Keesokan harinya, pagi-pagi seperti biasanya, Rumi terbangun dan langsung turun dan masuk ke kamar mandi.Setelah selesai mandi, Rumi mencoba membangunkan Biantoro."Bangun lah, sudah pagi." Kali ini Biantoro langsung membuka kedua matanya, agar bisa melihat wajah Rumi yang segar, karena dia tahu jika Rumi baru saja selesai mandi, karena hidungnya mencium harum sabun , milik Rumi.Benar saja, begitu mata Biantoro terbuka. Pemandangan yang sangat indah yang menyegarkan tertangkap di kedua matanya."Cantik sekali dia." Puji Bia tir dalam hatinya."Baguslah, kamu sudah bangun." Ucap Rumi saat melihat kedua mata Biantoro terbuka. "Aku mau bilang, pagi ini aku akan di jemput Gunawan ke kantor." Ucap Rumi.Biantoro terdiam sesaat mendengar ucapan Rumi, namun tidak lama dia langsung bangun dari tidurnya. "Biar aku saja yang antar." Ucap Biantoro cepat sambil turun dari ke tempat tidur lalu berlari masuk ke kamar mandi."Tidak, usah! Aku tidak mau jadi wanita yang merepotkan!" Teriak Rumi.
"Nah itu mobilnya!" Seru Biantoro, saat mereka tiba.Rumi melihat ke arah mobil yang di tunjuk oleh Biantoro. Mobil mewah baru, terlihat jelas di kedua mata Rumi."Apa mobil itu, benar-benar buat ku?" Tanya Rumi."Tentu saja." Jawab Biantoro."Baguslah. Terimakasih." Ucap Rumi, turun dari mobil meninggalkan Biantoro.Biantoro menatap bingung, pada tingkah Rumi, yang terlihat kesal. Bukankah seharusnya dia senang mendapatkan mobil baru.Biantoro segera menyusul Rumi. Brak!Bunyi pintu kamar di tutup kencang oleh Rumi.Tanpa buang waktu lagi, Biantoro segera berlari menyusul Rumi, namun Rumi sudah masuk ke dalam kamar mandi.Ternyata wanita selain merepotkan juga membingungkan, batin Biantoro.Biantoro menoleh saat pintu kamar mandi di buka. Rumi segera membuang wajahnya ke arah lain, saat matanya bertemu dengan mata Biantoro.Brak! Suara keras dari pintu kamar yang di tutup Rumi dengan kencang.Biantoro mengusap dadanya perlahan. Menatap bingung pintu kamar yang sudah tertutup itu."
Mendengar ucapan Ridwan, Rumi dan Biantoro tentu terdiam. Jatuh Cinta sebuah kata yang asing di telinga mereka berdua. "Aku tidak suka dia," ucap Biantoro. Ridwan tercengang mendengar itu. "jika tidak suka kenapa menikah?" tanya Ridwan spontan. "terpaksa, nenek terus memaksaku menikah." jawab Biantoro. Ridwan kembali tercengang mendengar jawaban Biantoro, lalu dia menoleh ke arah Rumi. Rumi menundukkan kepalanya dalam-dalam, dia malu ada orang luar mengetahui masalah antara dia dan Biantoro. "lalu kamu kenapa mau menikah dengannya?" tanya Ridwan pada Rumi. Rumi mengangkat kepalanya menoleh ke arah Ridwan. lalu berkata "untuk balas dendam," jawab Rumi, terus terang. melihat Biantoro berani mengatakan Sola mereka pada Ridwan. Rumi beranggapan dia pun bisa melakukan itu pada Ridwan. "balas dendam?" "calon suamiku mengkhianati ku," jawab Rumi. "Bodoh! Pria itu sangat bodoh. Meninggalkan wanita secantik kamu," ucap Ridwan, menatap sedih ke arah Rumi. Rumi tersenyum mend
