Terdengar suara orang gaduh yang terdengar tidak jauh dari rumah ini.Dan benar saja, dua orang yang kukira sudah pergi jauh dari tempat ini, namun ternyata mereka masih ada di halaman depan, tidak hanya itu saja, sepertinya mereka juga yang sengaja memancing keributan di sana, heran sekali rasanya, bukannya cepat pulang, malah cari-cari masalah saja di tempat orang.Mendengar suara gaduh dari luar, aku dan Mbak Sari pun mendekati mereka buang ada di luar rumah."Fit, siapa laki-laki ini, kenapa dari tadi dia terus bersama dengan Bang Ilham, apa dia sengaja mau deketin kamu?" tuduhan mas Guntur langsung di arahkan kepadaku."Apa bener, yang di katakan oleh suamimu itu, Fit?" ibu mertua ikut bertanya mungkin merasa penasaran, dengan apa yang di ucapkan oleh putranya."Kamu itu aneh, kok mas. Apa yang mendasari tuduhanmu itu,hah?" ucapku emosi."Sebelum kami datang dia sudah di rumah ini, terus tadi tiba-tiba saja dia pergi, terus kenapa setelah melihat aku dan ibuku keluar dari rumah i
POV Mila"Gun, ini sudah satu minggu lebih, dari hari kamu terima gaji, mana uang bulanan jatah, Mbak, yang seperti biasanya!" Aku sengaja mendatangi rumah ibu untuk mencari keberadaan, Guntur adikku. Karena aku tahu, sudah beberapa hari ini, dia tinggal kembali bersama dengan ibu, aku juga tidak ingin tahu ada apa dengan dia dan juga istrinya, karena itu memang bukan urusanku."Iya, Mbak, tapi semua gaji Guntur sudah dipegang sama Fitri, ini cuma disisain buat pegangan sampai bulan depan sama jatah buat ibu saja." "Hah, kamu gak lagi bercanda kan, Gun? Masa, iya, dia sengaja gak ngasih uang balas budinya, kurang aj*r sekali, Fitri, sekarang. Kamu juga, mau-maunya aja kamu dikuasai sama istrimu itu." sungutku.Bahaya, kalau sampai seterusnya aku gak di kasih jatah sama si Guntur. Uang itu kan biasanya aku pakai untuk keperluan membeli skincare sama bayar arisan juga, mana mau suamiku itu memberikan jatah lebih buat istrinya perawatan, palingan juga sayang buat beli rokoknya sendiri.
"Mbak Fitri, tadi ada orang yang nyariin Mbak Fitri." sapa salah satu dari tetangga depan rumah, ketika melihatku akan masuk ke halaman rumah yang aku tempati."Oh iya Mbak, perempuan apa laki-laki, Mbak?" tanyaku memastikan, siapa kira-kira yang datang mencariku ke sini, biasanya kalau langganan belanja di tempatku pasti akan menghubungiku melalui pesan WhatsApp."Perempuan Mbak, kira-kira seumuran sama Mbak Sari." "Oh, iya Mbak, terimakasih ya." ucapku sebelum meninggalkan halaman dan masuk ke dalam rumah.Apa mungkin yang di maksud orang tadi adalah Mbak Mila. Atau jangan-jangan memang Mbak Mila, yang mau minta uang jatah bulanan seperti biasanya. Biasanya memang gak pernah telat mas Guntur ngasih uang itu sama Mbak Mila.Mbak Mila itu kan pelit bin medit, apalagi suaminya, klop banget deh, gak mau rugi mereka, apalagi uang tiap bulan yang mas Guntur kasih ke mereka juga tidak bisa di bilang kecil, bisa-bisa merugi untuk mereka tanpa uang itu, gak bisa jajan atau jalan-jalan merek
Semua persiapan untuk membuka warung hari ini sudah ku persiapkan lebih awal, sehingga hari ini tidak akan terlalu membuat kami kerepotan.Seperti rencana yang sebelumnya, aku meminta untuk Mbak Tatik bisa tinggal di kamar yang di sediakan di warung, hitung-hitung agar bisa membantu mengurangi pengeluarannya, karena memang selama ini Mbak Tatik tinggal di rumah kontrakan juga. Dan jika Mbak Tatik bersama kedua anaknya tinggal di warung ini, selain bisa menjaga rumah makan ini, juga jarak sekolah kedua putrinya yang tebih dekat dari tempat sebelumnya.Aku bisa sedikit legah karena sebelum disibukkan dengan urusan warung makan, aku bisa terlebih dahulu mengurus rumah juga Zaskia. Jadi meskipun nanti aku akan di sibukkan, aku tetap tidak lalai dengan kewajibanku atas putri kecilku.Sebenarnya bukan aku hilang kontak dengan mas Guntur yang masih berstatus suamiku itu. Melainkan setiap hari ada saja pesan masuk dari-nya juga anggota keluarganya yang lain. Bukan kabar tentang aku atau putri
