk, dengan menyelesaikan pekerjaan yang sudah dia jadwalkan minggu depan, di kerjakan Minggu ini juga.Rumi yang kini berdiri di depan pintu rumahnya, menatap rumah tersebut untuk beberapa saat. Rumah yang selalu menjadi tempat dia kembali dari manapun dia berada, rumah yang banyak mengandung kenangan manis yang sekarang telah hilang berganti kenangan buruk yang di sebabkan oleh perbuatan Siska dan Alex. Rumah ini merupakan peninggalan ayahnya, yang ingin dia rawat selamanya, namun sekarang sepertinya keinginan itu sirna, karena bayang
Siska dengan kesal dan marah, masuk ke dalam kamarnya, dengan surat undangan pernikahan Rumi di tangannya. Siska sekali lagi membaca surat undangan itu. Surat undangan yang sangat unik dan cantik, pasti harganya mahal, pikir Siska."Beruntung sekali kakak ku itu. Aku masih penasaran bagaimana dia bisa kenal dengan Biantoro CEO terkenal itu?" Tanya Siska, lalu menatap kembali undangan itu. Tidak lama kemudian dengan kesal, Siska meremas surat undangan itu. Namun tidak lama, dia merapihkan surat undangan itu lagi."Rumi menikah dengan Biantoro, berarti ada kesempatan aku dekat dengan Biantoro juga," batin Siska sambil tersenyum dalam hatinya."Iya, aku benar. Aku pasti dengan mudah berada di dekat Biantoro nanti, kesempatan ku untuk lebih dekat dengan Biantoro lebih besar, karena aku yakin pernikahan mereka ini tidak akan pernah berlangsung lama, mana mungkin pria tajir seperti Biantoro jatuh cinta pada wanita cupu seperti Rumi," ucap Siska."Kakakku sayang, aku pasti datang di pesta pe
Biantoro segera berlari dan masuk ke dalam kamar, dia sesaat mencari Rumi di dalam kamarnya, memastikan jika Rumi benar-benar tidak ada di dalam kamarnya. Setelah merasa yakin Biantoro langsung meraih kunci mobil nya yang ada di atas meja, lalu segera berlari menuju mobilnya, dan segera keluar dari rumah itu, untuk kembali ke tempat di mana dia meninggal Rumi saat itu."Sial! Dia sudah tidak ada di sini!" Umpat Biantoro kesal setelah berputar-putar Rumi tidak juga dia temukan.Biantoro pun memegang handphone nya, hendak menelepon Rumi, namun tidak lama dia membanting handphonenya dengan keras, karena dia baru sadar jika dia tidak tahu nomer Rumi."Bodoh! Kemana juga dia pergi. Masa di tinggal begitu saja dia tidak pulang!" Omel Biantoro.Biantoro dengan kesal sekali lagi berputar mencari Rumi, namun Rumi belum juga di temukan. "Dasar wanita, memang merepotkan!" Teriak Biantoro.Biantoro dengan perasaan tidak karuan pulang, baru sekarang dia dibuat pusing oleh seseorang, bahkan hatiny
"Cium lah aku," bisik Rumi sekali lagi pada Biantoro, membuat Biantoro terpaku di tempatnya. Dia menatap tak percaya pada Rumi, apa dia harus mencium Rumi sekarang. Ha, ha, ha Suara tawa Alex menggelegar seketika. "Kamu benar-benar tidak mengenal Tuan Biantoro ini, Rumi. Dia tidak akan bisa melakukan itu, dia itu memang hebat dalam bisnis, tapi dalam masalah wanita dia nol. Dia tidak akan pernah berminat melakukan itu," cerocos Alex. "Berdekatan dengan wanita saja dia pasti gemetar," ledek Alex Rumi menatap tajam Biantoro, benarkah seperti itu. Rumi mengerutkan keningnya, merasa tidak percaya, selama tinggal bersama Biantoro terlihat biasa padanya, bahkan dia tidak canggung memerankan suami dan istri yang mesra di hadapan orang. "Apa kamu mau seumur hidup tidak pernah merasakan sentuhan-sentuhan yang menggairahkan dari seorang pria," ucap Alex lagi, Alex seperti ingin membuat Rumi berpikir seribu kali menjadikan Biantoro kembali sebagai penolongnya. Biantoro hanya diam menatap R
