Satu Minggu, setelah kejadian makan bersamanya keluarga mas Guntur di warung makanku. Kebetulan waktu istirahat makan siang telah berlalu, jadi kondisi warung makan agak lengang, kami yang ada di sini, bisa sedikit istrihat untuk meregangkan otot-otot kami.Saat menikmati waktu yang bagi kami adalah waktu untuk bisa bersantai, tiba-tiba ada pesan masuk dari nomer baru, karena nomer tersebut tidak tersimpan di hp-ku.Pesan yang menurutku sudah bisa di tebak siapa pengirimnya. Mas Guntur tiba-tiba saja menghubungi nomerku lagi, setelah hampir beberapa Minggu ini, nomernya yang lama telah aku blokir, beserta nomer dari keluarganya yang lain.Hal pertama yang ia tanyakan melalui pesan yang ia kirimkan adalah tentang gajinya.[Fit, aku nanti akan mampir ke rumah untuk menggambil uangku, yang ada sama kamu.]Tak ada salam atau basa basi menanyakan kabar anak istrinya, sungguh terlalu, dan mungkin kamu berdua sudah tidak ada lagi di hatinya.[Ambil saja, nanti uangnya ada sama Mbak Sari.] S
POV SusiNamaku Susi, aku merupakan sosok yang menjadi idola dan incaran para pemuda di kampung tempat tinggalku ini. Namun tak ada satupun dari mereka yang bisa meluluhkan hati ini. Bukan karena sok kecantikan, tapi karena hati ini telah tertambat pada seseorang dan sangat sulit untuk di pindahkan ke lain hati.Aku tahu, mereka semua yang mengejarku bukan karena tulus mencintaiku, melainkan karena harta yang di miliki oleh orang tuaku, yang merupakan seorang juragan kambing yang tersohor di tempat kami ini dan sekitarnya. Tidak hanya kambing. Orang tuaku pun merupakan seorang tuan tanah yang cukup disegani di tempat kami.Aku merupakan anak tunggal dari bapak dan ibuku, dan otomatis harta benda yang mereka miliki, akan jatuh ke tanganku sendiri. Bisa dibayangkan kan pria yang nantinya menjadi suamiku.Semua yang aku inginkan pasti akan di kabulkan oleh orang tuaku, namun sayang tidak untuk cintaku ini, karena kedua orang tuaku tidak bisa memperjuangkannya untukku. Orang yang sangat a
Saat ini, mereka, Guntur dan ibunya sedang berada di atas awan, hingga membuat mereka melupakan daratan. Kenyamanan yang mereka peroleh dengan instan membuat mereka lupa.Guntur tidak sadar bahwa kesenangan yang saat ini ia rasakan hanyalah sesaat. Belum tahu kedepannya, entah nanti atau esok semua pasti akan berubah, berubah menjadi lebih baik lagi atau bahkan berubahnya jauh lebih buruk dari yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.Semenjak menikah dan tinggal di rumah besar milik Susi, istri barunya. Gaya hidup Guntur maupun ibunya, kini telah berubah. Mereka ingin di hormati dan di layani bak seorang raja oleh para asisten dan pekerja yang bekerja pada Susi. Tidak hanya itu Bu Surti, ibu dari Guntur juga semena-mena terhadap asisten rumah tangga yang bekerja di rumah Susi tersebut. Sering kali mereka mengadukan perbuatan tidak menyenangkan yang di lakukan oleh mertua majikannya tersebut, namun itu belum ditanggapi serius oleh Susi. Susi sangat memanjakan suami dan ibu mertuany
Merasa ibunya abai setelah mendapatkan menantu yang sesuai dengan keinginannya, Mila tak kalah kesalnya. Dia dan keluarganya, yang biasanya bisa numpang makan gratis di rumah ibunya, kini dia baru merasa butuh akan sosok dari ibunya itu, bukan butuh kasih sayang atau pengayoman dari ibunya, melainkan materi yang biasa ibunya berikan. Merasa perekonomian keluarganya kacau balau, semenjak kartu ATM dari Guntur di pegang oleh Fitri, kini ditambah dengan sikap ibunya yang seolah lupa kepadanya, karena telah mendapatkan kesenangan lain di tempat yang baru.'Awas saja kalian! Hidup enak tanpa ingat dengan aku dan anak-anakku!"Semenjak ibunya pindah, tak ada lagi tempat bagi Mila untuk mensiasati agar uang yang di berikan oleh suaminya tidak cepat habis, dengan cara menumpang makan di rumah ibunya tersebutlah, Mila bisa mengakali dan mengirit uang belanja dari suaminya. Suami yang ia banggakan dan membuatnya menjadi budak cinta, nyatanya adalah sosok pria yang pelit. Gambaran Yadi hampir sa
