Perasaan aneh yang membuat keduanya merasa getaran yang menghangatkan hati mereka."Kakak! Kenapa lama sekali turunnya, jadi ku antar saja Ka Biantoro ya," ucap Siska membuyarkan moment yang terjadi di antara Rumi dan Biantoro.Rumi terkejut mendengar suara Siska, Rumi langsung melihat ke arah Siska yang berdiri di sebelah Biantoro sambil tersenyum padanya, Rumi kemudian melihat ke arah tangan Siska yang mengait erat ditangan Biantoro dengan erat.Hal ini mengingatkan dirinya pada Alex yang juga sering di gandeng seperti ini oleh Siska. Saat itu dia tidak pernah berpikir macam-macam, malah dia merasa sangat senang Siska bisa sangat akrab dengan Alex namun ternyata di balik sikap mereka itu, ada sesuatu.Rumi memberi jalan pada Biantoro untuk masuk ke dalam kamar. Sedangkan Biantoro tadi, terkejut saat melihat Rumi, penampilan Rumi saat ini sangat berbeda dari biasa nya. Biantoro menatap wajah Rumi yang biasanya polos, kini sedikit berbedak dan ada riasan tipis di sana, bahkan bibirny
Rumi dengan perasaan cemas menunggu kedatangan Biantoro yang sampai sekarang belum juga datang, Rumi sekali lagi melirik jam di dinding."Dia pasti ikut dengan Siska, Siska pasti berhasil membujuknya," pikir Rumi, saat melihat sudah empat jam berlalu dari saat Biantoro mengantar Siska.Rumi duduk lemas di sofa, dia memilih untuk tidur dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut, agar tidak memikirkan hal ini lagi."Nyenyak sekali kamu tidur!" Ucap Biantoro menatap Rumi dengan tatapan tajam. Rumi terkejut, saat bangun Biantoro ternyata sedang menatap ke arahnya."Jam berapa dia pulang?" Tanya Rumi dalam hatinya.Rumi tidak menjawab, ucapan Biantoro barusan dia bangun dan langsung masuk ke dalam kamar mandi , begitu keluar Rumi terkejut ternyata Biantoro sedang menatap ke arahnya."Lama sekali! Percuma lama-lama di dalam kamar mandi, tidak akan merubah penampilan kamu!" Ucap Biantoro."Deg!" Rumi terdiam, mendengar ucapan Biantoro. Setelah sekian lama akhirnya Rumi mendengar kata-kata
Rumi terbangun dengan tubuh yang segar karena tubuhnya tidak terasa sakit saat seperti kemarin saat dia tidur di atas sofa.Rumi terbangun langsung keluar untuk membuatkan sarapan pagi, karena itu tugasnya, telah jelas tertulis di atas perjanjian yang Rumi dan Biantoro buat semalam.Walau terasa tidak adil, karena tidak ada tugas untuk Biantoro, tapi Rumi tidak keberatan karena apa yang di kerjakan olehnya memang tugas seorang wanita, sedangkan pria hanya bekerja mencari uang.Rumi dengan keterbatasan stok bahan makanan membuat sarapan untuk pagi ini.Begitu selesai, Rumi melihat Biantoro sedang berjalan turun menuju ke arah nya. Tanpa senyum atau basa-basi Biantoro duduk di kursi makan, kemudian memulai sarapan nya.Saat selesai pun, Biantoro tidak berkata apapun pada Rumi, Biantoro seakan-akan menganggap Rumi tidak ada.Namun Rumi tidak bermasalah dengan hal itu, karena mereka semalam pun sudah membuat perjanjian bahwa mereka berhak dan bebas hidup sesuai keinginan masing-masing.Ru
