Rumi mengikuti langkah nenek yang masuk ke dalam rumah."Dia ada di kamar, nek." jawab Rumi."Bagaimana keadaan mu?" Tanya nenek dengan penuh rasa khawatir, sambil memperhatikan Rumi."Sudah baik.""Baguslah, nenek sangat khawatir mendengar kamu sakit. Nenek sangat tahu bagaimana Biantoro, kamu yang sabar yah." Rumi tersenyum mendengar itu, lalu mengangguk.Biantoro tidak lama kemudian turun untuk bertemu dengan nenek nya."Apa kabar, nek?" Tanya Biantoro."Baik, kamu bagaimana?""Baik.""Apa yang kamu lakukan pada Rumi, hingga dia jatuh sakit?" Tanya nenek nya langsung."Tidak ada," "Iya nek, Biantoro tidak melakukan apapun. Aku sakit karena banyak pekerjaan di kantor," ucap Rumi."Kamu tidak bohong kan? Jangan takut padanya, jika dia berbuat sesuatu yang membuat mu susah, bilang sama nenek," "Aku tidak bohong." "Baguslah kalau begitu,""Nenek mau menginap beberapa hari di sini," lanjut nenek.Rumi dan Biantoro saling menatap, lalu mengangguk bersamaan.Malam hari pun tiba sudah
Biantoro turun dari mobilnya begitu sampai di Apartemen, meninggal kan Rumi begitu saja.Rumi pun segera menyusul turun dan berjalan mengikuti Biantoro di belakang, dengan membawa banyak berkas di tangannya.Sampai di depan pintu, Biantoro berhenti sejenak menunggu Rumi, lalu mengambil berkas yang ada di tangan Rumi, setelah itu dia baru membuka pintu dan masuk ke dalam rumah.Biantoro berjalan sambil melihat kanan dan kiri memastikan apakah nenek nya sudah masuk atau belum ke kamar nya."Nich, bawa sendiri!" Ucap Biantoro di tengah jalan saat memastikan dia tidak melihat nenek nya lagi di sekitarnya.Rumi yang terkejut segera mengambil berkas tersebut, sambil mendengus kesal, lalu berjalan cepat mendahului Biantoro menuju kamar.Sampai di kamar Rumi pun langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum tidur, Biantoro sangat tidak suka jika dia langsung tidur setelah pulang kerja.Biantoro yang belum tidur melirik Rumi yang sedang naik ke atas tempat tidurnya, wangi harum
"Tolong! Tolong!" Teriak Siska dengan sekuat tenaga. Namun tidak ada yang menolongnya, karena jalanan itu saat ini begitu sepi.Mobil yang di kendarai Siska terus melaju kencang tanpa arah. Sedangkan Siska berusaha sekuat tenaga untuk bisa mengendalikan nya.Namun karena begitu kencang laju mobilnya, hingga akhirnya Siska pun kehilangan kendali."Tidak...!" Teriak Siska."Brakk!" Suara benturan keras pun terdengar, disusul suara ledakan yang besar."Bumm!"Biantoro yang sedang mengadakan rapat, di luar kantor. Terdiam sesaat saat melihat sebuah postingan vidio seseorang lewat di beranda aplikasi yang sedang dia buka.Kedua mata Biantoro membesar melihat video itu. Biantoro sampai menutup mulutnya, agar tidak berteriak kencang.Biantoro seketika lemas, saat melihat akhir dari vidio itu. Biantoro seketika merasa dunia nya menjadi hitam karena vidio itu."Tidak! Ini tidak mungkin terjadi!" Ucap Biantoro dengan rasa tidak percaya."Dia tidak akan meninggalkan aku dengan cara begini." Lanj