Tidak terasa waktu terus berjalan. Sidang perdana hingga sidang putusan perceraian Fitri dengan Guntur telah di gelar. Dengan sengaja Fitri tidak memberi tahukan surat panggilan dari pengadilan agama. Toh dirinya juga sudah tidak dianggap keberadaannya oleh Guntur dan keluarganya. Dengan ketidak hadirannya Guntur secara berturut-turut dalam sidang perceraiannya. Akhirnya hakim memberikan putusan verstek pada sidang perceraiannya. Kini Fitri dan Guntur telah sah menjadi seorang janda, dan untuk Guntur, Fitri telah mempersiapkan kejutannya kepada mantan suaminya tersebut, berupa akta perceraian mereka, sedang kartu ATM milik Guntur tetap di pegang oleh Fitri, hingga terkumpul seluruh uang tabungan yang telah dikuras oleh keluarga suaminya, juga karena Guntur masih berkewajiban untuk menafkahi putri mereka juga nafkah masa Iddah untuk Fitri.Tidak terasa telah hampir setengah tahun membuka usaha warung makannya. Kini Fitri telah berhasil memiliki dua cabang baru, dan masing-masing berada
"Dasar perempuan mu***an, istri gak tau di untung!" Maki Tuan Subroto pada istri sirihnya tersebut. Jari telunjuknya mengarah tepat di depan muka dari orang yang dimakinya. "Di sini kamu enak-enakan menghabiskan hartaku, kau senangkan laki-laki lain saat suamimu sedang tidak ada di rumah. Kamu menolak mengantarku untuk berobat, ternyata ini penyebabnya." Lanjutnya.Susi pun hanya bisa menunduk, sambil berusaha untuk menutupi bagian tubuhnya yang terpampang di depan banyak mata. Karena kondisi yang masih siang dengan lokasi rumah yang berada tepat di pinggir jalan umum, maka banyak mata yang tertarik untuk mencari arah suara kegaduhan yang terdengar oleh telinga mereka.Guntur menatap ke arah istri barunya tersebut dengan tatapan aneh, tatapan yang sulit untuk di artikan. Rahangnya mengeras dan gigi-giginya saling bergemeletuk.Bu Surti pun yang semula berada di dalam kamarnya, kini dia berjalan keluar untuk mencari sumber dari suara gaduh.Mendengar anak dan menantunya dilecehkan, dim
Berbanding seratus delapan puluh derajat dengan kondisi sang mantan suami. Fitri semakin terbang tinggi mengepakkan sayapnya, meski tidak memiliki keterampilan khusus, namun hobi yang digelutinya itu mendatangkan kesuksesan serta pundi-pundi rupiah yang semakin bertambah. Semua kerja keras dan ketekunan dalam menjalani sebuah bisnis telah membuahkan hasil.Kini Fitri sudah terbiasa menjalani perannya sebagai seorang singel parent juga sebagai pembisnis. Dia biasa menjalaninya secara beriringan. Tanpa suami bukan berarti membuatnya meratapi nasib. Justru dengan posisinya saat ini Fitri seolah tanpa ada beban. Baik fisik maupun batin. Ia bisa menentukan arah hidupnya sendiri juga putri semata wayangnya. Baginya hidup tanpa atau ada suami tidak ada bedanya. Toh sewaktu dirinya masih berstatuskan seorang istri. Kehadirannya dan juga putri seolah tidak pernah dianggap oleh keluarga suaminya. Setelah berhasil mengembangkan warung makan miliknya dan juga berhasil menambah cabang dari warung
"lho...lho...lho..., Kalian mau apa dengan barang-barang sebanyak ini dirumahku." selidik Mila yang melihat ibu serta kedua saudaranya dengan kondisi lesu serta membawa banyak barang di depan pintu rumahnya."Mil, ibu dan adik-adikmu akan ikut tinggal di rumah ini." ucap Bu Surti yang begitu saja masuk kerumah Mila setelah pintu rumah tersebut baru saja dibuka oleh pemiliknya."Apa? Apa aku tidak salah dengar, Bu. Ibu kan tahu rumahku ini bukan hotel yang bisa menampung banyak orang, apa nanti kata mas Yadi kalo dia pulang dari pabrik." Mila berusaha menolak secara halus pada keluarganya."Mbak Mila, ibu kan juga ikut nyumbang waktu pembangunan rumah ini." sela Yoga tidak terima ucapan kakak sulungnya."Iya itu kan memang sudah kewajiban ibu pada anaknya. Kenapa kalian tidak tinggal saja di rumah besar milik menantu baru ibu yang kaya ini." cibir Mila sambil mengarahkan bola matanya pada Susi."Susi sudah bangkrut, Mbak, tuh lihat sudah kembali ke bentuk semula." cibir Guntur pada ist