Biantoro menatap tajam Rumi, yang tersenyum padanya. Dia mengutuk senyum Rumi yang ditunjukkan padanya. "Kenapa juga Rumi harus tersenyum padanya, apa dia ingin meledeknya menunjukkan jika dia bahagia," "Aku pergi sekarang!" ucap Biantoro marah. "Tidak! Apa kamu ingin menunjukkan pada Rumi, jika kamu sedih dengan pernikahan ini!" seru Anggi cepat. Biantoro terdiam sesaat, kemudian melihat ke arah Rumi yang masih melihat ke arahnya dengan pandangan yang berbeda. Biantoro merasa pandangan Rumi padanya saat ini, terasa tidak asing, Rumi pernah menatapnya dengan pandangan seperti ini. "Sepertinya di altar sudah banyak yang menunggu kita," bisik Alex pada Rumi, mengalihkan pandangan Rumi dari Biantoro, hingga akhirnya mereka sampai di altar pernikahan menghadap seseorang yang akan menikahkan mereka. Rumi menjadi ragu, apakah dia bisa menghindari pernikahan ini dan mempermalukan Alex. Alex melihat kegelisahan Rumi, dia merasa ada yang tidak beres dengan Rumi. "Aku harap, kamu ja
Rumi menghentikan tangisnya dan segera menghapus air matanya, apa yang baru saja dia dengar dari mulut Biantoro membuatnya sungguh terhenyak dan bersyukur. Walaupun sebenarnya dia pun sudah memeriksakan diri ke dokter, dan memang Alex berbohong padanya. Alex memang pecundang, Rumi bertekad akan membuat Alex menerima balasannya. Alex di kehidupan yang dulu dengan tega membunuhnya dan di kehidupan sekarang Alex menipunya, Alex harus benar-benar di beri pelajaran. Rumi mengendarai mobilnya untuk segera menemui Alex yang sekarang sudah berada di sebuah tempat, dimana mereka berjanji akan bertemu tadi. "Kamu sangat cantik dengan gaun pengantin ini," puji Alex begitu melihat Rumi keluar sambil mengenakan baju pengantin nya. Rumi tersenyum malu mendengar hal itu, Alex sekarang memang sedikit berubah dia agak lebih lembut dari sebelumnya. Alex sekarang lebih perhatian, bahkan sedikit menurut. Namun sayang hal itu sudah tidak bisa menyentuh hati Rumi lagi. Rumi menatap Alex yang juga
Anggi termenung di dalam mobil, sudah tiga hari ini dia tidak bertemu Biantoro, rasa rindu mulai menyerang padahal sudah bertekad ingin menyerah, Anggi turun dari mobilnya dia meminta Ridwan untuk membawa Biantoro bersamanya agar mereka bisa bertemu. Anggi tersenyum lalu saat bertemu Biantoro, dia langsung duduk di samping Biantoro dan merapatkan diri, dia tidak bisa menyembunyikan rasa rindunya. Sedangkan Biantoro terlihat acuh tak acuh dengan tingkah Anggi padanya, Biantoro tidak mau repot menghindar atau pun melayani tingkah Anggi, dia hanya berpegang teguh pada janji Anggi bahwa tidak akan terjadi apapun pada mereka. "Aku rindu padamu," bisik Anggi, Anggi ingin merubah strategi dalam mendekati Biantoro, ingin akan lebih agresif kali ini. "Apa kita bisa pergi sekarang?" Biantoro bangkit dari duduknya. "Tentu saja!" jawab Anggi sambil menggandeng tangan Biantoro. Biantoro segera melepaskan tangan Anggi dan berjalan mendahuluinya. Namun baru beberapa langkah Biantoro menghe
"Katakan padaku ada hubungan apa diantara kita?" tanya Rumi lagi dengan paksa. Biantoro mengalihkan pandangan nya dari Rumi, dia sendiri blum yakin dengan perasaannya pada Rumi, dia hanya merasa tidak ingin Rumi dimiliki oleh orang lain, karena Biantoro tidak akan pernah mengijinkan apapun yang pernah menjadi miliknya dimiliki orang lain, Biantoro lebih suka jika merusak barangnya jika itu terjadi. "Turun!" ucap Biantoro. Rumi menatap Biantoro tajam, dia sudah tidak sanggup melayani tingkah Biantoro yang begitu sewenang-wenang padanya, Biantoro seenaknya memaksa dirinya bekerja dengannya padahal saat itu dia sedang dalam masalah dan ingin menenangkan diri. Dan beberapa hari ini, Biantoro seenaknya selalu memaksanya naik ke dalam mobilnya lalu seenaknya nya juga menyuruhnya turun. "Tidak mau!" teriak Rumi dengan keras, sudah saatnya dia melawan Biantoro. Ancaman Alex saja sudah membuatnya stress, ditambah harus melayani tingkah Biantoro yang aneh dan menyebalkan, tidak ini haru