Sejak pergulatan hari itu, Siska dan Alex semakin lengket, keduanya seperti tidak malu lagi mengumbar kemesraan mereka di depan umum.Dan itu terdengar sampai ke telinga Rumi. Rumi sebenarnya tidak perduli dengan hal itu. Namun saat ini di depan matanya dia melihat dengan mata kepala sendiri, kemesraan Alex dan Siska. Mereka sedang berciuman di dalam kantornya, Rumi menahan hati nya agar tidak meluapkan rasa marahnya.Rumi terdiam di tempat nya, menenangkan perasaan melihat adegan yang saat ini sedang terjadi, bagaimana pun melihat itu tentu saja dia merasa sakit hati, karena Alex adalah suaminya sedangkan Siska adalah adik yang dia sayangi namun kenapa mereka mengkhianati nya."Maaf!" Ucap Rumi.Siska dan Alex sedikit terkejut, lalu mereka melihat ke arah Rumi, Siska tersenyum dalam hati saat melihat ada ekspresi sedih di wajah Rumi saat ini. Pasti Rumi tadi melihat bagaimana Alex mencumbunya, batin Siska bersorak dalam hatinya."Rumi tanpa memperdulikan Siska dan Alex, meminta Gun
Biantoro melirik tajam ke arah Rumi, wajah Rumi begitu terlihat sumringah dan terus menatap ke dokter Angga."Bagaimana, dok?" Tanya Rumi setelah memeriksa Biantoro."Sepertinya kita harus pergi ke rumah sakit," Jawab Dokter Angga."Tidak perlu! Kurasa aku tidak ingin di rawat oleh nya." Ucap Biantoro.Rumi menoleh ke arah Biantoro "kenapa?" Tanya Rumi bingung."Pokoknya aku tidak mau di rawat oleh nya, minta dia pulang!" Ucap Biantoro lagi.Rumi menoleh ke arah Dokter Angga, dengan ekspresi wajah sedih, merasa bersalah dengan sikap Biantoro."Sudahlah, tidak masalah buatku," ucap Dokter Angga."Aku antar Dokter Angga dulu!" Ucap Rumi dengan kesal, meninggalkan Biantoro.Tidak lama Rumi kembali lagi, dia melihat Biantoro sedang fokus ke arah laptopnya lagi. "Lalu siapa yang akan menyembuhkan kaki mu?""Tukang urut saja!" Jawab Biantoro, mendengar itu Rumi melotot ke arah Biantoro. Tapi seperti biasanya Biantoro tidak memperdulikan nya.Rumi pun segera memanggil tukang urut langganan
Alex menatap tidak percaya melihat Rumi dengan begitu saja menandatangani surat pengunduran dirinya.Alex menatap Rumi dengan tajam, begitu percaya diri sekali Rumi bisa menjalankan perusahaan ini tanpa dirinya."Ini, aku sudah menandatangani nya. Kamu baru bisa keluar sebulan kemudian sesuai peraturan," ucap Rumi.Dengan kesal Alex mengambil surat itu dari Rumi, lalu dengan cepat meninggalkan ruangan Rumi.Alex kembali masuk ke dalam ruangan dengan marah. Alex menghempaskan pantatnya dengan kuat ke kursi nya."Sial! Dia sama sekali tidak mempertimbangkan, aku!" Umpat Alex.Alex yang sedang marah, terkejut saat mendengar pintu ruangan nya di ketuk dari luar."Masuk!" Teriak Alex dengan kesal, dia berniat tidak akan melakukan apapun selama sebulan ini.Jika ini sekertaris Rumi, dia akan menolak pekerjaan itu. Namun Alex salah yang datang ternyata Siska.Alex segera mengganti ekspresi wajah marahnya menjadi sebuah senyuman lebar pada Siska.Siska tanpa ragu duduk di pangkuan Alex, merek
"Kakak, aku_," ucap Siska."Sudahlah, kamu sudah besar. Aku tidak berhak mengatur kamu lagi, kau seperti wanita murahan, itu saja yang bisa aku katakan padamu!" Ucap Rumi, lalu meninggalkan Siska di dalam ruangan nya.Rumi merasa tidak ingin melihat Siska lagi, wajah dan ucapan Siska benar-benar tidak sesuai dengan kelakuan."Munafik!" Umpat Rumi dalam hatinya.Siska melemparkan tas nya ke lantai, mendengar ucapan Rumi yang terakhir."Lihat saja, akan ku pastikan apa yang kamu miliki sekarang, akan menjadi milikku." Ancam Siska.Sore harinya, Rumi pulang ke apartemen seperti biasanya, mengabaikan rasa lelahnya. Rumi langsung menuju kamar Biantoro untuk melihat keadaan Biantoro."Bagaimana kaki mu?" Tanya Rumi pada Biantoro."Jangan banyak bicara, aku lapar cepat sediakan makanan untukku!" Jawab Biantoro.Rumi menatap biantoro sebentar, lalu melakukan apa yang di minta Biantoro benar-benar melupakan rasa lelah nya setelah bekerja di kantor seharian.Pengunduran diri Alex, membuat Rumi
