Biantoro, menatap Rumi yang masuk ke dalam kamar mandi. Biantoro lalu melihat tangannya yang tadi digibaskan oleh Rumi."Apa dia begitu tidak suka, jika aku memeluknya." Ucap Biantoro, hatinya sedikit sedih menyadari hal ini.Biantoro duduk di tepi tempat tidur, lalu berbaring menatap langit-langit kamarnya. Biantoro merasa bingung pada dirinya sendiri saat ini. Perasaan-perasaan aneh yang selama ini tidak pernah dia rasakan pada seseorang, dia rasakan pada Rumi.Seperti rasa cemas, rasa takut dan juga rasa senang di perhatikan bergantian muncul di benaknya, hanya karena Rumi.Ting!Suara pesan masuk ke dalam handphone, Biantoro segera mengambil handphone nya lalu membukanya.Sederetan foto muncul di handphone, tanpa dia tahu siapa pengirimnya. Wajah Biantoro seketika menegang, melihat foto-foto tersebut."Dia, bersama siapa?" Tanya Biantoro pelan.Klek!Suara pintu kamar mandi terbuka, Rumi keluar dari sana. Biantoro langsung menyimpan handphonenya.Dia memperhatikan Rumi, dahinya se
Apa Alex yang melakukan ini? Tapi untuk apa? Bukankah Alex sudah melupakan dirinya dengan memilih Siska, lagi pula Rumi merasa Alex tidak akan berani berhadapan dengan Biantoro yang di atas segala nya dari dirinya."Siapa yang mengirim foto-foto itu padamu?" "Tidak tahu, nomernya tidak aku kenal," jawab Biantoro dengan santai.Rumi menatap Biantoro dengan bingung, sekaligus sedih. Karena hal ini dia tahu, Biantoro memang tidak pernah mencintainya. Karena Biantoro terlihat santai melihat foto-foto mesranya dengan Danu.Di wajah Biantoro, Rumi tidak sedikitpun melihat ekspresi cemburu."Dia memang tidak mencintaiku," batin Rumi.Di saat yang tegang ini, bunyi handphone Biantoro terdengar. Biantoro langsung mengangkat nya, tidak lama dia memutuskannya tanpa bicara apapun, dia hanya mendengarkan apa yang di ucapkan oleh orang yang bersuara di balik telepon."Masalah ini, sudah menyebar kemana-mana, bersiap-sialah kamu menerima akibat kebodohan mu!" Ucap Biantoro kesal pada Rumi.Menden
Siska di dalam kamar,merasa kesal sendiri. Dia kesal melihat tingkah Biantoro yang begitu angkuh padanya.Siska menatap diri di cermin, wajahnya terlihat mengeras menahan emosi karena Biantoro, Siska berjanji dia pasti akan bisa membuat Biantoro bertekuk lutut di kakinya.Siska menelepon seseorang, lalu tersenyum lebar, membayangkan apa yang nanti akan terjadi"Kakak. Maaf tapi kamu akan tahu jika aku tidak main-main dalam hal ini, aku hanya ingin tahu sejauh mana suami kamu yang sombong itu bisa melindungi mu."Biantoro naik ke atas, untuk melihat keadaan Rumi di kamar. Biantoro membuka pintu kamar perlahan-lahan, untuk sedikit mengintip apa yang sedang di lakukan Rumi saat ini.Biantoro menatap Rumi, yang ternyata sedang melamun. Biantoro jadi merasa sedikit sedih, Biantoro dengan sengaja menutup pintu kamar dengan sedikit kuat, hingga menimbulkan suara agak keras, untuk menarik perhatian Rumi ke arahnya."Aku bosan! Apa kamu bisa temani aku keluar?" Seru Biantoro."Siapa suruh,
Rumi menanti jawaban dari Biantoro untuk menjelaskan, tentang apa yang terjadi."Di bawah apartemen tadi, banyak wartawan, yang ingin mewawancarai kamu," jawab Biantoro.Rumi terdiam, ternyata masalah ini berbuntut panjang. Entah bagaimana dia harus meluruskan hal ini, pikir Rumi.Melihat Rumi melamun, Biantoro pun berkata. "Biarkan aku yang mengurusnya. Kamu tenang saja, nanti di rumah besar. Akan ku buat mereka lupa akan masalah ini." Ucap Biantoro.Rumi menoleh dan menatap Biantoro dengan tajam, apa maksudnya dia harus meninggalkan apartemen dan tinggal di rumah besar, sementara ini."Maksud kamu, kita akan tinggal di rumah besar?" Tanya Rumi."Bukan kita, tapi hanya kamu. Aku akan tetap tinggal di apartemen dan menyelesaikan masalah ini." Rumi kembali menatap Biantoro. Berarti beberapa hari ini, mereka berdua akan berpisah. Rumi merasa tidak ingin melakukan hal ini, jika dia tinggal di rumah besar, Siska dan Biantoro akan berduaan saja di apartemen.Ingatan Rumi langsung teringat