Keesokan harinya, Biantoro terbangun dan langsung melakukan seperti yang biasa dia lakukan. Setelah selesai melakukan semuanya, Biantoro pun, perlahan turun ke lantai satu melalui anak tangga. Biantoro menatap makanan, menu sarapan pagi ini. Terlihat berbeda dari biasanya, Biantoro menatap pelayannya, yang sedang menatap ke arahnya, menunggu dirinya duduk. "Aku tidak sarapan, pagi ini," ucap Biantoro, entah mengapa keinginan untuk sarapan pagi ini, hilang. Biantoro langsung keluar dari apartemen nya, lalu meminta supirnya untuk mengemudi hari ini. Biantoro menatap pemandangan di luar, melalui kaca mobil. Entah mengapa, sejak bangun tidur dia merasa dia melupakan sesuatu. Bahkan sampai sekarang, Biantoro memikirkan hal itu, apa yang dia lupakan, hingga dia begitu gelisah seperti sekarang. "Apa tuan baik-baik, saja?" pertanyaan sopir mengejutkan Biantoro. "Tentu saja. Memangnya kenapa?" tanya Biantoro bingung "Anda terlihat tidak bersemangat." "Mungkin kecapean," jawab B
Rumi kembali terkejut, saat mengetahui siapa yang akan diajak kerjasama olehnya. "Ternyata kamu, orang kepercayaan Tuan Wilson," ucap Rumi, saat bertemu dengan Alex.. Alex tersenyum lebar mendengar suara Rumi yang terdengar agak kecewa. "Maaf telah mengecewakan," jawab Alex. Rumi segera duduk di kursi nya, lalu tanpa basa basi langsung membicarakan tujuannya. Alex terlihat santai mendengarkan segala yang di ucapkan oleh Rumi. "Ternyata dia memang pandai," puji Alex dalam hati. Rumi sekarang memang berbeda dengan Rumi yang dia kenal. Rumi yang dia kenal sangat tertutup dan juga menerima apapun, namun Rumi yang sekarang terlihat lebih bersemangat dan ceria. "Bagaimana menurut anda?" tanya Rumi, mengejutkan Alex yang ketahuan sedang menatap ke arahnya. "Lumayan, akan aku pikirkan. Namun sekarang aku ingin makan dulu," jawab Alex.. Rumi terdiam sesaat, lalu mengangguk. Alex tidak banyak bicara, namun diam-diam selalu mencuri pandang ke arah Rumi, selama mereka makan. Begi
Rumi menatap pemandangan di luar mobilnya, mulutnya seperti terkunci, tidak sanggup untuk berkata apapun. Bagaimana Alex melakukan hal ini padanya, tidak aku tidak mau berhubungan apapun lagi dengan Alex, teriak Rumi dalam hatinya. Rumi jadi menyesali kenapa juga, dia datang membantu Alex semalam. Jika saja hal itu tidak dia lakukan, pasti semalam tidak terjadi apapun padanya. "Nyonya baik-baik saja?" tanya Gunawan mengejutkan Rumi. Rumi menatap Gunawan sesaat lalu, berkata. "Sepertinya aku butuh liburan setelah ini," "Baiklah, berapa lama anda akan berlibur?" tanya Gunawan. "Entahlah, begitu aku siap bekerja, aku akan memberitahu kamu," jawab Rumi. Gunawan seperti mengerti keadaan Rumi, tanpa bertanya apapun dia langsung pamit pergi, meninggalkan Rumi sendirian. Rumi langsung berlari ke dalam kamarnya, dia melepaskan perasaan sedihnya yang dia tahan selama perjalanan tadi. "Bodoh! Aku memang bodoh, percaya lagi dengan dia!" teriak Rumi. "Kenapa???" teriak Rumi. Ru
Biantoro menatap langit kamar nya sambil memikirkan Rumi, dia mengusap dadanya perlahan, jantungnya. berdetak kencang saat membayangkan wajah Rumi. Biantoro tersenyum akhirnya dia bisa bertemu lagi dengan Rumi hari ini. "Aku harus menemukan alasan untuk bisa bertemu dengan nya, lagi," batin Biantoro. Biantoro mengambil handphonenya lalu menelepon seseorang, setelah itu dia tersenyum lebar membayangkan apa yang akan terjadi besok, setelah itu dia memejamkan matanya, menanti hari esok. *** Keesokan harinya, dengan penuh semangat Biantoro bangun dari tidurnya dan berangkat bekerja. Setiap hari dia memang selalu semangat namun hari ini semangat nya berlipat-lipat ganda, membayangkan siapa yang akan ditemuinya nanti. "Apa kamu sudah menyelesaikan apa yang aku pinta semalam?" tanya Biantoro pada asistennya begitu dia datang. "Semua selesai.". Mendengar itu, senyum Biantoro langsung melebar dua kali lipat dari biasanya. Biantoro langsung mengerjakan pekerjaannya hari itu dengan