Rumi terbangun dari tidur nya, entah mengapa tubuhnya merasa tidak enak hari ini, Namun Rumi memaksakan diri harus pergi ke kantor karena akan ada rapat penting.Rumi begitu sampai di kantor, Rumi langsung pergi ke ruang rapat, bersama Gunawan. Sekitar hampir dua jam lebih mereka berada di ruang rapat.Selesai rapat Rumi, memeriksa berkas-berkas yang ada di mejanya. Hingga akhirnya jam makan siang pun tiba.Rumi yang tidak enak badan, membuat nya malas untuk makan, hingga akhirnya dia melewati jadwal makan siang hari ini.Rumi saat ini sedang bersiap untuk pergi bersama Gunawan untuk menemui salah klien mereka. "Kita berangkat sekarang!" Ucap Gunawan"Iya," jawab Rumi.Karena tujuan kali ini lumayan jauh, hingga memakan waktu selama satu jam perjalanan. Rumi turun perlahan dari mobil, mengikuti langkah Gunawan.Pertemuan dengan klien kali ini, juga cukup alot. Memaksa Rumi terus berpikir bagaimana kliennya dapat menyetujui rencana nya."Aku langsung pulang saja," ucap Rumi pada Gun
"Cium lah aku," bisik Rumi sekali lagi pada Biantoro, membuat Biantoro terpaku di tempatnya. Dia menatap tak percaya pada Rumi, apa dia harus mencium Rumi sekarang. Ha, ha, ha Suara tawa Alex menggelegar seketika. "Kamu benar-benar tidak mengenal Tuan Biantoro ini, Rumi. Dia tidak akan bisa melakukan itu, dia itu memang hebat dalam bisnis, tapi dalam masalah wanita dia nol. Dia tidak akan pernah berminat melakukan itu," cerocos Alex. "Berdekatan dengan wanita saja dia pasti gemetar," ledek Alex Rumi menatap tajam Biantoro, benarkah seperti itu. Rumi mengerutkan keningnya, merasa tidak percaya, selama tinggal bersama Biantoro terlihat biasa padanya, bahkan dia tidak canggung memerankan suami dan istri yang mesra di hadapan orang. "Apa kamu mau seumur hidup tidak pernah merasakan sentuhan-sentuhan yang menggairahkan dari seorang pria," ucap Alex lagi, Alex seperti ingin membuat Rumi berpikir seribu kali menjadikan Biantoro kembali sebagai penolongnya. Biantoro hanya diam menatap R
Biantoro menatap tajam Rumi, yang tersenyum padanya. Dia mengutuk senyum Rumi yang ditunjukkan padanya. "Kenapa juga Rumi harus tersenyum padanya, apa dia ingin meledeknya menunjukkan jika dia bahagia," "Aku pergi sekarang!" ucap Biantoro marah. "Tidak! Apa kamu ingin menunjukkan pada Rumi, jika kamu sedih dengan pernikahan ini!" seru Anggi cepat. Biantoro terdiam sesaat, kemudian melihat ke arah Rumi yang masih melihat ke arahnya dengan pandangan yang berbeda. Biantoro merasa pandangan Rumi padanya saat ini, terasa tidak asing, Rumi pernah menatapnya dengan pandangan seperti ini. "Sepertinya di altar sudah banyak yang menunggu kita," bisik Alex pada Rumi, mengalihkan pandangan Rumi dari Biantoro, hingga akhirnya mereka sampai di altar pernikahan menghadap seseorang yang akan menikahkan mereka. Rumi menjadi ragu, apakah dia bisa menghindari pernikahan ini dan mempermalukan Alex. Alex melihat kegelisahan Rumi, dia merasa ada yang tidak beres dengan Rumi. "Aku harap, kamu ja
