Biantoro melirik ke arah Alex yang sedang melihat ke arahnya. Biantoro tersenyum sinis pada Alex, dia merasa menang karena bisa membuat Alex tidak jadi makan, masakan Rumi.Wajah Alex memerah karena marah, melihat tingkah laku Biantoro yang begitu menyebalkan. Namun sepertinya Biantoro tidak perduli.Setelah menghabiskan semua makanan yang Rumi bawa untuk Alex, Biantoro pun pamit keluar dari kamar itu. Dia merasa terjadi hal yang aneh pada dirinya."Kamu ikut aku!" Ajak Biantoro pada Rumi. Biantoro tidak akan membiarkan Alex dan Rumi berduaan. Rumi dengan terpaksa mengikuti langkah Biantoro.Biantoro melirik ke arah Rumi yang berjalan dengan wajah kesal di sampingnya, "Aku tidak akan pernah membiarkan si Alex itu lama-lama berdekatan denganmu." Ucap Biantoro dalam hatinya.Rumi terkejut saat tiba-tiba, Biantoro menghentikan langkahnya, Rumi melihat Biantoro memegang dadanya."Tolong panggilkan dokter!" Ucap Biantoro dengan terbata-bata dengan wajah yang pucat."Kamu kenapa?" Tanya Rumi
Siska menatap sedih ke arah dinding rumah sakit, ia memandang kakinya yang belum bisa ia gerakan. Kata dokter dia mengalami kelumpuhan sementara akibat kakinya mengalami luka dalam akibat benturan keras yang di alaminya."Aaaaa!" Teriak Siska histeris secara tiba-tiba. Siska marah melihat luka-luka yang menyelimuti hampir seluruh tubuhnya."Ini semua gara-gara Rumi!" Ucap nya.Siska masih saja menyalahkan Rumi, penyebab kecelakaan yang menimpa nya, karena Rumi telah memberikan mobil yang rusak padanya."Anda kenapa nona?" Tanya seorang perawat dengan panik."Pergi. Keluar kamu! Aku tidak mau melihat mu!" Usir Siska dengan marah pada perawat itu."Iya, tapi apa yang terjadi?" Tanya perawat itu panik, melihat Siska mengamuk."Bukan urusan mu! Panggil kakak ku bodoh!" Teriak Siska histeris sambil menjambak rambutnya kuat-kuat hingga membuat perawat itu ketakutan.Perawat itu pun langsung keluar dan segera menghubungi Rumi.Rumi terdiam di pintu saat melihat kamar rawat Siska berantakan.
Malam pun kian larut, Biantoro masih bertahan tetap berada di ruang kerjanya., untuk menghindari bertemu Rumi di kamar tidur.Biantoro menyesali kejadian tadi, mengapa bisa terjadi padanya dan Rumi, walaupun terus terang pemandangan yang dia lihat tadi benar-benar indah, sampai-sampai dia harus menelan ludahnya sendiri, saat menatap nya."Apa dia sudah tidur?" Tanya Biantoro memikirkan Rumi.Biantoro perlahan membuka pintu kamarnya, Biantoro mengintip sedikit untuk melihat keberadaan Rumi.Biantoro menarik nafas, saat melihat Rumi sudah berbaring menghadap tembok. Dengan langkah perlahan, Biantoro pun masuk ke dalam kamar, lalu dengan gerakan cepat segera berbaring di atas tempat tidur.Rumi membuka matanya, saat merasakan ada pergerakan di sebelahnya. Rumi tahu jika gerakan itu, berasal dari Biantoro yang baru saja naik ke atas tempat tidur.Rumi tidak berani membalikkan badan, dia masih ingat kejadian tadi. Kenapa juga kejadian itu harus terjadi padanya? Batin Rumi membodohi diriny