Siska menatap tajam orang yang sedang menatap tajam dirinya juga, saat ini. Mereka berdua saling pandang dengan ekspresi wajah marah."Apa yang kamu lakukan, disini?" Tanya Siska dengan marah."Kamu sendiri, apa yang kamu lakukan di atas tubuh pria itu?" Balas Alex.Alex merasa marah, melihat Siska berada di atas tubuh seorang pria, yang setengah polos.Alex tidak menyangka, jika ternyata Siska, bisa bertindak sampai sejauh ini. "Bukan urusan mu!" Bentak Siska."Pergilah! Jangan ganggu aku!" Lanjut Siska."Ingat kita belum putus." Balas Alex.Siska tertawa mendengar hal itu, "kita memang tidak pernah jadian. Ingat itu!" Balas Siska.Alex membisu mendengar itu, hubungan mereka memang terjalin begitu saja. Namun melihat Siska dalam posisi sekarang bersama pria lain, hatinya terasa sakit, merasa di khianati."Pergilah, jangan rusak rencanaku!" Usir Siska.Namun, Alex masih ngotot tetap berada di tempatnya, untuk melihat apa yang di lakukan oleh Siska pada Biantoro.Siska merasa kesal. Di
Biantoro benar-benar terkejut saat melihat Rumi, berdiri di depan matanya. Sedangkan Siska duduk di lantai, akibat terjatuh, karena menabrak Rumi.Rumi berdiri di tempatnya, memperhatikan penampilan Biantoro dari ujung kaki hingga kepala. Rumi jadi ingat, ketika dia menangkap basah Alex, yang saat itu sedang berselingkuh dengan Siska.Posisi Biantoro saat ini, sama seperti posisi Alex saat itu, mereka hanya memakai celana pendek dan bertelanjang dada, apakah ini memang sudah menjadi takdirnya. Selalu di selingkuhi suami?Rumi menundukkan kepala, menyembunyikan kesedihannya. "Ka Rumi, tolong dia mau memperkosa ku!" Ucap Siska, sambil memeluk kaki Rumi.Biantoro melotot mendengar hal itu. Siska sepertinya tidak benar-benar mengenal Biantoro, aktingnya itu tidak akan mampu mempengaruhi Biantoro.Biantoro melangkah maju ke depan, dengan tatapan tertuju pada Siska."Ka Rumi, tolonglah aku." Ulang Siska lagi."Bangun!" Bentak Biantoro.Siska makin ketakutan, dia terus memohon pada Rumi, ag
Keesokan harinya, pagi-pagi seperti biasanya, Rumi terbangun dan langsung turun dan masuk ke kamar mandi.Setelah selesai mandi, Rumi mencoba membangunkan Biantoro."Bangun lah, sudah pagi." Kali ini Biantoro langsung membuka kedua matanya, agar bisa melihat wajah Rumi yang segar, karena dia tahu jika Rumi baru saja selesai mandi, karena hidungnya mencium harum sabun , milik Rumi.Benar saja, begitu mata Biantoro terbuka. Pemandangan yang sangat indah yang menyegarkan tertangkap di kedua matanya."Cantik sekali dia." Puji Bia tir dalam hatinya."Baguslah, kamu sudah bangun." Ucap Rumi saat melihat kedua mata Biantoro terbuka. "Aku mau bilang, pagi ini aku akan di jemput Gunawan ke kantor." Ucap Rumi.Biantoro terdiam sesaat mendengar ucapan Rumi, namun tidak lama dia langsung bangun dari tidurnya. "Biar aku saja yang antar." Ucap Biantoro cepat sambil turun dari ke tempat tidur lalu berlari masuk ke kamar mandi."Tidak, usah! Aku tidak mau jadi wanita yang merepotkan!" Teriak Rumi.