Rumi berpindah duduk di sofa agak agak jauh dari Biantoro, lalu meletakkan map yang dia bawa di atas meja, agar Biantoro segera melihat dan membacanya. "Bagus, aku setuju!" ucap Biantoro setelah melihat dan membaca sebentar isi map itu. "Baguslah, kalau begitu aku pergi sekarang," pamit Rumi. "Tidak semudah itu," ucap Biantoro menahan langkah Rumi Rumi menatap Biantoro dengan tatapan curiga, apa maksud perkataan Biantoro barusan. "Aku ingin setiap hari kamu yang menemui ku, untuk melaporkan perkembangan proyek ini" ucap Biantoro tanpa basa basi. "Hah....," ucap Rumi terkejut. Rumi menatap Biantoro yang sedang membaca laporan yang dia berikan, kenapa juga mereka harus kembali dekat seperti ini. Bukankah seharusnya mereka tidak bertemu lagi dan dekat seperti ini lagi. Rumi beranjak dari duduknya, hendak pamit pergi, namun dengan cepat Biantoro menahannya. "Aku harus menemui klien, aku harap kamu ikut," Rumi mengerutkan keningnya, kenapa dia harus ikut, bukankah tidak
"Cium lah aku," bisik Rumi sekali lagi pada Biantoro, membuat Biantoro terpaku di tempatnya. Dia menatap tak percaya pada Rumi, apa dia harus mencium Rumi sekarang. Ha, ha, ha Suara tawa Alex menggelegar seketika. "Kamu benar-benar tidak mengenal Tuan Biantoro ini, Rumi. Dia tidak akan bisa melakukan itu, dia itu memang hebat dalam bisnis, tapi dalam masalah wanita dia nol. Dia tidak akan pernah berminat melakukan itu," cerocos Alex. "Berdekatan dengan wanita saja dia pasti gemetar," ledek Alex Rumi menatap tajam Biantoro, benarkah seperti itu. Rumi mengerutkan keningnya, merasa tidak percaya, selama tinggal bersama Biantoro terlihat biasa padanya, bahkan dia tidak canggung memerankan suami dan istri yang mesra di hadapan orang. "Apa kamu mau seumur hidup tidak pernah merasakan sentuhan-sentuhan yang menggairahkan dari seorang pria," ucap Alex lagi, Alex seperti ingin membuat Rumi berpikir seribu kali menjadikan Biantoro kembali sebagai penolongnya. Biantoro hanya diam menatap R
Biantoro menatap tajam Rumi, yang tersenyum padanya. Dia mengutuk senyum Rumi yang ditunjukkan padanya. "Kenapa juga Rumi harus tersenyum padanya, apa dia ingin meledeknya menunjukkan jika dia bahagia," "Aku pergi sekarang!" ucap Biantoro marah. "Tidak! Apa kamu ingin menunjukkan pada Rumi, jika kamu sedih dengan pernikahan ini!" seru Anggi cepat. Biantoro terdiam sesaat, kemudian melihat ke arah Rumi yang masih melihat ke arahnya dengan pandangan yang berbeda. Biantoro merasa pandangan Rumi padanya saat ini, terasa tidak asing, Rumi pernah menatapnya dengan pandangan seperti ini. "Sepertinya di altar sudah banyak yang menunggu kita," bisik Alex pada Rumi, mengalihkan pandangan Rumi dari Biantoro, hingga akhirnya mereka sampai di altar pernikahan menghadap seseorang yang akan menikahkan mereka. Rumi menjadi ragu, apakah dia bisa menghindari pernikahan ini dan mempermalukan Alex. Alex melihat kegelisahan Rumi, dia merasa ada yang tidak beres dengan Rumi. "Aku harap, kamu ja