Biantoro pulang malam itu dalam keadaan begitu lelah, karena seharian ini di kantor begitu banyak pekerjaan yang harus dia kerjakan.Hingga begitu masuk ke dalam kamar, Biantoro langsung membaringkan diri di atas tempat tidur, lalu tertidur begitu saja dengan cepat.Rumi yang baru keluar dari kamar mandi, terkejut melihat Biantoro yang tertidur pulas di atas tempat tidur. Rumi jadi memperhatikan Biantoro yang tertidur, untuk beberapa saat lamanya. Rumi menangkap ada raut kelelahan di wajah Biantoro, hingga timbul rasa iba di hati Rumi.Rumi pun segera mendekati Biantoro, dia mengambil tas yang masih dalam genggaman Biantoro dengan perlahan, lalu menyimpannya."Untuk apa, dia bekerja keras seperti ini?" Tanya Rumi pelan."Tentu nya, bukan untuk kamu." Jawab Biantoro sambil menatap tajam Rumi.Rumi langsung terbangun dan menjauh dari Biantoro, melihat biantoro membuka kedua matanya."Aku ke bawah, dulu. Akan ku siapkan makan malam." Pamit Rumi.Biantoro tersenyum kecut, melihat Rumi k
Siska merasa situasi nya, tidak nyaman untuk nya. Memilih untuk pamit pergi dari tempat itu, lalu masuk ke dalam kamarnya."Dia sangat pandai bersandiwara." Ucap Biantoro.Rumi menoleh ke arah Biantoro, dia pun jadi bingung menghadapi soal ini. Rumi pun sebenarnya tidak ingin lagi berhubungan dengan Siska, karena pengkhianatanSiska, namun rasanya terlalu kejam jika dia membiarkan Siska hidup sendirian dalam kondisi seperti itu.Rumi tidak menanggapi ucapan Biantoro barusan, dia memilih naik menuju kamarnya untuk bersiap pergi ke kantor.Biantoro memperhatikan Rumi yang sedang kebingungan karena mesin mobilnya yang tidak mau menyala.Biantoro menghampiri Rumi, "Ada apa?" Tanya Biantoro."Enggak tahu, tiba-tiba mobilku tidak bisaa menyala," jawab Rumi."Aku hubungi bengkel, kamu biar aku antar." Ucap Biantoro.Rumi menatap Biantoro sesaat, "tidak usah, aku naik kendaraan online saja, aku takut kamu terlambat." Tolak Rumi."Aku bos nya, jika aku terlambat juga tidak akan ada yang memara
Siska sedang bersiap karena hari ini jadwalnya dia harus pergi ke dokter, untuk melakukan terapi.Tanpa terasa satu bulan pun telah berlalu sejak kecelakaan itu. Luka-luka di kaki pun telah mengering dan menghilang. Bisa di katakan Siska sudah hampir 80 persen sembuh.Siska kini hanya tinggal menunggu bisa berjalan. Siska pergi ke rumah sakit di temani oleh perawat nya.Selesai terapi, Siska pun langsung pulang. Hal ini tentu membosankan untuk Siska, namun Siska mencoba menerima keadaan ini.Dia tidak mau Biantoro makin tidak menyukai nya. Namun kali ini di dalam perjalanan pulang Siska bertemu dengan Alex, dan akhirnya mengobrol.Siska tersenyum melihat Alex yang sedang berjalan ke arahnya, dalam hatinya ada juga sedikit rasa rindu pada Alex"Bagaimana kabar mu?" Tanya Alex langsung saat mereka bertemu."Seperti yang kamu lihat aku belum baik-baik saja." Jawab Siska.Alex membisu, dia ingat apa yang terjadi pada Siska akibat ulahnya, ada sedikit rasa bersalah pada diri Alex, entah b
Rumi hari itu jalan dengan kaki agak pincang,karena terjatuh tadi pagi. Biantoro melihat itu dengan kesal.Biantoro yang saat itu berada di belakang Rumi, segara berjalan cepat lalu mengangkat Rumi ala bridal style menaiki anak tangga.Rumi segera mengalungkan tangannya ke leher Biantoro dengan erat, karena takut jatuh.Rumi menatap Biantoro dengan tajam, Biantoro membuatnya terkejut dengan tingkahnya ini."Bikin kaget aja!" Omel Rumi."Lebih baik kamu, jangan kerja dulu, jika masih sakit!" Bentak Biantoro."Iya," jawab Rumi, matanya terus melihat ke arah wajah Biantoro, sepanjang jalan itu.Walaupun Biantoro terlihat selalu kasar, entah mengapa Rumi merasa Biantoro sebenarnya selalu melindunginya."Menyusahkan!" Umpat Biantoro saat melepaskan gendongan nya.Rumi tersenyum mendengar itu, Biantoro memang kasar di mulut tapi sikapnya sangat manis walau kadang-kadang aneh."Apa kamu jatuh cinta padaku?" Tanya Rumi tiba-tiba.Biantoro menghentikan langkahnya mendengar itu. Dia menelan lu