Biantoro memejamkan matanya, sambil memeluk Rumi dengan erat, seakan-akan dia tidak ingin melepaskan Rumi lagi.Saat ini, Biantoro hanya ingin memejamkan matanya, lalu tidur. Beristirahat penuh sambil memeluk Rumi yang sedang tidur di sisi nya dengan erat.Biantoro ingat bagaimana panik nya dia, saat melihat vidio itu, video yang memutar bagaimana mobil Rumi menabrak sebuah batu besar dan akhirnya meledak.Biantoro juga ingat begitu selesai melihat vidio itu, tubuhnya begitu lemas tidak bertenaga, sampai tidak bisa bergerak untuk beberapa saat. Hingga akhirnya dia kebingungan harus melakukan apa, jika tidak ada asistennya saat itu.Saat itu di dalam mobil, Biantoro pun masih tidak sanggup berkata apapun lagi, karena masih tidak percaya dengan semua yang dia lihat dalam vidio itu.Berulang-ulang kali, Biantoro memutar vidio itu, hanya untuk memastikan jika dia memang tidak salah lihat jika dalam vidio itu benar-benar mobil Rumi.Dan setelah berkali-kali di putar dia akhirnya yakin tida
Rumi dan Alex tiba di rumah sakit di mana Siska di rawat. Mereka berdua langsung mencari di kamar berapa Siska berada dan di rawat.Setelah sepuluh menit, akhirnya Rumi dan Alex bisa bertemu Siska. Mereka berdua terkejut melihat kondisi Siska saat ini. Mereka berdua menatap Siska dengan tatapan sedih dan kasihan.Seluruh tubuh Siska kini di balut perban. Karena luka-luka hampir mengenai seluruh bagian tubuh Siska. Rumi dan Alex bisa mengenali jika itu Siska hanya dari wajah Siska sajaKarena hanya wajah Siska yang tidak tertutup perban. Untung saja wajah Siska tidak terluka parah kelihatan seperti bagian lainnya.Rumi menatap sedih ke arah Siska, entah mengapa melihat keadaan Siska saat ini. Timbul rasa iba dalam hatinya.Alex pun menatap Siska dengan sedih, entah mengapa Siska yang kena sialnya, seharusnya yang berbaring di atas tempat tidur rumah sakit, adalah Rumi bukan Siska."Kenapa bisa seperti ini?" Tanya Alex."Tidak tahu, aku pun baru tahu tentang kecelakaan ini, tadi pagi."
Biantoro menatap Rumi yang sedang tertidur nyenyak itu, bagaimana mungkin dia bisa membiarkan semalaman Rumi bersama Alex. Apa yang telah mereka lakukan berdua di sini? Bagaimana bisa mereka berdua ada di sini? Apa mereka janjian? Berbagai pertanyaan ada di kepala Biantoro.Biantoro makin merasa kesal, dengan pikiran-pikiran nya itu. Seharusnya kemarin ia langsung menyusul Rumi ke rumah sakit ini.Apalagi jika dia tahu, ada Alex bersama Rumi. Kenapa juga Rumi tidak memberitahu jika dia bersama Alex? Apa mereka mau balikan lagi? Prasangka-prasangka buruk makin menyerah diri Biantoro."Awas saja, jika dia bangun nanti!" Ancam Biantoro pada Rumi.Perhatian Biantoro benar-benar fokus pada Rumi yang masih tertidur nyenyak itu, hingga kehadiran Alex pun tidak dia hiraukan."Bangunkan saja dia, jika kamu ingin bicara, apa tidak pegal terus seperti itu!" Ucap Alex, merasa jengah dengan sikap Biantoro yang terus menatap ke arah Rumi.Apa istimewanya Rumi, hingga Biantoro terus melihat nya tan
Biantoro menatap tajam, Rumi yang sedang berdandan di depan cermin, dahinya berkerut saat melihat Rumi mengoleskan pewarna bibir dengan warna yang agak cerah dari pewarna bibir yang biasa Rumi pakai sehari-hari."Kenapa dia harus memakai warna yang mencolok seperti itu?" Tanya Biantoro dalam hatinya kesal, karena dia menyangka jika Rumi melakukan itu karena mereka akan bertemu Alex di rumah sakit.Biantoro dengan kesal keluar dari kamar itu, meninggalkan Rumi. Biantoro dengan kesal menunggu Rumi di mobil."Lama sekali! Memangnya harus selama ini?" Omel Biantoro kesal, merasa Rumi sangat lama turun."Rumi! Ayo, nanti aku telat!" Teriak Biantoro karena merasa kesal.Rumi yang mendengar itu, segera bergerak cepat. Rumi berjalan setengah berlari sambil membawa sesuatu di tangannya."Apa itu?" Tanya Biantoro melihat rantang makanan, yang di bawa oleh Rumi."Makanan untuk Alex." Jawab Rumi.Mendengar itu Biantoro seketika menggenggam dengan kuat kemudi di tangannya untuk menahan rasa marahny