POV GunturFitri sudah keterlaluan, tidak hanya berani membatah kepadaku saja, melainkan dia juga berani membantah kepada ibu dan juga Mbak Mila.Berani-beraninya dia memblokir semua nomer kami. Wajar saja kan, kalau seorang suami mempertanyakan kepada istrinya tentang surat rumah atau surat tanah, juga wajar jika aku sebagai kepala keluarga meminta agar surat-surat miliknya tersebut dialihkan menjadi atas namaku.Ternyata dia tidak terima, sehingga begitu saja memutus kontak dengan keluargaku.Apa karena sekarang dia sudah memiliki usaha sendiri, berbisnis dengan kakaknya itu. Lantas dia mulai berani melupakan kami, terutama aku yang masih sah sebagai suaminya.Aku tidak akan tinggal diam, aku harus bisa kembali menguasai Fitri demi kebahagiaan keluargaku dan demi agar aku tidak perlu bersusah-susah untuk menabung dan harus mengirit uang hasil jerih payahku bekerja. Dengan kembalinya Fitri digenggaman keluargaku, dia akan kembali tunduk dan menuruti apa mau kami. Termasuk rumah yang
POV AuthorSedari awal, hubungan Guntur dan Fitri memang kurang mendapatkan restu dari keluarga Guntur, terutama dari pihak keluarga ibunya Guntur. Alasan yang sudah umum di masyarakat kita.Tidak lain dan tidak bukan adalah mengenai materi yang menjadikan berat sebuah restu untuk hubungan keduanya.Menurut mereka, Guntur telah menyia-nyiakan kesempatan untuk bisa menjadi orang kaya. Pasalnya, Guntur menolak seorang gadis dari keluarga yang menurut mereka terpandang di kampungnya, seorang juragan sekaligus pemilik peternakan kambing. Guntur memiliki alasannya sendiri untuk tidak menerima gadis yang bernama Susi itu. Menurut Guntur, secara fisik, Susi itu bukan selera dia. Selain berbadan tambun, ia juga kurang bisa merawat dirinya. Tidak hanya itu, Guntur juga tidak mau, jika nanti dia benar-benar menikah dengan Susi, dia akan di suruh oleh ayah mertuanya untuk membantu mencari rumput, untuk pakan ternak mereka. Menurut Guntur itu adalah salah hal yang bisa mempermalukan dirinya.Has
Mungkin untuk saat ini Guntur beserta keluarganya sedang terlena, karena buaian materi yang di berikan oleh Susi untuk mereka. Sehingga tanpa mereka sadari bahwa sesuatu hal yang diawali dengan kejelekan, maka ujung-ujungnya pun tidak akan pernah berakhir dengan kebahagiaan.*Tumben sekali ini sudah lebih dari satu Mingguan, dari turunnya gaji mas Guntur, tapi belum juga ia datang kesini untuk menggambil uangnya itu. Biasa juga selalu buru-buru dan tidak sabaran jika berhubungan dengan uang, takut dia, jika tidak bisa menyenangkan semua keluarganya, kecuali anak istrinya.Aku lupa, jika sudah kublokir nomernya beserta nomer Keluarganya, agar tidak terus-menerus mereka menerorku. Biar dia sendiri yang datang ke sini untuk menggambil uangnya itu, toh selama aku tinggal ke tempat usahaku, uangnya tersebut sudah aku titipkan kepada bapak, karena sudah ada asisten rumah tangga, makanya terkadang Mbak Sari turut membantu di warungku.Hari ini adalah hari Sabtu, dimana biasa pada hari weeke
Satu Minggu, setelah kejadian makan bersamanya keluarga mas Guntur di warung makanku. Kebetulan waktu istirahat makan siang telah berlalu, jadi kondisi warung makan agak lengang, kami yang ada di sini, bisa sedikit istrihat untuk meregangkan otot-otot kami.Saat menikmati waktu yang bagi kami adalah waktu untuk bisa bersantai, tiba-tiba ada pesan masuk dari nomer baru, karena nomer tersebut tidak tersimpan di hp-ku.Pesan yang menurutku sudah bisa di tebak siapa pengirimnya. Mas Guntur tiba-tiba saja menghubungi nomerku lagi, setelah hampir beberapa Minggu ini, nomernya yang lama telah aku blokir, beserta nomer dari keluarganya yang lain.Hal pertama yang ia tanyakan melalui pesan yang ia kirimkan adalah tentang gajinya.[Fit, aku nanti akan mampir ke rumah untuk menggambil uangku, yang ada sama kamu.]Tak ada salam atau basa basi menanyakan kabar anak istrinya, sungguh terlalu, dan mungkin kamu berdua sudah tidak ada lagi di hatinya.[Ambil saja, nanti uangnya ada sama Mbak Sari.] S