Rumi menghentikan tangisnya dan segera menghapus air matanya, apa yang baru saja dia dengar dari mulut Biantoro membuatnya sungguh terhenyak dan bersyukur. Walaupun sebenarnya dia pun sudah memeriksakan diri ke dokter, dan memang Alex berbohong padanya. Alex memang pecundang, Rumi bertekad akan membuat Alex menerima balasannya. Alex di kehidupan yang dulu dengan tega membunuhnya dan di kehidupan sekarang Alex menipunya, Alex harus benar-benar di beri pelajaran. Rumi mengendarai mobilnya untuk segera menemui Alex yang sekarang sudah berada di sebuah tempat, dimana mereka berjanji akan bertemu tadi. "Kamu sangat cantik dengan gaun pengantin ini," puji Alex begitu melihat Rumi keluar sambil mengenakan baju pengantin nya. Rumi tersenyum malu mendengar hal itu, Alex sekarang memang sedikit berubah dia agak lebih lembut dari sebelumnya. Alex sekarang lebih perhatian, bahkan sedikit menurut. Namun sayang hal itu sudah tidak bisa menyentuh hati Rumi lagi. Rumi menatap Alex yang juga
Anggi termenung di dalam mobil, sudah tiga hari ini dia tidak bertemu Biantoro, rasa rindu mulai menyerang padahal sudah bertekad ingin menyerah, Anggi turun dari mobilnya dia meminta Ridwan untuk membawa Biantoro bersamanya agar mereka bisa bertemu. Anggi tersenyum lalu saat bertemu Biantoro, dia langsung duduk di samping Biantoro dan merapatkan diri, dia tidak bisa menyembunyikan rasa rindunya. Sedangkan Biantoro terlihat acuh tak acuh dengan tingkah Anggi padanya, Biantoro tidak mau repot menghindar atau pun melayani tingkah Anggi, dia hanya berpegang teguh pada janji Anggi bahwa tidak akan terjadi apapun pada mereka. "Aku rindu padamu," bisik Anggi, Anggi ingin merubah strategi dalam mendekati Biantoro, ingin akan lebih agresif kali ini. "Apa kita bisa pergi sekarang?" Biantoro bangkit dari duduknya. "Tentu saja!" jawab Anggi sambil menggandeng tangan Biantoro. Biantoro segera melepaskan tangan Anggi dan berjalan mendahuluinya. Namun baru beberapa langkah Biantoro menghe
"Katakan padaku ada hubungan apa diantara kita?" tanya Rumi lagi dengan paksa. Biantoro mengalihkan pandangan nya dari Rumi, dia sendiri blum yakin dengan perasaannya pada Rumi, dia hanya merasa tidak ingin Rumi dimiliki oleh orang lain, karena Biantoro tidak akan pernah mengijinkan apapun yang pernah menjadi miliknya dimiliki orang lain, Biantoro lebih suka jika merusak barangnya jika itu terjadi. "Turun!" ucap Biantoro. Rumi menatap Biantoro tajam, dia sudah tidak sanggup melayani tingkah Biantoro yang begitu sewenang-wenang padanya, Biantoro seenaknya memaksa dirinya bekerja dengannya padahal saat itu dia sedang dalam masalah dan ingin menenangkan diri. Dan beberapa hari ini, Biantoro seenaknya selalu memaksanya naik ke dalam mobilnya lalu seenaknya nya juga menyuruhnya turun. "Tidak mau!" teriak Rumi dengan keras, sudah saatnya dia melawan Biantoro. Ancaman Alex saja sudah membuatnya stress, ditambah harus melayani tingkah Biantoro yang aneh dan menyebalkan, tidak ini haru
"Jika dia yang kamu maksud, lebih baik menyerah," ucap Rumi pelan pada Anggi. "Benarkah?" tanya Anggi dengan kecewa. Rumi mengangguk pelan, menjawab pertanyaan Anggi. "Dia sepertinya tidak akan pernah jatuh cinta pada wanita manapun," ucap Rumi lagi. Biantoro merasa sudah tidak nyaman lagi mendengar pembicaraan antara Rumi dan Anggi, segera bangkit dari duduknya. "Ikut aku!" ajak Biantoro menarik tangan Rumi dengan kuat dan menyeretnya keluar dari tempat itu. Meninggalkan Anggi dan Ridwan dalam kebingungan. "Masuk!" ucap Biantoro begitu membuka pintu mobilnya. Rumi menatap Biantoro sesaat lalu dengan wajah cemberut masuk ke dalam mobil Biantoro. "Turun!" ucap Biantoro begitu mobilnya berhenti, Rumi menatap penuh pertanyaan bukankah ini rumahnya. "Mobilku?" tanya Rumi. Biantoro terdiam sesaat, entah mengapa tadi dia menarik Rumi menjauh dari Anggi, ketika sayup-sayup mendengar cerita diantara kedua nya tentang dirinya, dia tidak ingin Rumi salah paham tentang hubungan ny