"Nah itu mobilnya!" Seru Biantoro, saat mereka tiba.Rumi melihat ke arah mobil yang di tunjuk oleh Biantoro. Mobil mewah baru, terlihat jelas di kedua mata Rumi."Apa mobil itu, benar-benar buat ku?" Tanya Rumi."Tentu saja." Jawab Biantoro."Baguslah. Terimakasih." Ucap Rumi, turun dari mobil meninggalkan Biantoro.Biantoro menatap bingung, pada tingkah Rumi, yang terlihat kesal. Bukankah seharusnya dia senang mendapatkan mobil baru.Biantoro segera menyusul Rumi. Brak!Bunyi pintu kamar di tutup kencang oleh Rumi.Tanpa buang waktu lagi, Biantoro segera berlari menyusul Rumi, namun Rumi sudah masuk ke dalam kamar mandi.Ternyata wanita selain merepotkan juga membingungkan, batin Biantoro.Biantoro menoleh saat pintu kamar mandi di buka. Rumi segera membuang wajahnya ke arah lain, saat matanya bertemu dengan mata Biantoro.Brak! Suara keras dari pintu kamar yang di tutup Rumi dengan kencang.Biantoro mengusap dadanya perlahan. Menatap bingung pintu kamar yang sudah tertutup itu."
"Cium lah aku," bisik Rumi sekali lagi pada Biantoro, membuat Biantoro terpaku di tempatnya. Dia menatap tak percaya pada Rumi, apa dia harus mencium Rumi sekarang. Ha, ha, ha Suara tawa Alex menggelegar seketika. "Kamu benar-benar tidak mengenal Tuan Biantoro ini, Rumi. Dia tidak akan bisa melakukan itu, dia itu memang hebat dalam bisnis, tapi dalam masalah wanita dia nol. Dia tidak akan pernah berminat melakukan itu," cerocos Alex. "Berdekatan dengan wanita saja dia pasti gemetar," ledek Alex Rumi menatap tajam Biantoro, benarkah seperti itu. Rumi mengerutkan keningnya, merasa tidak percaya, selama tinggal bersama Biantoro terlihat biasa padanya, bahkan dia tidak canggung memerankan suami dan istri yang mesra di hadapan orang. "Apa kamu mau seumur hidup tidak pernah merasakan sentuhan-sentuhan yang menggairahkan dari seorang pria," ucap Alex lagi, Alex seperti ingin membuat Rumi berpikir seribu kali menjadikan Biantoro kembali sebagai penolongnya. Biantoro hanya diam menatap R
Biantoro menatap tajam Rumi, yang tersenyum padanya. Dia mengutuk senyum Rumi yang ditunjukkan padanya. "Kenapa juga Rumi harus tersenyum padanya, apa dia ingin meledeknya menunjukkan jika dia bahagia," "Aku pergi sekarang!" ucap Biantoro marah. "Tidak! Apa kamu ingin menunjukkan pada Rumi, jika kamu sedih dengan pernikahan ini!" seru Anggi cepat. Biantoro terdiam sesaat, kemudian melihat ke arah Rumi yang masih melihat ke arahnya dengan pandangan yang berbeda. Biantoro merasa pandangan Rumi padanya saat ini, terasa tidak asing, Rumi pernah menatapnya dengan pandangan seperti ini. "Sepertinya di altar sudah banyak yang menunggu kita," bisik Alex pada Rumi, mengalihkan pandangan Rumi dari Biantoro, hingga akhirnya mereka sampai di altar pernikahan menghadap seseorang yang akan menikahkan mereka. Rumi menjadi ragu, apakah dia bisa menghindari pernikahan ini dan mempermalukan Alex. Alex melihat kegelisahan Rumi, dia merasa ada yang tidak beres dengan Rumi. "Aku harap, kamu ja