Biantoro melirik ke arah Alex yang sedang melihat ke arahnya. Biantoro tersenyum sinis pada Alex, dia merasa menang karena bisa membuat Alex tidak jadi makan, masakan Rumi.Wajah Alex memerah karena marah, melihat tingkah laku Biantoro yang begitu menyebalkan. Namun sepertinya Biantoro tidak perduli.Setelah menghabiskan semua makanan yang Rumi bawa untuk Alex, Biantoro pun pamit keluar dari kamar itu. Dia merasa terjadi hal yang aneh pada dirinya."Kamu ikut aku!" Ajak Biantoro pada Rumi. Biantoro tidak akan membiarkan Alex dan Rumi berduaan. Rumi dengan terpaksa mengikuti langkah Biantoro.Biantoro melirik ke arah Rumi yang berjalan dengan wajah kesal di sampingnya, "Aku tidak akan pernah membiarkan si Alex itu lama-lama berdekatan denganmu." Ucap Biantoro dalam hatinya.Rumi terkejut saat tiba-tiba, Biantoro menghentikan langkahnya, Rumi melihat Biantoro memegang dadanya."Tolong panggilkan dokter!" Ucap Biantoro dengan terbata-bata dengan wajah yang pucat."Kamu kenapa?" Tanya Rumi
"Cium lah aku," bisik Rumi sekali lagi pada Biantoro, membuat Biantoro terpaku di tempatnya. Dia menatap tak percaya pada Rumi, apa dia harus mencium Rumi sekarang. Ha, ha, ha Suara tawa Alex menggelegar seketika. "Kamu benar-benar tidak mengenal Tuan Biantoro ini, Rumi. Dia tidak akan bisa melakukan itu, dia itu memang hebat dalam bisnis, tapi dalam masalah wanita dia nol. Dia tidak akan pernah berminat melakukan itu," cerocos Alex. "Berdekatan dengan wanita saja dia pasti gemetar," ledek Alex Rumi menatap tajam Biantoro, benarkah seperti itu. Rumi mengerutkan keningnya, merasa tidak percaya, selama tinggal bersama Biantoro terlihat biasa padanya, bahkan dia tidak canggung memerankan suami dan istri yang mesra di hadapan orang. "Apa kamu mau seumur hidup tidak pernah merasakan sentuhan-sentuhan yang menggairahkan dari seorang pria," ucap Alex lagi, Alex seperti ingin membuat Rumi berpikir seribu kali menjadikan Biantoro kembali sebagai penolongnya. Biantoro hanya diam menatap R
Biantoro menatap tajam Rumi, yang tersenyum padanya. Dia mengutuk senyum Rumi yang ditunjukkan padanya. "Kenapa juga Rumi harus tersenyum padanya, apa dia ingin meledeknya menunjukkan jika dia bahagia," "Aku pergi sekarang!" ucap Biantoro marah. "Tidak! Apa kamu ingin menunjukkan pada Rumi, jika kamu sedih dengan pernikahan ini!" seru Anggi cepat. Biantoro terdiam sesaat, kemudian melihat ke arah Rumi yang masih melihat ke arahnya dengan pandangan yang berbeda. Biantoro merasa pandangan Rumi padanya saat ini, terasa tidak asing, Rumi pernah menatapnya dengan pandangan seperti ini. "Sepertinya di altar sudah banyak yang menunggu kita," bisik Alex pada Rumi, mengalihkan pandangan Rumi dari Biantoro, hingga akhirnya mereka sampai di altar pernikahan menghadap seseorang yang akan menikahkan mereka. Rumi menjadi ragu, apakah dia bisa menghindari pernikahan ini dan mempermalukan Alex. Alex melihat kegelisahan Rumi, dia merasa ada yang tidak beres dengan Rumi. "Aku harap, kamu ja
