Rumi menahan rasa marahnya, dia memilih untuk meninggalkan Biantoro, rasanya percuma jika harus bertengkar dengannya."Eh! Tunggu. Kita belum selesai bicara." Teriak Biantoro.Rumi tidak memperdulikan teriakkan Biantoro, dia mempercepat langkahnya mendekati nenek. Hanya nenek yang bisa membungkam Biantoro.Benar saja di depan nenek, Biantoro tidak berkutik. Rumi tersenyum melihat wajah kaku Biantoro."Jangan pikir kamu bisa berlindung terus pada nenek," ucap Biantoro sinis.Rumi menoleh ke arah Biantoro mendengar itu, namun kemudian mencibir tidak perduli, membuat Biantoro kesal."Pernikahan kalian tinggal dua hari lagi, kalian harus hati-hati walaupun kalian sudah resmi menjadi suami istri, nenek ingin kalian baik-baik saja," ucap nenek tiba-tiba."Baik, nek." Ucap Rumi dan Biantoro bersamaan.Biantoro menarik Rumi agar mendekat padanya, lalu merangkul pinggang Rumi, dengan kuat di depan nenek sambil berkata."Aku akan pastikan, jika istriku ini tidak akan lari dari pernikahan nya, ne
Pesta pun akhirnya usai, rasa lelah pun mulai menyerang Rumi dan Biantoro, kedua nya kini sudah berada di dalam kamar yang sudah di rancang khusus untuk pengantin baru, kamar itu terlihat sangat indah.Namun kedua terlihat tidak bersemangat melihat hiasan-hiasan indah yang berada di dalam kamar itu, Rumi begitu masuk kamar, langsung menjatuhkan diri di atas sofa, karena dia tahu itu akan menjadi tempat tidur nya juga malam ini.Sedangkan Biantoro, langsung berbaring di atas tempat tidur, Biantoro melihat ke arah Rumi yang sedang duduk pasrah di atas sofa. Lalu tersenyum dalam hati, melihat Rumi yang terlihat begitu lelah."Tentu saja dia lelah, karena harus berdiri dalam jangka waktu lama, tadi dengan sepatu hak tingginya," ucap Biantoro dalam hatinya."Jadi wanita memang repot!" Umpat Biantoro dalam hatinya lagi.Biantoro melihat Rumi, melepaskan sepatu hak tingginya, dengan pelan sambil memijit pelan jari kakinya, mungkin karena dia merasa pegal karena sepatu itu. Setelah itu Biantor
Setelah berhasil menenangkan peliharaannya, Biantoro keluar dari kamar mandi. Biantoro keluar hanya menggunakan handuk, yang melilit di pinggangnya.Melihat itu, Rumi langsung merubah posisi tidurnya membelakangi Biantoro, seperti biasanya. Biantoro membuka kopernya, sepertinya Biantoro lupa di tas kopernya tidak aja baju yang bisa dia pakai.Biantoro dengan wajah tenangnya menuju tempat tidur. Dia duduk di tepi tempat tidur, melihat ke arah Rumi yang tidur di tutupi selimut. "Aaaa, apa yang kamu lakukan!" Teriak Rumi, terkejut ketika Biantoro mengangkat tubuhnya."Kita tidur berdua di atas tempat tidur, malam ini! Terpaksa, jadi kita bisa berbagi selimut. Aku tidak mau mati kedinginan malam ini." Ucap Biantoro.Rumi hanya diam, dia hanya melihat Biantoro naik ke atas tempat tidur lalu berbaring di sebelahnya. Rumi terkejut saat Biantoro melepaskan handuknya, hingga bisa di pastikan dia sekarang hanya menggunakan celana dalam, membayangkan hal ini, Rumi bergidik ngeri, dia langsung m
"Bisa kita ke kamar lagi, sekarang?" Tanya Biantoro, seketika menghentikan tawa Rumi.Rumi menatap ke arah Biantoro yang sedang menatapnya tajam, lalu mengangguk."Aku ke kamar duluan, habiskan makanannya," ucap Rumi ada Angga."Yah, aku sendirian. Jadi tidak nafsu lagi makannya," goda Angga."Kamu tidak sendiri, di sini banyak orang." Sarkas Biantoro, lalu menarik tangan Rumi agar segera pergi dari tempat itu Begitu sampai di dalam kamar, Biantoro baru melepaskan pegangan tangannya dari Rumi."Aku tidur di mana?" Tanya Rumi."Di sofa saja." Jawab Biantoro, dia tidak mau kejadian kemarin terjadi lagi.Mendengar itu, Rumi langsung berjalan menuju sofa, sambil membawa selimut. "Aku lelah, aku tidur duluan." Ucap Rumi.Biantoro tidak merespon ucapan Rumi, ia menatap Rumi yang sudah berbaring dengan selimut menutupi seluruh tubuh nya, bahkan wajahnya.Setelah sekian lama, setelah yakin Rumi sudah tidur Biantoro menghampiri Rumi, lalu membuka sedikit selimut yang di gunakan oleh Rumi, m
