Sunggu tak ku sangka betapa tega suamiku itu membiarkan istri dan anaknya tanpa berusaha untuk mencegah kepergian kami saat ini. Dia lebih mementingkan perasaan keluarga ketimbang anak dan istrinya. Tanggung jawab pada ibunya, tapi lupa pada tangung jawab atas istri dan juga anaknya.Sengaja aku tidak mengiriminya pesan pun sengaja aku matikan gawai ini.Berpikir diri ini untuk mengetahui apakah suamiku ini beruya untuk mencari keberadaan istri maupun anaknya.Sejauh ini memang hubungan antara suamiku dan Zaskia putri kami tidaklah cukup dekat, lebih tepatnya suamiku kurang perhatian bahkan terlalu cuek pada putri semata wayangnya, sehingga ketika putriku tidak bertemu dengan ayahnya itu, sama sekali ia tidak menanyakan tentang keberadaan ayahnya._____Sudah beberapa hari ini, dari kejadian saat di rumah ibu mertua, aku memutuskan untuk tinggal di rumah masa kecilku dulu, rumah di mana banyak menyimpan kenangan saat-saat masih adanya ibu di sisi-sisi kami.Rumah yang sangat sederhana
"Assalamualaikum," terdengar suara orang mengucapkan salam, ketika aku sedang menggangkat pakaian yang sudah kering dari jemuran di belakang rumah."Waalaikumsalam," jawabku.Segera ku bereskan pakaian yang sudah kering itu dan membawanya masuk ke dalam rumah.Bergegas menuju pintu dan segera membukanya."Mas Guntur?" sapaku pada orang yang berdiri di depan pintu."Fit," balasnya.Seperti orang kikuk, ia melongokkan kepala dan menolehkannya seperti seseorang yang sedang mencari sesuatu, sebelum ia masuk ke dalam rumah."Kenapa mas? Kamu nyariin apa?" tanyaku sambil melebarkan pintu yang kubuka ini, dan mendapatinya sedikit gelagapan mendengar aku bersuara.Heran saja melihat gelagat dari orang yang ku panggil suami ini, tingkahnya seperti orang yang baru melihat tempat ini saja.Mungkin mas Guntur merasa keheranan melihat kondisi rumah ini yang sedikit mengalami perubahan.Benar saja dia heran, wong terakhir dia datang ke rumah ini saja lebaran tahun lalu, entah apa alasannya untuk en
Setelah selesai ia menghabiskan makanan dan juga kopi yang tadi aku sajikan, segera ku bereskan dan membawa piring juga cangkir itu ke dapur.*Sekarang kami duduk berdua di ruang tamu, tepatnya aku duduk di samping kirinya."Kamu kepiran apa sampai mau menemuiku di rumah bapak ini?" tanyaku, aku menatapnya menuntut jawaban yang akan ia berikan."Kamu kan istriku dan beberapa hari kamu meninggalkan rumah, jadi wajar bila aku datang kemari untuk mencari istri juga anakku dan akan mengajak kalian pulang." jawabnya."Terus di mana hati dan pikiran kamu, mas, saat istri dan anakmu keluar dari rumah ibumu tanpa kamu berusaha untuk mencegahnya." cercaku padanya. "Apa kamu menghawatirkan kami saat itu? Tidak kan? Kamu lebih memilih bersama dengan keluargamu dan makan-makan enak di luar tanpa mengingat kami, tanpa kamu ingat akan istri dan anakmu sudah makan apa belum, apa pernah sekali saja kamu mengajak istri dan anakmu ini seperti kamu mengajak ibu dan juga keluargamu yang lain," cerocosku
Mungkin karena telinganya sudah panas mendengar ocehan ku, dan aku juga tidak ada niat untuk memanggilkan Zaskia yang memang sedang berada di rumah Budhenya, serta memang aku tidak ingin menawarinya untuk menginap atau ikut tinggal bersama kami, di rumah peninggalan orangtuaku ini, akhirnya Mas Guntur pun berpamitan untuk pulang.Entah maksudnya pulang itu, pulang ke rumah kontrakan atau ke rumah ibunya.*Satu Minggu setelah kedangtangannya ke rumah ini, tak terdengar lagi kabar darinya, tak ada panggilan telepon ataupun pesan yang masuk di gawaiku ini atas namanya.Hari ini aku disibukkan dengan banyaknya pesanan nasi kotak yang datang.Iya, aku dibantu oleh kakak iparku, Mbak Sari untuk mempromosikan usaha katering online milikku.Ini adalah orderan perdana setelah kepindahanku di rumah ini.Tak lupa, aku menghubungi Mbak Tatik untuk bantu-bantu seperti biasanya, karena jarak yang lumayan, aku juga menawarinya untuk mengganti uang bensinnya.Bukan tak mau mencari orang baru untuk b