Rumi menghentikan tangisnya dan segera menghapus air matanya, apa yang baru saja dia dengar dari mulut Biantoro membuatnya sungguh terhenyak dan bersyukur. Walaupun sebenarnya dia pun sudah memeriksakan diri ke dokter, dan memang Alex berbohong padanya. Alex memang pecundang, Rumi bertekad akan membuat Alex menerima balasannya. Alex di kehidupan yang dulu dengan tega membunuhnya dan di kehidupan sekarang Alex menipunya, Alex harus benar-benar di beri pelajaran. Rumi mengendarai mobilnya untuk segera menemui Alex yang sekarang sudah berada di sebuah tempat, dimana mereka berjanji akan bertemu tadi. "Kamu sangat cantik dengan gaun pengantin ini," puji Alex begitu melihat Rumi keluar sambil mengenakan baju pengantin nya. Rumi tersenyum malu mendengar hal itu, Alex sekarang memang sedikit berubah dia agak lebih lembut dari sebelumnya. Alex sekarang lebih perhatian, bahkan sedikit menurut. Namun sayang hal itu sudah tidak bisa menyentuh hati Rumi lagi. Rumi menatap Alex yang juga
Anggi termenung di dalam mobil, sudah tiga hari ini dia tidak bertemu Biantoro, rasa rindu mulai menyerang padahal sudah bertekad ingin menyerah, Anggi turun dari mobilnya dia meminta Ridwan untuk membawa Biantoro bersamanya agar mereka bisa bertemu. Anggi tersenyum lalu saat bertemu Biantoro, dia langsung duduk di samping Biantoro dan merapatkan diri, dia tidak bisa menyembunyikan rasa rindunya. Sedangkan Biantoro terlihat acuh tak acuh dengan tingkah Anggi padanya, Biantoro tidak mau repot menghindar atau pun melayani tingkah Anggi, dia hanya berpegang teguh pada janji Anggi bahwa tidak akan terjadi apapun pada mereka. "Aku rindu padamu," bisik Anggi, Anggi ingin merubah strategi dalam mendekati Biantoro, ingin akan lebih agresif kali ini. "Apa kita bisa pergi sekarang?" Biantoro bangkit dari duduknya. "Tentu saja!" jawab Anggi sambil menggandeng tangan Biantoro. Biantoro segera melepaskan tangan Anggi dan berjalan mendahuluinya. Namun baru beberapa langkah Biantoro menghe
"Katakan padaku ada hubungan apa diantara kita?" tanya Rumi lagi dengan paksa. Biantoro mengalihkan pandangan nya dari Rumi, dia sendiri blum yakin dengan perasaannya pada Rumi, dia hanya merasa tidak ingin Rumi dimiliki oleh orang lain, karena Biantoro tidak akan pernah mengijinkan apapun yang pernah menjadi miliknya dimiliki orang lain, Biantoro lebih suka jika merusak barangnya jika itu terjadi. "Turun!" ucap Biantoro. Rumi menatap Biantoro tajam, dia sudah tidak sanggup melayani tingkah Biantoro yang begitu sewenang-wenang padanya, Biantoro seenaknya memaksa dirinya bekerja dengannya padahal saat itu dia sedang dalam masalah dan ingin menenangkan diri. Dan beberapa hari ini, Biantoro seenaknya selalu memaksanya naik ke dalam mobilnya lalu seenaknya nya juga menyuruhnya turun. "Tidak mau!" teriak Rumi dengan keras, sudah saatnya dia melawan Biantoro. Ancaman Alex saja sudah membuatnya stress, ditambah harus melayani tingkah Biantoro yang aneh dan menyebalkan, tidak ini haru
"Jika dia yang kamu maksud, lebih baik menyerah," ucap Rumi pelan pada Anggi. "Benarkah?" tanya Anggi dengan kecewa. Rumi mengangguk pelan, menjawab pertanyaan Anggi. "Dia sepertinya tidak akan pernah jatuh cinta pada wanita manapun," ucap Rumi lagi. Biantoro merasa sudah tidak nyaman lagi mendengar pembicaraan antara Rumi dan Anggi, segera bangkit dari duduknya. "Ikut aku!" ajak Biantoro menarik tangan Rumi dengan kuat dan menyeretnya keluar dari tempat itu. Meninggalkan Anggi dan Ridwan dalam kebingungan. "Masuk!" ucap Biantoro begitu membuka pintu mobilnya. Rumi menatap Biantoro sesaat lalu dengan wajah cemberut masuk ke dalam mobil Biantoro. "Turun!" ucap Biantoro begitu mobilnya berhenti, Rumi menatap penuh pertanyaan bukankah ini rumahnya. "Mobilku?" tanya Rumi. Biantoro terdiam sesaat, entah mengapa tadi dia menarik Rumi menjauh dari Anggi, ketika sayup-sayup mendengar cerita diantara kedua nya tentang dirinya, dia tidak ingin Rumi salah paham tentang hubungan ny