Melihat tingkah Angga dan Rumi sedikit aneh, Biantoro mendekati mereka. Biantoro curiga Angga dan Rumi merencanakan sesuatu padanya. Biantoro dengan angkuhnya berdiri di antara Rumi dan Angga."Sudah waktunya pulang." Ucap Biantoro, sambil menarik tangan Rumi agar berdiri."Jangan kasar!" Tegur Angga melihat Rumi hampir terjatuh karena di tarik paksa oleh Biantoro. "Jangan ikut campur. Sudah beruntung kamu aku izinkan pergi dengannya," Ancam Biantoro. Melepaskan tangan Angga dari bahu Rumi dengan kasar "Memangnya kenapa aku pergi dengannya?" Tanya Angga agak terpancing sikap Biantoro yang terlihat sombong itu. Mendengar pertanyaan Angga Biantoro tertawa lalu menatap Angga dengan tatapan tajam dan mematikan."Mana ada suami mengijinkan istrinya pergi dengan pria lain." Jawab Biantoro."Apa suami? Maksud kamu, kamu suaminya Rumi?" Tanya Angga, tidak percaya. "Begitulah," jawab Biantoro."Bisa-bisanya seorang kakak, mengaku suami adiknya agar adiknya aman!" sarkas Angga."kamu tidak p
Rumi mendekati nenek dan Biantoro yang sedang sarapan dengan perasaan cemas, karena tahu jika Biantoro saat ini sedang marah padanya, walaupun dia tidak tahu apa kesalahan nya. Rumi terus melihat ke arah Biantoro yang juga sedang melihat ke arah nya, hanya ekspresi wajah mereka yang berbeda Rumi melihat Biantoro dengan ekspresi wajah ketakutan sedangkan Biantoro melihat Rumi dengan ekspresi marah."Duduklah!" Ucap nenek."Nenek tadi sudah menegur Biantoro, agar tidak terlalu membuatmu kelelahan di malam hari," ucap nenek."Deg," jantung Rumi rasanya berhenti mendengar itu.Mendengar itu, Rumi melihat ke arah Biantoro lagi yang ternyata masih melotot marah kepadanya, Rumi tersenyum menyadari kesalahannya.Kemarin dia cerita jika mereka tidak kemana-mana hanya terus berada di kamar. Mendengar itu nenek bukannya selesai bertanya malah tersenyum dan bertanya yang aneh-aneh yang membuatnya malu dan bingung harus menjawab apa, karena mereka tidak melakukan semua yang nenek tanyakan.Akhirn
"Kakak, kenapa bertanya seperti itu. Aku ini adikmu, ya pasti aku mencari mu," jawab Siska. Rumi menatap Siska dari ujung kaki hingga kepala, dandanan Siska terlihat berbeda berbeda, dia terlihat seksi."Maaf Kakak, aku habis bersama teman-teman ku, jadi berpenampilan seperti ini," ucap Siska sadar jika Rumi memperhatikan nya."Teman-teman seperti apa yang di miliki Siska hingga dia berpakaian minim dan sedikit terbuka seperti sekarang, aku memang bodoh tidak bisa melihat Siska dari dekat dulu," batin Rumi."Kakak, tidak meminta ku masuk?" Tanya Siska mengejutkan Rumi yang sedikit melamun."Masuk lah!" Ucap Rumi, walau berat dan ragu, tapi tetap saja dia tidak bisa mengusir Siska tanpa alasan."Rumah ini besar sekali, aku iri padamu ka, bisa tinggal di rumah sebesar ini, aku kesepian di rumah sendirian." Lanjut Siska dengan manja."Kan ada Alex!" Sindir Rumi.Siska menghentikan langkahnya, lalu menatap Rumi."Maafkan aku ka, saat itu aku merasa sangat kasihan pada Ka Alex, mungkin sa
Biantoro menatap heran arah Rumi yang terlihat bingung sejak tadi, Rumi sudah seperti setrika bolak balik terus berulang-ulang kali.Awal-awal Biantoro tidak perduli, namun lama kelamaan dia merasa sangat terganggu dengan tingkah Rumi, saat ini."Ada apa?" Sentak Biantoro.Rumi yang sedang melamun serta merta terkejut, dia menoleh ke arah Biantoro, lalu menggeleng lemah."Kalau tidak ada masalah, kenapa sejak tadi bolak balik terus?" Sentak Biantoro lagi.Mendengar itu, Rumi segera duduk di sofa, tempat biasa dia tidur. Rumi melihat ke arah Biantoro dengan kesal.Biantoro meneruskan pekerjaannya, melihat Rumi tenang, namun tidak lama Biantoro melirik ke arah Rumi lagi, karena dia merasa terganggu kembali dengan suara ketukan jari Rumi pada sofa."tuk, tuk, tuk!"Biantoro dengan kesal melepaskan jari tangannya dari atas laptop, lalu segera beranjak dari tempatnya, dengan kesal. Dia mendekati Rumi, hingga Rumi terkejut, menatap tajam ke arah nya."Ada apa denganmu?" Tanya Biantoro denga