Rumi baru saja selesai menemui klien nya, dan memperoleh kesepakatan, dengan gembira Rumi berjalan keluar dari tempat itu. Namun ditengah jalan, Rumi terkejut saat tubuhnya di tabrak seseorang, hingga dia hampir terjatuh, jika saja pria itu tidak cepat menangkapnya."Maaf, aku tidak sengaja." Ucap pria itu sambil memeluk Rumi.Rumi yang tersadar dengan posisinya, yang berada dalam pelukan pria itu. Segera melepaskan diri dari pelukan pria itu. "Iya, bukan masalah." Jawab Rumi sambil mengambil tasnya yang terjatuh di lantai, lalu pergi meninggalkan tempat dan pria itu, begitu saja.Rumi, menjelang magrib baru pulang kembali ke penginapan, Rumi yang baru saja hendak masuk ke dalam penginapan nya, terkejut saat tiba-tiba ada yang menyapanya."Kamu menginap di sini juga?" Tanya seorang pria.Rumi mengerutkan keningnya, mengingat apa dia mengenal pria itu."Aku yang tadi siang menabrak mu," ucap pria itu membantu Rumi mengingat."Kamu menginap di sini juga?" Tanya Rumi."Iya, seperti nya
"Cium lah aku," bisik Rumi sekali lagi pada Biantoro, membuat Biantoro terpaku di tempatnya. Dia menatap tak percaya pada Rumi, apa dia harus mencium Rumi sekarang. Ha, ha, ha Suara tawa Alex menggelegar seketika. "Kamu benar-benar tidak mengenal Tuan Biantoro ini, Rumi. Dia tidak akan bisa melakukan itu, dia itu memang hebat dalam bisnis, tapi dalam masalah wanita dia nol. Dia tidak akan pernah berminat melakukan itu," cerocos Alex. "Berdekatan dengan wanita saja dia pasti gemetar," ledek Alex Rumi menatap tajam Biantoro, benarkah seperti itu. Rumi mengerutkan keningnya, merasa tidak percaya, selama tinggal bersama Biantoro terlihat biasa padanya, bahkan dia tidak canggung memerankan suami dan istri yang mesra di hadapan orang. "Apa kamu mau seumur hidup tidak pernah merasakan sentuhan-sentuhan yang menggairahkan dari seorang pria," ucap Alex lagi, Alex seperti ingin membuat Rumi berpikir seribu kali menjadikan Biantoro kembali sebagai penolongnya. Biantoro hanya diam menatap R
Biantoro menatap tajam Rumi, yang tersenyum padanya. Dia mengutuk senyum Rumi yang ditunjukkan padanya. "Kenapa juga Rumi harus tersenyum padanya, apa dia ingin meledeknya menunjukkan jika dia bahagia," "Aku pergi sekarang!" ucap Biantoro marah. "Tidak! Apa kamu ingin menunjukkan pada Rumi, jika kamu sedih dengan pernikahan ini!" seru Anggi cepat. Biantoro terdiam sesaat, kemudian melihat ke arah Rumi yang masih melihat ke arahnya dengan pandangan yang berbeda. Biantoro merasa pandangan Rumi padanya saat ini, terasa tidak asing, Rumi pernah menatapnya dengan pandangan seperti ini. "Sepertinya di altar sudah banyak yang menunggu kita," bisik Alex pada Rumi, mengalihkan pandangan Rumi dari Biantoro, hingga akhirnya mereka sampai di altar pernikahan menghadap seseorang yang akan menikahkan mereka. Rumi menjadi ragu, apakah dia bisa menghindari pernikahan ini dan mempermalukan Alex. Alex melihat kegelisahan Rumi, dia merasa ada yang tidak beres dengan Rumi. "Aku harap, kamu ja