Bugh Sebuah pukulan mengenai mulut Alex begitu dia menutup mulutnya, membuat Alex mengerang kesakitan. "Brengsek!" maki Alex saat tahu Biantoro yang melakukan nya. Biantoro menatap Alex dengan garang, berani sekali Alex menyebarkan kebohongan seperti itu, mana mungkin Rumi menikah dengannya. Biantoro benar-benar tidak percaya itu. "Kamu yang brengsek! Mulut mu itu memang harus diberi pelajaran!" geram Biantoro. Pertikaian antara Alex dan Biantoro seketika mengalihkan semua perhatian orang yang ada di sana, mereka yang tahu siapa Alex dan Biantoro seketika terdiam tidak berani ikut campur. "Tidak akan pernah ku biarkan Rumi menikah denganmu!" Alex tertawa kecil merespon ucapan Biantoro. "Rumi sudah sepenuhnya milikku," bisik Alex pelan di depan wajah Biantoro, Biantoro pun segera mendorong kuat tubuh Alex memahami arti perkataan Alex barusan. Biantoro menatap Alex tajam, Biantoro pun segera pergi dari tempat itu, dia harus menemui Rumi untuk memastikan kebenaran nya, dia
Tahu siapa yang di tabrak olehnya, Rumi segera memeluknya, membuat wajah orang g yang dipeluknya memerah. "Bawa aku pergi dari rumah ini," bisik Rumi. Mendengar itu, tanpa banyak bicara lagi, Biantoro segera membopong Rumi di pundaknya, membuat Rumi terkejut. Memangnya dia meminta Bianto membopongnya seperti ini, dia bukan beras. "Turunkan aku!" tariak Rumi. "Kita belum sampai, mobilku di ujung sana!" jawab Biantoro. Rumi mengerutkan keningnya, kenapa Biantoro memarkirkan mobilnya agak jauh dari rumahnya. "Turunkan aku!" ucap Rumi, menyadari dia masih berada di atas pundak Biantoro. "Belum sampai!" balas Biantoro. "Iya, tapi tidak harus seperti ini juga," protes Rumi. "Kamu yang meminta aku membawamu bukan?" tanya Biantoro sambil tersenyum. "Ini menculik bukan membawa," protes Rumi lagi dengan kesal. "Biar cepat!" jawab Biantoro asal. Rumi mendengus kesal saat Biantoro menurunkan dirinya di depan pintu mobilnya, dengan seenaknya Biantoro mendorong masuk Rumi ke dala
Kembalinya Alex ke kota ini membuat Rumi gelisah, semalaman dia tidak bisa memejamkan matanya sekalipun, hingga pagi ini Rumi merasa enggan untuk pergi ke kantor. Rumi menatap taman kecil milik nya yang ada di belakang rumah. Sambil menyeruput teh hangat Rumi menikmati harum bungan yang sedang bermekaran di depan matanya. Handphone pun sengaja tidak dia hidupkan, Rumi benar-benar tidak ingin di ganggu hari ini. Rumi harus berpikir tenang untuk bisa menghadapi Alex, entah apa yang di inginkan Alex darinya, uang? Rasanya bukan itu, karena Alex saat ini sudah mempunyai pekerjaan dengan penghasilan yang tinggi. Rumi yang ingin menyendiri orang lain yang pusing dan ketar ketir, bagaimana tidak pusing dan ketar ketir, Rumi seperti tiba-tiba menghilang seharian ini, handphone nya mati, didatangi rumahnya tidak ada yang menjawab, semua yang mengenal Rumi sudah Biantoro hubungi, namun tidak ada satu orang pun yang tahu dimana keberadaan Rumi. "Sial! Dimana dia?" omel Biantoro dengan mara