POV GunturSia-sia usahaku mendatangi rumah dari orangtua Fitri, istriku. Bagaimana tidak, setelah setelah beberapa hari kamu tidak saling bertemu, tepatnya dua sendiri yang memilih kabur meninggalkan rumah.Dia, yang statusnya masih sah menjadi istriku, namun sikapnya padaku tak ubahnya seperti anj**g dan kucing saja.Awalnya dia tidak begitu menghiraukan apa yang aku lakukan, entah memang dia tidak tau atau sudah tau tapi berpura-pura saja.Semenjak mengetahui aku menguras tabungan kami, demi baktiku dan rasa sayangku kepada keluargaku sendiri, dia begitu sangat murkanya kepadaku, bahkan dia juga mulai berani kepada wanita yang telah melahirkan ku dan yang sangat aku hormati, yaitu ibuku.Kedatanganku waktu itu berniat untuk mengajaknya kembali kerumah kontrakan kami, terlebih jika hatinya bisa kembali luluh aku ingin mengajaknya kembali pulang ke rumah ibuku. Meski di sana sudah ada Yoga dan Rosi, istrinya, toh tidak apa-apa. Karena rumah semakin banyak penghuninya, maka akan semak
Sepulangnya dari rumah orangtua Fitri, segera aku menemui ibuku di rumahnya. Aku sudah memutuskan untuk sementara tinggal di rumah ini lagi.Setelah mendengar semua ceritaku, akhirnya aku dibantu oleh ibu, telah menyusun sebuah rencana untuk Fitri.Untuk sementara waktu dan selama aku tinggal bersama ibu lagi, memang aku sengaja untuk tidak memberi kabar pada Fitri, tujuanku adalah agar dia yang mencari-cari aku.Ketika dia sudah merasa membutuhkan aku, maka aku bisa memanfaatkan saat itu, untuk melancarkan rencana yang sudah kami persiapkan.*Sudah satu Minggu ini aku tidak memberikan kabar pada Fitri, berharap dia berusaha untuk mencariku, karena memang aku telah menyerahkan kembali rumah yang pernah kami kontrak tersebut, kepada pemiliknya. Untuk apa lagi aku menempati rumah itu, kalau sekarang Fitri sudah benar-benar meninggalkannya dan memilih untuk tinggal di rumah orangtuanya.Semoga saja, Fitri bisa segera berubah pikiran, berharap dia mencariku dan membujukku untuk tinggal b
Sebenarnya ijin dari suamiku juga yang menjadi pertimbanganku. Bagaimanapun juga aku masih menjadi istri sahnya, terkecuali jika memang Mas Guntur sudah benar-benar abai terhadap istri dan anaknya, maka bukan hanya tak perlu lagi ijin yang ku butuhkan darinya, dan mungkin bila perlu lebih baik aku mundur dari pernikahan yang menurutku sudah tidak ada lagi kesehatan dalam hubungan ini. Dia terlalu mementingkan dan mengedepankan keluarganya dari pada istri dan anaknya.Aku tidak mau selamanya kehidupan rumah tanggaku selalu dihantui dan dibayang-bayangi oleh keluarganya, aku hanya menginginkan kehidupan rumah tangga yang harmonis, di mana seorang suami sekaligus seorang ayah selalu memprioritaskan keluarga kecilnya terlebih dahulu bukan sebaliknya seperti yang aku rasakan dari yang mas Guntur perlakukan pada kami.Saat kami sedang membahas mengenai rencana tawaran dari Pak Zainal, tiba-tiba dari arah luar terdengar suara teriakan orang, yang sepertinya tidak asing terdengar oleh telinga
"Ingat ya, Fit, aku dan suamimu tidak akan pernah mau menginjakkan kaki kami ini, di rumahmu yang jelek itu, kamu harus segera mambangunnya, biar ibu dan suamimu ini bisa secepatnya tinggal bareng kalian, karena rumah yang sekarang kami tempati, akan ibu berikan untuk Yoga dan istrinya."Tak kuhiraukan ocehan ibu mertua yang menurutku hanya haluan belaka.Segera aku ber dan berpamitan kepadanya untuk menyiapkan makanan untuk mereka.Sengaja aku keluar melewati pintu belakang rumah ini, agar bisa sampai rumah dengan cepat.Saat melintasi dapur milik Mbak Sari, nampak olehku seperti sedari tadi kakak iparku ini sengaja telah menguping obrolan kami di depan.Segera ku beri isyarat dengan meletakkan jari telunjuk pada bibirku.Ssegera ku dekati dan kubisikkan rencanaku pada kakak iparku ini.Iya pun mendukung rencanaku dengan mengacungkan dua jempol tangannya.Aku segera pulang kerumah dan menggambil sayur capcay yang aku masak tadi pagi, juga mengambil sisa daging rendang pesanan kemaren