"Jika dia yang kamu maksud, lebih baik menyerah," ucap Rumi pelan pada Anggi. "Benarkah?" tanya Anggi dengan kecewa. Rumi mengangguk pelan, menjawab pertanyaan Anggi. "Dia sepertinya tidak akan pernah jatuh cinta pada wanita manapun," ucap Rumi lagi. Biantoro merasa sudah tidak nyaman lagi mendengar pembicaraan antara Rumi dan Anggi, segera bangkit dari duduknya. "Ikut aku!" ajak Biantoro menarik tangan Rumi dengan kuat dan menyeretnya keluar dari tempat itu. Meninggalkan Anggi dan Ridwan dalam kebingungan. "Masuk!" ucap Biantoro begitu membuka pintu mobilnya. Rumi menatap Biantoro sesaat lalu dengan wajah cemberut masuk ke dalam mobil Biantoro. "Turun!" ucap Biantoro begitu mobilnya berhenti, Rumi menatap penuh pertanyaan bukankah ini rumahnya. "Mobilku?" tanya Rumi. Biantoro terdiam sesaat, entah mengapa tadi dia menarik Rumi menjauh dari Anggi, ketika sayup-sayup mendengar cerita diantara kedua nya tentang dirinya, dia tidak ingin Rumi salah paham tentang hubungan ny
Bugh Sebuah pukulan mengenai mulut Alex begitu dia menutup mulutnya, membuat Alex mengerang kesakitan. "Brengsek!" maki Alex saat tahu Biantoro yang melakukan nya. Biantoro menatap Alex dengan garang, berani sekali Alex menyebarkan kebohongan seperti itu, mana mungkin Rumi menikah dengannya. Biantoro benar-benar tidak percaya itu. "Kamu yang brengsek! Mulut mu itu memang harus diberi pelajaran!" geram Biantoro. Pertikaian antara Alex dan Biantoro seketika mengalihkan semua perhatian orang yang ada di sana, mereka yang tahu siapa Alex dan Biantoro seketika terdiam tidak berani ikut campur. "Tidak akan pernah ku biarkan Rumi menikah denganmu!" Alex tertawa kecil merespon ucapan Biantoro. "Rumi sudah sepenuhnya milikku," bisik Alex pelan di depan wajah Biantoro, Biantoro pun segera mendorong kuat tubuh Alex memahami arti perkataan Alex barusan. Biantoro menatap Alex tajam, Biantoro pun segera pergi dari tempat itu, dia harus menemui Rumi untuk memastikan kebenaran nya, dia
Tahu siapa yang di tabrak olehnya, Rumi segera memeluknya, membuat wajah orang g yang dipeluknya memerah. "Bawa aku pergi dari rumah ini," bisik Rumi. Mendengar itu, tanpa banyak bicara lagi, Biantoro segera membopong Rumi di pundaknya, membuat Rumi terkejut. Memangnya dia meminta Bianto membopongnya seperti ini, dia bukan beras. "Turunkan aku!" tariak Rumi. "Kita belum sampai, mobilku di ujung sana!" jawab Biantoro. Rumi mengerutkan keningnya, kenapa Biantoro memarkirkan mobilnya agak jauh dari rumahnya. "Turunkan aku!" ucap Rumi, menyadari dia masih berada di atas pundak Biantoro. "Belum sampai!" balas Biantoro. "Iya, tapi tidak harus seperti ini juga," protes Rumi. "Kamu yang meminta aku membawamu bukan?" tanya Biantoro sambil tersenyum. "Ini menculik bukan membawa," protes Rumi lagi dengan kesal. "Biar cepat!" jawab Biantoro asal. Rumi mendengus kesal saat Biantoro menurunkan dirinya di depan pintu mobilnya, dengan seenaknya Biantoro mendorong masuk Rumi ke dala
Kembalinya Alex ke kota ini membuat Rumi gelisah, semalaman dia tidak bisa memejamkan matanya sekalipun, hingga pagi ini Rumi merasa enggan untuk pergi ke kantor. Rumi menatap taman kecil milik nya yang ada di belakang rumah. Sambil menyeruput teh hangat Rumi menikmati harum bungan yang sedang bermekaran di depan matanya. Handphone pun sengaja tidak dia hidupkan, Rumi benar-benar tidak ingin di ganggu hari ini. Rumi harus berpikir tenang untuk bisa menghadapi Alex, entah apa yang di inginkan Alex darinya, uang? Rasanya bukan itu, karena Alex saat ini sudah mempunyai pekerjaan dengan penghasilan yang tinggi. Rumi yang ingin menyendiri orang lain yang pusing dan ketar ketir, bagaimana tidak pusing dan ketar ketir, Rumi seperti tiba-tiba menghilang seharian ini, handphone nya mati, didatangi rumahnya tidak ada yang menjawab, semua yang mengenal Rumi sudah Biantoro hubungi, namun tidak ada satu orang pun yang tahu dimana keberadaan Rumi. "Sial! Dimana dia?" omel Biantoro dengan mara