Rumi menghentikan tangisnya dan segera menghapus air matanya, apa yang baru saja dia dengar dari mulut Biantoro membuatnya sungguh terhenyak dan bersyukur. Walaupun sebenarnya dia pun sudah memeriksakan diri ke dokter, dan memang Alex berbohong padanya. Alex memang pecundang, Rumi bertekad akan membuat Alex menerima balasannya. Alex di kehidupan yang dulu dengan tega membunuhnya dan di kehidupan sekarang Alex menipunya, Alex harus benar-benar di beri pelajaran. Rumi mengendarai mobilnya untuk segera menemui Alex yang sekarang sudah berada di sebuah tempat, dimana mereka berjanji akan bertemu tadi. "Kamu sangat cantik dengan gaun pengantin ini," puji Alex begitu melihat Rumi keluar sambil mengenakan baju pengantin nya. Rumi tersenyum malu mendengar hal itu, Alex sekarang memang sedikit berubah dia agak lebih lembut dari sebelumnya. Alex sekarang lebih perhatian, bahkan sedikit menurut. Namun sayang hal itu sudah tidak bisa menyentuh hati Rumi lagi. Rumi menatap Alex yang juga
Anggi termenung di dalam mobil, sudah tiga hari ini dia tidak bertemu Biantoro, rasa rindu mulai menyerang padahal sudah bertekad ingin menyerah, Anggi turun dari mobilnya dia meminta Ridwan untuk membawa Biantoro bersamanya agar mereka bisa bertemu. Anggi tersenyum lalu saat bertemu Biantoro, dia langsung duduk di samping Biantoro dan merapatkan diri, dia tidak bisa menyembunyikan rasa rindunya. Sedangkan Biantoro terlihat acuh tak acuh dengan tingkah Anggi padanya, Biantoro tidak mau repot menghindar atau pun melayani tingkah Anggi, dia hanya berpegang teguh pada janji Anggi bahwa tidak akan terjadi apapun pada mereka. "Aku rindu padamu," bisik Anggi, Anggi ingin merubah strategi dalam mendekati Biantoro, ingin akan lebih agresif kali ini. "Apa kita bisa pergi sekarang?" Biantoro bangkit dari duduknya. "Tentu saja!" jawab Anggi sambil menggandeng tangan Biantoro. Biantoro segera melepaskan tangan Anggi dan berjalan mendahuluinya. Namun baru beberapa langkah Biantoro menghe
"Katakan padaku ada hubungan apa diantara kita?" tanya Rumi lagi dengan paksa. Biantoro mengalihkan pandangan nya dari Rumi, dia sendiri blum yakin dengan perasaannya pada Rumi, dia hanya merasa tidak ingin Rumi dimiliki oleh orang lain, karena Biantoro tidak akan pernah mengijinkan apapun yang pernah menjadi miliknya dimiliki orang lain, Biantoro lebih suka jika merusak barangnya jika itu terjadi. "Turun!" ucap Biantoro. Rumi menatap Biantoro tajam, dia sudah tidak sanggup melayani tingkah Biantoro yang begitu sewenang-wenang padanya, Biantoro seenaknya memaksa dirinya bekerja dengannya padahal saat itu dia sedang dalam masalah dan ingin menenangkan diri. Dan beberapa hari ini, Biantoro seenaknya selalu memaksanya naik ke dalam mobilnya lalu seenaknya nya juga menyuruhnya turun. "Tidak mau!" teriak Rumi dengan keras, sudah saatnya dia melawan Biantoro. Ancaman Alex saja sudah membuatnya stress, ditambah harus melayani tingkah Biantoro yang aneh dan menyebalkan, tidak ini haru
"Jika dia yang kamu maksud, lebih baik menyerah," ucap Rumi pelan pada Anggi. "Benarkah?" tanya Anggi dengan kecewa. Rumi mengangguk pelan, menjawab pertanyaan Anggi. "Dia sepertinya tidak akan pernah jatuh cinta pada wanita manapun," ucap Rumi lagi. Biantoro merasa sudah tidak nyaman lagi mendengar pembicaraan antara Rumi dan Anggi, segera bangkit dari duduknya. "Ikut aku!" ajak Biantoro menarik tangan Rumi dengan kuat dan menyeretnya keluar dari tempat itu. Meninggalkan Anggi dan Ridwan dalam kebingungan. "Masuk!" ucap Biantoro begitu membuka pintu mobilnya. Rumi menatap Biantoro sesaat lalu dengan wajah cemberut masuk ke dalam mobil Biantoro. "Turun!" ucap Biantoro begitu mobilnya berhenti, Rumi menatap penuh pertanyaan bukankah ini rumahnya. "Mobilku?" tanya Rumi. Biantoro terdiam sesaat, entah mengapa tadi dia menarik Rumi menjauh dari Anggi, ketika sayup-sayup mendengar cerita diantara kedua nya tentang dirinya, dia tidak ingin Rumi salah paham tentang hubungan ny