Bugh Sebuah pukulan mengenai mulut Alex begitu dia menutup mulutnya, membuat Alex mengerang kesakitan. "Brengsek!" maki Alex saat tahu Biantoro yang melakukan nya. Biantoro menatap Alex dengan garang, berani sekali Alex menyebarkan kebohongan seperti itu, mana mungkin Rumi menikah dengannya. Biantoro benar-benar tidak percaya itu. "Kamu yang brengsek! Mulut mu itu memang harus diberi pelajaran!" geram Biantoro. Pertikaian antara Alex dan Biantoro seketika mengalihkan semua perhatian orang yang ada di sana, mereka yang tahu siapa Alex dan Biantoro seketika terdiam tidak berani ikut campur. "Tidak akan pernah ku biarkan Rumi menikah denganmu!" Alex tertawa kecil merespon ucapan Biantoro. "Rumi sudah sepenuhnya milikku," bisik Alex pelan di depan wajah Biantoro, Biantoro pun segera mendorong kuat tubuh Alex memahami arti perkataan Alex barusan. Biantoro menatap Alex tajam, Biantoro pun segera pergi dari tempat itu, dia harus menemui Rumi untuk memastikan kebenaran nya, dia
Tahu siapa yang di tabrak olehnya, Rumi segera memeluknya, membuat wajah orang g yang dipeluknya memerah. "Bawa aku pergi dari rumah ini," bisik Rumi. Mendengar itu, tanpa banyak bicara lagi, Biantoro segera membopong Rumi di pundaknya, membuat Rumi terkejut. Memangnya dia meminta Bianto membopongnya seperti ini, dia bukan beras. "Turunkan aku!" tariak Rumi. "Kita belum sampai, mobilku di ujung sana!" jawab Biantoro. Rumi mengerutkan keningnya, kenapa Biantoro memarkirkan mobilnya agak jauh dari rumahnya. "Turunkan aku!" ucap Rumi, menyadari dia masih berada di atas pundak Biantoro. "Belum sampai!" balas Biantoro. "Iya, tapi tidak harus seperti ini juga," protes Rumi. "Kamu yang meminta aku membawamu bukan?" tanya Biantoro sambil tersenyum. "Ini menculik bukan membawa," protes Rumi lagi dengan kesal. "Biar cepat!" jawab Biantoro asal. Rumi mendengus kesal saat Biantoro menurunkan dirinya di depan pintu mobilnya, dengan seenaknya Biantoro mendorong masuk Rumi ke dala
Kembalinya Alex ke kota ini membuat Rumi gelisah, semalaman dia tidak bisa memejamkan matanya sekalipun, hingga pagi ini Rumi merasa enggan untuk pergi ke kantor. Rumi menatap taman kecil milik nya yang ada di belakang rumah. Sambil menyeruput teh hangat Rumi menikmati harum bungan yang sedang bermekaran di depan matanya. Handphone pun sengaja tidak dia hidupkan, Rumi benar-benar tidak ingin di ganggu hari ini. Rumi harus berpikir tenang untuk bisa menghadapi Alex, entah apa yang di inginkan Alex darinya, uang? Rasanya bukan itu, karena Alex saat ini sudah mempunyai pekerjaan dengan penghasilan yang tinggi. Rumi yang ingin menyendiri orang lain yang pusing dan ketar ketir, bagaimana tidak pusing dan ketar ketir, Rumi seperti tiba-tiba menghilang seharian ini, handphone nya mati, didatangi rumahnya tidak ada yang menjawab, semua yang mengenal Rumi sudah Biantoro hubungi, namun tidak ada satu orang pun yang tahu dimana keberadaan Rumi. "Sial! Dimana dia?" omel Biantoro dengan mara