Share

7. AMM! 7

"Apa yang kamu bawah ini, Fit...?" raut kekesalan nampak di wajah ibu mertua.

Senyum mengejeknya tiba-tiba menghilang, berganti merah padam.

Jelas lah jika ibu mertua sangat shock dan murka, bagaimana tidak, rendang daging yang dinantinya sengaja yang ku masak adalah rendang tahu, begitupun dengan ayam krispi, aku ganti daging ayamnya dengan tahu toh juga ku bumbui sama seperti bumbu ayam krispi.

Ingin makan enak tapi gak mau kasih modal.

Bukannya mau perhitungan dengan keluarga dari suamiku, tapi mereka sendiri yang sudah sangat keterlaluan, tak pernah mengingat dan menganggapku juga anakku jika mereka sedang senang, bahkan uang yang sebenarnya mereka pergunakan itu adalah hak ku juga anakku.

Bahkan perlengkapan yang sudah mereka beli diam-diam tanpa sepengetahuanku juga yang hasil kerja kerasku yang sengaja diambil tanpa ijin oleh suamiku.

Pun dengan suamiku sendiri, ia sangat lah perhitungan dengan keluargaku termasuk dengan bapakku sendiri.

Teringat ketika aku memintanya untuk sedikit menyumbang biaya pengobatan bapak, yang waktu itu karena adanya tumor jinak di kaki bapak, maka mau tidak mau harus ditindak lanjuti dengan melakukan pembedahan atau operasi kecil.

Hanya menyumbang sebagian, bukan membayar biaya sepenuhnya, karena kakak laki-laki ku, yaitu bang Ilham juga mau membiayai operasi bapak, namun dikarenakan bertepatan dengan operasi kuret istrinya yang baru saja mengalami keguguran, mau tidak mau-mau kakakku harus membagi uangnya.

Belum juga satu minggu bapak keluar dari rumah sakit, juga bekas lukanya yang belum mengering, tega-teganya mas Guntur suamiku itu menagih uangnya kepada bang Ilham, dengan alasan ada keperluan yang sangat mendesak, apa lagi kalau bukan untuk kepentingan keluarganya.

Mendapati hal tersebut, aku hanya bisa mengelus dada, dan meminta maaf atas perilaku suamiku itu kepada bapak juga bang Ilham.

Harusnya uang sebagai biaya meringankan beban untuk bapak juga bang Ilham, karena selama ini yang merawat bapak adalah bang Ilham dan istrinya, karena ibu sendiri juga telah berpulang ke Rahmatullah ketika aku masih duduk di bangku SMA. Namun oleh suamiku uang itu di jadikannya sebagai uang pinjaman yang dipinjam oleh bapak kepada kami.

Sunguh sangat malu, harusnya sebagai seorang anak ini adalah kesempatan untuk sedikit menunjukkan bakti kita kepadanya.

Kalo suamiku saja bisa perhitungan dengan keluargaku, aku juga akan mulai perhitungan pula pada keluarganya.

"Emang kenapa, Bu?" tanya mbak Mila.

Ia berjalan kearah ibu mertua, dan melihat apa yang dinjukkan oleh ibunya itu kepada ku.

"Lihat ini, Gun, apa yang dibawah oleh istrimu itu!" ibu memberi perintah pada mas Guntur untuk mengecek isi dari box makanan yang diangkat oleh ibunya.

Suamiku pun mengikuti perintah dari ibunya, segera diambilnya box itu dari tangan ibunya, dan melihat kedalam isinya.

Ekspresi terkejut juga yang diperlihatkan oleh mas Guntur, mata nyalangnya menatap ke arahku.

"Maksud kamu itu apa, Fit, ngasih ibu makanan kayak gini?" hardik mas Guntur kepadaku.

Aku tahu, pasti dia sangatlah malu pada keluarganya.

Dia sendiri yang berkoar-koar akan membawakan rendang dan ayam krispi untuk keluarganya, tapi gak mau keluar modal, jadi jangan harap aku mau keluarin uangku untuk mereka.

Mereka makan enak saja gak pernah ingat, justru aku dan anakku yang tiap hari makan paje tahu, tempe, telur untuk Zaskia, aku berkorban seperti ini, berhemat agar keingin untuk segera memiliki rumah bisa segera terwujud.

Namun sayang, justru suami dan keluarganya yang menghancurkan harapan ku tersebut.