Bugh Sebuah pukulan mengenai mulut Alex begitu dia menutup mulutnya, membuat Alex mengerang kesakitan. "Brengsek!" maki Alex saat tahu Biantoro yang melakukan nya. Biantoro menatap Alex dengan garang, berani sekali Alex menyebarkan kebohongan seperti itu, mana mungkin Rumi menikah dengannya. Biantoro benar-benar tidak percaya itu. "Kamu yang brengsek! Mulut mu itu memang harus diberi pelajaran!" geram Biantoro. Pertikaian antara Alex dan Biantoro seketika mengalihkan semua perhatian orang yang ada di sana, mereka yang tahu siapa Alex dan Biantoro seketika terdiam tidak berani ikut campur. "Tidak akan pernah ku biarkan Rumi menikah denganmu!" Alex tertawa kecil merespon ucapan Biantoro. "Rumi sudah sepenuhnya milikku," bisik Alex pelan di depan wajah Biantoro, Biantoro pun segera mendorong kuat tubuh Alex memahami arti perkataan Alex barusan. Biantoro menatap Alex tajam, Biantoro pun segera pergi dari tempat itu, dia harus menemui Rumi untuk memastikan kebenaran nya, dia
Tahu siapa yang di tabrak olehnya, Rumi segera memeluknya, membuat wajah orang g yang dipeluknya memerah. "Bawa aku pergi dari rumah ini," bisik Rumi. Mendengar itu, tanpa banyak bicara lagi, Biantoro segera membopong Rumi di pundaknya, membuat Rumi terkejut. Memangnya dia meminta Bianto membopongnya seperti ini, dia bukan beras. "Turunkan aku!" tariak Rumi. "Kita belum sampai, mobilku di ujung sana!" jawab Biantoro. Rumi mengerutkan keningnya, kenapa Biantoro memarkirkan mobilnya agak jauh dari rumahnya. "Turunkan aku!" ucap Rumi, menyadari dia masih berada di atas pundak Biantoro. "Belum sampai!" balas Biantoro. "Iya, tapi tidak harus seperti ini juga," protes Rumi. "Kamu yang meminta aku membawamu bukan?" tanya Biantoro sambil tersenyum. "Ini menculik bukan membawa," protes Rumi lagi dengan kesal. "Biar cepat!" jawab Biantoro asal. Rumi mendengus kesal saat Biantoro menurunkan dirinya di depan pintu mobilnya, dengan seenaknya Biantoro mendorong masuk Rumi ke dala
Kembalinya Alex ke kota ini membuat Rumi gelisah, semalaman dia tidak bisa memejamkan matanya sekalipun, hingga pagi ini Rumi merasa enggan untuk pergi ke kantor. Rumi menatap taman kecil milik nya yang ada di belakang rumah. Sambil menyeruput teh hangat Rumi menikmati harum bungan yang sedang bermekaran di depan matanya. Handphone pun sengaja tidak dia hidupkan, Rumi benar-benar tidak ingin di ganggu hari ini. Rumi harus berpikir tenang untuk bisa menghadapi Alex, entah apa yang di inginkan Alex darinya, uang? Rasanya bukan itu, karena Alex saat ini sudah mempunyai pekerjaan dengan penghasilan yang tinggi. Rumi yang ingin menyendiri orang lain yang pusing dan ketar ketir, bagaimana tidak pusing dan ketar ketir, Rumi seperti tiba-tiba menghilang seharian ini, handphone nya mati, didatangi rumahnya tidak ada yang menjawab, semua yang mengenal Rumi sudah Biantoro hubungi, namun tidak ada satu orang pun yang tahu dimana keberadaan Rumi. "Sial! Dimana dia?" omel Biantoro dengan mara