Rumi menghentikan tangisnya dan segera menghapus air matanya, apa yang baru saja dia dengar dari mulut Biantoro membuatnya sungguh terhenyak dan bersyukur. Walaupun sebenarnya dia pun sudah memeriksakan diri ke dokter, dan memang Alex berbohong padanya. Alex memang pecundang, Rumi bertekad akan membuat Alex menerima balasannya. Alex di kehidupan yang dulu dengan tega membunuhnya dan di kehidupan sekarang Alex menipunya, Alex harus benar-benar di beri pelajaran. Rumi mengendarai mobilnya untuk segera menemui Alex yang sekarang sudah berada di sebuah tempat, dimana mereka berjanji akan bertemu tadi. "Kamu sangat cantik dengan gaun pengantin ini," puji Alex begitu melihat Rumi keluar sambil mengenakan baju pengantin nya. Rumi tersenyum malu mendengar hal itu, Alex sekarang memang sedikit berubah dia agak lebih lembut dari sebelumnya. Alex sekarang lebih perhatian, bahkan sedikit menurut. Namun sayang hal itu sudah tidak bisa menyentuh hati Rumi lagi. Rumi menatap Alex yang juga
Anggi termenung di dalam mobil, sudah tiga hari ini dia tidak bertemu Biantoro, rasa rindu mulai menyerang padahal sudah bertekad ingin menyerah, Anggi turun dari mobilnya dia meminta Ridwan untuk membawa Biantoro bersamanya agar mereka bisa bertemu. Anggi tersenyum lalu saat bertemu Biantoro, dia langsung duduk di samping Biantoro dan merapatkan diri, dia tidak bisa menyembunyikan rasa rindunya. Sedangkan Biantoro terlihat acuh tak acuh dengan tingkah Anggi padanya, Biantoro tidak mau repot menghindar atau pun melayani tingkah Anggi, dia hanya berpegang teguh pada janji Anggi bahwa tidak akan terjadi apapun pada mereka. "Aku rindu padamu," bisik Anggi, Anggi ingin merubah strategi dalam mendekati Biantoro, ingin akan lebih agresif kali ini. "Apa kita bisa pergi sekarang?" Biantoro bangkit dari duduknya. "Tentu saja!" jawab Anggi sambil menggandeng tangan Biantoro. Biantoro segera melepaskan tangan Anggi dan berjalan mendahuluinya. Namun baru beberapa langkah Biantoro menghe
"Katakan padaku ada hubungan apa diantara kita?" tanya Rumi lagi dengan paksa. Biantoro mengalihkan pandangan nya dari Rumi, dia sendiri blum yakin dengan perasaannya pada Rumi, dia hanya merasa tidak ingin Rumi dimiliki oleh orang lain, karena Biantoro tidak akan pernah mengijinkan apapun yang pernah menjadi miliknya dimiliki orang lain, Biantoro lebih suka jika merusak barangnya jika itu terjadi. "Turun!" ucap Biantoro. Rumi menatap Biantoro tajam, dia sudah tidak sanggup melayani tingkah Biantoro yang begitu sewenang-wenang padanya, Biantoro seenaknya memaksa dirinya bekerja dengannya padahal saat itu dia sedang dalam masalah dan ingin menenangkan diri. Dan beberapa hari ini, Biantoro seenaknya selalu memaksanya naik ke dalam mobilnya lalu seenaknya nya juga menyuruhnya turun. "Tidak mau!" teriak Rumi dengan keras, sudah saatnya dia melawan Biantoro. Ancaman Alex saja sudah membuatnya stress, ditambah harus melayani tingkah Biantoro yang aneh dan menyebalkan, tidak ini haru
"Jika dia yang kamu maksud, lebih baik menyerah," ucap Rumi pelan pada Anggi. "Benarkah?" tanya Anggi dengan kecewa. Rumi mengangguk pelan, menjawab pertanyaan Anggi. "Dia sepertinya tidak akan pernah jatuh cinta pada wanita manapun," ucap Rumi lagi. Biantoro merasa sudah tidak nyaman lagi mendengar pembicaraan antara Rumi dan Anggi, segera bangkit dari duduknya. "Ikut aku!" ajak Biantoro menarik tangan Rumi dengan kuat dan menyeretnya keluar dari tempat itu. Meninggalkan Anggi dan Ridwan dalam kebingungan. "Masuk!" ucap Biantoro begitu membuka pintu mobilnya. Rumi menatap Biantoro sesaat lalu dengan wajah cemberut masuk ke dalam mobil Biantoro. "Turun!" ucap Biantoro begitu mobilnya berhenti, Rumi menatap penuh pertanyaan bukankah ini rumahnya. "Mobilku?" tanya Rumi. Biantoro terdiam sesaat, entah mengapa tadi dia menarik Rumi menjauh dari Anggi, ketika sayup-sayup mendengar cerita diantara kedua nya tentang dirinya, dia tidak ingin Rumi salah paham tentang hubungan ny