Rumi menghentikan tangisnya dan segera menghapus air matanya, apa yang baru saja dia dengar dari mulut Biantoro membuatnya sungguh terhenyak dan bersyukur. Walaupun sebenarnya dia pun sudah memeriksakan diri ke dokter, dan memang Alex berbohong padanya. Alex memang pecundang, Rumi bertekad akan membuat Alex menerima balasannya. Alex di kehidupan yang dulu dengan tega membunuhnya dan di kehidupan sekarang Alex menipunya, Alex harus benar-benar di beri pelajaran. Rumi mengendarai mobilnya untuk segera menemui Alex yang sekarang sudah berada di sebuah tempat, dimana mereka berjanji akan bertemu tadi. "Kamu sangat cantik dengan gaun pengantin ini," puji Alex begitu melihat Rumi keluar sambil mengenakan baju pengantin nya. Rumi tersenyum malu mendengar hal itu, Alex sekarang memang sedikit berubah dia agak lebih lembut dari sebelumnya. Alex sekarang lebih perhatian, bahkan sedikit menurut. Namun sayang hal itu sudah tidak bisa menyentuh hati Rumi lagi. Rumi menatap Alex yang juga
Anggi termenung di dalam mobil, sudah tiga hari ini dia tidak bertemu Biantoro, rasa rindu mulai menyerang padahal sudah bertekad ingin menyerah, Anggi turun dari mobilnya dia meminta Ridwan untuk membawa Biantoro bersamanya agar mereka bisa bertemu. Anggi tersenyum lalu saat bertemu Biantoro, dia langsung duduk di samping Biantoro dan merapatkan diri, dia tidak bisa menyembunyikan rasa rindunya. Sedangkan Biantoro terlihat acuh tak acuh dengan tingkah Anggi padanya, Biantoro tidak mau repot menghindar atau pun melayani tingkah Anggi, dia hanya berpegang teguh pada janji Anggi bahwa tidak akan terjadi apapun pada mereka. "Aku rindu padamu," bisik Anggi, Anggi ingin merubah strategi dalam mendekati Biantoro, ingin akan lebih agresif kali ini. "Apa kita bisa pergi sekarang?" Biantoro bangkit dari duduknya. "Tentu saja!" jawab Anggi sambil menggandeng tangan Biantoro. Biantoro segera melepaskan tangan Anggi dan berjalan mendahuluinya. Namun baru beberapa langkah Biantoro menghe
"Katakan padaku ada hubungan apa diantara kita?" tanya Rumi lagi dengan paksa. Biantoro mengalihkan pandangan nya dari Rumi, dia sendiri blum yakin dengan perasaannya pada Rumi, dia hanya merasa tidak ingin Rumi dimiliki oleh orang lain, karena Biantoro tidak akan pernah mengijinkan apapun yang pernah menjadi miliknya dimiliki orang lain, Biantoro lebih suka jika merusak barangnya jika itu terjadi. "Turun!" ucap Biantoro. Rumi menatap Biantoro tajam, dia sudah tidak sanggup melayani tingkah Biantoro yang begitu sewenang-wenang padanya, Biantoro seenaknya memaksa dirinya bekerja dengannya padahal saat itu dia sedang dalam masalah dan ingin menenangkan diri. Dan beberapa hari ini, Biantoro seenaknya selalu memaksanya naik ke dalam mobilnya lalu seenaknya nya juga menyuruhnya turun. "Tidak mau!" teriak Rumi dengan keras, sudah saatnya dia melawan Biantoro. Ancaman Alex saja sudah membuatnya stress, ditambah harus melayani tingkah Biantoro yang aneh dan menyebalkan, tidak ini haru
"Jika dia yang kamu maksud, lebih baik menyerah," ucap Rumi pelan pada Anggi. "Benarkah?" tanya Anggi dengan kecewa. Rumi mengangguk pelan, menjawab pertanyaan Anggi. "Dia sepertinya tidak akan pernah jatuh cinta pada wanita manapun," ucap Rumi lagi. Biantoro merasa sudah tidak nyaman lagi mendengar pembicaraan antara Rumi dan Anggi, segera bangkit dari duduknya. "Ikut aku!" ajak Biantoro menarik tangan Rumi dengan kuat dan menyeretnya keluar dari tempat itu. Meninggalkan Anggi dan Ridwan dalam kebingungan. "Masuk!" ucap Biantoro begitu membuka pintu mobilnya. Rumi menatap Biantoro sesaat lalu dengan wajah cemberut masuk ke dalam mobil Biantoro. "Turun!" ucap Biantoro begitu mobilnya berhenti, Rumi menatap penuh pertanyaan bukankah ini rumahnya. "Mobilku?" tanya Rumi. Biantoro terdiam sesaat, entah mengapa tadi dia menarik Rumi menjauh dari Anggi, ketika sayup-sayup mendengar cerita diantara kedua nya tentang dirinya, dia tidak ingin Rumi salah paham tentang hubungan ny