Dengan sengaja mereka memoroti mas Gutur untuk kesenangan mereka sendiri.

Aku rela dan tak akan pernah mengikhlaskan uangku yang telah mereka ambil.

"Itu rendang mas." ucap ku datar.

"Rendang apaan, kamu tau itu tahu bukan daging!" sungutnya.

"Yang bilang rendang daging juga siapa, itu memang rendang tahu dan tahu krispi." aku juga tak kalah bersungutnya.

"Makanya kalo kepengen makan enak itu modal, lha kalian pengen makan enak tapi gak mau keluar uang, kamu mas, emang kamu ngasih uang aku buat belanja masakin keluargamu? Gak kan? Kalo saja kamu gak perhitungan sama keluargaku, aku juga gak akan perhitungan sama keluargamu mas." jelasku panjang lebar.

Seketika mereka diam, terutama mas Guntur, karena apa yang aku ucapkan, benar apa adanya.

"Kamu, Ros, enak banget kepengen ini, kepengen itu, kenapa minta sama suamiku, bukannya suamimu itu Yoga! Hah! Kamu pikir aku gak tahu kelakuanmu. Pasti mesin cuci baru itu juga kamu kan yang minta sama ibu, biar ibu yang minta sama suamiku.

Apa kalian kira itu uang semua milik mas Guntur! Itu uang juga sebagian besar hasil kerja kerasku, emang kalian yang cuma ongkang-ongkang kaki saja minta ini minta itu, tanpa mikir itu uang datangnya dari mana.

Untuk ibu, aku gak pernah melarang mas Guntur berbakti sama ibu, tapi Fitri mohon sama ibu, tolong jangan memanfaatkan dan korbankan kami demi kesenangan anak ibu yang lain. Fitri selama ini diam saja melihat ibu yang teramat sangat pilih kasih sama Fitri juga Zaskia.

Kamu mbak, kamu itu kakak dari suamiku, tapi kamu tega memanfaatkan adikku sendiri, hanya karena suamimu memberi informasi lowongan kerja, itu kalian anggap sebagai hutang budi yang harus kami bayar tiap bulannya, kamu bisa menjumlahkan berapa uang yang telah suamiku berikan untuk kalian, tak cukupkah selama lima tahun dengan satu juta perbulan untuk diberikan pada kalian.

Aku juga kepengen seperti yang lain, kepengen punya rumah sendiri, tapi kalo terus-terusan kalian ganggu kapan aku dan mas Guntur bisa hidup normal.

Kamu mas, kalo kamu lebih berat sama keluargamu dari pada anak istrimu, baik, aku gak akan menghalangi, dan aku lebih baik mundur mas.

Sudah cukup batinku kalian sakiti selama ini.

Aku dan Zaskia juga bisa hidup tanpa kamu mas.

Lebih baik, kamu hidupi itu keluargamu, biar mereka yang bahagia dan kamu yang menanggung derita."

Segera aku pergi meninggalkan mereka yang masih terdiam ditempatnya, aku mengambil Zaskia yang masih tertidur dikamar.

Sengaja aku telah menghubungi bang Ilham sebelum ibu mertua balik kerumah.

"Dasar perempuan sombong, kita lihat saja kamu bisa hidup apa tidak tanpa suamimu." masih terdengar cacian dari mbak Mila.

"Biar saja, Gun, kita lihat saja, palingan juga itu gertakan sambal." Ibu mertua ikut menimpali.

Ku percepat langkah ku tanpa ingin menoleh dan berpamitan pada mereka, juga mas Guntur tak ada sedikitpun niat untuk mencegah istrinya.

Kebetulan juga bang Ilham sudah sampai di gang depan sehingga tak perlu jauh-jauh aku berjalan sambil menggendong Zaskia yang rupanya sudah mulai terbangun.

Aku sudah putuskan untuk tinggal sementara di rumah bapak.

Dengan menaiki mobil sayur milik bang Ilham, aku memintanya untuk mampir sebentar ke rumah kontrakan kami sekedar mengambil keperluanku juga Zaskia, sebelum melanjutkan perjalanan kerumah bapak, karena tak ada barang berharga yang kami punya dan kami simpan, kecuali buku tabungan milik kami berdua yang sudah aku amankan.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Harmanto
sudah sekesai cerpennya
goodnovel comment avatar
Nurul Syamsi
menarik dan membuat penasaran
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status