Bugh Sebuah pukulan mengenai mulut Alex begitu dia menutup mulutnya, membuat Alex mengerang kesakitan. "Brengsek!" maki Alex saat tahu Biantoro yang melakukan nya. Biantoro menatap Alex dengan garang, berani sekali Alex menyebarkan kebohongan seperti itu, mana mungkin Rumi menikah dengannya. Biantoro benar-benar tidak percaya itu. "Kamu yang brengsek! Mulut mu itu memang harus diberi pelajaran!" geram Biantoro. Pertikaian antara Alex dan Biantoro seketika mengalihkan semua perhatian orang yang ada di sana, mereka yang tahu siapa Alex dan Biantoro seketika terdiam tidak berani ikut campur. "Tidak akan pernah ku biarkan Rumi menikah denganmu!" Alex tertawa kecil merespon ucapan Biantoro. "Rumi sudah sepenuhnya milikku," bisik Alex pelan di depan wajah Biantoro, Biantoro pun segera mendorong kuat tubuh Alex memahami arti perkataan Alex barusan. Biantoro menatap Alex tajam, Biantoro pun segera pergi dari tempat itu, dia harus menemui Rumi untuk memastikan kebenaran nya, dia
Tahu siapa yang di tabrak olehnya, Rumi segera memeluknya, membuat wajah orang g yang dipeluknya memerah. "Bawa aku pergi dari rumah ini," bisik Rumi. Mendengar itu, tanpa banyak bicara lagi, Biantoro segera membopong Rumi di pundaknya, membuat Rumi terkejut. Memangnya dia meminta Bianto membopongnya seperti ini, dia bukan beras. "Turunkan aku!" tariak Rumi. "Kita belum sampai, mobilku di ujung sana!" jawab Biantoro. Rumi mengerutkan keningnya, kenapa Biantoro memarkirkan mobilnya agak jauh dari rumahnya. "Turunkan aku!" ucap Rumi, menyadari dia masih berada di atas pundak Biantoro. "Belum sampai!" balas Biantoro. "Iya, tapi tidak harus seperti ini juga," protes Rumi. "Kamu yang meminta aku membawamu bukan?" tanya Biantoro sambil tersenyum. "Ini menculik bukan membawa," protes Rumi lagi dengan kesal. "Biar cepat!" jawab Biantoro asal. Rumi mendengus kesal saat Biantoro menurunkan dirinya di depan pintu mobilnya, dengan seenaknya Biantoro mendorong masuk Rumi ke dala
Kembalinya Alex ke kota ini membuat Rumi gelisah, semalaman dia tidak bisa memejamkan matanya sekalipun, hingga pagi ini Rumi merasa enggan untuk pergi ke kantor. Rumi menatap taman kecil milik nya yang ada di belakang rumah. Sambil menyeruput teh hangat Rumi menikmati harum bungan yang sedang bermekaran di depan matanya. Handphone pun sengaja tidak dia hidupkan, Rumi benar-benar tidak ingin di ganggu hari ini. Rumi harus berpikir tenang untuk bisa menghadapi Alex, entah apa yang di inginkan Alex darinya, uang? Rasanya bukan itu, karena Alex saat ini sudah mempunyai pekerjaan dengan penghasilan yang tinggi. Rumi yang ingin menyendiri orang lain yang pusing dan ketar ketir, bagaimana tidak pusing dan ketar ketir, Rumi seperti tiba-tiba menghilang seharian ini, handphone nya mati, didatangi rumahnya tidak ada yang menjawab, semua yang mengenal Rumi sudah Biantoro hubungi, namun tidak ada satu orang pun yang tahu dimana keberadaan Rumi. "Sial! Dimana dia?" omel Biantoro dengan mara