Bugh Sebuah pukulan mengenai mulut Alex begitu dia menutup mulutnya, membuat Alex mengerang kesakitan. "Brengsek!" maki Alex saat tahu Biantoro yang melakukan nya. Biantoro menatap Alex dengan garang, berani sekali Alex menyebarkan kebohongan seperti itu, mana mungkin Rumi menikah dengannya. Biantoro benar-benar tidak percaya itu. "Kamu yang brengsek! Mulut mu itu memang harus diberi pelajaran!" geram Biantoro. Pertikaian antara Alex dan Biantoro seketika mengalihkan semua perhatian orang yang ada di sana, mereka yang tahu siapa Alex dan Biantoro seketika terdiam tidak berani ikut campur. "Tidak akan pernah ku biarkan Rumi menikah denganmu!" Alex tertawa kecil merespon ucapan Biantoro. "Rumi sudah sepenuhnya milikku," bisik Alex pelan di depan wajah Biantoro, Biantoro pun segera mendorong kuat tubuh Alex memahami arti perkataan Alex barusan. Biantoro menatap Alex tajam, Biantoro pun segera pergi dari tempat itu, dia harus menemui Rumi untuk memastikan kebenaran nya, dia
Tahu siapa yang di tabrak olehnya, Rumi segera memeluknya, membuat wajah orang g yang dipeluknya memerah. "Bawa aku pergi dari rumah ini," bisik Rumi. Mendengar itu, tanpa banyak bicara lagi, Biantoro segera membopong Rumi di pundaknya, membuat Rumi terkejut. Memangnya dia meminta Bianto membopongnya seperti ini, dia bukan beras. "Turunkan aku!" tariak Rumi. "Kita belum sampai, mobilku di ujung sana!" jawab Biantoro. Rumi mengerutkan keningnya, kenapa Biantoro memarkirkan mobilnya agak jauh dari rumahnya. "Turunkan aku!" ucap Rumi, menyadari dia masih berada di atas pundak Biantoro. "Belum sampai!" balas Biantoro. "Iya, tapi tidak harus seperti ini juga," protes Rumi. "Kamu yang meminta aku membawamu bukan?" tanya Biantoro sambil tersenyum. "Ini menculik bukan membawa," protes Rumi lagi dengan kesal. "Biar cepat!" jawab Biantoro asal. Rumi mendengus kesal saat Biantoro menurunkan dirinya di depan pintu mobilnya, dengan seenaknya Biantoro mendorong masuk Rumi ke dala
Kembalinya Alex ke kota ini membuat Rumi gelisah, semalaman dia tidak bisa memejamkan matanya sekalipun, hingga pagi ini Rumi merasa enggan untuk pergi ke kantor. Rumi menatap taman kecil milik nya yang ada di belakang rumah. Sambil menyeruput teh hangat Rumi menikmati harum bungan yang sedang bermekaran di depan matanya. Handphone pun sengaja tidak dia hidupkan, Rumi benar-benar tidak ingin di ganggu hari ini. Rumi harus berpikir tenang untuk bisa menghadapi Alex, entah apa yang di inginkan Alex darinya, uang? Rasanya bukan itu, karena Alex saat ini sudah mempunyai pekerjaan dengan penghasilan yang tinggi. Rumi yang ingin menyendiri orang lain yang pusing dan ketar ketir, bagaimana tidak pusing dan ketar ketir, Rumi seperti tiba-tiba menghilang seharian ini, handphone nya mati, didatangi rumahnya tidak ada yang menjawab, semua yang mengenal Rumi sudah Biantoro hubungi, namun tidak ada satu orang pun yang tahu dimana keberadaan Rumi. "Sial! Dimana dia?" omel Biantoro dengan mara